Anda di halaman 1dari 35

 Beranda

 Profil
 Opini
o Umum
o Kesehatan
 Regulasi
o Aturan Kepegawaian
o Aturan Kesehatan
 Buku
o Buku Kesehatan
o Buku Umum

WWW.SUMBARSEHAT.COM
search...

 2015 Dokter Asing Masuk Indonesia, Bagaimana Nasib Dokter RI?


Liputan6.com, Jakarta Menyusul pemberlakukan pasar bebas Masyarakat Ekonomi
(AEC) 2015, tidak akan lama lagi, Indonesia akan diserbu oleh dokter asing dari
negara-negara lain di ASEAN. Mengingat...

 ESCHERIA COLI DAN AIR MINUM


Manusia sangat membutuhkan air dalam hidupnya, baik untuk keperluan minum,
memasak mencuci, dan sebagainya. Menurut perhitungan kebutuhan, dalam satu hari,
seorang dewasa membutuhkan sekitar 1,6...

 ALUR PENDAFTARAN BPJS KESEHATAN


Panduan Terkait Bisa Download dibawah iniBuku Panduan Layanan bagi Peserta
BPJS KesehatanPenjaminan Pelayanan Kesehatan Darurat MedisSistem Rujukan
BerjenjangProgram Rujuk BalikPelayanan GIgi &...
 PEDOMAN AKREDITASI RUMAH SAKIT
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Adapun
tujuan akreditasi rumah sakit adalah...

 REGULASI KESEHATAN
KMK No 279-2006 PERKESMASKMK No. 1278 Tahun 2009 ttg TB dan HIV.KMK
No. 1479 ttg Pedoman Peneyelenggaraan Sistem SurveilansKMK No. 836 ttg
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan.PBM...

 MEMAKNAI CASH FLOW QUADRANT


Robert T Kiyosaki adalah penulis buku Rich Dad Poor Dad, dan The Cash Flow
Quadrant yang menjadi best seller di seluruh dunia. Karyanya telah diterjemahkan ke
berbagai bahasa, dan menjadi panduan...

 WASPADA ANCAMAN DBD DI SUMATERA BARAT


Sumbarsehat.com- Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan lewat
gigitan nyamuk Aedes aegipty saat ini menjadi ancaman serius bagi masyarakat
Sumatera Barat (Sumbar). Bahkan RSUP M. Djamil...

 SIK ONLINE ADA YANG GRATIS KENAPA HARUS BAYAR


MAHAL
Rumah sakit dan Puskesmas yang ingin mengembangkan sistem informasi
manajemen secara online sebenarnya tidak perlu mengeluarkan biaya mahal bahkan
untuk aplikasi SIM-RS ataupn SIMPUS onlinee semuanya...

 PEMAHAMAN INDIKATOR KIA SECARA KOMPREHENSIF


Selamat bertemu kembali sahabat setia www.sumbarsehat.com semoga hari2 sahabat
dapat selalu menjadi hari2 yang berkwalitas dan dan bermanfaat. Setelah cukup lama
vakum dalam pembahasan dunia KESMAS...
 EBOLA VIRUS BARU YANG MENGANCAM DUNIA
Saat ini, di Guinea (Guyana), Afrika Barat sedang merebak penularan virus Ebola.
Menurut data dari WHO tanggal 9 Mei 2014 yang dihimpun dari Kementerian
Kesehatan Guinea, terdapat 236 kasus klinik...

 AKU SEORANG PENJILAT


disadur dan diedit dari berbagai sumberPerkenalkan namaku adalah Si Penjilat. Aku
ada dalam pergaulan kalian sehari-hari baik di sekolah, di kampus atau di kantor
. Aku ini sama seperti...

 REGULASI PEGAWAI NEGERI SIPIL


Bagi Pegawai Negeri Sipil sudah seharusnya memahami semua aturan yang
menyangkut kepegawaian serta hak dan kewajiban kita sebagai PNS sehingga hak2
kita tidak dilanggar oleh kesewenangan yang dengan...

 TERTULAR HIV AIDS BUKANLAH VONIS KEMATIAN


Jumlah penderita HIVAIDS terus meningkat dari waktu ke waktu, usia terbanyak
yaitu antara usia 26 hingga 30 tahun. Gejala terinfeksi baru muncul setelah beberapa
tahun tertular,...

 DETEKSI DINI KANKER SERVIKS


Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim
merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan dan penyakit
kandungan yang masih menempati posisi tertinggi...

 TENTANG KANKER PAYUDARA


DefinisiDalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor. Benjolan atau ada
yang jinak dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah yang disebut kanker. Kanker
payudara adalah tumor ganas yang...

 INTERPRESTASI PEMERIKSAAN LEUKOSIT


Leukosit (sel darah putih)Nilai normal : 3200 – 10.000/mm3 SI : 3,2 – 10,0 x
109/LDeskripsi:Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh
dengan memfagosit organisme asing dan...
 INTERPRESTASI PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
Hemoglobin (Hb)Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/LWanita:
12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/LDeskripsi:Hemoglobin adalah komponen yang
berfungsi sebagai alat...

 INTERPRESTASI PEMERIKSAAN HEMATOKRIT


Hematokrit (Hct)Nilai normal: Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5Wanita : 35% -
45% SI unit : 0.35 - 0,45Deskripsi:Hematokrit menunjukan persentase sel darah
merah tehadap volume darah...

 Cadburry Milk Hazelnut Tak Kantongi Sertifikasi MUI & Ilegal


JAKARTA - Bahagian Keselamatan dan Kualiti Makanan (BKKM) Malaysia
mengambil sampel dua cokelat jenis Cadbury Dairy Milk, yaitu Cadbury Hazelnut
dan Cadbury Dairy Milk Roast Almond. Hasilnya...

 Peneliti Temukan Senyawa anti-MERS dan SARS


INILAHCOM, Jenewa - Tim peneliti internasional mengklaim berhasil
mengidentifikasi senyawa yang dapat melawan virus corona penyebab SARS dan
MERS.Senyawa itu disebut K22. Penemunya adalah tim ilmuwan...

