Anda di halaman 1dari 7

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 01 No. 03 September  2012 Halaman 154 - 160


Lucia Sri Rejeki, dkk.: Peran Puskesmas Dalam Pengembangan Desa Siaga
Artikel Penelitian

PERAN PUSKESMAS DALAM PENGEMBANGAN DESA SIAGA


DI KABUPATEN BANTUL
HEALTH CENTER’S ROLE ALERT VILLAGE’S DEVELOPMENT
IN BANTUL REGENCY

Lucia Sri Rejeki1, Mubasysyir Hasanbasri2, Guardian Yoki Sanjaya2


1
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRACT gai fasilitator pengembangan desa siaga, dimana selain mem-


Background: Alert village is a village where the residents berikan pelayanan medis dasar, diharapkan mampu melaksana-
have the readiness of resources, the ability, and the intention kan tugas penggerakan dan pemberdayaan masyarakat. Fasili-
to independently prevent and overcome health problems or tasi pengembangan desa siaga ini tergantung kemampuan pus-
threats, disaster, and emergency. Health center has a duty as kesmas, disini diharapkan puskesmas mampu menerapkan prin-
the facilitator of the alert village’s development, where be- sip-prinsip fasilitasi yang efektif. Apabila proses fasilitasi ber-
sides providing basic medical care, health center is expected hasil akan menumbuhkan kemauan dan kemandirian masya-
to be able to carry out the mobilization and the community rakat di bidang kesehatan, sehingga keaktifan desa siaga ber-
empowerment. If the facilitation process succeeded, it can asal dari inisiatif masyarakat bukan dari puskesmas. Fasilitasi
evoke intentions and community independence in health, so pengembangan seperti ini mengarah pada community devel-
that alert village’s liveliness comes from community’s initiative opment.
and is not from health center. This kind of development strat- Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terha-
egy leads to community development. dap peran puskesmas dalam fasilitasi pengembangan desa
Objective: This research aims to review the role of health siaga.
center within alert village’s development, especially towards Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
the facilitation of alert village’s development. dengan rancangan studi kasus, untuk mendeskripsikan peran
Method: This research uses the qualitative descriptive method puskesmas sebagai fasilitator desa siaga. Subyek penelitian
along with a case study design, to describe health center’s adalah kepala puskesmas dan bidan koordinator, serta tokoh
perception towards alert village’s development and health masyarakat : kepala bagian kesejahteraan rakyat desa, ketua
center’s role as the alert village’s facilitator. The subjects of Tim Penggerak PKK desa, dan kader kesehatan. Data dikumpul-
this research are the heads of health centers and midwife kan melalui wawancara mendalam dan observasi.
coordinators, as well as the community leaders: the heads of Hasil : Desa siaga telah dilaksanakan dengan berbagai kegiatan
the public’s welfare affair and the chief of village’s women Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), namun
organization. The datas are collected through in-depth inter- belum semuanya berjalan seperti yang diharapkan. Puskesmas
views . telah berupaya dalam mendampingi pengembangan desa siaga,
Results: This research showed various activities of Commu- namun fasilitasi yang dilakukan puskesmas belum mewujudkan
nity-Based Health Efforts as the form of alert village’s imple- community development, melainkan lebih kearah mobilisasi
mentation. The facilitation which health center provides to ac- sosial.
tualize active alert village had not showed community devel- Kesimpulan : Pengembangan desa siaga kearah community
opment, but rather a social mobilization. The obstructions are development belum terwujud dalam masyarakat.
that health center has not been provided with facilitation tech-
niques and the community’s culture is less independent in health. Kata Kunci : Fasilitasi, desa siaga, community development
Conclusion: Alert village’s development towards community
development has not been utterly well responded by the com- PENGANTAR
munity.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat
Keywords: Facilitation, alert village, community development. yang sadar, mau, mampu mencegah dan mengatasi
berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
ABSTRAK seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit
Latar Belakang : Pengembangan masyarakat menjadi salah berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB),
satu topik yang paling populer didalam konteks intervensi ke-
sehatan masyarakat. Di Indonesia, Desa Siaga merupakan ben-
bencana, kecelakaan, serta lainnya dengan meman-
tuk pengembangan masyarakat di bidang kesehatan. Desa Sia- faatkan potensi setempat secara gotong royong. Inti
ga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber- kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masya-
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan rakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat secara
mengatasi masalah/ancaman kesehatan, bencana dan kega-
watdaruratan secara mandiri. Puskesmas memiliki tugas seba-
mandiri1.

