Anda di halaman 1dari 21

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh indera pendengaran yaitu telinga,
dan indera penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah oranag melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan
faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial
budaya.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang (Agus, 2013).
2. Proses Terjadinya Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut, terjadi
proses sebagai berikut:
a. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).
b. Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau objek tersebut disini
sikap objek mulai timbul

5
6

c. Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya stimulasi


tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi
d. Mencoba (Trial), dimana subjek mulai melakukan sesuatu dengan apa
yang dikehendaki.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.
3. Jenis Pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks
kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku
kesehatan. Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:
a. Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisist adalah pengetahuan yang masih tertanam
dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak
bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, persfektif, dan prinsip.
Biasanya pengalaman seseorang sulit untuk ditransfer ke orang lain
baik secara tertulis maupun lisan. Pengetahuan implisit seringkali berisi
berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari. Contoh
seseorang mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan, namun ternyata
ia merokok.
b. Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud
perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata yang dideskripsikan dalam
tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh
seseorang yang telah mengetahui bahaya merokok dan ia tidak merokok
(Agus, 2013).
7

4. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini recall (mengingat kembali) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang
yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang
dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain,
kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan, memisahkan, membedakan, mengelompokkan dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.
8

Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat
merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang telah ada.
Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan memiliki 6 (enam) tingkatan pengetahuan dimana tingkat
pengetahuan tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan
pengetahuan, tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan,
tingkat ketiga dapat mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-
hari, tingkat keempat mampu menjabarkan suatu materi atau menganalisis,
tingat kelima dapat mensintesis atau menunjukkan kemampuan meringkas
suatu materi, dan tingkat pengetahuan keenam seseorang mempunyai
kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi.
5. Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai sumber misalnya: media masa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2012), dari berbagai macam cara yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah
dapat dikelompokkan menjadi dua yakni:
a. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat (4) cara yaitu:
1) Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang
9

menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya


dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba
kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini
disebut dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah atau
metode coba salah adalah coba-coba).
2) Kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang
dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada
masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat
modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari
sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan
ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4) Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat manusia cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah
10

melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-


pertanyaan yang dikemukakan.
b. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis,
logis, dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode
berpikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap
semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati (Notoatmodjo,
2007).
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sebagai berikut:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun
nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan
juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan
formal, akan tetapi diperoleh juga pada pendidikan nonformal.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua (2)
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya
akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin
11

banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan


menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
b. Informasi/media masa
Informasi adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu,
informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu (Undang-undang Teknologi Informasi). Informasi yang
diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media
massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru. Sehingga sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain juga
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
c. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik,
terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan (Notoatmodjo,
2012).
d. Sosial, Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,
12

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.


Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
e. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan
oleh setiap individu.
f. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran dengan cara mengulang kembali pengetahuan
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan
memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional, serta dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.
g. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat
dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi
suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan
intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilakukan
hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
13

Dua (2) sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama


hidup adalah sebagai berikut:
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuan.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental. Dapat diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang
lain, seperti kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat
dengan bertambahnya usia (Agus, 2013).
7. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan
kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan (Agus, 2013).
Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka yang
menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan yaitu
kolom menunjukkan letak ini maka sebagai konsekuensinya setiap
centangan pada kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu. Dengan
demikian analisa data dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan
dalam setiap kolom yang berbeda nilainya mengalihkan frekuensi pada
masing-masing kolom yang bersangkutan. Disini peneliti hanya
menggunakan dua (2) pilihan yaitu: ya dan tidak.
Prosedur berskala atau (scalling) yaitu penentu pemberian angka atau
skor yang harus diberikan pada setiap kategori respon perskalaan. Skor yang
sering digunakan untuk mempermudah dalam mengategorikan
jenjang/peringkat dalam penelitian biasanya dituliskan dalam presentase.
14

Misalnya, pengetahuan: baik = 76-100%; cukup = 56-75%; dan kurang =


<56% (Nursalam, 2008).
Menurut Skinner (2007) dalam Agus (2013) pengukuran tingkat
pengetahuan dilakukan bila seseorang mampu menjawab mengenai materi
tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut
mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut
dinamakan pengetahuan.
B. Konsep Dasar Kepatuhan
1. Pengertian kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat.
Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya
atau orang lain (Smeltzer, 2002).
Kepatuhan (ketaatan) adalah tingkat pasien melaksanakan cara
pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh yang
lain. Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Penderita yang patuh
berobat adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan
lengkap tanpa terputus selama minimal enam bulan sampai dengan sembilan
bulan (Niven, 2002).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap istruksi
atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan,
baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter
(Stanley, 2007).
2. Faktor-faktor yang mendukung kepatuhan
Faktor yang mendukung sikap patuh menurut Feuer Stein, diantaranya :
(Faktul, 2009) :
15

