DRK - PAPER Kelompok - Pengaruh Cahaya Matahari THD Tanaman2
DRK - PAPER Kelompok - Pengaruh Cahaya Matahari THD Tanaman2
Oleh:
Anggota Kelompok :Vitaloka Feriansari 240110150076
Zulfaa Irbah Zain 240110150080
Meisha Athaya 240110150086
Reinasti Cahya K. 240110150096
Alisha Chandra 240110150099
Shida Habsari 240110150106
Kelas : TEP-B 2015
Hari, Tanggal : Selasa, 20 Maret 2018
Dosen Pengampu : Dr. Dwi Rustam Kendarto, S.Si., MT.
2.2 Fotoenergetic
Pada kegiatan budaya pertanian, Pengaruh unsur cahaya menjadi
perhatian serius. Hal tersebut dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa
tanaman hijau yang memiliki kegiatan fotosintesa. Penerapan energi pelengkap
dalam bentuk kerja manusia dan hewan, bahan bakar, mesin, alat-alat pertanian,
pupuk, dan, obat-obatan tidak lain adalah sebagai usaha untuk meningkatkan
proses konversi energi matahari ke dalam bentuk produk tanaman (Jumin, 2008).
Cahaya matahari merupakan faktor krusial dalam kehidupan tumbuhan
sebagai sumber energy. Untuk dapat memperoleh energy bagi pertumbuhan dan
perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah cahaya minimal.
Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman.
Hanya cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan
fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity
Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili
mikron. Tanaman juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan
pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu, intensitas cahaya, kualitas
cahaya, dan lamanya penyinaran (Jumin, 2008).
Fotoenergetic adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh banyaknya
energy yang diserap dari sinar matahari oleh bagian tanaman. Intensitas cahaya
yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman.
Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis
berkisar antar 0,5 – 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil
fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya kurang dari batas optimum yang
dibutuhkan oleh tanaman, Setiap daun pada tumbuhan harus memproduksi
energy yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan setelah dikurangi energy
untuk respirasi. Jika tumbuhan kekurangan cahaya dalam waktu panjang, maka
lambat laun akan mati. Proporsi cahaya yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan
hasil fotosintesis dan kebutuhan respirasi disebut titik kompensasi cahaya
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau
energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa
jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta
dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup
bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis
menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa
menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosferbumi. Organisme
yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut
sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena
dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai
molekul penyimpan energi.
2.3 Fotodestruktif
Fotodestruktif adalah tingginya intensitas cahaya yang mengakibatkan
fotosintesis semakin tidak bertambah lagi dikarenakan tanaman mengalami batas
titik jenuh cahaya sehingga bukan menjadi sumber energy tetapi sebagai perusak.
Proses fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan
lamanya penyinaran, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya.Sehubungan
dengan laju fotosisntesi, intensitas cahaya yang semakintinggi (naik)
mengakibatkan lalu fotosisntesis semakin tidak bertambahlagi walaupun intensitas
cahaya terus bertambah. Batas ini disebut titik saturasi cahaya atau titik jenuh
cahaya (ligh saturation point). Pada keadaan ini cahaya bukan sebagai sumber
energi maupun sebagai bentuk perusak.
Intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan temperatur daun
meningkat,sebagai akibat menutupnya stomata, sehingga sebagaian klorofil
menjadi pecah dan rusak(fotodestruktif). Sedangkan pada intensitas cahaya
yangsemakin menurun sampai batas tertentu jumlah O2 yang dikeluarkan
oleh proses fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh
prosesrespirasi. Batas ini disebut titik kompensasi cahaya (light
compensation point).
2.4 Fotomorgenesis
Efek lain dari cahaya diluar fotosintetis adalah mengendalikan wujud
tanaman, yaitu perkembangan struktur atau morfogenesisnya. Pengendalian
morfogenesis oleh cahaya disebut fotomorfogenesis. Agar cahaya mampu
mengendalikan perkembangan pertumbuhan maka tumbuhan harus menyerap
cahaya.
Empat penerima cahaya dalam tumbuhan adalah fitokrom, kriptokrom,
penerima cahaya UV-B, protoklorofilida. Pengaruh cahaya pada perkecambahan :
a) Produksi klorofil terpacu oleh cahaya
b) Pembukaan daun terpacu oleh cahaya
c) Pemanjangan batang terhambat oleh cahaya
d) Perkembangan akar terpacu oleh cahaya
Tumbuhan hari pendek (membutuhkan waktu malam yang lebih panjang
untuk berbunga), akan terhambat bila dalam waktu malammnya diseling ada
cahaya dalam waktu singkat. Yang paling efektf adalah cahaya merah jauh yang
menghambat pembungaan tumbuhan hari pendek.
Cahaya merah memacu perkecambahan biji-bijian, tetapi cahaya merah
jauh dan biru menghambat. Cahaya merah jauh panjang gelombangnya lebih
panjang dari cahaya merah 700-800nm (diatas 760 tdk terlihat oleh mataatau infra
merah dekat).
Pigmen cahaya merah disebut Pr (666nm), pigmen cahaya biru dapat
diubah oleh cahaya merah menjadi Pfr (730 nm) yang dapat menyerap cahaya
merah jauh (warna hijau zaitun), dan pigmen biru bias dihasilkan oleh Pfr.