Atonia Uteri

1. Pengertian
Atonia uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan berkontraksi dengan baik
setelah persalinan (Saifudin AB, 2002). Sedangkan dalam sumber lain atonia didefinisikan
sebagai hipotonia yang mencolok setelah kelahiran placenta (Bobak, 2002). Dua definisi
tersebut sebenarnya mempunyai makna yang hampir sama, intinya bahwa atonia uteri adalah
tidak adanya kontraksi segera setelah plasenta lahir.
Pada kondisi normal setelah plasenta lahir, otot – otot rahim akan berkontraksi secara
sinergis. Otot – otot tersebut saling bekerja sama untuk untuk menghentikan perdarahan yang
berasal dari tempat implantasi plasenta. Namun sebaliknya pada kondisi tertentu otot – otot
rahim tersebut tidak mampu untuk berkontraksi / kalaupun ada kontraksi kurang kuat. Kondisi
demikian akan menyebabkan perdarahan yang terjadi dari tempat implantasi plasenta tidak
akan berhenti dan akibatnya akan sangat membahayakan ibu.
Sebagian besar perdarahan pada masa nifas (75 – 80%) adalah akibat adanya atonia
uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa kehamilan
adalah 500 – 800 ml / menit, sehingga bisa kita bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi
selama beberapa menit saja, maka akan menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak.
Sedangkan volume darah manusia hanya berkisar 5 – 6 liter saja.

2. Penyebab
Suatau penyakit akan bisa ditangani dengan baik kalau diketahui penyebabnya. Dalam
kasus atonia uteri penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Namun demikian ada beberapa
faktor predisposisi yang bias dikenal.
Faktor – faktor predisposisi tersebut antara lain :

a. Distensi rahim yang berlebihan

Penyebab distensi uterus yang berlebihan antara lain :


1) Kehamilan ganda
2) Poli hidramnion
3) Makrosomia janin
Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab – sebab tersebut akan mengakibatkan uterus
tidak mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir.

b. Pemanjangan masa persalinan (partus lama)

Pada partus lama uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga otot- otot rahim tidak
mampu melakukan kontraksi segera setelah plasenta lahir.

c. Grandemultipara (Paritas 5 atau lebih)

Kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang kali teregang. Hal
ini akan menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta lahir.

d. Kehamilan dengan mioma uterus.


Mioma yang paling sering menjadi penyebab perdarahan post partum adalah mioma intra
mular, dimana mioma berada di dalam miometrium sehingga akan menghalangi uterus
berkontraksi.

e. Persalinan buatan (SC, Forsep dan ekstraksi vakum).


f. Persalinan lewat waktu
g. Korioamnionitis

3. Tanda dan gejala


Mengenal tanda dan gejala sangat penting dalam penentuan diagnosa dan
penatalaksanaannya.
Tanda dan gejala atonia uteri antara lain :
a. Perdarahan pervaginam.
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia sangat banyak dan darah tidak merembes.
Yang sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan. Hal ini terjadi
karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.

b. Konsisitensi rahim lunak

Gejala ini merupakan gejala terpenting / khas atonia dan yang membedakan atonia dengan
penyebab perdarahan yang lainnya.

c. Fundus uteri naik


d. Terdapat tanda – tanda syok

4. Penangan atonia uteri


Penanganan kasus atonia uteri harus secara benar, tepat dan cepat, mengingat akibat
yang akan terjadi jika tidak segera mendapat penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu
bersalin akan kehilangan darah sangat banyakdalam beberapa menit saja uterus tidak
berkontraksi.
Langkah – langkah yang harus dilakukan dalam penanganan kasus atonia uteri
a. Berikan 10 unit oksitosin IM
b. Lakukan massage uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi dengan
tehnik aseptik apakah plasenta utuh. Pemeriksaan menggunakan sarung tangan DTT
atau steril, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau
selaput ketuban yang tertinggal.
c. Periksa kandung kemih ibu jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi atau gunakan teknik
aseptic untuk memasang kateter ke dalam kandung kemih ( menggunakan kateter karet
steril / DTT ).
d. Gunakan sarung tangan DTT / steril , lakukan kompresi bimanual internaselama
maksimal 5 menit atau hingga perdarahan bias dihentikan dan uterus berkontraksi
dengan baik.
e. Anjurkan keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan
f. Jika perdarahan bisa dihentikan dan uterus berkontraksi baik :

Teruskan kompresi bimanual interna selama 1-2 menit.


Keluarkan tangan dengan hati – hati dari vagina.
Pantau kala IV dengan seksama, termasuk sering melakukan massage, mengamati perdarahan,
tekanan darah dan nadi.

g. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit
setelah dimulainya kompresi bimanual interna :

Instruksikan dan ajari salah satu keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna.
Keluarkan tangan dari vagina dengan hati – hati.
Jika tidak ada tanda hipertensi pada ibu, berikan metergin 0, 2 mg IM
Mulai Iv ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar ( 16 /
18 G ) dengan teknik aseptic. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan
IV ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
 Jika uterus tetap tidak berkontraksi ;
 Ulangi KBI
 Jika berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan – lahan dan pantau kala IV dengan seksama.
 Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera dimana operasi dapat dilaksanakan
 Dampingi ibu ketempat rujukan. Teruskan infuse dengan kecepatan 500 cc / jam hingga ibu
mendapatkan total 1, 5 liter dan kemudian turunkan hingga 125 cc / jam.
Jika kompresi bimanual tidak berhasil, coba lakukan kompresi aorta.
Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur nadi, pernafasan dan tekanan
darah.
Buat dokumentasi dengan cermat.
Jika perdarahan sulit dikendalikan, ibu harus diobservasi dengan ketat untuk tanda dan gejala
infeksi. Jika ada berikan :
 Antibiotik spectrum luas, 1 gr Im, ulangi setiap 6 jam
 Metronidazol 400 – 500 mg per oral, ulangi setiap 8 jam
Kedua obat tersebut diberikan selama 5 hari.
Label: KEBIDANAN
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

TOTAL TAYANGAN

BERRBAGI OPINI
Nama

Email *
Pesan *

Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.