a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan
kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan
penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan
mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa cipta, rasa, karsa
dan jasmani. Domain pendidikan dapat diukur dari :
1) Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan
2) Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan
3) Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi pendidikan yang
diberikan
b. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian
pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri harus
dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan.
c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman sangat
penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu
memahami kepatuhan terhadap program pengobatan.
d. Perubahan model terapi
Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien
terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.
e. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien
f. Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien
setelah memperoleh informasi diagnosa.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Carpenito (2000), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif
sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhannya,
sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh, antara lain :
16

a. Pemahaman tentang istruksi


Tidak seorangpun memahami instruksi jika dirinya salah paham
tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun 1967
menemukan bahwa 60% responden yang diwawancarai setelah bertemu
dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka.
Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan professional
kesalahan dalam memberikan informasi lengkap. Penggunaan istilah-
istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh
penderita.
b. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang
bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang
diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu.
c. Kesakitan dan pengobatan
Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis, saran
mengenai gaya hidup atau kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks,
pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas sering
terabaikan.
d. Keyakinan sikap dan kepribadian
Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal
berbeda. Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi,
ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego
yang lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan
perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai
dengan kurangnya penguasaan terhadap lingkungannya. Variabel-
variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidakpatuhan.
e. Dukungan keluarga
Dukugan keluarga dapat menjadi dapat menjadi faktor yang
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu
17

serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima.


Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai
perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang
terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif
berhubungan dengan kepatuhan.
f. Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi
segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya seseorang yang sudah
pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber penghasilan lain
yang bias digunakan untuk membiayai semua pengobatan dan perawatan
sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah akan
mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik tidak
terjadi kepatuhan.
g. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga, teman, waktu dan uang merupakan faktor penting. Keluarga
dan teman dapat mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit
tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan dari ketidakpatuhan dan
mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai
kepatuhan.
4. Cara mengukur kepatuhan
Kepatuhan berobat dapat diketahui melalui tujuh (7) cara yaitu :
keputusan dokter yang didapat pada hasil pemeriksaan, pengamatan jadwal
pengobatan, penilaian pada tujuan pengobatan, perhitungan jumlah tablet
pada akhir pengobatan, pengukuran kadar obat dalam darah dan urin,
wawancara pada pasien dan pengisian formulir khusus.
5. Mengurangi ketidakpatuhan
Niven (2002), mengusulkan lima titik rencana untuk mengatasi
ketidakpatuhan pasien :
18

a. Pasien harus mengembangkan tujuan kepatuhan serta memiliki


keyakinan dan sikap yang positif terhadap suatu penatalaksanaan, dan
keluarga serta teman juga harus mendukung keyakinan tersebut.
b. Perilaku sehat sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, maka dari itu perlu
dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah
perilaku, tetapi juga untuk mempertahankan perubahan tersebut.
Perilaku disini membutuhkan pemantauan terhadap diri sendiri, evaluasi
diri dan penghargaan terhadap perilaku yang baru tersebut.
c. Pengontrolan terhadap perilaku sering tidak cukup untuk mengubah
perilaku itu sendiri. Faktor kognitif juga berperan penting.
d. Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari keluarga yang
lain, teman dapat mengurangi ansietas, mereka, dapat menghilangkan
godaan pada ketidakpatuhan, dan mereka sering menjadi kelompok
pendukung untuk mencapai kepatuhan.
e. Dukungan dari profesional kesehatan, terutama berguna saat pasien
menghadapi perilaku sehat yang penting untuk dirinya sendiri.selain itu
tenaga kesehatan juga dapat meningkatkan antusias terhadap tindakan
tertentudan memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang
telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya.
C. Konsep Dasar Tuberkulosis
1. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberculosis yang dapat menular secara langsung.
Predileksi utama adalah organ paru, tetapi juga bisa menyerang organ lain.
(Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mula dari
paru dan organ di luar paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak,
19

usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,
2012).
2. Patogenesis Tuberkulosis Paru
Kuman TB kebanyakan menginfeksi manusia melalui inhalasi droplet
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi. Basil yang mencapai kedalam alveolus, biasanya dibagian
apeks paru atau di bagian atas lobus bawah, kemudian merangsang reaksi
peradangan. Pada awalnya sel-sel polimorfnuklear (PMN) datang
memfagosit bakteri namun tidak membunuh kuman tersebut. Beberapa hari
kemudian, kerja leukosit akan digantikan oleh makrofag. Alveolus yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul pneumonia akut yang bias
sembuh sendiri atau terus berlanjut karena bakteri berkembang biak di
dalam sel. Kumpulan makrofag yang di dalamnya terdapat basil akan
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Basil TB
juga bisa menyebar ke kelenjar getah bening regional melalui limfogen.
Proses ini memerlukan waktu 10-20 hari. (Amin, 2009).
Kuman TB dapat menyebar melalui limfogen, hematogen atau keduanya.
Penyebaran hematogen bisa menyebabkan TB milier dimana fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga kuman banyak masuk ke dalam
pembuluh darah dan menyebar ke berbagai organ tubuh. (Sylvia, 2009).
Nekrosis dibagian tengah tuberkel tampak gambaran relatif padat dan
seperti keju yang disebut nekrosis kaseosa. Lesi primer paru disebut fokus
ghon, sedangkan gabungan lesi primer dan getah bening regional yang
terserang disebut kompleks ghon. (Sylvia, 2009).
3. Diagnosis Tuberkulosis
Menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2011 tentang Pedoman
Nasional Penganggulangan Tuberkulosis, diagnosis tuberkulosis dibagi
menjadi :
20

a. Diagnosis Tuberkulosis paru


1) Semua yang dicurigai TB paru dilakukan pemeriksaan dahak tiga (3)
kali dalam waktu dua (2) hari yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
2) Diagnosis TB paru pada orang dewasa bila ditemukannya kuman
TB. Di Indonesia ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak
mikroskopik merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan seperti
radiologi dan uji sensitivitas boleh dilakukan untuk menunjang
diagnosis sesuai dengan indikasinya.
3) Pemeriksaan radiologi bukan merupakan diagnosis utama TB paru,
karena gambarannya yang tidak khas bisa menimbulkan
overdiagnosis.
b. Diagnosis tuberkulosis ekstra paru
Diagnosis ditegakkan dari manifestasi klinis, pemeriksaan
bakteriologis, dan pemeriksaan hispatologis dari organ yang terkena.
21

Gambar 2.1 Alur diagnosis tuberkulosis

Suspek TB paru

Pemeriksaan dahak mikroskopik (sewaktu-pagi-sewaktu)

Hasil BTA Hasil BTA Hasil BTA


+++ +-- ---
++-

Antibiotik non OAT

Tidak ada Ada


perbaikan perbaikan
Foto toraks dan
pertimbangan Pemeriksaan
dokter dahak mikroskopis

Hasil BTA Hasil BTA


+++ ---
++-
+--

Foto toraks dan


pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Pada keadaan tertentu dengan pertimbangan medis spesialistik, alur diagnostik ini
dapat digunakan secara lebih fleksibel, pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan
bersamaan dengan foto toraks dan pemeriksaan lain yang diperlukanpemeriksan lain

Sumber: Buku Panduan Nasional (BPN) tahun 2011


22

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologik yang paling penting untuk mendiagnosis
TB adalah pemeriksaan sputum. Salah satunya adalah menggunakan
metode pewarnaan Ziehl-Neelsen dimana apus dituangkan zat pewarna
primer yaitu fuksinkarbol yang dipanaskan. Kemudian dilakukan
dekolorisasi dengan menuangkan alkohol sampai menutupi seluruh
permukaan apus. Setelah itu, warnai lagi dengan metilen blue yang
merupakan zat warna sekunder. Apabila dilihat dengan mikroskop akan
tampil basil berwarna merah. (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
WHO merekomendasikan pembacaan hasil pemeriksaan
mikrooskopis dengan skala IUATLD (International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease) :
1) Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif.
2) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah
kuman yang ditemukan.
3) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut, +1
4) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +2
5) Ditemukan >1 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +3
Cara penegakkan diagnosis yang paling tepat adalah menggunakan
kultur biakan menggunakan media biakan Lowenstein Jensen. Koloni
matur akan tampak berwarna krem atau kekuningan dan berbentuk
seperti kembang kol. Kuman TB memerlukan waktu 6-12 minggu untuk
dapat tumbuh bila menggunkan tes biokimia yang biasa. (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi saja belum dapat memastikan seseorang
menderita penyakit TB karena secara manifestasi TB dapat menyerupai
penyakit-penyakit lainnya. Pada orang dewasa, pada tempat predileksi
23

TB terlihat lesi homogen dengan densitas pekat, biasanya bilateral.


