Anda di halaman 1dari 16

PAPER

MATA KULIAH LINGKUNGAN PERTANIAN DAN BIOSISTEM


(Pengaruh Cahaya Matahari terhadap Tanaman)

Oleh:
Anggota Kelompok :Vitaloka Feriansari 240110150076
Zulfaa Irbah Zain 240110150080
Meisha Athaya 240110150086
Reinasti Cahya K. 240110150096
Alisha Chandra 240110150099
Shida Habsari 240110150106
Kelas : TEP-B 2015
Hari, Tanggal : Selasa, 20 Maret 2018
Dosen Pengampu : Dr. Dwi Rustam Kendarto, S.Si., MT.

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
1. Pengertian Cahaya Matahari
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh
makhluk hidup di dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya matahari adalah
penerang dunia ini. Selain itu bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya
matahari sangat menentukan prosesfotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar
pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.Makanan yang dihasilkan akan
menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan
biji sampai tanaman dewasa. Dengan demikian cahaya dapat menjadi faktor
pembatas utama di dalam semua ekosistem.
Merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi
utama bagi ekosistem. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya
matahari sangat berperan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses
dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan
akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan (Wijaya, 2013).
Cahaya matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
menentukan suhu. Cahaya matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan
oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Cahaya Optimal bagi
Tumbuhan Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila
cahaya melebihi titik kompensasinya (Wirakusumah, 2003).
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai
adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau
supra optimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi,
kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang
diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul
cahaya sehingga menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan
yang lebih dalam.
Besarnya energi matahari yang diterima oleh tanaman tidak sama dari
musim ke musim dan latitude ke latitude lainnya. Tetapi besarnya energi matahari
yang diterima tanaman (tumbuhan) setiap tahunnya pada latitude yang sama tidak
sama bervariasi dan besarnya energi matahari yang ditangkap tanaman untuk jenis
tanaman yang berbeda, juga akan berbeda-beda pula.
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan
pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan.
Selain itu, kekurangan cahaya saat perkecambahan berlangsung akan
menimbulkan gejala etiolasi dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat
namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan bewarna pucat (tidak hijau).
Semua ini terjadi dikarenakan tidak adanya cahaya sehingga dapat
memaksimalkan fungsi auksin untuk pemanjangan sel-sel tumbuhan. Sebaliknya ,
tumbuhan yang tumbuh di tempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuhan
tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, daun berkembang baik lebih
lebar, lebih hijau , tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh.
Ada dua aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat
erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:

1.1 Kualitas Cahaya


Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai
hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini
menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain
meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya
mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas
radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup
maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu
dan oleh radiasi matahari (Tjasjono, 1995).
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39 – 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi
cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang
merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.
Cahaya memberikan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman/pohon secara langsung melalui tumbuhan hijau atau melalui organisme
lain, hal ini tergantung kepada zat-zat organik yang disintesa oleh tumbuhan hijau.
Kualitas cahaya berkaitan erat dengan panjang gelombang, dimana panjang
gelombang ungu dan biru mempunyai foton yang lebih berenergi bila dibanding
dengan panjang gelombang jingga dan merah. Kualitas cahaya dibedakan
berdasarkan panjang gelombang menjadi:
a) Panjang gelombang 750-626 mu adalah warna merah.
b) Panjang gelombang 626-595 mu adalah warna orange/jingga.
c) Panjang gelombang 595-574 mu adalah warna kuninga.
d) Panjang gelombang 574-490 mu adalah warana hijau.
e) Panjang gelombang 490-435 mu adalah warna biru.
f) Panjang gelombang 435-400 mu adalah warna ungu.
Semua warna-warni dari panjang gelombang ini mempengaruhi terhadap
fotosintesis dan juga mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pohon baik secara generatif maupun vegetatif, tetapi kuning dan hijau
dimanfaatkan oleh tanaman sangat sedikit, panjang gelombang yang paling
banyak diabsorbsi beada di wilayah violet sampai biru dan orange sampai merah.
Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang
berarti untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah
dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal
lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap
oleh fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas.
Yang jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu
mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu
bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang.