154  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Puskesmas memiliki tugas sebagai fasilitator kukan wawancara pula kepada masyarakat, yaitu
desa siaga, selain memberikan pelayanan medis da- kepala bagian kesejahteraan desa, Tim Penggerak
sar, diharapkan mampu melaksanakan tugas peng- PKK dan kader kesehatan. Pengumpulan data mela-
gerakan dan pemberdayaan masyarakat. Fasilitasi lui wawancara mendalam dan dilakukan observasi
mendorong partisipasi dan tanggung jawab untuk terhadap kegiatan-kegiatan terkait desa siaga.
pengambilan keputusan2. Fasilitasi bentuk intervensi Analisa data dilakukan secara kualitatif8.
atau dukungan untuk meningkatkan kapasitas indi-
vidu, kelompok atau kelembagaan masyarakat3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Fasilitasi pengembangan desa siaga tergantung Wujud Kegiatan Desa Siaga
kemampuan puskesmas, disini diharapkan puskes- Dalam penelitian ini ditemukan berbagai macam
mas mampu menerapkan prinsip-prinsip fasilitasi Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
efektif. Fasilitasi tersebut mengarah terwujudnya (UKBM) sebagai wujud kegiatan desa siaga.
community development. Konsep community devel-
opment menurut Perserikatan Bangsa Bangsa Pola Pengembangan Desa Siaga
(PBB) adalah pembangunan masyarakat, sua- Sebagai langkah awal pelaksanaan desa siaga,
tu proses usaha atau potensi yang dimiliki masyara- puskesmas membentuk tim desa siaga untuk ca-
kat diintegrasikan sumber daya pemerintah, untuk kupan wilayahnya. Tim ini terdiri dari kepala puskes-
memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudaya- mas, bidan koordinator dan bidan desa, kemudian
an, dalam konteks kehidupan berbangsa, dan mem- menyusun rencana kegiatan pengembangan desa
berdayakan mereka agar mampu berkontribusi seca- siaga. Advokasi dilakukan kepada pemangku kepen-
ra penuh untuk mencapai kemajuan pada level na- tingan ditingkat kecamatan, dengan tujuan memper-
sional4. Hal ini tidak memecahkan semua permasa- oleh dukungan dan komitmen dalam pelaksanaan
lahan yang dihadapi masyarakat setempat, tetapi desa siaga. Advokasi diawali dengan pendekatan in-
menumbuhkan kepercayaan diri menghadapi berba- formal kepada camat, disampaikan bahwa di Kabu-
gai masalah yang efektifitasnya sama dengan dihasil- paten Bantul telah dicanangkan program desa siaga
kan kegiatan masyarakat setempat5. akan ditindaklanjuti ditingkat kecamatan. Disampai-
Desa Siaga di Kabupaten Bantul sudah seluruh- kan pula desa siaga merupakan revitalisasi Pem-
nya dinyatakan sebagai desa siaga aktif dengan stra- bangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) jadi
ta yang bervariatif. Desa siaga aktif pratama 49,3%, bukan merupakan program baru. Informasi ini penting
aktif madya 40%, aktif purnama 10,7% dan belum dengan tujuan pihak di lapangan mudah memahami.
ada yang mencapai desa siaga aktif mandiri6. Desa Advokasi juga dilakukan kepada ibu camat se-
siaga aktif adalah bentuk pengembangan desa siaga, laku ketua Tim Penggerak PKK tingkat kecamatan,
yaitu desa yang penduduknya dapat mengakses de- dan ditindaklanjuti dengan sosialisasi desa siaga
ngan mudah pelayanan kesehatan dasar melalui pos- pada pertemuan PKK ditingkat kecamatan yang
kesdes, puskesmas pembantu, puskesmas atau dihadiri oleh pengurus PKK kecamatan dan pengurus
sarana kesehatan lainnya. Penduduk dalam me- PKK tingkat desa. Advokasi berikutnya dilaksanakan
ngembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya ditingkat desa yang meliputi lurah, kepala bagian
Masyarakat (UKBM) dan melaksanakan survailans kesra desa, dan TP PKK desa. Lurah dan kepala
berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pe- bagian kesra yang rata-rata sudah lama menduduki
nyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan jabatan ini dan tinggal di desa bersama masyarakat,
perilaku, kedaruratan kesehatan dan penanggulang- bisa membayangkan bentuk kegiatan desa siaga
an bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga setelah disampaikan bahwa desa siaga adalah
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih revitalisasi PKMD.
dan Sehat (PHBS)7. Langkah berikutnya dilaksanakan sosialisasi
ditingkat pedukuhan, kepala puskesmas bersama
BAHAN DAN CARA PENELITIAN dengan bidan desa melaksanakan sosialisasi ke-
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif de- pada para kepala dusun. Lurah atau kepala bagian
ngan rancangan studi kasus, mengenai wujud ke- kesejahteraan rakyat yang mendampingi sosialisasi
giatan desa siaga dan fasilitasi yang dilakukan pus- setelah memimpin kesepakatan dilaksanakannya
kesmas dalam pengembangan desa siaga. Unit ana- desa siaga, kemudian memandu dibentuknya Fo-
lisis adalah puskesmas yang dilaksanakan di Pus- rum Masyarakat Desa.
kesmas Piyungan dan Puskesmas Bantul I, dengan Posko kesehatan desa sebagai pusat kegiatan
subjek penelitian kepala puskesmas dan bidan. Dila- forum tersebut, masing-masing desa berbeda, ada

