Anda di halaman 1dari 21

Dalam ayat diatas Allah menyebutkan tetangga dengan hal-hal yang setara dengan kewajiban

lainnya seperti beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan selainNya serta taat
kepada kedua orang tua, sedangkan beribadah kepada Allah adalah hal yang diwajibkan
pertama kali dalam Islam yaitu Tauhid kepadaNya dan menghindar dari kesyirikan, maka hal-
hal yang mengikutinya setelah itu juga diwajibkan termasuk berbuat baik kepada tetangga.
Selain itu kandungan ayat diatas juga menyingung masalah hak-hak Allah atas hambanya yaitu
tauhid dan hak-hak hamba atas hamba lainnya. Adapun hak-hak hamba terhadap hamba
lainnya terbagi menjadi 5 golongan :

1. Apa yang diantaranya dengan yang lainnya ada kekerabatan dan hal ini dikhususkan
hanya kepada orang tua oleh karena keduanyalah yang menjadi sebab (perantara) adanya
anak, maka baginya kehormatan, juga masuk dalam hal ini adalah keluarga kita.

2. Terhadap yang lemah dan butuh terhadap bantuan kita, dalam lingkup ini ada 2
kelompok.Pertama, anak yatim yaitu yang tidak memiliki ayah dan mereka masih kecil
sehingga membutuhkan bantuan orang lain karena lemahnya kekuatan mereka. Kedua, orang
miskin yaitu orang yang kekurangan harta.
3. Yang memiliki kekerabatan kepada kita, dalam lingkup ini ada 3
kelompok. Pertama,Tetangga dekat yaitu yang paling dekat dengan kita.Kedua, Tetangga jauh
yaitu yang jauh dengan kita. Para ulama berbeda pendapat tentang tetangga dekat dan jauh,
ada yang mengatakan bahwa tetangga dekat adalah tetangga muslim, sedang tetangga jauh
adalah tetangga kafir, ada lagi yang memasukkan orang asing dalam tetangga jauh, dan
perempuan ke dalam tetangga dekat. Akan tetapi yang hampir mendekati kebenaran adalah
sabda Rasulullah yang telah saya kemukakan diatas bahwa tetangga dekat adalah 40 rumah
dari rumah kita dan tetangga jauh diatas itu. Wallahu a’lam. Ketiga, Sahabat dekat/karib, bisa
istri kita atau teman akrab kita dan yang pertama adalah yang paling mendekati kebenaran.
4. Ibnu Sabil yaitu Seseorang asing yang berada di negeri orang yang membutuhkan
bantuan ataupun tidak[5]. Maka sepantasnnya bagi warga negeri itu untuk memenuhi hajatnya
atau memuliakannya.

5. Apa-apa yang dimiliki olehnya baik itu manusia (budak) ataupun hewan (peliharaan).

Itulah kandungan dari ayat itu, jadi telah jelaslah bagi kita bahwa memuliakan tetangga dan
menghormatinya merupakan kewajiban bagi seorang muslim, bahkan hal tersebut merupakan
salah satu dari bagian keimanan seorang hamba, dengan artian seseorang yang tidak
memuliakan tetangganya bahkan menyakitinya maka keimanannya berkurang seperti apa yang
disabdakan Rasulullah dalam hadistnya :

‫ قال وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أن عنه هللا رضي هريرة أبي عن‬: ‫ ليصمت أو خيراً فليقل االخر واليوم باهلل يؤمن كان من‬, ‫ومن‬
‫ جاره فليكرم االخر واليوم باهلل يوم كان‬, ‫ضيفه فليكرم االخر واليوم باهلل يؤمن كان ومن‬-‫مسلم و البخاري رواه‬-

Dari Abu Hurairah bahwa Rosulullah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.”(Bukhori
Muslim)[6]
Dalam riwayat lain “‫ ”جاره يؤذي فال‬yang artinya “Janganlah menyakiti tetangganya!”, “‫”رحمه فليصل‬
artinya “maka sambunglah tali silaturrahim” juga dikeluarkan oleh Bukhori dan Muslim dari
hadits Abi Al-Syarh al-Khuza’ie[7]. Juga sabdanya :

‫ قال وسلم عليه هللا صلى النبي عن شريح أبي عن‬: ‫مِ ن يُؤً ال هللا و مِن يُؤً ال هللا و مِن يُؤً ال هللا و‬, ‫ قيل‬: ‫ قال هللا؟ رسول يا من‬: ‫ال من‬
ُ ‫ ئقَه بوا‬-‫البخاري‬-
ًُ‫جاره يأ َمن‬