1.2 Intensitas Cahaya


Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya
terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali
utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/
spasial maupun dalam waktu atau temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering
(zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang
rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar
dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam
ketebalan minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada
garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap
permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus
lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya
yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer
(Sasmitamihardja,1996).
Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas.
Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat foto- oksidasi, ini
menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis
protein (Wijaya, 2013).
Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesis dan
respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan
tercapai pada sejumlah intensitas cahaya tertentu. Intensitas cahaya matahari
menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis, dan pengaruh sekundernya pada
morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik hanya terjadi pada intensitas
rendah .
Pengaruh tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya salah satunya
adalah penempatan daun dalam posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya
maksimum. Daun yang menerima intensitas maksimal adalah daun yang berada
pada tajuk utama yang terkena sinar matahari. Intensitas cahaya matahari
menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis, dan pengaruh sekundernya pada
morfogenetik. Jika tanaman yang tanpa naungan ternaungi, terdapat beberapa
kemungkinan yang akan terjadi. Masalah yang dihadapi oleh sebuah daun yang
ternaungi adalah untuk mempertahankan suatu keseimbangan karbon yang positif,
dan kerapatan pengaliran di mana keadan ini tercapai, merupakan titik
kompensasi. Dibawah intensitas cahaya yang rendah terdapat tiga pilihan, yaitu :
Pengurangan kecepatan respirasi, peningkatan luas daun untuk memperoleh
permukaan absorbsi cahaya yang lebih besar; dan peningkatan kecepatan
fotosintesis setiap unit energi cahaya dan luas daun. (Fitter dan Hay, 1991).
Cahaya dapat menembus daun dengan 4 cara yaitu:
a) Irradiasi langsung yang tidak terhalang yang diberikan oleh noda-noda
matahari. Noda matahari ini mempunyai sifat berirradiasi langsung
kecuali bila terjadi pengaruh bayangan. Cahaya matahari langsung
nampak menjadi berkurang nilainya pada sebagian besar di bawah
kanopi.
b) Radiasi difusi yang tak terhalang merupakan cahaya langit difusi yang
mengiringi noda matahari.
c) Refleksi daun-daun tidak hanya meneruskan cahaya, tetapi sama
dengan permukaan biologis lainnya, memantulkan sebagian tertentu.
Jumlah yang dipantulkan akan tergantung pada beberapa parameter
cahaya yang dipantulkan. Juga diubah spektrumnya dengan cara yang
sama seperti cahaya yang diteruskan.
d) Transmisi derajat penaungan lebih tergantung jumlah cahaya yang
diabsorbsi dan yang dipantulkan oleh daun (Anderson, 1974).

2. Peranan Cahaya terhadap Tumbuhan


2.1 Fotoperiodisme
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu
organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari
fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.
Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme
akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperate atau bermusim
panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam
pada musim dingin.
Respon fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk mengatur waktu bagi
pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan untuk membentuk bunga agar tetap tegar
menghadapi perubahan musim di dalam lingkungannya. Bila satu tanaman
dipindahkan ke daerah dengan garis lintang berbeda, maka akan menghentikan
fasenya dan tanaman tersebut dapat mati, misalnya karena berusaha tumbuh
secara vegetatif pada musim dingin atau musim semi (Fitter dan Hay, 1991).
Berdasarkan respon tanaman terhadap fotoperiodemembagi tanaman atas
tiga golongan yaitu:

