OSTEOARTRITIS
OSTEOARTRITIS
PENDAHULUAN
1
dirasakan oleh pasien OA selain dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit dan
umur, status obese yang diderita pasien turut mempengaruhi.
2
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : TN. NJ
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 51 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Dsn blang geudong
Suku : Aceh
Tanggal masuk rumah sakit : 19 Oktober 2016
II. Anamnesa
Keluhan utama
Nyeri pinggang dan sulit berjalan
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD langsa dengan keluhan kedua pinggang terasa
nyeri dan sulit untuk berjalan, keluhan ini dirasakan pasien secara tiba-
tiba sejak 1 tahun SMRS. Nyeri dirasakan pasien seperti berdenyut dan
tertusuk jarum. Nyeri tersebut juga tidak menghilang dengan kompres,
minyak urut,maupun obat pengurang rasa sakit. Nyeri semakin
memberat saat pasien mengerakkan kedua kakinya tetapi sedikit
berkurang dengan istirahat. Awalnya pasien mengaku mendapatkan
keluhan nyeri dan sulit berjalan ini ketika pasien ingin beranjak dari
tempat tidur menuju kamar mandi. Ketika akan berdiri,pasien merasakan
kedua pinggangnya sangat nyeri dan sulit untuk berjalan hingga pasien
terjatuh ke lantai.
3
Pasien menyangkal adanya benturan di kepala saat jatuh. Riwayat
pingsan setelah jatuh, mual, muntah, sesak, kejang, pusing, lumpuh,
cedal, pelo semuanya juga disangkal. Riwayat makan dan minum, BAB
dan BAK semuanya dalam batas normal.
B. STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk : Normochepali, simetri
Nyeri tekan : (+) pada kepala sebelah kiri
4
RCL (+/+) RCTL (+/+) konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), sekret (-/-), ptosis (-/-), lagoftalmus (-/-)
- Hidung : Simetris , septum deviasi (-), deformitas (-), sekret (-/-)
- Telinga : Normotia, pendengaran berkurang, nyeri tekan tragus dan
mastoid (-)
- Lidah : Papil atrofi (-)
- Tenggorokan : Normal, tidak hiperemis, tonsil T1-T1
Leher
Kelenjar Getah Bening : Pembesaran KGB (-)
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
Trakhea : Midline, deviasi (-)
JVP : DBN
Thoraks
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler(+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V , 1 cm medial linea
Midclavicularissinistra
Perkusi : Batas jantung atas : ICS II linea parasternal sinistra
Midclavicularissinistra
5
Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen simetris, jaringan parut (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas
- Atas : Akral hangat (+/+), oedem (-/-)
- Bawah : Akral hangat (+/+), oedem (-/-) -
C. STATUS NEUROLOGIS
1) Kesadaran : Composmentis
2) GCS : E 4 V5 M 6
3) Tanda Rangsang Meningeal:
Kaku kuduk :-
Brudzinsky 1 :-
Brudzinsky 2 : -/-
Laseque : -/-
Kernig :-/-
Patrick : -/-
Kontrapatrick : -/-
4) Saraf cranial :
1. N. I (Olfactorius )
Kanan Kiri Keterangan
Daya pembau Dbn Dbn Dalam batas
normal
6
2. N.II (Opticus)
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan Dbn Dbn
Dalam batas
Lapang pandang Dbn Dbn
normal
Pengenalan warna Dbn Dbn
3. N.III (Oculomotorius)
Kanan Kiri Keterangan
Ptosis (-) (-)
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran Φ2mm Φ2mm
Dalam batas
Akomodasi Baik Baik
normal
Refleks pupil
Langsung (+) (+)
Tidak langsung (+) (+)
Gerak bola mata Dbn Dbn
Kedudukan bola Ortoforia ortoforia
mata
4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata Dbn Dbn Dalam batas
normal
5. N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik Dbn Dbn
Sensibilitas
Opthalmikus Dbn Dbn Dalam batas
Maxilaris Dbn Dbn normal
Mandibularis Dbn Dbn
7
6. N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata Dbn Dbn Dalam batas
Strabismus (-) (-) normal
7. N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Saat diam simetris simetris Dalam batas
Mengerutkan dahi Dbn Dbn normal
Senyum Dbn Dbn
Memperlihatkan gigi Dbn Dbn
Menutup mata Dbn Dbn
Daya perasa 2/3 Tidak Tidak dilakukan
anterior lidah dilakukan
8. N. VIII (Vestibulo-Kokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran
Tuli konduktif (-) (-)
Tuli sensorieural (-) (-) Dalam batas
Vestibular normal
Vertigo (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings Simetris Simetris
Daya perasa 1/3 Dalam batas
posterior lidah Tidak Tidak normal
dilakukan dilakukan
8
10. N. X (Vagus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings Simetris Simetris
Disfonia - - Dalam batas
Refleks muntah Tidak Tidak normal
dilakukan dilakukan
10. N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Menoleh dbn dbn Dalam batas
Mengangkat bahu dbn dbn normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
5) Sistem Motorik
Kanan Kiri Keterangan
Ekstremitas atas
Kekuatan 5555 5555
Tonus N N
Trofi Eutrofi Eutrofi
Dalam Batas
Ger.involunter (-) (-)
Normal
Ekstremitas bawah
Kekuatan 5555 5555
Tonus N N
Trofi Eutrofi Eutrofi
9
Ger.involunter (-) (-)
6) Sistem Sensorik
Sensasi Kanan Kiri Keterangan
Raba Baik Menurun Dalam batas
Nyeri Baik Menurun normal
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Propioseptif Tidak dilakukan Tidak dilakukan
7) Refleks
Refleks Kanan Kiri Keterangan
Fisiologis
Biseps (++) (++)
Triseps (++) (++)
Patella (++) (++)
Achilles (++) (++)
Patologis
Hoffman Tromer (-) (-)
Babinski (-) (-) Dalam batas
Chaddock (-) (-) normal
Openheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
10
9) Sistem otonom
Miksi: Baik
Defekasi : Baik
Keringat : Baik
10) Fungsi luhur : Tidak ada gangguan fungsi luhur
11) Vertebra : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)
Braggard : (+/+)
Patrick : (+/+)
Posisi telungkup
Gibbus : (-)
Posisi tegak
Deformitas : sdn
Pelvis : sdn
11
Spasme otot : sdn
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan
Hemoglobin 13,9 g/100 ml
Hematokrit 40,1 %
Eritrosit 4,56 /UI x 106
Leukosit 10.049 /UI x 103
Trombosit 196.000 /UI x 103
Blood Group AB
Pemeriksaaan Radiologis
Tidak dilakukan pemeriksaan
12
VII. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 16 gtt/i
Metylprednisolon 3x 4mg
Amitriptilin 1x 12,5mg (malam)
Amlodipin 1x 10mg (malam)
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Osteoartritis
B. Etiologi Osteoartritis
a. Usia/Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia
pembentukkan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang
dan terjadi fibrosis tulang rawan.
b. Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih
banyak pada wanita pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis
sekunder lebih banyak ditemukan pada pria.
c. Ras
Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan
Amerika daripada kulit hitam.
d. Faktor Keturunan
Faktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi
interfalang distal, anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena
OA 2-3 kali lebih sering.
14
e. Faktor Metabolik/Endokrin
f. Faktor Mekanis
C. Epidemiologi Osteoartritis
D. Patogenesis Osteoartritis
15
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan
dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan
gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan
struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui . Kerusakan tersebut
diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh
beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera
16
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh
cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang
terjadi ketika 5 bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan
berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada
sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting
untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago
17
menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein
pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya OA
E. Diagnosis Osteoartirits
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa
nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan
meski OA masih tergolong dini ( secara radiologis ). Umumnya
bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi
hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak
dapat konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu
18
arah gerakan saja . Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan
kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal
dari luar kartilago. 7 Pada penelitian dengan menggunakan MRI,
didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari
peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang.
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika
osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar
tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang
berkembang Hal ini menimbulkan nyeri. Nyeri dapat timbul dari
bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri
yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom
iliotibial band.
19
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit,
sehingga bentuk permukaan sendi berubah.
g. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai
pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak
menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh.
Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut.
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada
pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri
karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada
sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran
diagnostik. Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA
adalah :
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada
bagian yang menanggung beban seperti lutut ).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).
c. Kista pada tulang
d. Osteofit pada pinggir sendi
e. Perubahan struktur anatomi sendi.
Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat
diberikan suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis
dikenal sebagai kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi OA
dimulai dari tingkat ringan hingga 9 tingkat berat. Perlu diingat bahwa
pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi masih terlihat normal
20
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak
berguna. Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas – batas normal.
Pemeriksaan imunologi masih dalam batas – batas normal. Pada OA yang
disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel
peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein
F. Penatalaksanaan Osteoartritis
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat
ringannya OA yang diderita. Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1. Terapi non-farmakologis
a. Edukasi Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar
pasien dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang
dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin
parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai
b. Terapi fisik atau rehabilitasi Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan
akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar
persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi
sendi yang sakit.
c. Penurunan berat badan Berat badan yang berlebih merupakan faktor
yang memperberat OA. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga
agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat
badan apabila berat badan berlebih
2. Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri
yang timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi
manifestasimanifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi
21
lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko
toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen
tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada
OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS
adalah dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan
inhibitor COX-2
b. Chondroprotective Agent Chondroprotective Agent adalah obat –
obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago
pada pasien OA. Obat – obatan yang termasuk dalam kelompok obat
ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya
3. Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.
22
BAB IV
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Felson DT, Schaible HG. 2008. Pain in Osteoarthritis. United State: John Wiley &
Sons, Inc. Felson, T. David. 2006. Osteoartritis of the Knee.
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp051726 diunduh 20 mei 2011
Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta: EGC
Soeroso J, Isbagio H., Kalim H., Broto R., Pramudiyo R., 2006. Osteoartritis,
dalam A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadhibrata, S. Setiati, editor,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
24