7/19/2012

PERDARAHAN POSTPARTUM

PERDARAHAN POSTPARTUM

Perdarahan Postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah anak
lahir. Dalam pengertian ini dimasukkan juga perdarahan karena retensio plasenta (Mochtar, 1998)

Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :

(a) Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam
setelah anak lahir.

(b) Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam,
biaanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.

Menurut Wiknjosatro H. (1960), perdarahan, terutama perdarahan postpartum, masih merupakan


salah satu dari sebab utama kematian ibu dalam persalinan. Karena itu ada tiga hal yang harus
diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan postpartum, yaitu :

(1) Penghentian perdarahan

(2) Jaga jangan sampai timbul syok

(3) Penggantian darah yang hilang.


FREKUENSI

Frekuensi yang dilaporkan Mochtar, R. dkk (1965-1969)


di R.S. Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan–laporan baik di Negara
maju maupun
di Negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%.

Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut :

Atonia uteri 50% - 60%

Retensio plasenta 16% - 17%

Sisa plasenta 23% - 24%

Laserasi jalan lahir 4% - 5%

Kelainan darah 0,5% - 0,8%

PERDARAHAN DALAM KALA URI

Biasanya setelah janin lahir, beberapa menit kemudian mulailah proses pelepasan plasenta disertai
sedikit perdarahan. Bila plasenta sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim, maka uterus akan
berkontraksi (his pengeluaran plasenta) untuk mengeluarkan plasenta (Mochtar, 1998).

Retensio Plasenta

Adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir (Mochtar, 1998).

Sebab-sebabnya adalah :

(1) Plasenta belum terlepas dari rahim karena tumbuh melekat lebih dalam, yang menurut tingkat
pelekatannya dibagi menjadi (a) Plasenta adhesiva, yang melekat pada desidua endometrium lebih
dalam; (b) Plasenta senta inkreta, dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
sampai ke miometrium; (c) Plasenta akreta, yang menembus lebih dalam ke dalam miometrium
tetapi belum menembus serosa; serta (d) Plasenta perkreta, yang menembus sampai serosa atau
peritoneum dinding rahim.

(2) Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim akibat
kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta
sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rectum penuh, karena itu keduanya
harus dikosongkan.

Penanganan

Apabila plasenta belum lahir dalam setengah sampai 1 jam setelah bayi lahir, apalagi bila terjadi
perdarahan, maka harus segera dikeluarkan. Tindakan yang dapat dikerjakan adalah :
(1) Coba 1 – 2 kali dengan perasat Crede.

(2) Keluarkan plasenta dengan tangan (manual plasenta).

Pasang infus cairan dektrosa 5%, ibu dalam posisi litotomi, dengan narkosa dan segala sesuatunya
dalam keadaan suci hama.

Tekhnik: tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam rongga rahim
dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta dilepas–disisihkan dengan tepi jari-jari
tangan–bila sudah lapas ditarik keluar. Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau sisa-sisa
plasenta dan bersihkanlah

Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi robekan jalan lahir (uterus) dan membawa infeksi.

(3) Bila perdarahan banyak berikan transfuse darah.

(4) Berikan juga obat-obatan seperti uterotonika dan antibiotika.

PERDARAHAN POSTPARTUM

Yang dimaksud disini adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari 500-600 cc dalam 24
jamsetelah anak dan plasenta lahir (Mochtar,1998).

Etiologi

(1) Atonia uteri

Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah :

- Umur : umur yang terlalu muda atau tua

- Paritas : seringdijumpai pada multipara dan grandemultipara

- Partus lama dan partus terlantar

- Obstetri operatif dan narkosa

- Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemeli, hidramnion, atau janin besar

- Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio plasenta

- Factor sosio ekonomi, yaitu malnutrisi

(2) Sisa plasenta dan selaput ketuban

(3) Jalan lahir : robekan perineum, vagina seviks, forniks, dan rahim

(4) Penyakit darah

Kelainan pembekuan darah misalnya a atau fibrinogenemia yang sering dijumpai pada :

- Perdarahan yang banyak

- Solusio plasenta

- Kematian janin yang lama dalam kandungan


- Pre-eklamsi dan eklamsi

- Infeksi, hepatitis, dan septic syok.

Diagnosis

Pada tiap-tiap perdarahan postpartum harus dicari apa penyebabnya. Secara ringkas membuat
diagnosis adalah seperti bagan di halaman berikut :

(1) Palpasi uterus : bagaimana kontraksi


uterus dan tinggi fundus uteri

(2) Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah


lengkap atau tidak
1. Atonia uteri

(3) lakukan eksplorasi kavum uteri untuk 2. sisa-sisa plasenta dan ketuban
mencari :
3. robekan jalan lahir

- sisa plasenta dan ketuban 4. Penyakit darah (kelainan


pembekuan darah).
- robekan rahim

- olasenta suksenturiata

(4) Inspekulo: untuk melihat robekan pada


serviks, vagina, dan varises yang pecah.

(5) Pemeriksaan laboratorium: periksa darah,


Hb, clot observation test (COT),

dan lain-lain

Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga
dapat waktu singkat ibu dapat jatuh ke dalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang
menetes perlahan-lahan tetapi terus-terusan yang juga berbahaya karena kita tidak menyangka
akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam subsyok atau syok.
Karena itu adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah
secara rutin; serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi
uterus dan perdarahan selama 1 jam.

Penanganan

Pencegahan perdarahan postpartum

Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi
perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun
sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai
predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.

Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah, dan bila mungkin
tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-
obatan penguat rahim (uterotonika). Setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka vulva,
infuse dipasang dan sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5
satuan sintosinon (=sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.

Pengobatan perdarahan kala uri

Sikap dalam menghadapi perdarahan kala uri ialah :

(1) Berikan oksitosin

(2) Cobalah mengeluarkan plasenta menurut cara Crede (1-2 kali)

(3) Keluarkan plasenta dengan tangan

Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir dilakukan jika (a) ada sangkaan akan
terjadi perdarahan postpartum; (b) ada perdarahan yang banyak (lebih dari 500 cc); (c) terjadi
retensio plasenta; (d) dilakukan tindakan obstetri dalam narkosa; atau (e) ada riwayat perdarahan
postpartum pada persalinan yang lalu.