2.1.1 Tanaman Berhari Pendek


Tanaman berhari pendek ialah tanaman yang hanya dapat berbunga bila
panjang hari kurang dari nilai kritis (panjang hari maksimum). Panjang hari
maksimum berkisar antara 12 jam sampai 14 jam.
Tanaman yang berhari pendek akan mengalami pertumbuhan vegetative
terus menerus apabila panjang hari melewati nilai kritis, dah akan berbunga di
hari pendek di akhir musim panas dan musim gugur. Tetapi tanaman berhari
pendek tidak berbunga di hari pendek di awal musim semi, dan akan berbunga di
hari pendek pada akhir musim panas. Hal ini disebabkan karena suhu tidak cukup
hangat untuk melanjutkan pertumbuhan ke fase reproduktif. Disamping itu
pertumbuhannya vegetative yang tersedia pada saat itu belum mencukupi untuk
mengantarkan tanaman kepembungaan, disamping benyak system (hormone,
enzim dan lain-lain) juga belum siap.
Tanaman yang tidak peka terhadap fotoperiode yang tergolong berhari
pendek, biasanya mempunyai sifat fisiologis yang menonjol daripada sifat yang
ditimbulkan oleh pengaruh ligkungan. Misalnya pembungaan dan pembuahan
akan lebih dipengaruhi oleh ketersediaan asimilat dan sistem hormone dalam
tubuhnya. Tanaman yang peka terhadap fotoperiode, pembungaan dan
pembentukan buahnya sangat ditentukan oleh panjangnya hari sebesar 15 menit
saja sudah berarti bagi terbentuknya bunga.

2.1.2 Tanaman Berhari Panjang


Tanaman berhari panjang adalah tanaman yang menunjukkan respon
berbunga lebih cepat bila panjang hari lebih panjang dari panjang hari minimum
(kritis) tertentu, atau disebut pula tanaman bermalam pendek yakni Tumbuhan
yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses
perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.
Tanaman berhari panjang yang berasal dari zone sedang (temperate) akan
berbunga dalam bulan mei dan juli apabila panjang siang selama 15 jam. Sebagai
contoh tanaman berhari panjang adalah spinasi (spinacia oler acea L) Barley
(Hordeum spp), Rey (Secale cereale), Bit gula (Beta vulgaris), Alfalfa dan lain-
lain. Tarwe winter (Triticum aestivum) yang tergolong tanaman berhari panjang
menghendaki lama penyinaran lebih dari 14 jam sehari dan untuk berkecambah
memerlukan suhu rendah. Sedangkan pertumbuhan selanjutnya sampai berbunga
dan berbuah menghendaki suhu yang lebih tinggi dan hari-hari panjang. Bila
syarat-syarat yang dikehendakinya tidak terpenuhi, maka tarwe winter tidak dapat
menghasilkan bunga dan buah.
Kombinasi suhu dan panjang hari yang mengontrol pertumbuhan vegetatif
dan generatif pada beberapa jenis tanaman hari panjang sebenarnya dapat
diciptakan dengan perlakuan-perlakuan terhadap tanaman. Misalnya penyinaran
singkat di malam hari untuk memperpendek periode gelap. Percobaan-percobaan
seperti ini dapat mempengaruhi perbungaan, khususnya pada tanaman yang
menghendaki panjang siang lebih dari 15 jam.
Perlakuan vernalisasi pada biji tarwe winter akan berkecambah akan
menyebabkan proses yang menginduksi kecambah ke arah pertumbuhan menuju
pembentukan primordia bunga. Karena biji tarwe winter pada saat berkecambah
juga memerlukan fase gelap yang lebih panjang (hari pendek), maka selain
vernalisasi, untuk mengantarkan tanaman ini ketahap pembungaan juga
diperlukan perlakuan gelap buatan. Sedangkan hari panjang dan suhu tinggi yang
diharapkan untuk pertumbuhan vegetatif dapat dibuat dengan penyinaran singkat
pada malam hari dengan lampu listrik yang berkapasitas 50 watt setiap meter
bujur sangkar selama lebih kurang 5 jam.

