DISUSUN OLEH:
NIM : 14642016
SEMESTER :V
KELAS : S-1TERAPAN/ V A
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa)”.Tidak lupa pula Shalawat dan Salam penulis sanjung sajikan kepangkuan
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing Instalasi listrik V, Bpk
Syahrir Djalil dan kepada teman – teman yang sudah banyak membantu dan memberikan
Penulis
PLTSa Page 2
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PLTSa Page 3
3.1 Simpulan ................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Energi listrik merupakan energi yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Terutama alat – alat
eletronik. Energi listrik merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (energi listrik
PLN). Energi listrik sekarang ini sudah semakin menipis, untuk itu harus menggunakan energi listrik
tersebut secara hemat dan efisien. Di dunia, terutama di Indonesia pemerintah telah menyarankan
agar masyarakat dapat menghemat listrik. Misalnya saja pada siang hari tidak perlu menyalakan
lampu, mengganti lampu pijar dengan lampu hemat energi, mengurangi pemakaian listrik dari pukul
17:00 hingga 22:00.
Sebagaimana yang telah diketahui kekurangan (atau peningkatan harga) dalam persediaan sumber
daya energi ke ekonomi. Krisis ini biasanya menunjuk kekurangan minyak bumi, listrik, atau sumber
daya alam lainnya. Krisis ini memiliki akibat pada ekonomi, dengan banyak resesi disebabkan oleh
krisis energi dalam beberapa bentuk. Terutama, kenaikan biaya produksi listrik, yang menyebabkan
naiknya biaya produksi. Bagi para konsumen, harga BBM untuk mobil dan kendaraan lainnya
meningkat, menyebabkan pengurangan keyakinan dan pengeluaran konsumen.
Sekarang ini, telah banyak para ahli menemukan berbagai alat pembangkit tenaga listrik. Yang
bekerja dengan mengubah suatu energi menjadi energi listrik. Dengan keadaan masyarakat di
Indonesia yang belum semua mengerti akibat membuang sampah sembarangan ke aliran drainase
yang bisa banyak menyebabkan bencanan, setiap tahun indonesia mempunyai sampai diatas 7 ton,
oleh karena itu pembangkit sekaligus bisa membuat lingkungan menjadi bersih, karena sampah bisa
bermanfaat untuk listrik salah satu bahan untuk membangkitkan energi listrik di Indonesia adalah
“SAMPAH”.
PLTSa Page 4
Pola pengelolaan sampah sampai saat ini masih menganut paradigma lama dimana sampah masih
dianggap sebagai sesuatu yang tak berguna, tak bernilai ekonomis dan sangat menjijikan.Masyarakat
sebagai sumber sampah tak pernah menyadari tanggung jawab dirinya sendiri.
Apabila sampah-sampah yang luar biasa ini mulai menjadi masalah bagi manusia, barulah manusia
menyadari ketidakperduliannya selama ini terhadap sampah dan mulai menimbulkan kepanikan dan
menghantui dimana-mana tanpa tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia, karena setiap aktifitas manusia pasti
menghasilkan buangan atau sampah,jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat
konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Sehari setiap warga kota
menghasilkan rata rata 900 gram sampah, dengan komposisi, 70% sampah organik dan 30% sampah
anorganik. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah.
Sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah
yang dibuang ke tempat sampah walaupun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah
yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri, tetapi merupakan sampah yang selalu
menjadi bahan pemikiran bagi manusia.
PLTSa untuk mengkonversi sampah menjadi energi.Pada proses pengolahan sampah menjadi energi,
yaitu proses thermal yang menghasilkan panas. PLTSa menggunakan proses thermal sebagai proses
konversinya.Pada proses tersebut, hasil proses dapat langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan
generator listrik. Proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan
steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang dihubungkan dengan
generator listrik.
1.2 RumusanMasalah
PLTSa Page 5
2. BagaimanaprinsipdasarpembangkitlistriktenagaSampah?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskanpembangkitlistriktenaga sampah
2. Menjelaskanprinsipkerjadaripembangkitlistriktenagasampah
BAB II
PEMBAHASAN
Pembangkit listrik tenaga sampah ialah untuk mengkonversi sampah menjadi energi.Pada
proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses thermal yang menghasilkan panas. PLTSa
menggunakan proses thermal sebagai proses konversinya.Pada proses tersebut, hasil proses dapat
langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan generator listrik. Proses thermal menghasilkan panas
PLTSa Page 6
yang dapat digunakan untuk membangkitkan steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan
turbin uap yang dihubungkan dengan generator listrik.
Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi, pirolisa, dan gasifikasi.
Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik.
Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila
berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi
menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O).
Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi
oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa contoh insinerator
ialah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber, starved air unit, rotary kiln, dan
fluidized bed incinerator.
Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa
kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur tinggi, molekul-
molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul organik yang kecil dan
lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan
char, dan produk gas.Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik
PLTSa Page 7
menjadi gas. Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna
pada temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-1100 C). Seperti halnya pirolisa, proses
gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.
Pembangkit listrik tenaga sampah yang banyak digunakan saat ini menggunakan proses
insenerasi. Sampah dibongkar dari truk pengakut sampah dan diumpankan ke inserator.
Didalam inserator sampah dibakar. Panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran digunakan
untuk merubah air menjadi uap bertekanan tinggi. Uap dari boiler langsung ke turbin. Sisa
pembakaran seperti debu diproses lebih lanjut agar tidak mencemari lingkungan (truk
mengangkut sisa proses pembakaran). Teknologi pengolahan sampah ini memang lebih
menguntungkan dari pembangkit listrik lainnya.
Sebagai ilustrasi : 100.000 ton sampah sebanding dengan 10.000 ton batu bara. Selain
mengatasi masalah polusi bisa juga untuk menghasilkan energi berbahan bahan bakar gratis
juga bisa menghemat devisa.
di daerah lamongan. Pemerintah memberi izin kepada siapa saja untuk meniru dan
membuatnya di daerah lain karena PLTSa ini bersifat opensource atau tidak didaftarkan
Pembangkit energi sampah mengubah tenaga uap menjadi listrik. Uap akan
kemudian disalurkan ke pengguna untuk menghidupkan lampu, TV, pompa air, dan peralatan
listrik lainnya.
PLTSa Page 8
Dalam penggunaan pembangkit tenaga sampah untuk membangkitkan listrik di sebuah
tempat, ada beberapa hal yang perlu pertimbangkan karena karakteristik dari pembangkit
tenaga sampah:
1. PLTSa memerlukan sampah. Tempatkan pembangkit tidak jauh dari TPA atau tempat
pembuangan akhir yang mana sampah akan diangkut menggunakan truk untuk ke bunker
2. Pembangkit jauh dari pemukiman warga, karena PLTSa ini kurang ramah lingkungan jika
terjadi kebocoran.
Jika PLTSa dikembangkan di Indonesia yang memiliki keuntungan mengurangi sampah yang tidak
bermanfaat menjadi sangat bermanfaat, pembangkit dari bahan sampah ini cocok untuk indonesia
karena indonesia merupakan penghasil sampah 2,2 milyar ton/tahun,. Jika dapat dikembangkan ke
rumah-rumah penduduk, dapat menghemat energi pembangkit listrik terutama di Indonesia.
Misalnya, jika 100.000 ton sampah setara dengan 10.000 ton batubara, tentu saja dapat
menghemat energi listrik lumayan besar. Tetapi PLT sampah ini tidak ramah lingkungan, karena uap
yang dihasilkan dari pembakaran sampah sangat mencemari lingkungan jika terjadi kebocoran, dan
disediakannya bank sampah turut menekan angka manusia membuang sampah menjadi nilai uang.
Sampah yang dibuang di bank sampah akan diangkut dan diolah ke pembangkit tenaga sampah.
Generator
Ketel Uap
Truck
Air
PLTSa Page 9
Hasil pembakaran sampah
Bunker
Sampah yang telah diangkut Truck dimasukkan ke bunker untuk diambil dan
dimasukkan kedalam ketel uap untuk memulai proses pembakaran sampah, hasil pembakaran
sampah atau abu akan dibuang, dan uap yang dihasilkan dari pembakaran sampah akan
mengenai air diatas pembakaran sampah, seketika air berubah menjadi uap yang akan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
sampah sebagai bahan untuk membangkitkan energi uap ke listrik, pada PLTSa ini sampah
yang diangkut truk akan dimasukkan ke bunker untuk dibakar kemudian air akan berubah
menjadi uap yang akan menggerakkan turbin dan mengkonvert melalui generator. Dengan
adanya PLTSa ini diharapkan akan menekan sampah diindonesia, melalui bank sampah yang
PLTSa Page 10
mana membuang sampah akan ditukar dengan uang, dan kesadaran akan kita membuang
3.2 Saran
PLTSa diindonesia sangat sedikit bahkan diantaranya banyak menuai pendapat dari kalangan
tertentu tentang pembakaran sampah yang akan menyebabkan pencemaran udara yang
dihasilkan dari pembakaran sampah tersebut, maka dari itu perlu adanya solusi untuk hasil
DAFTAR PUSTAKA
Naidoo, Kumi, Perubahan Iklim Global Energi, diakses 26 Maret 2014, (online)
http://www.greenpeace.org
Immanuel,David. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, diakses pada 01 november 2016, (online)
http://renewable energy
PLTSa Page 11