Jika masih ada sisa-sisa plasenta yang agak melekat dan masih terdapat perdarahan, segera lakukan
utero-vaginal tamponade selama 24 jam, diikuti pemberian uterotonika dan antibiotika selama 3
hari berturut-turut; dan pada hari ke empat baru lakukan kuretase untuk membersihkannya.

Jika disebabkan oleh luka-luka jalan lahir, luka segera dijahit dan perdarahan akan berhenti.

Pengobatan perdarahan postpartum pada atonia uteri

Tergantung pada banyaknya perdarahan dan derajat atonia uteri, dibagi dalam 3 tahap :

Tahap I Perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi dengan cara pemberian
uterotonika,mengurut rahim (massage), dan memasang gurita.

Tahap II Bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya berikan infus dan
tranfusi darah dan dapat dilakukan :

- perasat (maneuver) Zangemeister

- pirasat (maneuver) Fritch

- kompresi bimanual

- kompresi aorta

- tamponade utero vaginal

- jepitan arteri uterine dengan cara Henkel

Tamponade utero-vaginal walaupun secara fisiologis tidak tepat, hasilnya masih memuaskan,
terutama didaerah pedesaan dimana fasilitas lainnya sangat minim atau tidak ada.
Tahap III Bila semua upaya diatas tidak menolong juga, maka usaha terakhir adalah menghilangkan
sumber perdarahan, dapat ditempuh dua cara, yaitu dengan meligasi arteri hipogastrika atau
histerektomi.

Prognosis

Seperti dikatakan oleh Tadjuluddin (1965): “Perdarahan postpartum masih merupakan ancaman
yang tidak terduga; walaupun dengan pengawasan yang sebaikbaiknya, perdarahan postpartum
masih merupakan salah satu sebab kematian ibu yang penting”. Sebaliknya menurut pendapat para
ahli kebidanan modern: “Perdarahan poatpartum tidak perlu mambawa kematian pada ibu
bersalin”. Pendapat ini memang benar bila kesadaran masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dalam
klinik tersedia banya darah dan cairan serta fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar
anggapan, bahwa darahnya adalah merupakan hidupnya, karena itu mereka menolak
menyumbangkan darahnya, walaupun jiwa istri dan keluarganya sendiri.

Pada perdarahan postpartum, Mochtar R. dkk, (1969) melaporkan angka kematian ibu sebesar 7,9%
dan Wiknjosastro H. (1960) 1,8% – 4,5%. Tingginya angka kematian ibu karena banyak penderita
yang dikirim dari luar negeri dengan keadaan umum yang sangat jelek dan anemis dimana tindakan
apapun kadang-kadang tidak menolong.

INVERSIO UTERI

Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke
dalam kavum uteri (Sarwono, 2007).

Pembagian

(1) Inversio uteri ringan

Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruang rongga rahim

(2) Inversion uteri sedang

Terbalik dan sudah masuk dalam vagina

(3) Inversio uteri berat

Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina. Ada pula yang membaginya
menjadi inversion uteri inkomplit, yaitu 1 dan 2; dan komplit 4 : seperti 3.

Etiologi

Penyebabnya bisa terjadi secara spontan atau karena tindakan. Factor yang memudahkan terjadinya
adalah uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya; tarikan tali pusat yang berlebihan; atau patulous
kanalis servikalis.

Yang spontan dapat terjadi pada grandemultipara, atonia uteri, kelemahan alat kandungan, dan
tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
Yang karena tindakan dapat disebabkan cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, dan pada
manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada pelekatan plasenta pada dinding rahim.

Frekuensi

Jarang dijumpai, angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.

Diagnosis dan gejala klinis

(1) Dijumpai pada kala III atau postpartum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang banyak
sampai syok, apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas, dan dapat
terjadi strangulasi dan nekrosis.

(2) Pemeriksaan dalam

· Bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam

· Bila komplit, diatas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak

· Kavum uteri sudah tidak ad (terbalik).

Penanganan

(1) Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan; jangan terlalu mendorong rahim atau
melakukan perasatCrede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta melakukan
pengeluaran plasenta dengan tangan.

(2) Bila terjadi, maka terapinya adalah :

- Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus dan transfuse darah serta perbaiki keadaan umum.

- Sesudah itu segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa.

- Bila tidak berhasil maka dilakukan tindakan operatif secara perabdomminam (operasi Haultein)
atau pervaginam (operasi menurut Spinelli).

- Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi ringan, yaitu dengan tamponade
vaginal, kemudian berikan antibiotika untuk mencegah infeksi.

ATONIA UTERI

· Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.

· Sementara lakukan pemasngan infus dan pemberian uterotonika, lakukan kompresi bimanual.

· Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian plasenta masih tertinggal, lakukan
evakuasi sisa plasenta) dan tak ada laserasi jalan lahir.

· Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.

· Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi sistem pembekuan darah.
· Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi perdarahan lakukan tindakan
spesifik (lihat bagian Prosedur Klinik) sebagai berikut :

Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar

· Kompresi bimanual eksternal

Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak
tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang,
kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas
kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual internal

· Kompresi bimanual internal

Uterus ditekankan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina
untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi).
Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau
berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Cobakan kompresi aorta abdominalis.

· Kompresi aorta abdominalis

Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan
kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga
mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat mengurangi
denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi
(Sarwono, 2007).

Pada rumah sakit rujukan

· Ligasi arteri uterine dan ovarika,

· Histerektomi.

RETENSIO PLASENTA

· Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta, disebabkan oleh gangguan kontraksi
uterus.

· Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu
30 menit setelah bayi lahir.

Jenis retensio plasenta

· Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
· Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium.

· Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki


miometrium.

· Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.

· Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstriksi ostium uteri.

Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta

Gejala Separasi/ Plasenta inkarserata Plasenta akreta

akreta parsial

· Konsistensi kenyal keras cukup


uterus

· Tinggi fundus sepusat 2 jari bawah pusat sepusat

· Bentuk uterus diskoid agak globuler diskoid

· Perdarahan sedang-banyak sedang sedikit/tidak ada

· Tali pusat terjulur sebagian sudah lepas tidak terjulur

· Ostium uteri terbuka kontriksi terbuka

· Separasi lepas sebagian sudah lepas melekat seluruhnya


plasenta

· Syok sering jarang jarang sekali, kecuali


akibat inversio oleh
tarikan kuat pada tali
pusat

Retensio plasenta dengan separasi parsial

· Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.

· Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta tidak terjadi,
cobakan traksi terkontrol tali pusat.

· Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit. Bila perlu,
kombinasikandengan misoprostol 400 mg rektal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena
kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan perdarahan atau perforasi).
· Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.

· Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.

· Beri antibiotika profilaksis (ampisilin 2 g IV/oral + metronidazol 1 g supositoria/oral).

· Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, syok neurogenik.

Plasenta inkarserata

· Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan.

· Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan konstriksi serviks dan
melahirkan plasenta.

· Pilih fluothane atau eter untuk konstriksi serviks yang kuat tetapi siapkan infus oksitosin 20 IU
dalam 500 NS/RL dengan 40 tetes per menit untuk mengantisipasi gangguan kontraksi yang
disebabkan bahan anestesi tersebut.

· Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh conam ovum lakukan
manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut, berikan analgesic (Tramadol
100 mg IV atau Pethidine 50 mg IV dan sedaktif ( Diazepam 5 mg IV) pada tabung suntik yang
terpisah.

Manuver sekrup :

- Pasang spekulum sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak dengan jelas.

- Jepit porsio dengan klem ovum pada 12,4 dan 8 dan lapaskan spekulum.

- Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak lebih jelas.

- Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta di sisi berlawanan agar dapat dijepit
sebanyak mungkin. Minta asisten untuk memegang klem tersebut.

- Lakukan hal yang sama untuk plasenta pada sisi yang berlawanan.

- Satukan kedua klem tersebut kemudian sambil diputar searah jarum jam, tarik plasenta keluar
perlahan-lahan melalui pembukaan ostium.

· Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan tanda vital, kontraksi uterus, tinggi
fundus uteri dan perdarahan pasca-tindakan.tambahan pemantauan yang diperlukan adalah
pemantauan efek samping atau komplikasidari bahan-bahan sedativa, analgetika atau anestesia
umum (mual dan muntah, cagah aspirasi bahan muntahan, hipo/atonia uteri, vertigo, halusinasi,
pusing/vertigo, mengantuk).

Plasenta akreta

Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus/korpus apabila tali
pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam.

Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah menentukan diagnosis,
stabilisasi pasien dan rujuk ke rumah sakit rujukan karena kasus ini memerlukan tindakan operatif.
Sisa plasenta

· Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan


plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarhan pasca-persalinan lanjut,
sebagian besar pasien-pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan
setelah 6-10 hari pulang ke rumah dan sub-involusi uterus.

· Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis. Antibiotika yang dipilih
adalah ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjutkan dengan 3 x 1 g oral dikombinasi dengan metronidazol
1g supositoria dilanjutkan 3 x 500 mg oral.

· Dengan dipayungi antibiotika tersebut, lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan AVM atau Dilatasi dan Kuretase.

· Bila kadar Hb<8 g% berikan transfuse darah. Bila kadar Hb≥8 g%, berikan sulfas ferosus 600
mg/hari selama 10 hari.

RUPTURA PERINEUM DAN ROBEKAN DINDING VAGINA

· Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber pendarahan.

· Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik.

· Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap.

· Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian yang paling distal terhadap operator.

· Khusus pada ruptura perineum komplit (hingga anus dan sebagian rektum) dilakukan penjahitan
lapis demi lapis dengan bantuan busi pad rektum, sebagai berikut :

- Setelah prosedur asptik-antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung robekan.

- Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul submukosa, menggunakan
benang poliglikolik no. 2/0 (Dexon/Vicryl) hingga ke sfingter ani. Jepit kedua sfingter ani denga klem
dan jahit dengan benang no. 2/0.

- Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan submukosa dengan benang yang sama (atau
kromik 2/0) secara jelujur.

- Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara submukosal dan subkutikuler.

- Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 g dan metronidazol 1 g per oral). Terapi penuh
antibiotika hanya diberikan apabila luka tampak kotor atau dibubuhi ramuan tradisional atau
terdapat tanda-tanda infeksi yang jelas.

Robekan serviks

· Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang terjulur, akan mengalami
robekan pada posisi spina isiadika tertekan oleh kepala bayi.
· Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera
lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio.

· Jepitkan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan dapat segera
dihentikan. Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan. Jahitan
dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.

· Setelah tindakan, periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan
pasca-tindakan.

· Beri antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi.

· Bila terjadi defisit cairan, lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8g%, berikan transfusi
darah.

PENANGANAN PERDARAHAN PASCA – PERSALINAN MENURUT JENJANG

Tanda dan · Perdarahan yang segera terjadi setelah bayi/plasenta lahir. Perdarahan
gejala dapat terjadi akibat gangguan kontraksi, robekan jalan lahir atau retensi
plasenta/-fragmen plasenta pada dinding kavum uteri

Dugaan · Retensio plasenta, retensi fragmen/sisa plasenta, robekan jalan lahir


atau atonia/hipotonia uteri, gangguan pembekuan darah

Kategori Retensio Sisa Robekan Atonia Koagulopati


plasenta
plasenta jalan lahir Uteri

Tingkat UPAYA

Polindes Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis

Stabilisasi Stabilisasi Stabilisasi Stabilisasi Stabilisasi

Plasenta Uterotonika Reparasi Uterotonika Segera

Manual Antibiotika dan Stimulasi Rujuk ke RS

Untuk kasus Rujuk Hemostasis Kontaksi

Adhesiva Antibiotika Kompresi


bimanual
Simpleks Rujuk untuk
dan aorta
kasus berat
Uterotonika
Rujuk
Antibiotika langsung RS

Rujuk untuk
kasus berat

Puskesmas Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis

Stabilisasi Stabilisasi Stabilisasi Stabilisasi Stabilisasi

Plasenta evakuasi Segera


Manual Uterotonika Reparasi dan Kompresi Rujuk ke RS
Hemostasis bimanual
Untuk kasus Antibiotika
dan aorta
Antibiotika
Resiko Rujuk untuk
Tampon UV
rendah kasus Rujuk bila
dengan robekan Uterotonika
Rujuk kasus
komplikasi sangat luas
berat antibiotika
berat dan dalam
Uterotonika Rujuk
langsung RS
Antibiotika