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012  155
Lucia Sri Rejeki, dkk.: Peran Puskesmas Dalam Pengembangan Desa Siaga

Tabel 1. Wujud Kegiatan Desa Siaga


No Kegiatan Pelaksanaan
1 Posyandu Tiap pedukuhan memiliki 1-2 posyandu
Kegiatan dilaksanakan tiap bulan
Tiap posyandu memiliki 5-10 kader kesehatan
2 Posyandu lansia Tidak semua pedukuhan memiliki posyandu lansia
Kegiatan dilaksanakan tiap bulan
3 DB4MK Desa bebas 4 masalah kesehatan : bebas kematian ibu, bebas kematian bayi,
bebas gizi buruk, bebas demam berdarah
4 Gerakan Sayang Ibu
Pendataan ibu hamil Pendataan meliputi ibu hamil normal dan beresiko
Dilaksanakan tiap bulan
Tabungan ibu hamil Dilaksanakan oleh PKK
Sekarang tidak aktif lagi
Kelompok donor darah Pendataan meliputi nama dan nomor telepon yang bersedia menjadi donor darah bagi ibu
bersalin
dilaksanakan oleh Karang Taruna
Ambulans desa Pendataan meliputi mobil, motor yang bersedia untuk dipinjam mengantar ibu bersalin
Dilaksanakan oleh kesra desa
5 Gizi Pemantauan status gizi balita
Pendataan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Kelompok Pendukung Ibu
Motivator ASI
6 Pemeriksaan Jentik Berkala Pemeriksaan bak kamar mandi dan reservoir air lain adakah jentik-jentik nyamuknya
(PJB) Dilaksanakan oleh kader
7 Pemberantasan Sarang Dilaksanakan oleh masyarakat dengan menguras, menutup,mengubur (3M)
Nyamuk (PSN) PSN dilaksanakan serentak untuk tingkat kecamatan dalam rangka mencegah penyakit
demam berdarah
Dilaksanakan bersama-sama oleh kecamatan, desa, pedukuhan,puskesmas dan
masyarakat
Tim pemantau dari kabupaten
8 PHBS Pendataan tatanan rumah tangga dilaksanakan dengan mengunjungi rumah ke rumah
Penilaian menggunakan 10 indikator
Pelaksana : kader kesehatan
9 Penanggulangan Pemetaan masing -masing desa terhadap daerah rawan bencana: longsor, banjir,
kedaruratan dan bencana angin ribut
Pelatihan siaga bencana
Memberikan bantuan kepada daerah yang mengalami bencana
10 Poskokesdes Sebagai sarana berkumpul Forum Masyarakat Desa untuk pertemuan membahas
masalah kesehatan terutama laporan DB4MK
Pelaporan kasus dan penyakit yang terjadi di masyarakat