2.1.3 Tanaman Berhari Netral


Tanaman berhari netral (intermediate) adalah tanaman yang berbunga
tidak dipengaruhi oleh panjang hari. Tanaman intermediate dalam zona sedang
bisa berbunga dalam beberapa bulan. Tetapi tanaman yang tumbuh di daerah
tropik yang mengalami 12 jam siang dan 12 jam malam dapat berbunga terus
menerus sepanjang tahun. Oleh karena itu tanaman yang tumbuh di daerah tropik
pada umumnya adalah tanaman intermediate.
Yang tergolong tanaman intermediate adalah kapas (Gossypium hirsutum),
tembakau (Nicotiana tobaccum), bunga matahari (Helianthus annus), tomat dan
lain sebagainya.
Tanaman intermediate memerlukan pertumbuhan vegetatif tertentu sebagai
tahap untuk menuju tahap pembungaan tanpa dipengaruhi oleh fotoperiode.
Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang
tidak optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di
daerah khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme
ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap
aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini
suhu, air, dan nutrisi tidak merupakan faktor pembatas (Syamsuri, 2007).

2.2 Fotoenergetic
Pada kegiatan budaya pertanian, Pengaruh unsur cahaya menjadi
perhatian serius. Hal tersebut dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa
tanaman hijau yang memiliki kegiatan fotosintesa. Penerapan energi pelengkap
dalam bentuk kerja manusia dan hewan, bahan bakar, mesin, alat-alat pertanian,
pupuk, dan, obat-obatan tidak lain adalah sebagai usaha untuk meningkatkan
proses konversi energi matahari ke dalam bentuk produk tanaman (Jumin, 2008).
Cahaya matahari merupakan faktor krusial dalam kehidupan tumbuhan
sebagai sumber energy. Untuk dapat memperoleh energy bagi pertumbuhan dan
perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah cahaya minimal.
Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman.
Hanya cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan
fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity
Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili
mikron. Tanaman juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan
pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu, intensitas cahaya, kualitas
cahaya, dan lamanya penyinaran (Jumin, 2008).
Fotoenergetic adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh banyaknya
energy yang diserap dari sinar matahari oleh bagian tanaman. Intensitas cahaya
yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman.
Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis
berkisar antar 0,5 – 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil
fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya kurang dari batas optimum yang
dibutuhkan oleh tanaman, Setiap daun pada tumbuhan harus memproduksi
energy yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan setelah dikurangi energy
untuk respirasi. Jika tumbuhan kekurangan cahaya dalam waktu panjang, maka
lambat laun akan mati. Proporsi cahaya yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan
hasil fotosintesis dan kebutuhan respirasi disebut titik kompensasi cahaya
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau
energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa
jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta
dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup
bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis
menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa
menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosferbumi. Organisme
yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut
sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena
dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai
molekul penyimpan energi.

2.3 Fotodestruktif
Fotodestruktif adalah tingginya intensitas cahaya yang mengakibatkan
fotosintesis semakin tidak bertambah lagi dikarenakan tanaman mengalami batas
titik jenuh cahaya sehingga bukan menjadi sumber energy tetapi sebagai perusak.
Proses fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan
lamanya penyinaran, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya.Sehubungan
dengan laju fotosisntesi, intensitas cahaya yang semakintinggi (naik)
mengakibatkan lalu fotosisntesis semakin tidak bertambahlagi walaupun intensitas
cahaya terus bertambah. Batas ini disebut titik saturasi cahaya atau titik jenuh
cahaya (ligh saturation point). Pada keadaan ini cahaya bukan sebagai sumber
energi maupun sebagai bentuk perusak.
Intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan temperatur daun
meningkat,sebagai akibat menutupnya stomata, sehingga sebagaian klorofil
menjadi pecah dan rusak(fotodestruktif). Sedangkan pada intensitas cahaya
yangsemakin menurun sampai batas tertentu jumlah O2 yang dikeluarkan
oleh proses fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh
prosesrespirasi. Batas ini disebut titik kompensasi cahaya (light
compensation point).

2.4 Fotomorgenesis
Efek lain dari cahaya diluar fotosintetis adalah mengendalikan wujud
tanaman, yaitu perkembangan struktur atau morfogenesisnya. Pengendalian
morfogenesis oleh cahaya disebut fotomorfogenesis. Agar cahaya mampu
mengendalikan perkembangan pertumbuhan maka tumbuhan harus menyerap
cahaya.
Empat penerima cahaya dalam tumbuhan adalah fitokrom, kriptokrom,
penerima cahaya UV-B, protoklorofilida. Pengaruh cahaya pada perkecambahan :
a) Produksi klorofil terpacu oleh cahaya
b) Pembukaan daun terpacu oleh cahaya
c) Pemanjangan batang terhambat oleh cahaya
d) Perkembangan akar terpacu oleh cahaya
Tumbuhan hari pendek (membutuhkan waktu malam yang lebih panjang
untuk berbunga), akan terhambat bila dalam waktu malammnya diseling ada
cahaya dalam waktu singkat. Yang paling efektf adalah cahaya merah jauh yang
menghambat pembungaan tumbuhan hari pendek.
Cahaya merah memacu perkecambahan biji-bijian, tetapi cahaya merah
jauh dan biru menghambat. Cahaya merah jauh panjang gelombangnya lebih
panjang dari cahaya merah 700-800nm (diatas 760 tdk terlihat oleh mataatau infra
merah dekat).
Pigmen cahaya merah disebut Pr (666nm), pigmen cahaya biru dapat
diubah oleh cahaya merah menjadi Pfr (730 nm) yang dapat menyerap cahaya
merah jauh (warna hijau zaitun), dan pigmen biru bias dihasilkan oleh Pfr.
Fitokrom merupakan homodiner dari dua polipeptid identik, dengan Bm
120 kDa Polipeptid tadi masing-masing mempunyai gugus prostetik disebut
kromofor yang menempel pada atom belerang pada residu sisteinnya. Kromoforad
tetrapirol rantai terbuka,tersebut serupa dengan [pigmen pikobulin utk fotosintesis
ganging merah dan sianobakteri perubahan cis-trans g mengubah Pr menjadi Pfr
Kriptokrom penerima cahaya biru atau UV A panjang gel antara 320-400
nm. Kriptokrom antara 320-500 nm, diduga berupa flavoprotein (melekat antara
protein dan riboflavin), diduga bersatu dengan prot sitokrom pada membram
plsma. Puncak kerjanya di daerah biru-ungu 450 nm (Wijaya, 2013).

2.5 Fototropisme
Fototropisme adalah pergerakan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi
oleh rangsangan cahaya. Contoh dari fototropisme adalah
pertumbuhan koleoptil rumputmenuju arah datangnya
cahaya. Koleoptil merupakan daun pertama yang tumbuh dari
tanaman monokotil yang berfungsi sebagai pelindung lembaga yang baru tumbuh.
Cholodny dan Went menjelaskan bahwa cahaya menyebabkan terjadinya
pemindahan auksin secara lateral dari bagian yang terkena cahaya menuju bagian
yang tidak terkena cahaya. Dengan demikian, jumlah auksin di bagian yang gelap
akan lebih banyak daripada di bagian yang terang.
Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hal ini dapat disebabkan
kecepatan pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap lebih cepat
dibandingkan dengan sel-sel pada sisi lebih terang karena adanya
penyebaran auksin yang tidak merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya
menyatakan bahwa ujung tunas merupakan fotoreseptoryang memicu respons
pertumbuhan Fotoreseptor adalah molekul pigmen yang disebutkriptokrom dan
sangat sensitif terhadap cahaya biru. Namun, para ahli menyakini bahwa
fototropisme tidak hanya dipengaruhi oleh fotoreseptor, tetapi juga dipengaruhi
oleh berbagai macam hormon dan jalur signaling.
3. Strategi Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya
Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya kuat, Beberapa tumbuhan
mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi
kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal. Dedaunan yang
mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram,
posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya oleh dinding
vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat
atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam. Respon
tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada
tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau
sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam
kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon yang berbeda-beda
terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara morfologis. Tanaman
yang tahan dalam kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri
morfologis yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran
akan mempunyai ciri morfologis daun kecil dan tebal.
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses
metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya
sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat
produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui
2 cara, yaitu:
a) Meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan
metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang
dialokasikan untuk pertumbuhan akar,
b) Mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan.
Pada tanaman jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan
berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil aktivitas
transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati
stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia
berkurang.
Tabel 1. Tabel Pengaruh intensitas radiasi matahari ekstrim terhadap sifat
morfologi dan fisiologi tanaman
Intensitas cahaya matahari
No Sifat yang diukur
Tinggi Rendah
1. Tinggi tanaman Pendek Panjang
2. Diameter batang Besar Kecil
3. Bunga dan buah Baik Buruk
4. Lapisan lilin di daun Tebal Tipis
5. Ukuran stomata Banyak Sedikit
6. Jumlah stomata Banyak Sedikit
7. Nisbah: daun/batang Rendah Tinggi
8. Nisbah: akar/tunas Tinggi Rendah
9. Helai daun Sempit Lebar
10. Ketebalan daun Tebal Tipis
11. Kandungan klorofil Rendah Rendah
12. Kandungan karotin, santofil Tinggi Rendah
13. Kadar gula Tinggi Rendah