Rumah Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis

Sakit Stabilisasi Stabilisasi Stabilisasi Stabilisasi Stabilisasi

Plasenta Kuretase Reparasi Ligasi arteri Transfusi dan


produk darah
Manual Transfusi Laparotomi Uterina
lain (plasma
Histerektomi Uterotonika Histerektomi Histerektomi beku segar,
trombosit,
Transfusi Antibiotika Transfusi Transfusi fibrinogen)
Uterotonika Kedaruratan Uterotonika Uterotonika Uterotonika
Antibiotika Komplikasi Antibiotika Antibiotika Kedaruratan
Kedaruratan Kedaruratan Kedaruratan Komplikasi
Komplikasi Komplikasi Komplikasi
4

Posted By : Bid. Diah Widyatun, S.ST on 7/19/2012 05:08:00 AM

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Label: Askeb III (Nifas), Askeb IV (Patologis)

Posts Terkait:

INFEKSI PAYUDARA : Komplikasi Masa Nifas

PERAWATAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS

PERDARAHAN POSTPARTUM

THROMBOPHLEBITIS

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Yang Salah Dan Benar

Penghambat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Peran bidan dalam Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

BENDUNGAN AIR SUSU

PERITONITIS : Komplikasi Nifas

ENDOMETRISIS : Komplikasi Nifas

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Penikmat Pengetahuan

Cari Artikel Di sini...

Loading...

Blog

About Me

Disclaimer

Contact Me

Berminat Jadi Penulis Tamu di Blog ini ?


Personality

Bid. Diah Widyatun, S.ST

Semarang, Indonesia

. Dosen kebidanan POLITEKNIK Banjarnegara . Bidan praktisi . Mahasiswa S2 BIOMEDIK Fakultas


Kedokteran UNISSULA Contact : diiediahwidy@gmail.com

View my complete profile

Masukkan alamat email anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan postingan
terbaru via email anda. Bergabunglah dengan pengikut lainnya.

Top of Form

masukkan emailJurnal
anda..Bidan Diah en_US Submit

Bottom of Form

E - Library Categories

► 2015 (6) Anatomi dan Fisiologi

► May (3) Askeb I (Kehamilan)

► March (3) Askeb II (Persalinan)

► 2014 (5) Askeb III (Nifas)

► December (1) Askeb IV (Patologis)

► November (4) Askeb V (Komunitas)

► 2013 (23) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak

► November (2) Catatan Diriku

► October (1) Catatan Dunia Medis

► July (1) Catatan Investigasi

► June (4) Checklist

► May (1) DIII Kebidanan

► April (1) Diseases

► March (2) DIV Kebidanan


► February (6) Dokumentasi

► January (5) Etika Profesi Hukum Kesehatan

▼ 2012 (438) Evaluasi Pendidikan

► November (11) HASIL EVALUASI

► October (2) Healty Living

► September (3) Intermezzo

▼ July (93) KB

"COFFIN BIRTH" Persalinan Di dalam Kubur KDPK

Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir dan KESPRO


Neonatus
KIA
Manfaat Gerakan Sholat Bagi Kesehatan
Konsep Kebidanan
10 FAKTA TENTANG KA'BAH
Micro Teaching
Peraturan Pemerintah terbaru ASI Eksklusif
Obstetri Ginekologi
2012
Organisasi Manajemen dan Mutu YanKeb
Tahapan Konseling KB
Soal Ujian
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan KB di... un categorized
Organisasi-Organisasi KB di Indonesia

Langkah-langkah konseling KB | [tutup]


PROGRAM KB DI INDONESIA

Sejarah KB di Indonesia Other Web


Hak-hak konsumen KB

Penyimpanan Alat Kontrasepsi

Kontrasepsi Darurat Pil

KB Implan

MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

KONSEP KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

BENDUNGAN AIR SUSU

PERITONITIS : Komplikasi Nifas

ENDOMETRISIS : Komplikasi Nifas

INFEKSI PAYUDARA : Komplikasi Masa Nifas


PERAWATAN LUKA PERINEUM PADA IBU
NIFAS

Jenis perlekatan plasenta

PERDARAHAN POSTPARTUM

THROMBOPHLEBITIS

Kehamilan Kembar (Gemeli) pada Penyulit


Persalinan...

Bersama Kader dalam Posyandu Lansia


“Mugi Lestari”...

Letak Sungsang (Presentasi Bokong) Penyulit


Persal...
Thanks for ur visit.. Silahkan klik SUKA/LIKE sebelum
Teknik Bracht, Lovset, Klasik dan Muller melanjutkan..
pada Sung...
?
ASUHAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR

Pemotongan Tali Pusat

Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir (BBL)


Diluar U...

Asuhan Kala II Persalinan

Perubahan Fisiologis Pada Kala II Persalinan

Pemantauan Ibu Bersalin Kala III

Kebutuhan Ibu pada Kala III Persalinan

Tanda Bahaya Ibu Bersalin Kala I

Manajemen Tindakan Pada Ibu Bersalin Kala


I

Kebutuhan Ibu Bersalin Kala II

AMNIOTOMI

Bahu Macet (Dystocia Bahu) Komplikasi dan


Penyulit...

Tindakan Episiotomi

Partograf Normal dan Tidak Normal

ASUHAN KEBIDANAN KALA III PERSALINAN

Pemantauan dan evaluasi lanjut Ibu Bersalin


kala I...

ASUHAN KEBIDANAN PADA KALA IV


Melakukan Penjahitan Luka
Episiotomi/Laserasi

Pemantauan Selama Kala IV

ASUHAN KEBIDANAN KALA I

Perubahan fisiologis dan psikologis pada


kala 1

Robekan Jalan Lahir (Perineum)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Yang Salah Dan


Benar

Penghambat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Peran bidan dalam Inisiasi Menyusu Dini


(IMD)

Persiapan dan Pelaksanaan IMD (Inisiasi


Menyusui D...

Manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)

KEBUTUHAN DASAR IBU SELAMA


PERSALINAN

TANDA-TANDA PERSALINAN

Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas

Merencanakan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS


DIRUMAH

Merumuskan Diagnosa Atau Masalah


Potensial Pada Ma...

Merumuskan Diagnosa Atau Masalah aktual


Pada Masa ...

PENGKAJIAN DATA FISIK DAN PSIKOLOGI IBU


NIFAS

Kebutuhan dasar ibu nifas Eliminasi


BAB/BAK

KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS ISTIRAHAT

Kebutuhan dasar ibu nifas aktifitas seksual

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas Latihan / Senam


Nifas
Kebutuhan dasar ibu nifas Kebersihan diri
dan peri...

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

Kebutuhan dasar ibu nifas Ambulasi

Kesedihan dan Duka Cita Pada Ibu Nifas

Post Partum Blues Ibu Nifas

ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS

Perubahan Sistem Hematologi Masa Nifas

Perubahan Tanda-Tanda Vital Masa Nifas

Perubahan Endokrin Pada Masa Nifas

Perubahan Sistem Musculoskeletal Masa


Nifas

Perubahan system perkemihan masa nifas

Perubahan sistem pencernaan masa nifas

Perubahan System Reproduksi Masa Nifas

Cara Merawat Payudara Yang Mudah

TANDA BAYI CUKUP ASI

Upaya Memperbanyak ASI

Tanda bayi pada posisi yang benar saat


menyusu

Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI

Kandungan Gizi dan Komposisi ASI

Tahapan Masa Nifas

Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam


Masa Nifas

PENGERTIAN NIFAS DAN TUJUAN ASUHAN


MASA NIFAS

Reportase Investigasi Ikan Pindang


Paracetamol

Reportase Investigasi Nugget ikan dan


udang busuk

► June (75)

► May (62)
► April (192)

Welcome for like..

Recent Coment

Fatimah Bt Tony

wow.. perkongsian
yg sangat
menarik.manfaat
vitamin B New Release

History

Ace Maxs Live Traffic Feed


terimkasih banyak,<a href="http://www.histats.com" <a
pembahasan yang target="_blank"><img href="http://feedjit.com/">Fe
bermanfaathttp:// src="http://sstatic1.histats.com/0.gif?1894656&a edjit Live Blog Stats</a>
cv-pengo... mp;101" alt="counter free hit invisible" border="0"
/></a>

Ace Maxs

Terimakasih
banyak untuk
artikelnya, sangat
mebantu sekali.....

Ace Maxs

Terimakasih
banyak untuk
artikelnya, sangat
mebantu sekali.....

gilang ramadani

Bpk.DR.SULARDI.
MM beliau selaku
DEPUTI BIDANG
BINA PENGADAA...

JBD. Powered by Blogger.

Search Engine Submission - AddMe

Hal-hal yang bisa dicoba:

Telusuri jurnalbidandiah.blogspot.co.id:

Top of Form

2012 perdarahan postpartum 4089 Google Search

Bottom of Form

 Penyakit dalam urutan abjad dari A sampai Z


 Obat rakyat
 Nutrisi dan diet
 Perbaikan diri
 Pengobatan penyakit
 Buku referensi medis

EN RU
Rumah → buku referensi medis → Obstetri → hipotonia rahim, BLEEDING hipotonik

Hipotonia rahim, BLEEDING hipotonik

Kebidanan: hipotonia OF UTERUS, BLEEDING hipotonik - etiologi, patogenesis, gejala dan tentu saja dari,
pengakuan, prediksi dan pencegahan

Создано: 2015/03/10

Apa hipotonia OF UTERUS, BLEEDING hipotonik dan bagaimana


diperlakukan?

jawaban 0 487

Nama Anda
Balasan

Etiologi dan patogenesis hipotonia rahim, BLEEDING


hipotonik
Hipotonia rahim, perdarahan hipotonik - menurunkan kemampuan otot-otot rahim
berkontraksi, menyebabkan klem cukup pembuluh rahim dan sebagai akibat perdarahan
dalam suksesi dan periode postpartum.

Penyebab kondisi hipotonik rahim: hipoplasia rahim, kelahiran di primiparae tua


memberikan wanita kelahiran dengan riwayat sejumlah besar aborsi; hiperekstensi rahim
ketika polihidramnion dan kehamilan ganda, kehadiran node myomatous di dalam rahim,
keracunan dengan melahirkan demam. Untuk hipotonia rahim dapat menyebabkan pengisian
berlebih dari kandung kemih dan rektum. Penyebab utama dan paling sering perdarahan
hipotonik adalah periode suksesi manajemen yang tidak benar, meremas dan pijat dari dinding
perut dan rahim ke plasenta, memberikan ibu saat ini mengurangi dana uterus, terutama
persiapan dari ergot. Dalam kasus yang jarang terjadi, penyebab perdarahan hipotonik di
masa suksesi adalah anomali plasenta (incremental slice, bentuk cincin plasenta, kenaikan
plasenta dan lainnya).

Gejala dan tentu saja hypotonia rahim, BLEEDING


hipotonik
Dalam istilah praktis, akan lebih mudah untuk membagi perdarahan hipotonik di pendarahan
di hadapan plasenta di rahim dan pendarahan setelah kelahiran seluruh atau sebagian besar
dari plasenta dari saluran genital.

1. . Perdarahan di hadapan plasenta di rahim: pendarahan di 600 ml atau lebih perdarahan


dalam perawatan bersalin akhir bisa mencapai proporsi yang berbahaya dan menyebabkan
kematian;
2. rahim melunak, batas-batasnya tidak jelas, rahim kabur lebar; bawah adalah di atas tingkat
pusar, mencapai hypochondrium.

Pengakuan hipotonia rahim, BLEEDING hipotonik


Pengakuan ini didasarkan pada gejala-gejala tersebut. Hal ini penting untuk membedakan
antara perdarahan hipotonik dari perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya serviks dan
vagina (lihat).

Pencegahan hipotonia rahim, BLEEDING hipotonik


Pencegahan melibatkan manajemen yang tepat dari tenaga kerja, khususnya periode berturut-
turut.