lurah yang menyediakan salah satu ruang di kantor masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan
kelurahan sebagai posko kesehatan desa, namun masyarakat dan pembangunan partisipatif di desa.
ada juga yang menghendaki posko kesehatan desa Setelah mengikuti pelatihan kader ini akan diserahi
menggunakan rumah dinas puskesmas pembantu tugas pendampingan di desa dalam rangka pengem-
yang tidak ditempati oleh staf puskesmas. Tugas bangan desa siaga. Materi pelatihan mencakup ke-
pertama untuk forum ini adalah memetakan kegiatan- giatan yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka
kegiatan UKBM yang telah ada pada masing-masing pengembangan desa siaga, yaitu meliputi pengelo-
desa kemudian akan mengadakan pertemuan rutin laan desa siaga secara umum, pembangunan dan
di poskokesdes. Sosialisasi tidak berhenti disini, pengelolaan poskokesdes, pengembangan dan pe-
berikutnya kepada para kader kesehatan yang sudah ngelolaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masya-
rutin mengadakan pertemuan tiap bulan. Pertemuan rakat (UKBM), serta hal-hal penting terkait seperti
tiap posyandu mewakilkan dua orang kader untuk kehamilan dan persalinan sehat, Siap Antar Jaga,
menghadiri, harapannya kader yang hadir ini akan Keluarga Sadar Gizi, posyandu, kesehatan lingku-
meneruskan informasi kepada kader lainnya dima- ngan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air
sing-masing posyandu yang rata-rata berjumlah lima bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman, ke-
sampai sepuluh orang. gawatdaruratan sehari-hari, kesiapsiagaan bencana,
Langkah berikutnya adalah pelatihan kader desa Kejadian Luar Biasa, Warung Obat Desa (WOD),
siaga. Tiap dusun memilih dan mengirimkan satu pemanfaatan pekarangan dengan Taman Obat Ke-
orang untuk menjadi peserta pelatihan. Kader ini ada- luarga (TOGA), kegiatan sueveilans, Perilaku Hidup
lah anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan, Bersih dan Sehat (PHBS).
kemauan dan kemampuan untuk menggerakkan