Dapat juga terlihat adanya pembentukan kavitas dan gambaran penyakit
yang menyebar. (Kementerian Kesehatan RI,2014)
c. Pemeriksaan penunjang lainnya
Teknik molekular terbaru dapat membaca DNA kuman TB dengan
menggunakan alat Polymerase Chein Reaction (PCR) menggunakan
sampel sputum atau sediaan lain yang dapat mendiagnosis penyakit TB
dengan cepat. (Kementerian Kesehatan RI, 2006).
5. Pengobatan Penyakit Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
Tahun 2011 tentang pedoman penanggulangan tuberkulosis terdiri dari 2
fase yaitu, fase insentif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Obat utama atau biasa disebut lini pertama terdiri dari rifampisin
(R), etambutol (E), pirazinamid (Z), dan streptomisin (S). Sedangkan obat
tambahan lainnya (lini kedua) yaitu kanamisin, amikasin, kuinolon, dan
lain-lain.
Tabel 2.1 Dosis Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama
Dosis yang dianjurkan Dosis (Mg) / BB (Kg)
Dosis Dosis
Harian Intermiten
Obat (Mg/Kg Maks
(Mg/Kg (Mg/KgBB < 40 40 -60 >60
BB/hari) (Mg)
BB/hari) /hari)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
S 15-18 15 15 1000 Sesuai 750 1000
BB
Sumber : Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011
24

Tabel 2.2 Penggolongan Obat Anti Tuberkulosis


Kategori Kasus Panduan obat yang diberikan Keterangan
I TB Paru BTA +, 2 RHZE / 4 RH atau
BTA -, lesi luas 2 RHZE / 6 HE atau
2 RHZE / 4 R4H3
II - Kambuh - 2 RHZES / 1RHZE / 5 RHE Bila streptomisin
- Gagal - 2 RHZES lalu sesuai hasil alergi, dapat
pengobatan uji resistensi atau 2 RHZES diganti kanamisin.
/1RHZE/5R3H3E3
II TB Paru lalai Sesuai lama pengobatan
berobat sebelumya, lama berhenti
minum obat dan keadaan
klinik, bakteriologik dan
radiologik saat ini (lihat
uraiannya) atau 2 RHZES / 1
RHZE / 5 R3H3E3
III TB paru BTA 2 RHZ / 4 RH atau 6 RHE
neg. lesi atau2 RHZ / 4 R3H3
minimal
IV Kronik Sesuai uji resistensi (minimal
3 obat sensitive dengan H
tetap diberikan) atau H
seumur hidup
IV MDR TB Sesuai uji resistensi +
kuinolon atau H seumur hidup
Sumber : Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011
6. Hasil Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru dengan BTA positif
Sesuai dengan pedoman penanggulangan tuberkulosis menurut keputusan
menteri kesehatan RI tahun 2011, hasil pengobatan tuberkulosis terdiri dari:
a. Sembuh : pasien telah berobat secara lengkap pada akhir pengobatan
dan pemeriksaan dahak sebelumnya BTA sputum negatif
b. Pengobatan Lengkap : pasien yang telah berobat secara lengkap, tetapi
tidak ada pemeriksaan dahak ulangan pada akhir pengobatan dan
sebelumnya.
c. Meninggal : pasien yang meninggal selama masa pengobatan karena
sebab apapun.
d. Gagal : pasien yang BTA sputum tetap positif atau kembali positif pada
pemeriksaan dahak ulangan bulan kelima atau lebih.
25

e. Pindah : pasien yang pindah ke RS lain dan hasil pengobatannya tidak


diketahui.
f. Putus Obat : pasien pada masa pengobatan tidak meminum obat selama
2 bulan atau lebih.
g. Keberhasilan pengobatan : jumlah pasien yang sembuh pada
pengobatan dan pengobatan lengkap.
7. Efek samping OAT
Efek samping OAT sesuai dengan pedoman penanggulangan
tuberkulosis menurut keputusan menteri kesehatan RI tahun 2011 adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.3 efek samping Obat Anti Tuberkulosis
No Jenis Obat Efek Samping
1 Isoniazid Mual, muntah, kesemutan, rasa terbakar pada kaki,
hepatotoksik
2 Pirazinamid Mual, muntah, nyeri sendi, hepatotoksik
3 Rifampisin Mual, muntah, BAK berwarna merah, purpura,,
syok, hepatotoksik
4 Etambutol Mual, muntah, neuritis retrobulbar, hepatotoksik
5 Streptomisin Mual, muntah, tuli, gangguan keseimbangan, gatal
kemerahan, hepatotoksik
Sumber : Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai