Bab 2
Bab 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh indera pendengaran yaitu telinga,
dan indera penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah oranag melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan
faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial
budaya.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang (Agus, 2013).
2. Proses Terjadinya Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut, terjadi
proses sebagai berikut:
a. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).
b. Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau objek tersebut disini
sikap objek mulai timbul
5
6
4. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini recall (mengingat kembali) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang
yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang
dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain,
kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan, memisahkan, membedakan, mengelompokkan dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.
8
Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat
merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang telah ada.
Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan memiliki 6 (enam) tingkatan pengetahuan dimana tingkat
pengetahuan tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan
pengetahuan, tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan,
tingkat ketiga dapat mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-
hari, tingkat keempat mampu menjabarkan suatu materi atau menganalisis,
tingat kelima dapat mensintesis atau menunjukkan kemampuan meringkas
suatu materi, dan tingkat pengetahuan keenam seseorang mempunyai
kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi.
5. Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai sumber misalnya: media masa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2012), dari berbagai macam cara yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah
dapat dikelompokkan menjadi dua yakni:
a. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat (4) cara yaitu:
1) Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang
9
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan
kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan
penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan
mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa cipta, rasa, karsa
dan jasmani. Domain pendidikan dapat diukur dari :
1) Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan
2) Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan
3) Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi pendidikan yang
diberikan
b. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian
pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri harus
dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan.
c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman sangat
penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu
memahami kepatuhan terhadap program pengobatan.
d. Perubahan model terapi
Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien
terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.
e. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien
f. Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien
setelah memperoleh informasi diagnosa.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Carpenito (2000), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif
sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhannya,
sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh, antara lain :
16
usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,
2012).
2. Patogenesis Tuberkulosis Paru
Kuman TB kebanyakan menginfeksi manusia melalui inhalasi droplet
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi. Basil yang mencapai kedalam alveolus, biasanya dibagian
apeks paru atau di bagian atas lobus bawah, kemudian merangsang reaksi
peradangan. Pada awalnya sel-sel polimorfnuklear (PMN) datang
memfagosit bakteri namun tidak membunuh kuman tersebut. Beberapa hari
kemudian, kerja leukosit akan digantikan oleh makrofag. Alveolus yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul pneumonia akut yang bias
sembuh sendiri atau terus berlanjut karena bakteri berkembang biak di
dalam sel. Kumpulan makrofag yang di dalamnya terdapat basil akan
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Basil TB
juga bisa menyebar ke kelenjar getah bening regional melalui limfogen.
Proses ini memerlukan waktu 10-20 hari. (Amin, 2009).
Kuman TB dapat menyebar melalui limfogen, hematogen atau keduanya.
Penyebaran hematogen bisa menyebabkan TB milier dimana fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga kuman banyak masuk ke dalam
pembuluh darah dan menyebar ke berbagai organ tubuh. (Sylvia, 2009).
Nekrosis dibagian tengah tuberkel tampak gambaran relatif padat dan
seperti keju yang disebut nekrosis kaseosa. Lesi primer paru disebut fokus
ghon, sedangkan gabungan lesi primer dan getah bening regional yang
terserang disebut kompleks ghon. (Sylvia, 2009).
3. Diagnosis Tuberkulosis
Menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2011 tentang Pedoman
Nasional Penganggulangan Tuberkulosis, diagnosis tuberkulosis dibagi
menjadi :
20
Suspek TB paru
TB Bukan TB
Pada keadaan tertentu dengan pertimbangan medis spesialistik, alur diagnostik ini
dapat digunakan secara lebih fleksibel, pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan
bersamaan dengan foto toraks dan pemeriksaan lain yang diperlukanpemeriksan lain
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologik yang paling penting untuk mendiagnosis
TB adalah pemeriksaan sputum. Salah satunya adalah menggunakan
metode pewarnaan Ziehl-Neelsen dimana apus dituangkan zat pewarna
primer yaitu fuksinkarbol yang dipanaskan. Kemudian dilakukan
dekolorisasi dengan menuangkan alkohol sampai menutupi seluruh
permukaan apus. Setelah itu, warnai lagi dengan metilen blue yang
merupakan zat warna sekunder. Apabila dilihat dengan mikroskop akan
tampil basil berwarna merah. (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
WHO merekomendasikan pembacaan hasil pemeriksaan
mikrooskopis dengan skala IUATLD (International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease) :
1) Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif.
2) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah
kuman yang ditemukan.
3) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut, +1
4) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +2
5) Ditemukan >1 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +3
Cara penegakkan diagnosis yang paling tepat adalah menggunakan
kultur biakan menggunakan media biakan Lowenstein Jensen. Koloni
matur akan tampak berwarna krem atau kekuningan dan berbentuk
seperti kembang kol. Kuman TB memerlukan waktu 6-12 minggu untuk
dapat tumbuh bila menggunkan tes biokimia yang biasa. (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi saja belum dapat memastikan seseorang
menderita penyakit TB karena secara manifestasi TB dapat menyerupai
penyakit-penyakit lainnya. Pada orang dewasa, pada tempat predileksi
23