Dari Abi as-Syarih dari Nabi bersabda : “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman,
demi Allah tidak beriman.”Dikatakan kepadanya : “Siapa itu wahai Rasulullah?” Rasul
menjawab : “Barang siapa yang tetangganya tidak aman dari bahayanya/gangguannya”
(Bukhori)[8]
Memuliakan tetangga dan tidak menyakitinya merupakan sikap yang dijunjung tinggi dalam
Islam, dan kita telah tahu bahwa dalam Islam menyakiti sesama dilarang bahkan haram karena
dapat merusak hubungan ukhuwah islamiyah. Jika hal itu dilarang maka menyakiti tetangga
lebih dilarang lagi. Rasulullah pernah ditanya tentang dosa yang paling besar kemudian beliau
menjawab : “ Engkau menjadikan sekutu selain Allah (Syirik) sedangkan Dialah yang
menciptakanmu” dikatakan kepadanya : “kemudian apa?” maka beliau jawab : “Membunuh
anakmu ditakutkan dia akan makan bersamamu (menyengsarakanmu)” kemudian dikatakan lagi
kepadanya : “kemudian apa?” beliau bersabda : “Berzina dengan tetanggamu.”[9] Dalam
musnad Ahmad juga diterangkan bahwa Rasulullah bertanya kepada sahabat : “Apa yang kalian
ketahui dari zina?” Mereka (sahabat) menjawab : “Haram, Allah dan RasulNya telah
mengharamkan sampai hari kiamat” kemudian beliau bersabda: “Seandainya seseorang berzina
dengan 10 wanita lebih ringan (dosanya) daripada berzina dengan tetangganya.” kemudian
beliau bertanya lagi : “Apa yang kalian ketahui dari mencuri?” Mereka menjawab: “Haram,
Allah dan RasulNya telah mengharamkan sampai hari kiamat” kemudian beliau bersabda:
“Seandainya seseorang mencuri dari 10 rumah lebih ringan (dosanya) daripada mencuri dari
rumah tetangganya”[10]. Astaghfirullah .. betapa besar dosa yang disebabkan oleh menyakiti
tetangga, dalam hadits pertama diterangkan bahwa menyakiti tetangga termasuk dalam
kategori dosa besar, sedangkan dalam hadits kedua menerangkan berapa besarnya dosa yang
disebabkan menyakiti tetangga sampai Rasulullah melebihkan dosanya dari seorang yang
berzina dengan 10 wanita. Tidak hanya itu, dosa menyakiti tetangga juga akan menyebabkan
seseorang jauh dari surga bahkan bisa menyeretnya ke neraka Wal ‘iyadzu billah. Sabda Nabi :

‫ هريرة أبي عن‬: ‫ قيل‬: ‫سليطة جيرانها تؤذي شئ لسانها في و النهار تصوم و باليل تصلي نة فال إن هللا رسول يا‬, ‫ قال‬: ‫فيها خير ال‬
‫النار فى هي‬, ‫ له قيل و‬: ‫أحدا تؤذي وال غيره شئ لها ليس و باألتوار تتصدق و رمضان تصوم و المكتوبة تصلي نة فال إن‬, ‫ قال‬: ‫هي‬
‫الجنة فى‬.-‫الحاكم و أحمد‬-

Dari Abu Hurairah : Dikatakan kepada Nabi : “Ya Rasulullah sungguh si fulanah sholat malam,
puasa di siang hari (akan tetapi) dia selalu menyakiti tetangganya dengan lisannya”, kemudian
Rasulullah menjawab : “Tidak ada kebaikan didalamnya (amalannya) dan dia di neraka.” Dan
dikatakan kepadanya : “Sungguh fulanah sholat 5 waktu dan berpuasa ramadhan dan
bersedekah dengan Atwar (bejana kecil untuk minum) dan dia tidak menyakiti seorangpun”,
maka Rasulullah menjawab : “Dia di surga.” (Ahmad dan Hakim)[11]
ُ ‫”ئقَه بوا‬-‫مسلم‬-
‫ قال وسلم عليه هللا صلى النبي عن هريرة أبي عن‬:”‫جاره يأ َمنًُ ال من الجنة يدخل ال‬

Dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda : “Tidak akan masuk surga barang siapa yang tetangganya
tidak aman dari bahayanya/gangguannya” (Muslim)[12]

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal”. (QS.Al-Hujurat(49):13).

Manusia adalah mahluk sosial; yang selalu membutuhkan perhatian, teman dan kasih sayang dari

sesamanya. Setiap diri terikat dengan berbagai bentuk ikatan dan hubungan, diantaranya

hubungan emosional, sosial, ekonomi dan hubungan kemanusiaan lainnya. Maka demi mencapai

kebutuhan tersebut adalah fitrah untuk selalu berusaha berbuat baik terhadap sesamanya. Islam

sangat memahami hal tersebut, oleh sebab itu silaturahmi harus dilaksanakan dengan baik.

Silaturahmi dijalankannya antara lain dengan saling mengunjungi yang sakit, saling membantu,

tidak berbuat fitnah dan juga saling menghormati.

Rasulullah bersabda: “Orang yang bangkrut ialah mereka yang datang di hari kiamat

dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat tetapi sekaligus membawa (dosa) mencaci

orang, memfitnah dan menganiaya serta menyiksa sesama semasa hidupnya” .

Dengan adanya hubungan dan silaturahmi yang baik antar manusia ini, maka ia akan

mengantarkan manusia kepada kemudahan, ketenangan dan kedamaian di dunia.

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan

yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan

segala sesuatu”. (QS.An-Nisa’(4):86).

“Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambungkanlah tali silaturahmi dan

dirikanlah shalat pada malam hari ketika manusia tertidur niscaya kamu masuk surga dengan

selamat.”(HR Bukhari – Muslim).

Allah SWT sangat murka melihat seorang yang tidak mau melaksanakan silaturahmi, apalagi bila

orang itu memiliki kekuasaan.

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan…… dan memutuskan hubungan

kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila`nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka

dan dibutakan-Nya penglihatan mereka”.(QS.Muhammad(47):22-23).

Bahkan Allah SWT mengingatkan bahwa membunuh satu orang manusia dengan tanpa alasan

yang dapat dibenarkan agama adalah sama dengan membunuh seluruh manusia.

“……barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang

lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah

membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang


manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya……”.(QS.Al-

Maidah(5):32).

Kebaikan sesungguhnya adalah sifat dasar (fitrah) manusia. Namun karena berbagai hal dan

penyebab, fitrah tersebut dapat hilang. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya aku diutus

adalah untuk menyempurnakan akhlak”.

Setiap manusia adalah pemimpin, minimal bagi dirinya sendiri. Dan seorang laki-laki yang telah

memutuskan menikah maka ia adalah pemimpin bagi keluarganya. Sebagai kepala keluarga ia

wajib menafkahi, memperhatikan, menyayangi serta mengayomi anak dan istrinya. Seorang istri

wajib mendidik dan memberikan kasih-sayang, perhatian dan kelembutannya kepada anak-

anaknya, menjaga harta dan kesuciannya serta menyayangi sekaligus menghormati suaminya.

Sedangkan bagi seorang anak, wajib baginya menghormati dan menyayangi kedua orang-tuanya.

Masing-masing anggota keluarga memiliki tugas dan tanggung-jawabnya masing-masing.

“…… hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang

di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka

sekali-kalijanganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu

membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Danrendahkanlah

dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku,

kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS.Al-

Isra’a(17):23-24).

Melalui perut seorang ibulah manusia dilahirkan. Dari Bahaz bin Hakim dari ayahnya dari neneknya

ra, ia berkata, aku bertanya : “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus baik?”. Beliau

bersabda:”Ibumu”. Aku bertanya lagi: ”Kemudian siapa?. Beliau bersabda: ”Ibumu”. Aku bertanya

lagi :”Kemudian siapa?”. Beliau bersabda: ”Ibumu”. Aku bertanya lagi : ”Kemudian siapa?”.Beliau

bersabda : “Ayahmu, kemudian yang lebih dekat”. (HR Abu Dawud dan Tarmidzi).

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya

telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam

dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah

kembalimu”. (QS.Luqman(31): 14).

Namun demikian, bentuk ketaatan kepada kedua orang-tua ini sebatas mereka tidak

memerintahkan untuk mempersekutukan-Nya walaupun bila ini terjadi harus tetap dijalankan

dengan cara yang baik.

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada

pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian

hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu

kerjakan)”.(QS.Luqman(31):15).

Itu pula sebabnya mengapa Allah SWT melarang seseorang untuk mengangkat (adopsi) seorang

anak dengan alasan apapun.

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; …… dan Dia

tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu

hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. …… Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan

(memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak

mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu

seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf

padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS.Al-Ahzab(33):4-5).

Islam memang sangat menganjurkan seorang Muslim memelihara anak yatim, dalam arti

menyantuni dan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada mereka. Anas bin Malik ra

berkata: “Sebaik-baik rumahadalah rumah yang didalamnya ada anak yatim yang

diperlakukan secara baik dan sejelek-jelek rumah adalah rumah yang didalamnya ada anak yatim

yang disia-siakan. Hamba Allah yang paling dicintai Allah adalah orang yang memperlakukan anak

yatim dan janda dengan baik”.

Namun tetap harus menghargai kedua orang tua kandung mereka, yaitu dengan cara tetap

menggunakan nama ayah mereka. Hal ini menunjukkan betapa hubungan antara anak dan kedua

orang-tua kandung sangat penting. Disamping tentu banyak pertimbangan lain yang juga cukup

penting, diantaranya adalah berkenaan dengan masalah perkawinan dan ahli waris. Dan hal ini

juga berlaku atas diri Rasulullah SAW. Zaid bin Haritsah adalah bekas budak yang diangkat

sebagai anak angkat oleh beliau. Sebelum turun ayat diatas Rasulullah memberinya nama Zaid bin

Muhammad. Namun segera begitu turun ayat yang melarang hal tersebut, maka Zaid kembali

menggunakan nama ayahnya yaitu, Zaid bin Haritsah.

Demikian pula kerabat, sanak saudara dan keluarga dekat yang dalam keadaan kekurangan,

orang-orang miskin, orang yang dalam perjalanan (kemudian menemui kesulitan) Allah SWT

menghendaki agar mereka itu dibantu. Namun sebaliknya Allah juga tidak menyukai orang-orang

yang berlebihan. Dialah, Al Azis, Al-Hakim, Ar-Rizik yang berkuasa mengatur dan Maha

Mengetahui segala kebutuhan manusia.


“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan

orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)

secara boros.Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan

itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.(QS.Al-Isra’a(17):26-27).

Demi menjaga silaturahmi pulalah maka Allah SWT melarang seseorang berbuat curang, yaitu

orang-orang yang gemar mengurangi takaran dan timbangan demi kepentingan dirinya.

“… Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia

barang-barang takaran dan timbangannya,……”. (QS.Al-’raf(7):85).

Disamping itu, manusia seharusnya juga memperhatikan pergaulannya. Saat ini dapat kita lihat

pergaulan antara lelaki dan perempuan, antar sesama lelaki dan antar sesama perempuan yang

begitu bebas. Bukankah Allah SWT telah dengan jelas memberikan batasan-batasannya?