156  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Pelatihan kader dilaksanakan selama dua hari Forum Masyarakat Desa. Sistem kegawatdaruratan
dengan pembiayaan dari Dinas Kesehatan Kabupa- dan sistem surveilans berbasis masyarakat tidak ada
ten Bantul, dan diikuti 25 orang untuk tiap desa. dokumentasinya. Hal ini dimungkinkan karena lapor-
Narasumber pelatihan terdiri dari kepala puskesmas, an masyarakat atau kader dilakukan secara lisan
dokter, bidan, petugas gizi, petugas kesehatan ling- sehingga petugas puskesmas lupa tidak mencatat.
kungan dan petugas promosi kesehatan. Pelatihan
dibuka oleh camat sekaligus memberi dorongan bagi Implementasi Desa Siaga
para kader sebagai tenaga penggerak masyarakat Advokasi dan sosialisasi kepada instansi terkait
dalam partisipasi pelaksanaan desa siaga. dan masyarakat merupakan upaya awal yang penting
Tugas pertama kader setelah mengikuti pelatih- agar desa siaga mendapat dukungan dari lintas sek-
an adalah melaksanakan Survei Mawas Diri (SMD). tor dan masyarakat. Partnership building antar pe-
Tujuan survei ini agar masyarakat mampu melakukan mangku kepentingan yang terlibat dalam program
telaah mawas diri dengan hasil yang diharapkan pembangunan masyarakat merupakan salah satu
adalah identifikasi permasalahan kesehatan serta aspek penting dari fasilitasi9. Partnership didefinisikan
daftar potensi di desa yang didayagunakan dalam sebagai sebuah hubungan antara individu atau ke-
menyelesaikan masalah kesehatan. Survei awal, lompok yang dijiwai oleh saling kerjasama dan ber-
kader mendata UKBM yang ada dimasing-masing tanggungjawab10. Partnership adalah sebuah hu-
dusun, mendata PHBS dan Kadarzi dan setelah data bungan dinamis antara peran-peran yang berbeda11.
terkumpul, dengan bimbingan bidan desa data-data Pelaksanaan desa siaga belum optimal, kegiat-
tersebut dianalisa dan disajikan dalam Musyawarah an-kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Ma-
Masyarakat Desa (MMD). Tujuan penyelenggaraan syarakat (UKBM) belum seperti yang diharapkan.
musyawarah ini adalah untuk mencari alternatif pe- Posyandu yang merupakan kegiatan yang sudah ber-
nyelesaian masalah kesehatan hasil SMD dikaitkan jalan bertahun-tahun tak mengalami kemajuan yang
dengan potensi yang dimiliki desa. Peserta MMD ditunjukkan dengan strata mandiri masih sedikit. Fo-
ini adalah lurah, kesra desa, tokoh masyarakat, ka- rum Masyarakat Desa yang seharusnya mampu
rang taruna dan TP PKK desa. Data serta temuan mandiri, masih tergantung pada puskesmas, artinya
yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya apabila puskesmas tidak berinisiatif mengadakan
adalah daftar masalah kesehatan, dimusyawarahkan pertemuan maka tidak ada kegiatan. Peran lintas
untuk penentuan prioritas, dukungan, serta langkah- sektor maupun masyarakat sifatnya menunggu ini-
langkah pemecahan masalah. siatif puskesmas baik kegiatan dibidang kesehatan
Pelaksanaan pemantauan kegiatan desa siaga, maupun pencatatan. Sementara puskesmas meng-
dilakukan dalam beberapa bentuk, 1) melalui perte- anggap bahwa penggerakan masyarakat adalah ke-
muan Forum Masyarakat Desa bagi desa yang telah wenangan camat ataupun lurah desa, sehingga ma-
aktif melaksanakannya, dan 2) bagi desa yang belum syarakat akan lebih responsif apabila pihak kecamat-
aktif menyelenggarakan pertemuan Forum Masyara- an atau desa yang menggerakkan desa siaga. Pe-
kat Desa, puskesmas melakukan pembinaan dan latihan kader yang telah dilaksanakan tak membuah-
pemantauan pada pertemuan kader yang diadakan kan hasil yang menggembirakan, tidak semua kader
tiap satu bulan sekali. Pertemuan ini kader membawa yang dilatih aktif dalam kegiatan desa siaga terutama
laporan posyandu dan bisa menyampaikan kendala- dalam pencatatan surveilans kesehatan dan laporan
kendala yang ditemui ataupun melaporkan kasus kegiatan PHBS, DB4MK, PJB, kadarzi, posyandu
seperti gizi buruk, ibu hamil beresiko, penyakit de- ataupun kegiatan lainnya. Kegiatan desa siaga lebih
mam berdarah dan penyakit menular lainnya. Se- terfokus pada DB4MK bahkan masyarakat meng-
dangkan refreshing kader diadakan di puskesmas anggap kegiatan desa siaga adalah DB4MK, padahal
dengan pemberian materi kesehatan dan pencatatan DB4MK merupakan bagian dari desa siaga. Hal ini
pelaporan. bisa dimengerti karena program inovasi Kabupaten
Pada akhir tahun puskesmas melakukan eva- Bantul ini memberikan hadiah yang cukup besar.
luasi desa siaga dengan indikator yang ada dalam Pemerintah umumnya terbatasi oleh waktu dan
buku pedoman desa siaga dari Kementerian Kese- harapan terhadap hasil nyata yang cepat kelihatan,
hatan. Indikator tidak semua bisa dinilai dan tidak dan memandang persoalan masyarakat sebagai
semua kegiatan terdokumentasi. Cakupan pelayan- fenomena lingkungan sekitar yang mudah diatasi se-
an kesehatan dasar poskokesdes tidak bisa dinilai cara teknis semata. Pendekatan yang dilakukan se-
karena poskokesdes tidak menyelenggarakan pela- ringkali pendekatan proyek pembangunan dan
yanan kesehatan melainkan sebagai posko kegiatan bantuan sosial materi belaka12.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012  157
Lucia Sri Rejeki, dkk.: Peran Puskesmas Dalam Pengembangan Desa Siaga