Empat penerima cahaya dalam tumbuhan (pigmentasi) antara lain :


a) Fitokrom, paling kuat menyerap cahaya merah dan merah jauh. Ada
juga fitokrom penyerap cahaya biru.
b) Kriptokrom, sekelompok pigmen yang serupa mampu menyerap
cahaya biru dan panjang gelombang ultraviolet 320-400 nm, karena
peran pentingnya pada kriptogram (tumbuhan tak berbunga).
c) Penerima cahaya UV-B, senyawa tak dikenal/bukan pigmen yg
menyerap radiasi UV 280-320 nm
d) Protoklorofilida a, pigmen cahaya yang menyerap cahaya merah dan
biru , bias tereduksi menjadi klorofil Aa (Ramli, 1989).
4. Karakteristik Tumbuhan Berdasarkan Cahaya
Berdasarkan kebutuhan dan adaptasi tanaman terhadap radiasi matahari,
pada dasarnya tanaman dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu:

4.1 Heliophyta
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat –tempat dengan
intensitas cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Tanaman – tanaman
golongan ini sudah barang tentu tidak akan tumbuh baik bila ternaung oleh
tanaman lain. Tanaman padi, jagung, tebu, ubi kayu, dan sebagian besar tanaman
pertanian termasuk kelompok ini.

4.2 Sciophyta
Tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah,
dengan titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang teduh
(siofita), metabolisme dan respirasinya lambat.Tanaman kopi misalnya, ia tumbuh
baik pada intensitas sekitar 30 -50 persen dari radiasi penuh. Tanaman coklat
tumbuh baik pada intensitas sekitar 20 persen dari radiasi penuh. Dengan
demikian kedua jenis tanamanini membutuhkan naungan untuk tanaman
tersebut. Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan siofita adalah
tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil.
Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari akan mempunyai
akar yang pendek, Cahaya matahari penuh menghasilkan akar lebih panjang dan
lebih bercabang. Untuk mengukur intensitas cahaya, dapat menggunakan
alat pengukur cahaya atau lightmeter
DAFTAR PUSTAKA

Anderson. 1974. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius

Fitter A.H. dan Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press

Gardner, dkk., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas


Indonesia. Jakarta.

Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Rai. Wijana. Arnyana. 1998. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Singaraja : STKIP
Singaraja.

Ramli, D. 1989. Ekologi. Jakarta : PPLP Tenaga Kependidikan.

Syamsuri, Istamar, DKK. 2007. Biologi untuk SMA kelas XII semester 1. Jakarta.
Erlangga

Sasmitamihardja, dkk., 1996, Fisiologi Tumbuhan, Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, FMIPA- ITB, Bandung

Tjasjono Bayong. 1995. Klomatologi Umum. Bandung: Penerbit ITB Bandung

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan


Komunitas. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Wijaya, Dwi Okta. 2013. PENGARUH CAHAYA MATAHARI TERHADAP


TANAMAN. Terdapat pada:
http://oktadwiwijaya.blogspot.co.id/2013/11/pengaruh-cahaya-matahari-
terhadap.html (Diakses pada tanggal 17 Maret 2018 pukul 13.52 WIB).

Anda mungkin juga menyukai