Akibatnya bermuncullah berbagai masalah, seperti AIDS, kelahiran anak diluar nikah dengan

segala dampaknya dan sebagainya.

Allah SWT juga mengharamkan riba yaitu, kelebihan atau penambahan pada modal uang yang

dipinjamkan dan harus diterima oleh yang berpiutang sesuai dengan jangka waktu peminjaman

dan persentase yang ditetapkan sebelumnya.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan

bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.(QS.Ali Imraan(3):130).

“…… Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;

mereka kekal di dalamnya” . (QS.Al-Baqarah(2):275).

Karena riba pada dasarnya adalah pemerasan dan penganiayaan dari golongan ekonomi kuat

terhadap golongan ekonomi lemah. Dan dimanapun segala bentuk pemerasan dan penganiayaan

adalah termasuk kejahatan dan dapat merusak hubungan antar sesama manusia.. Bahkan

sesungguhnya Allah SWT menganjurkan agar kita menolong seseorang yang sedang dalam

kesulitan, misalnya sedang terbelit hutang untuk membebaskannya dari hutang tersebut.

“Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia

berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika

kamu mengetahui..”. (QS.Al-Baqarah(2):280).

Perbedaan dimata Allah SWT hanyalah berdasarkan ketakwaan. Masing-masing berlomba berbuat

baik, saling nasehat-menasehati dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran.

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-

laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan

yangbersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan

yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)

Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.(QS.Al-

Ahzab(33):35).

Berbuat baik kepada sesama manusia memang tidak mudah. Bahkan Allah SWT

mengumpamakannya sebagai jalan yang mendaki lagi sukar. Namun itulah jalan bagi orang-orang

golongan kanan, yaitu golongan orang-orang yang disayangi-Nya.

“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari

perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan (kepada) anak yatim yang ada hubungan

kerabat atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman

dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-

orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”.(QS.Al-Balaad(90):12-18).

Rasulullah ditanya; apa yang paling banyak mengantarkan manusia ke surga. Rasulullah

menjawab :“Akhlak yang baik.”. Rasulullah ditanya; apa yang paling banyak mengantarkan

manusia ke neraka.Rasulullah menjawab:” Mulut dan kemaluan”. (HR Tirmidzi).


Ketahuilah bahwasanya perkara yang sangat dicintai oleh Allah
adalah kebaikan dan perbaikan. Kebaikan adalah kebaikan jiwa
dengan wahyu yang menjadikan jiwa suci dan bersih. Adapun ishlaah
(perbaikan) adalah meluruskan kondisi yang menyimpang, baik
kondisi individu maupun kelompok atau memperbaiki hubungan yang
rusak antara dua orang atau dua kelompok sesuai dengan petunjuk
syari’atًyangًlurus.

Dan ishlaah (mendamaikan) mendekatkan antara hati-hati yang saling


menjauh, menyatukan kembali pemikiran-pemikiran yang saling
menjauh, dan memberikan hak yang wajib kepada pemiliknya, yaitu
dengan usaha yagn dilakukan oleh orang-orang yang hendak
mendamaikan dan sikap mengharapkan pahala dari orang-orang
yang baik, serta sikap bijak orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus.

Mendamaikan diantara sesama merupakan salah satu pintu surga


dan keselamatan dari fitnah umum dan fitnah khusus. Mendatangkan
kemaslahatan khusus dan umum, dan mencegah kemudhorotan yang
meluas kerusakannya dan tersebar keburukannya.

Mendamaikan diantara yang bersengketa menutup pintu-pintu tempat


masuknya syaitan untuk menggoda manusia.

Pemerhati sejarah para individu dan umat-umat akan mendapati


bahwa kerusakan menjadi semakin meluas dalam kehidupan mereka
disebabkanًhilangnyaً“usahaًmendamaikanًdiantaraًyangً
bersengketa”.ًDanًiaًjugaًakanًmendapatiًbahwa keburukan dan
fitnah terhilangkan disebabkan usaha mendamaikan diantara yang
bersengketa. Dan besarnya nyala api berasal dari percikan bunga api.

Mendamaikan diantara yang bersengketa merupakan salah satu dari


tujuan agung dan pengajaran yang indah dan mulia dalam Islam.
Allah berfirman :

‫سولَهُ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم‬ َّ ‫ص ِل ُحوا ذَاتَ بَ ْينِ ُك ْم َوأ َ ِطيعُوا‬


ُ ‫َّللاَ َو َر‬ ْ َ ‫َّللاَ َوأ‬
َّ ‫فَاتَّقُوا‬
َ ِ‫ُم ْؤ ِمن‬
‫ين‬
“MakaًbertakwalahًkepadaًAllahًdanًperbaikilahًperhubunganًdiً
antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu
adalah orang-orangًyangًberiman.”ً(QS.ًAl-Anfaal: 1).

Diantara dalil akan keutamaan mendamaikan sabda Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam,

: ‫ص َدقَ ِة؟ قَالُوا‬ َّ ‫صالَ ِة َوال‬ َّ ‫الصيَ ِام َوال‬ِ ‫ض َل ِم ْن د ََر َج ِة‬ َ ‫أَالَ أ ُ ْخ ِب ُر ُك ْم ِبأ َ ْف‬
ُ‫ت ا ْلبَ ْي ِن ِه َي ا ْل َحا ِلقَة‬ َ َ‫ت ا ْلبَ ْي ِن فَ ِإ َّن ف‬
ِ ‫سا َد ذَا‬ ِ ‫ح ذَا‬ َ : ‫ قَا َل‬،‫بَلَى‬
ُ َ‫صال‬
“Maukahًakuًkabarkanًkepadaًkalianًyangًlebihًbaikًdaripadaًderajatً
puasa,ًsholat,ًdanًsedekah?”.ًMerekaًberkata,ً“Tentu”.ًBaiknyaً
hubungan diantara sesama, karena rusaknya hubungan diantara
sesamaًmengikisًhabisً(agama).”ً(HR.ًAt-Tirmidzi no 2509, dan
dishahihkan at-Tirmidzi) dan terdapat tambahan.

‫الد ْي َن‬
ِ ‫ق‬ ُ ‫ش ْع َر َولَ ِك ْن ت َ ْح ِل‬ ُ ‫ِه َي ا ْل َحا ِلقَةُ الَ أَقُ ْو ُل ت َ ْح ِل‬
َّ ‫ق ال‬
“Rusaknyaًhubunganًdiًantaraًsesamaًadalahًmengikis, dan tidaklah
aku berkata mengikis habis rambut, akan tetapi mengikis habis
agama.”

Allah berfirman,

‫وف أ َ ْو‬
ٍ ‫ص َدقَ ٍة أ َ ْو َم ْع ُر‬
َ ‫ال َخ ْي َر فِي َكثِ ٍير ِم ْن نَ ْج َوا ُه ْم إِال َم ْن أ َ َم َر ِب‬
ِ‫َّللا‬
َّ ‫ضا ِة‬ َ ‫اس َو َم ْن يَ ْفعَ ْل ذَ ِل َك ا ْبتِغَا َء َم ْر‬ ِ َّ‫صالحٍ بَ ْي َن الن‬ ْ ‫ِإ‬
‫ف نُ ْؤ ِتي ِه أ َ ْج ًرا ع َِظي ًما‬
َ ‫س ْو‬َ َ‫ف‬
“Tidakًadaًkebaikanًpadaًkebanyakanًbisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi
sedekah,ًatauًberbuatًma’ruf,ًatauًmengadakanًperdamaianًdiً
antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena
mencari keredhoan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya
pahalaًyangًbesar.”ً(QS.ًAn-Nisaa: 114).

Allah berfirman,

‫صالةَ إِنَّا ال نُ ِضي ُع أ َ ْج َر‬


َّ ‫ب َوأَقَا ُموا ال‬
ِ ‫ُون بِا ْل ِكتَا‬
َ ‫سك‬ َ ‫َوالَّذ‬
ِ ‫ِين يُ َم‬
ْ ‫ا ْل ُم‬
َ ‫ص ِل ِح‬
‫ين‬
“Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan al-kitab serta
mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami
tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan
perbaikan.”ً(QS.ًAl-A’raf:ً170).
ِ ‫سبِي َل ا ْل ُم ْف‬
َ ‫س ِد‬
‫ين‬ ْ َ ‫َوأ‬
َ ‫ص ِل ْح َوال تَتَّبِ ْع‬
“Danًperbaikilah,ًdanًjanganlahًkamuًmengikutiًjalanًorang-orang
yangًmembuatًkerusakan.”ً(QS.ًAl-A’raf:ً142).

‫علَ ْي ُك ْم آيَاتِي فَ َم ِن‬ َ ‫ص‬


َ ‫ون‬ ُ ‫يَا بَنِي آ َد َم ِإ َّما يَأْتِيَنَّ ُك ْم ُر‬
ُّ ُ‫س ٌل ِم ْن ُك ْم يَق‬
َ ُ‫علَ ْي ِه ْم َوال ُه ْم يَ ْح َزن‬
‫ون‬ َ ‫ف‬ ٌ ‫صلَ َح فَال َخ ْو‬ ْ َ ‫اتَّقَى َوأ‬
“Haiًanak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada
kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka Barangsiapa
yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.”ً(QS.ًAl-A’raf:ً35).

ْ َ ‫ين فَ َم ْن آ َم َن َوأ‬
‫صلَ َح فَال‬ َ ‫ين َو ُم ْنذ ِِر‬
َ ‫ش ِر‬ َ ‫س ِل‬
ِ َ‫ين ِإال ُمب‬ َ ‫س ُل ا ْل ُم ْر‬
ِ ‫َو َما نُ ْر‬
َ ُ‫علَ ْي ِه ْم َوال ُه ْم يَ ْح َزن‬
‫ون‬ َ ‫ف‬ ٌ ‫َخ ْو‬
“DanًtidaklahًKamiًmengutusًparaًrasulًituًmelainkanًuntukً
memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa
yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada
kekhawatiranًterhadapًmerekaًdanًtidakًpulaًmerekaًbersedihًhati.”ً
(QS. Al-An’am:ً48).

Dan ishlah (mendamaikan) bisa dilakukan diantara pasangan suami


istri terhadap perselisihan mereka dengan sesuatu yang menjamin
hak masing-masing. Allah berfirman,
‫ق بَ ْينِ ِه َما فَا ْبعَثُوا َح َك ًما ِم ْن أ َ ْه ِل ِه َو َح َك ًما ِم ْن أ َ ْه ِل َها‬ ِ ‫َوإِ ْن ِخ ْفت ُ ْم‬
َ ‫شقَا‬
‫يرا‬ً ‫ع ِلي ًما َخ ِب‬
َ ‫ان‬ َ ‫َّللاَ َك‬ َّ ‫َّللاُ بَ ْينَ ُه َما إِ َّن‬
َّ ‫ق‬ ِ ِ‫صال ًحا يُ َوف‬ْ ِ‫إِ ْن يُ ِريدَا إ‬
“Danًjikaًkamuًkhawatirkanًadaًpersengketaanًantaraًkeduanya,ً
maka kirimlah seorang pendamai dari keluarga laki-laki dan seorang
pendamai dari keluarga perempuan. Jika kedua orang pendamai itu
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
MahaًMengenal.”ً(QS.ًAn-Nisa: 35).

Allah juga berfirman,

َ ‫ضا فَال ُجنَا َح‬


‫علَ ْي ِه َما‬ ً ‫ُوزا أ َ ْو ِإع َْرا‬
ً ‫ام َرأَةٌ َخافَتْ ِم ْن بَ ْع ِل َها نُش‬ ْ ‫َو ِإ ِن‬
‫س‬ ِ ‫ص ْل ُح َخ ْي ٌر َوأ ُ ْح ِض َر‬
ُ ُ‫ت األ ْنف‬ ُّ ‫ص ْل ًحا َوال‬ ُ ‫ص ِل َحا بَ ْينَ ُه َما‬ْ ُ‫أ َ ْن ي‬
ً ِ‫ون َخب‬
‫يرا‬ َ ُ‫َان بِ َما ت َ ْع َمل‬ َّ ‫سنُوا َوتَتَّقُوا فَ ِإ َّن‬
َ ‫َّللاَ ك‬ ِ ‫ش َّح َوإِ ْن ت ُ ْح‬ ُّ ‫ال‬
“Danًjikaًseorangًwanitaًkhawatirًakanًnusyuzًatauًsikapًtidakًacuhً
dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan
perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik
(bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika
kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu
(dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah
Mahaًmengetahuiًapaًyangًkamuًkerjakan.”ً(QS.ًAn-Nisa: 128).

Dan mendamaikan di antara pasangan suami istri menjaga keutuhan


rumah tangga dari keretakan dan kehancuran, dan dengannya
lestarilah perhatian keluarga dan semakin kuat hubungan antara
suami istri, dan berkelanjutan hubungan yang baik, anak-anak
mendapati persatuan kedua orang tuanya pengayom mereka yang
terpercaya, yang berkesinambungan dan aman dari penyimpangan,
mereka mendapati kelembutan orang tua dan pertumbuhan yang
baik.

Dan jika semakin parah perselisihan diantara suami istri dan


ditinggalkan jalan damai maka hancurlah rumah tangga, terbengkalai
anak-anak dan mereka terancam dengan kerusakan dan kegagalan
dalam kehidupan setelah perceraian, serta terputuslah hubungan
kekerabatan, dan suami istri mendapatkan kemudhorotan.

Dalamًhaditsً((Iblisًberkataًkepadaًpasukannya,ً“Siapaًdiantaraً
kalian yang hari ini telah menyesatkan seorang muslim maka aku
akan mendekatkan dia kepadaku dan akan aku pasangkan mahkota
baginya”.ًMakaًdatanglahًsalahًsatuًdariًmerekaًlaluًberkata,ً“Akuً
terus menggoda si fulan hingga ia durhaka kepada kedua orang
tuanya”.ًIblisًberkata,ً“Hampirًlagiًiaًbaikًkembaliًkepadaًkeduaً
orangًtuanya”.ًDatangًyangًlainًdanًberkata,ً“Akuًterusًmenggodaًsiً
fulan hingga ia akhirnya mencuri”.ًIblisًberkata,ً“Hampirًlagiًiaً
bertaubat”.ًDatangًyangًlainًdanًberkata,ً“Akuًterusًmenggodaًsiً
fulanًhinggaًakhirnyaًiaًberzina”.ًIblisًberkata,ً“Sebentarًlagiًiaًakanً
bertaubat”.ًDatangًyangًlainًdanًberkata,ً“Akuًterusًmenggodaًsiً
fulan hingga iapunًmenceraikanًistrinya”.ًIblisًberkata,ً“Engkau,ً
engkauً(yangًhebat)”.ًLaluًIblispunًmendekatkannyaًkepadaًIblis,ً
laluًiaًmengenakannyaًmahkota”))ً(HR.ًMuslim).

Dan mendamaikan bisa dilakukan diantara kerabat yang bertikai


hingga kembali baik hubungan silaturahmi dan lestari, dan agar tidak
terjadi putusnya silaturahmi diantara kerabat. Maka silaturahmi adalah
berkah dan kebaikan serta kemuliaan, dan merupakan sebab yang
memasukkan ke surga, sebab baiknya agama dan urusan dunia serte
keberkahan usia. Dari Aisyah –semoga Allah meridhoinya-
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫صلَهُ هللاُ َو َم ْن قَ َطعَنِي‬ َ ‫ َم ْن َو‬: ‫الر ِح ُم ُمعَلَّقَةٌ ِبا ْلعَ ْر ِش تَقُ ْو ٌل‬
َ ‫صلَنِي َو‬ َّ
ُ‫قَ َطعَهُ هللا‬
“Ar-Rahimً(kekerabatan)ًbergantungًdiً‘Arsy,ًiaًberkata,ً
“Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan
menyambungnya (dengan kebaikan), dan barangsiapa yang
memutuskanًakuًmakaًAllahًakanًmemutuskannya.”ً(HR.ًal-Bukhari
dan Muslim).