Penggerakan dan pelaksanaan merupakan upa- yang merupakan pondasi seorang fasilitator16. Fasili-
ya untuk mencapai tujuan program desa siaga. Oleh tator harus fokus pada proses yang efektif, dinamika
karena itu, fungsi ini lebih menekankan cara meng- kelompok memungkinkan peserta untuk fokus pada
arahkan dan menggerakkan semua sumber daya muatan atau substansi17. Fasilitator yang efektif me-
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Untuk miliki tanggung jawab diantaranya merancang parti-
menggerakkan dan mengarahkan sumber daya ma- sipasi, mengorganisir, mendorong kelompok untuk
nusia dalam organisasi, peran kepemimpinan, moti- mengevaluasi sendiri perkembangan dan kemajuan
vasi staf, kerjasama, dan komunikasi antar staf me- kerja, meyakinkan bahwa kelompok merupakan
rupakan hal pokok yang perlu mendapat perhatian. kumpulan pengetahuan, pengalaman dan kreatifitas
Evaluasi desa siaga dengan indikator yang ada dan selalu bersikap netral18.
dalam buku pedoman desa siaga tidak semua indi- Pelaksanaan advokasi oleh puskesmas kepada
kator bisa dinilai dan tidak semua kegiatan terdoku- camat dan lurah cukup baik dengan ditunjukkan
mentasi. Untuk mengevaluasi efektivitas dari fasili- camat mendampingi pelaksanaan sosialisasi desa
tasi, harus dipahami dengan jelas tentang tujuan siaga ditingkat kecamatan, dan lurah mendampingi
yang hendak dicapai dari suatu kebijakan. Standar puskesmas saat sosialisasi desa siaga ditingkat de-
keberhasilan program yang dituangkan dalam bentuk sa. Demikian juga pada saat pembentukan Forum
target, prosedur kerja harus selalu dibandingkan de- Masyarakat Desa dan penunjukkan poskokesdes.
ngan hasil yang telah dicapai atau yang mampu di- Pada pelaksanaan pelatihan kader desa siaga, ca-
kerjakan. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan mat turut menyambut dan membuka pelatihan. Hal
yang terjadi harus segera diatasi. Penyimpangan ha- ini menunjukkan dimana terjadi kerjasama dan pem-
rus dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan bah- bagian tugas sesuai ketugasan masing-masing, ca-
kan dikurangi. Tujuan fungsi ini adalah agar peng- mat atau lurah menyampaikan ajakan dukungan se-
gunaan sumber daya dapat lebih efisien, dan tugas- genap masyarakat dalam program desa siaga,
tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat puskesmas menyampaikan teknis pelaksanaan de-
lebih efektif13. sa siaga. Hubungan kemitraan antar pemangku ke-
pentingan yang terlibat dalam program pembangunan
Fasilitasi Pengembangan Desa Siaga merupakan salah satu aspek penting dalam fasilitasi.
Pelaksanaan desa siaga puskesmas merupa- Kegiatan advokasi dan sosialisasi desa siaga ini
kan ujung tombak di masyarakat. Puskesmas menunjukkan gambaran kearah partnership, yang
memiliki tugas sebagai fasilitator desa siaga, namun memberi arti dari pemusatan kemampuan, keahlian
dalam penelitian ini puskesmas tidak memperoleh dan sumberdaya dari berbagai pemangku jabatan
pembekalan yang cukup dari dinas kesehatan, untuk memberikan pengaruh positif terhadap kese-
maupun pemerintah daerah, baik tentang teknik hatan masyarakat19. Kemitraan yang sukses perlu
fasilitasi maupun desa siaga itu sendiri. Hal ini untuk membuat perubahan terhadap kehidupan ma-
menghambat puskesmas dalam menyusun rencana syarakat20. Pembagian tugas dan sumberdaya se-
kerja pelaksanakan desa siaga. Puskesmas dituntut cara adil21. Partnership bagaimanapun juga harus
melaksanakan program desa siaga yang merupakan mengembangkan sebuah pembagian fungsi22. Kerja-
program top down menjadi kegiatan yang menumbuh- sama erat yang saling menguntungkan antar kelom-
kan pemberdayaan masyarakat. Hal ini tentu saja pok dengan berbagi kepentingan, tanggung jawab,
merupakan tugas dan tantangan yang berat bagi pus- hak, dan kekuatan23.
kesmas. Perencanaan yang dibuat tergantung per- Respon yang positif ini tidak ditindaklanjuti de-
sepsi dan kreasi kepala puskesmas dan bidan seba- ngan networking yang baik, sehingga dari pihak lintas
gai tim fasilitator desa siaga. Fasilitasi merupakan sektor merasa tugasnya sudah selesai, untuk kegiat-
kreasi suasana dimana sebuah tim bisa terpimpin an selanjutnya seolah-olah menunggu inisiatif dari
melalui proses sehingga bisa mengatasi masalah puskesmas. Hal ini berpengaruh pada pelaksanaan
dan mencapai keberhasilan dengan keterbatasan14. desa siaga yang dalam perkembangannya tak se-
Fasilitasi adalah seni, bukan sekedar memberikan perti yang diharapkan, Forum Masyarakat Desa lebih
sebuah gagasan ke dalam pikiran orang lain tetapi banyak yang tidak aktif mengadakan pertemuan di
membuat gagasan tersebut larut didalamnya15. poskokesdes, demikian juga administrasi tidak leng-
Namun demikian ketrampilan tetap yang utama, kap bahkan banyak kegiatan yang tak ada penca-
meskipun intuisi adalah penting dalam fasilitasi tatannya. Kegiatan posyandu baik kehadiran ma-
namun harus ditekankan bahwa intuisi saja tidak syarakat maupun pencatatan pelaporan tidak menun-
bisa menggantikan peran dan ketrampilan dan teknik jukkan kemajuan yang berarti, kegiatan pemantauan