Fitokrom merupakan homodiner dari dua polipeptid identik, dengan Bm
120 kDa Polipeptid tadi masing-masing mempunyai gugus prostetik disebut
kromofor yang menempel pada atom belerang pada residu sisteinnya. Kromoforad
tetrapirol rantai terbuka,tersebut serupa dengan [pigmen pikobulin utk fotosintesis
ganging merah dan sianobakteri perubahan cis-trans g mengubah Pr menjadi Pfr
Kriptokrom penerima cahaya biru atau UV A panjang gel antara 320-400
nm. Kriptokrom antara 320-500 nm, diduga berupa flavoprotein (melekat antara
protein dan riboflavin), diduga bersatu dengan prot sitokrom pada membram
plsma. Puncak kerjanya di daerah biru-ungu 450 nm (Wijaya, 2013).
2.5 Fototropisme
Fototropisme adalah pergerakan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi
oleh rangsangan cahaya. Contoh dari fototropisme adalah
pertumbuhan koleoptil rumputmenuju arah datangnya
cahaya. Koleoptil merupakan daun pertama yang tumbuh dari
tanaman monokotil yang berfungsi sebagai pelindung lembaga yang baru tumbuh.
Cholodny dan Went menjelaskan bahwa cahaya menyebabkan terjadinya
pemindahan auksin secara lateral dari bagian yang terkena cahaya menuju bagian
yang tidak terkena cahaya. Dengan demikian, jumlah auksin di bagian yang gelap
akan lebih banyak daripada di bagian yang terang.
Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hal ini dapat disebabkan
kecepatan pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap lebih cepat
dibandingkan dengan sel-sel pada sisi lebih terang karena adanya
penyebaran auksin yang tidak merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya
menyatakan bahwa ujung tunas merupakan fotoreseptoryang memicu respons
pertumbuhan Fotoreseptor adalah molekul pigmen yang disebutkriptokrom dan
sangat sensitif terhadap cahaya biru. Namun, para ahli menyakini bahwa
fototropisme tidak hanya dipengaruhi oleh fotoreseptor, tetapi juga dipengaruhi
oleh berbagai macam hormon dan jalur signaling.
3. Strategi Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya
Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya kuat, Beberapa tumbuhan
mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi
kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal. Dedaunan yang
mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram,
posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya oleh dinding
vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat
atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam. Respon
tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada
tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau
sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam
kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon yang berbeda-beda
terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara morfologis. Tanaman
yang tahan dalam kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri
morfologis yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran
akan mempunyai ciri morfologis daun kecil dan tebal.
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses
metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya
sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat
produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui
2 cara, yaitu:
a) Meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan
metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang
dialokasikan untuk pertumbuhan akar,
b) Mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan.
Pada tanaman jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan
berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil aktivitas
transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati
stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia
berkurang.
Tabel 1. Tabel Pengaruh intensitas radiasi matahari ekstrim terhadap sifat
morfologi dan fisiologi tanaman
Intensitas cahaya matahari
No Sifat yang diukur
Tinggi Rendah
1. Tinggi tanaman Pendek Panjang
2. Diameter batang Besar Kecil
3. Bunga dan buah Baik Buruk
4. Lapisan lilin di daun Tebal Tipis
5. Ukuran stomata Banyak Sedikit
6. Jumlah stomata Banyak Sedikit
7. Nisbah: daun/batang Rendah Tinggi
8. Nisbah: akar/tunas Tinggi Rendah
9. Helai daun Sempit Lebar
10. Ketebalan daun Tebal Tipis
11. Kandungan klorofil Rendah Rendah
12. Kandungan karotin, santofil Tinggi Rendah
13. Kadar gula Tinggi Rendah
4.1 Heliophyta
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat –tempat dengan
intensitas cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Tanaman – tanaman
golongan ini sudah barang tentu tidak akan tumbuh baik bila ternaung oleh
tanaman lain. Tanaman padi, jagung, tebu, ubi kayu, dan sebagian besar tanaman
pertanian termasuk kelompok ini.
4.2 Sciophyta
Tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah,
dengan titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang teduh
(siofita), metabolisme dan respirasinya lambat.Tanaman kopi misalnya, ia tumbuh
baik pada intensitas sekitar 30 -50 persen dari radiasi penuh. Tanaman coklat
tumbuh baik pada intensitas sekitar 20 persen dari radiasi penuh. Dengan
demikian kedua jenis tanamanini membutuhkan naungan untuk tanaman
tersebut. Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan siofita adalah
tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil.
Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari akan mempunyai
akar yang pendek, Cahaya matahari penuh menghasilkan akar lebih panjang dan
lebih bercabang. Untuk mengukur intensitas cahaya, dapat menggunakan
alat pengukur cahaya atau lightmeter
DAFTAR PUSTAKA
Fitter A.H. dan Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Rai. Wijana. Arnyana. 1998. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Singaraja : STKIP
Singaraja.
Syamsuri, Istamar, DKK. 2007. Biologi untuk SMA kelas XII semester 1. Jakarta.
Erlangga