Dan dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- dari


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda

َ ‫ َوأ َ ْن يُ ْن‬،‫س َط له في ِر ْزقِ ِه‬


‫سأ في أث َ ِر ِه؛ فَ ْليَ ِص ْل‬ َ ‫س َّرهُ أن يُ ْب‬
َ ‫من‬
ُ‫َر ِح َمه‬
“Barangsiapaًyangًsukaًuntukًdilapangkanًrezekinyaًdanً
dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali
silaturahmi.”ً(HR.ًal-Bukhari).

Dan dari Amr bin Sahl –semoga Allah meridhoinya- ia berkata,


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ِصلَةُ ا ْلقَ َرابَ ِة مثْ َراةٌ فِي ا ْل َما ِل َم َحبَّةٌ فِي األ َ ْه ِل َم ْن‬
‫سأَةٌ فِي ْاأل َ َج ِل‬
“Menyambungًsilaturahmiًadalahًmemperbanyakًharta,ًmenambahً
kecintaanًkeluarga,ًdanًmemperpanjangًumur.”ً(Haditsًshahihً
riwayat at-Thabrani).

Sebagaimana memutuskan silaturahmi adalah keburukan,


mendatangkan kesialan di dunia dan di akhirat.

DariًJubairًbinًMuth’imًdariًNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِ َ‫الَ يَ ْد ُخ ُل ا ْل َجنَّةَ ق‬
‫اط ُع َر ِح ٍم‬
“Tidakًakanًmasukًsurgaًpemutusًsilaturahmi.”ً(HR.ًal-Bukhari dan
Muslim).

Dan dari Abu Bakrah –semoga Allah meridhoinya- dari


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda,

‫اح ِب ِه ا ْلعُقُوبَةُ َم َع َما يدخر له؛‬


ِ ‫ص‬َ ‫ب أ َ ْجد َُر أ َ ْن يُعَ َّج َل ِل‬
ٍ ‫َما ِم ْن ذَ ْن‬
‫من البغى وقطيعة الرحم‬
“Tidakًadaًdosaًyangًlebihًpantasًuntukًdisegerakanًhukumannyaً
atas pelakunya disertai hukuman yang disimpan untuknya daripada
berbuatًzalimًdanًmemutuskanًsilaturahmi.”ً(HR.ًAbuًDaudًdanًat-
Tirmidzi dan ia berkata : Shahih).

Maka mendamaikan diantara kerabat yang bersengketa merupakan


kebaikan yang besar.
Mendamaikan juga bisa dilakukan diantara tetangga demi
menunaikan hak tetangga dan menjalankan kewajiban hak tersebut
yang telah diwajibkan oleh Allah.

Dari Asiyah –semoga Allah meridhoinya- dari Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam, bahwa beliau bersabda :

‫وصينِي ِبا ْل َج ِار َحتَّى َظنَ ْنتُ أَنَّهُ سيورثه‬


ِ ُ‫َما َزا َل ِج ْب ِري ُل ي‬
“Jibrilًterusًmewasiatkanًakuًuntukًberbuatًbaikًkepadaًtetangga,
hingga aku menyangka bahwa Jibril akan memberikan hak waris
kepadaًtetangga.”ً(HR.ًal-Bukhari dan Muslim).

Dan mendamaikan juga bisa antara dua orang muslim yang


bersengketa. Allah berfirman,

َّ ‫ص ِل ُحوا بَ ْي َن أ َ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا‬
‫َّللاَ لَعَلَّ ُك ْم‬ ْ َ ‫ون ِإ ْخ َوةٌ فَأ‬
َ ُ‫ِإنَّ َما ا ْل ُم ْؤ ِمن‬
َ ‫ت ُ ْر َح ُم‬
‫ون‬
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu.
DanًtakutlahًterhadapًAllah,ًsupayaًkamuًmendapatًrahmat.”ً(QS.ً
Al-Hujurat: 10).

Wahaiًsaudarakuًmuslim,ًjanganlahًengkauًtinggalkanً“usahaًuntukً
mendamaikan”,ًjanganًpulaًengkauًmeremehkanًkebaikanًyangً
banyak ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mendamaikan diantara para sahabatnya. Demikian para sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang setelah
merekaًyaituًparaًtabi’in,ًtelahًberusahaًmenempuhًjalanًini.ًDanً
nukilan dari mereka tentang mendamaikan diantara yang bersengketa
sangatlah banyak. Dan dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam beliau bersabda ((Wahai manusia, damaikanlah diantara kaum
muslimin, sesungguhnya Allah mendamaikan diantara kaum
muslimin)).

Seorang muslim di zaman ini merasa sedih karena begitu sedikitnya


orang yang mendamaikan dan berpalingnya banyak orang dengan
menjauh dari usaha mendamaikan di masyarakat kaum muslimin.

Dan engkau –wahai seorang muslim- diperintahkan untuk berniat


yang baik dan berihtisab (mengharapkan pahala) dan menempuh
sebab-sebab, adapun setelahnya maka serahkan kepada Allah.
(Yang jelas) Allah telah menjamin pahala bagimu. Allah berfirman :

َ َ ‫س ِه َو َم ْن أ‬
‫سا َء فَعَلَ ْي َها ث ُ َّم ِإلَى َربِ ُك ْم‬ ِ ‫صا ِل ًحا فَ ِلنَ ْف‬
َ ‫َم ْن ع َِم َل‬
َ ُ‫ت ُ ْر َجع‬
‫ون‬
“Barangsiapaًyangًmengerjakanًamalًsaleh,ًmakaًituًadalahًuntukً
dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka
itu akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian kepada Tuhanmulah
kamuًdikembalikan.”ً(QS.ًAl-Jatsiyah: 15).

Read more https://khotbahjumat.com/3028-keutamaan-memperbaiki-hubungan-antar-


sesama.html
Bertakwalah dengan takwa yang sesungguhnya dan berpeganglah
dengan tali Islam yang kuat. Hamba-hamba Allah sekalian, jadilah
kalian orang-orang yang mendamaikan, bergabunglah kalian dengan
orang-orang yang mengharapkan pahala.

Orang yang di dunia dikenal melakukan kebajikan maka ia pun


diakhirat dikenal demikian. Jika Allah menganugerahkan kepada
seorang hamba amal sholeh, kehendak dan tekad untuk melakukan
kebajikan dan memberi manfaat kepada masyarakat, lalu iapun
menempuh sebab-sebab yang bermanfaat, disertai dengan iman dan
mengharap pahala dan tulus, maka Allah akan memberkahi
amalannya dan usahanya tersebut akan membuahkan hasil, maka
jadilah ia adalah kunci pembuka pintu-pintu kebaikan, dan penutup
pintu-pintu keburukan. Dari Anas –semoga Allah meridhoinya- ia
berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اس َمفَاتِ ْي َح‬ِ َّ‫ق ِللش َِّر َوإِ َّن ِم َن الن‬ َ ‫اس َمفَاتِ ْي َح ِل ْل َخ ْي ِر َمغَا ِل ْي‬ ِ َّ‫إِ َّن ِم َن الن‬
‫علَى يَ َد ْي ِه‬َ ‫ط ْوبَى ِل َم ْن َجعَ َل هللاُ َمفَاتِ ْي َح ا ْل َخ ْي ِر‬ ُ َ‫ق ِل ْل َخ ْي ِر ف‬
َ ‫ِللش َِّر َمغا َ ِل ْي‬
‫علَى يَ َد ْي ِه‬َ ‫َو َو ْي ٌل ِل َم ْن َجعَ َل هللاُ َمفَاتِ ْي َح الش َِّر‬
“Sesungguhnyaًdiantaraًmanusiaًadaًorang-orang yang merupakan
pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan,
dan diantara manusia orang-orang yang merupakan pembuka pintu-
pintu keburukan dan penutup pintu-pintu kebaikan, maka
beruntunglah orang yang Allah menjadikan kunci-kunci kebaikan pada
kedua tangannya, dan celaka orang yang Allah jadikan kunci-kunci
keburukanًpadaًkeduaًtangannya.”ً(HaditsًshahihًriwayatًIbnuً
Majah)

Allah berfirman,

ِ َ‫َّللاَ َوا ْعلَ ُموا أَنَّ ُك ْم ُمالقُوهُ َوب‬


‫ش ِر‬ ِ ُ‫َوقَ ِد ُموا أل ْنف‬
َّ ‫س ُك ْم َواتَّقُوا‬
َ ِ‫ا ْل ُم ْؤ ِمن‬
‫ين‬
“Danًkerjakanlahً(amalًyangًbaik)ًuntukًdirimu, dan bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya.
dan berilah kabar gembira orang-orangًyangًberiman.”ً(QS.ًAl-
Baqarah: 223).

َّ ‫َّللاُ َوت َ َز َّودُوا فَ ِإ َّن َخ ْي َر‬


‫الزا ِد الت َّ ْق َوى‬ َّ ُ‫َو َما ت َ ْفعَلُوا ِم ْن َخ ْي ٍر يَ ْعلَ ْمه‬
ِ ‫ون يَا أُو ِلي األ ْلبَا‬
‫ب‬ ِ ُ‫َواتَّق‬
“Danًapaًyangًkamuًkerjakanًberupaًkebaikan,ًniscayaًAllahً
mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal
adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang
berakal.”ً(QS.ًAl-Baqarah: 197).

‫َّللاِ ُه َو َخ ْي ًرا َوأ َ ْع َظ َم‬


َّ ‫س ُك ْم ِم ْن َخ ْي ٍر ت َ ِجدُوهُ ِع ْن َد‬ ِ ُ‫َو َما تُقَ ِد ُموا أل ْنف‬
ٌ ُ ‫غف‬
‫ور َر ِحي ٌم‬ َ َ‫َّللا‬ ْ ‫أ َ ْج ًرا َوا‬
َّ ‫ست َ ْغ ِف ُروا‬
َّ ‫َّللاَ إِ َّن‬
“Danًkebaikanًapaًsajaًyangًkamuًperbuatًuntukًdirimuًniscayaً
kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang
palingًbaikًdanًyangًpalingًbesarًpahalanya.”ً(QS.ًAl-Muzammil: 20).

Read more https://khotbahjumat.com/3028-keutamaan-memperbaiki-hubungan-antar-


sesama.html

Anda mungkin juga menyukai