158  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

jentik secara mandiri tak dilakukan oleh masyarakat, kan mendidik masyarakat untuk bergantung pada
demikian juga dengan PHBS tak ada data terbaru, bantuan pemerintah. Sebaliknya metode kerja do-
yang seharusnya secara rutin enam bulan sekali dila- ing with merangsang masyarakat menjadi aktif dan
kukan pendataan oleh kader. Pembinaan kader yang dinamis.25
dilaksanakan secara rutin oleh puskesmas tidak
memberikan daya ungkit yang besar bagi keaktifan KESIMPULAN
masyarakat dalam masalah kesehatan. Laporan Program desa siaga telah dilaksanakan berba-
DB4MK yang mengandung unsur hadiah sejumlah gai bentuk kegiatan antara lain posyandu, DB4MK,
dana, tidak semua desa aktif membuat laporannya, Gerakan Sayang Ibu, Gizi, PHBS, Pemberantasan
akhirnya puskesmas juga yang menyelesaikan lapor- Sarang Nyamuk, poskokesdes dan kegawatdarurat-
annya. Sebaliknya puskesmas juga merasa tugas an bencana. Pelaksanaan desa siaga belum berkem-
sudah selesai dan menganggap penggerakan ma- bang seperti yang diharapkan, belum semua kegiat-
syarakat adalah tugas lurah atau kepala bagian an berjalan secara rutin, demikian halnya dengan
kesra yang memiliki kewenangan menggerakkan pencatatan dan laporan kegiatan juga tidak lengkap.
masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan. Puskesmas telah mengupayakan pendampingan pe-
Puskesmas dan pihak lintas sektor nampak kedua- laksanaan desa siaga namun tidak memperoleh pem-
nya menunjukkan sikap merasa tugasnya sudah bekalan teknik fasilitasi yang baik sehingga meng-
selesai, jadi saling menunggu inisiatif dari lain pihak. hambat dalam pengembangan menuju desa siaga
Pelaksanaan desa siaga tidak bisa berjalan bila ha- aktif. Fasilitasi yang dilakukan puskesmas dalam
nya sektor kesehatan yang memikirkan dan melak- pengembangan desa siaga belum mewujudkan com-
sanakannya. Partnership yang terwujud pada tahap munity development, melainkan lebih kearah mobili-
sebelumnya akhirnya memudar, hal ini mempenga- sasi sosial.
ruhi terhadap pengembangan desa siaga, yang
hingga kini belum ada desa siaga aktif dengan strata SARAN
mandiri di Kabupaten Bantul. Dalam menetapkan kebijakan hendaknya peme-
Hasil penelitian ini nampak bahwa secara kese- rintah mempersiapkan segala sumber daya terutama
luruhan dalam pengembangan desa siaga, fasilitasi sumber daya manusia.
yang dilakukan puskesmas belum mendorong ter- Dilakukan upaya perbaikan fasilitasi dalam
wujudnya community development, dimana merupa- pengembangan desa siaga.
kan suatu proses pembangunan yang berkesinam- Dalam mewujudkan pemberdayaan masyara-
bungan, artinya kegiatan dilaksanakan secara kat perlu melibatkan pihak ketiga yang memiliki
terorganisir dan tahap demi tahap dimulai dari tahap kompetensi sebagai fasilitator untuk mencapai hal
permulaan sampai pada tahap kegiatan tindak lanjut yang optimal.
dan evaluasi. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan
kemampuan fasilitasi yang baik serta komitmen yang DAFTAR PUSTAKA
tinggi. Dalam penelitian ini puskesmas diharapkan 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
menjadi fasilitator dalam pengembangan desa siaga, Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa
namun tak dibekali teknik fasilitator. Selain itu juga Siaga, Jakarta: Kementerian Kesehatan
faktor dari masyarakat yang sangat kompleks dan Republik Indonesia; 2010.
kultur masyarakat yang menunggu penggerakan dari 2. Prendiville P. Developing Facilitation Skills: A
atas. Akibatnya belum mampu mewujudkan com- Handbook for Group Facilitators, Dublin: Com-
munity development dalam pembangunan kesehatan bat Poverty Agency; 2008.
khususnya desa siaga. Pendekatan doing with the 3. Sumpeno W. Menjadi Fasilitator Genius,
community belum terlaksana, melainkan lebih ber- Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009.
sifat mobilisasi sosial, dimana lebih bersifat pende- 4. MacQueen KM., McLellan E., Metzger DS.,
katan doing for the community.24 Hal ini merupakan Kegels S., Strauss RP., Scotti R., Blanchard
pengaruh dari kebijakan-kebijakan atau aturan-aturan L., Trotter RTI, What Is Community? An Evi-
yang memaksa melakukan suatu kegiatan untuk dence-based Definition for Participatory Public
mencapai tujuan tertentu. Puskesmas mendapat tu- Health. American Journal of Public Health. 2009;
gas melaksanakan program desa siaga, dan dengan 91(12): 1929-1938.
segala keterbatasannya berupaya untuk mengimple- 5. Cary LJ. Community Development as A Process,
mentasikan di masyarakat. Columbia, USA: University of Missouri Press;
Metode kerja doing for menjadikan masyarakat 1970.
menjadi pasif, kurang kreatif dan tidak berdaya, bah-