Pengobatan UTERUS hypotonia, HIPOTENSI


PERDARAHAN
Pengobatan ini memiliki dua tujuan:

1. untuk mengosongkan rahim;


2. menyebabkan penurunan baik dan stabil.

Untuk mencapai hal ini, dokter dengan kegiatan sebagai berikut:

1. pengosongan kandung kemih,


2. membelai cahaya rahim. Dalam kasus kegagalan ditunjukkan oleh penerimaan resor
3. yang meremas dari plasenta dengan cara Vendor atau Geiter; ketika kesia-siaan penerimaan
awal lalu
4. yang meremas plasenta oleh Vendor atau Gentaro bawah anestesi umum atau, jika perlu,
penghentian segera perdarahan)
5. menghasilkan pemisahan manual plasenta menggunakan Oceanica lengan;
6. setelah pemisahan plasenta dengan tangan yang sama tanpa mengeluarkannya dari rahim,
menghasilkan pemeriksaan manual rahim untuk memastikan bahwa uterus utuh dan bebas
dari sisa-sisa plasenta dan pembekuan darah;
7. menetapkan pituitrin 1 ml subkutan, arguin 1 ml secara subkutan atau ekstrak ergot 30 - 40
tetes dalam es di perutnya; pemantauan berkala kontraksi rahim dan pijat moderat rahim
dengan kecenderungan untuk kehilangan nada;
8. transfusi darah dan cairan krovezamenauschie. Drip enema larutan garam dicampur dengan
darah streaming, mengangkat ujung kaki tempat tidur.

Pendarahan setelah kelahiran seluruh atau sebagian besar dari plasenta dari saluran kelamin
tergantung pada penahanan di rahim bagian dari plasenta, meluap dengan gumpalan darah atau
benar hipotensi rahim.

Pengobatan. Kontraksi uterus yang kuat dengan menerapkan ergotine, pituitrin. Untuk
tindakan lebih kuat mereka bisa masuk ke dalam jaringan serviks. Dengan tujuan yang sama
berlaku pijat rahim. Dengan kegagalan langkah-langkah ini, dan pada kecurigaan sedikit pun
tentang kemungkinan meninggalkan di rahim bagian dari plasenta (pemeriksaan data plasenta,
robek, plasenta hancur, megadelta plasenta) memerlukan pemeriksaan manual rahim dan
menghapus plasenta yang ada puing-puing dan pembekuan darah. Uterus kemudian
dikurangi biasanya baik, dan pendarahan berhenti. Nada rahim untuk mendukung penunjukan
ergotine, pituitrin, ekstrak air dari ergot dan pijat periodik rahim. Dengan kegagalan
pengobatan ditentukan yang tergantung pada hipotensi rahim benar, yang berhubungan
dengan struktur neuromuskuler dan kondisi fungsional rahim, perlu untuk menerapkan cara
yang paling energik untuk segera menghentikan pendarahan:

1. tekanan dari bagian perut dari aorta ke lumbal bagian dari kepalan tulang belakang melalui
integumen perut atau karet harness-tabung selama 30 menit;
2. angkat melalui integumen perut sampai tubuh rahim dan erat menekan dadanya, yang
mengarah ke perdarahan. Posisi ini rahim dapat menjaga fiksasi pada fundus dari gulungan
tebal uterus lembaran digulung.
Mencapai teknik ini setidaknya penghentian sementara perdarahan, dalam suasana yang lebih
santai untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk perdarahan terus-menerus.

Untuk acara mendatang, jika mereka harus mencakup:

 a) lavage rahim melalui ujung panjang rahim panas (hingga 50 º) larutan lemah steril dari asam
borat atau air mendidih. Vagina mengungkapkan cermin; forsep peluru serviks dibawa ke
pintu masuk vagina (untuk menghindari infeksi) dan menjaga kanal serviks terbuka lebar,
untuk memberikan arus balik cairan. Untuk tujuan ini Anda dapat menggunakan ujung dengan
dual outflow. Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk mencuci, bisa mencapai 1-3 - 4 l;
 b) tamponade uterus dan vagina: serviks uterus adalah untuk membuang forsep peluru ke
pintu masuk pinset vagina dan panjang atau dengan tangan erat sataminijet rongga rahim
seluruh, mulai dari sudut pipa dan bagian bawah, panjang, lebar kasa pembalut atau
dihubungkan satu sama serbet kain kasa lain; pada akhir tamponade uterus memasukkan
kubah ketat dan vagina; swab dibiarkan selama 12 jam; sisi tekanan perban perut;
 C) menekan pembuluh uterus klip: serviks berkurang, seperti dijelaskan di atas, ke pintu
masuk vagina. Di kedua sisi, tanpa pemisahan berdarah jaringan, melalui lengkungan sisi
memaksakan klem panjang yang kuat di sisi serviks pada tingkat OS internal untuk menjepit
terminal dari arteri rahim. Untuk menghindari cedera, Anda dapat memakai pipa klem ujung
karet diameter yang sesuai. Klem bungkus dalam kain tipis dan biarkan selama 12 sampai 24
jam;
 g) pengangkatan rahim (jarang memberikan kesuksesan).

Setelah berhenti atonis perdarahan postpartum wanita harus tetap berada di bawah pengawasan
medis yang ketat selama minimal 2 - 4 jam, pendarahan bisa kambuh. Untuk mencegah
kemungkinan perkembangan infeksi menunjukkan penggunaan penisilin (25 000 unit 3 jam
selama 2 sampai 3 hari, total 400 000-600 000 unit) dan obat sulfa. Ketika mengembangkan
infeksi postpartum - pengobatan dengan aturan umum (lihat penyakit infeksi postpartum).

sumber


 Rumah
 Kontak
 Kami di Google+

Semua informasi di situs "pengobatan-penyakit" dimaksudkan untuk tujuan informasi dan


pendidikan.

Hak Cipta © Лечение - болезни 2011 - 2014


Teks asli Inggris

Treatment of UTERINE HYPOTONIA, HYPOTENSION BLEEDING

Sarankan terjemahan yang lebih baik

Anda mungkin juga menyukai