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012  159
Lucia Sri Rejeki, dkk.: Peran Puskesmas Dalam Pengembangan Desa Siaga

6. Dinkes Kab. Bantul. Profil Dinas Kesehatan Ka- 17. Burke DW. Basic Facilitation Skills, Boston,
bupaten Bantul Tahun 2011, Bantul, Yogyakarta: MA: The Human Leadership and Development
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul; 2011. Division of The American Society for Quality;
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2002.
Pedoman Umum Pengembangan Desa Siaga 18. Blackburn S. Fascilitation Tools and Tech-
dan Kelurahan Aktif, Jakarta: Kementerian niques, Australia: The Wayside Network; 2004.
Kesehatan Republik Indonesia; 2010. 19. Granner ML., Sharpe PA. Evaluating commu-
8. Moleong LJ. Metodologi Penelitian Kualitatif, nity coalition characteristics and functioning: a
Bandung: Rosdakarya; 2007. summary of measurement tools. Health Educ
9. Haryanto R. Program Pengembangan SDM dan Res, 2004; 19 (5): 514-532.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pola Kemi- 20. El Ansari W., Phillips CJ. Empowering
traan: Tinjauan Pelaksanaan Tahun 2005-2007 healthcare workers in Africa: Partnerships in
dan Rencana Tahun 2008. Rapat Koordinasi health-beyond the rhetoric towards a model.
YDSM dengan Mitra. Bogor: YDSM; 2007. Critical Public Health, 2001; 11 (3): 231-252.
10. Bailis LN., Melchior A. Promoting and sustain- 21. Eilbert KW., Lafronza V. Working together for
ing civic partnerships: A conceptual history, community health—a model and case studies.
framework, and a call to action. CRF Service- Evaluation and Program Planning, 2005; 28 (2):
Learning Network, 2004; 10 (1): 1-5. 185-199.
11. Brinkerhoff JM. Assessing and improving part- 22. Kanter RM. Collaborative advantage: The art of
nership relationships and outcomes: a proposed alliances. Harvard Business Review, 1994; 72
framework. Evaluation and Program Planning, (4): 94.
2002; 25 (3): 215-231. 23. Seifer SD., Connor K. Community Campus
12. Edstorm J. Buku Pegangan Fasilitator: Fasili- Partnerships for Health: Faculty Toolkit for
tasi yang Efektif Jakarta: USAID dan LGSP; Service-Learning in Higher Education, Scotts
2008. Valley, CA National Service-Learning Clearing-
13. Mir G., Allgar V., Cottrell D., Heywood P., Evans house; 2007.
J., Marshall J. Health Facilitation and Learning 24. Rahardiantoro D. An Effort to Humanize Human
Disability, Leeds: Centre for Health and Social [Internet] Available from : www.datawork.
Care, University of Leeds; 2007. indonesia.com/resource/article/index.php?
14. Oakham G. Core Fascilitation Concepts. The actarticle&id=254te=Community&title2=
Wayside Network; 2004. Community%20Development%20 [Accessed
15. Clarke S., Blackman R., Carter I. Facilitation 24 Desember 2010] ; 2008.
Skills Workbook Middlesex, UK: Tearfund Pub- 25. Dunham A. Community Welfare Organization,
lications; 2004. Principles and Practice, New York: Thomas Y.
16. Harnisch L. Core Values Facilitator Guide, Crowel Company; 1958.
United States: Oregon Department of Human
Services; 2003.

160  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012

Anda mungkin juga menyukai