K 3
K 3
PENDAHULUAN
Setiap pekerjaan di dunia ini hampir pasti tak ada yang tak berisiko. Ibarat
pepatah bermain air basah, bermain api hangus. Kecelakaan dan sakit akibat
kerja sudah menjadi risiko setiap orang yang melakukan pekerjaan, baik itu
petani, nelayan, buruh pabrik, pekerja tambang, maupun pegawai kantoran
sekalipun.
Kerugian akibat kecelakaan kerja tidak hanya dirasakan oleh tenaga kerja
itu sendiri, namun juga bisa berdampak pada masyarakat sekitar. Oleh
karena itu perlu adanya penerapan sebuah sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja berbasis paradigma sehat.
Hal itu menjadi kebutuhan yang mendesak mengingat jumlah tenaga kerja
di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 104,49 juta, bekerja di sektor formal
sebesar 30,51 % sedangkan 69,49 % bekerja di sektor informal, dengan
distribusi sebesar 41,18% bekerja di bidang pertanian, industri 12,07%;
perdagangan sebesar 20,90%; transportasi, pergudangan dan komunikasi
sebesar 5,69%; konstruksi sebesar 4,42%, jasa dan keuangan 14,44%; serta
pertambangan, listrik dan gas 1,3% (Berita Resmi Statistik 2009). Dari data
tahun 2007 diketahui kecelakaan kerja terbanyak terjadi pada tenaga kerja
konstruksi dan industri masing-masing 31,9 % dan 31,6 %.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang penyakit akibat
kerja, penyebab penyakit akibat kerja serta pencegahannya.
Agar lebih mengerti dan memahami tentang penyakit akibat kerja serta
pencegahanya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit
Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.
Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk
mendapatkan gangguan Kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh
penyakit tersebut.Oleh karena itu , penyakit akibat kerja adalah penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan,alat kerja , bahan , proses maupun
lingkungan kerja
Dalam hal ini , pajanan berbahaya yang dimaksud oleh Work place Safety
and Insurance Board ( 2005 ) antara lain :
1. a. Penyakit Silikosis
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi
sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala
penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara
cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak.
Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk.
Batuk ini seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah
sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan
fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati.
Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah
dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan
mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu
mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan
yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat.
Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan
pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita
sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis,
astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan
sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat
kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan
sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja
kalau sewaktu – waktu diperlukan.
1. b. Penyakit Asbestosis
1. c. Penyakit Bisinosis
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-
tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada,
terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara
psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis
merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat
adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan
gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit
tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan
mungkin juga disertai dengan emphysema.
1. d. Penyakit Antrakosis
1. e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam
murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat
menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu
logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan
sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri
yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik
fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan
bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam
bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit
beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan
beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti
menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun
setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung
debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini
ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak
napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-
pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut
perlu dilaksanakan terus – menerus.
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut
misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis
akut atau karena virus. Kronis, missal: asbestosis. Seperti gejala Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Edema paru akut. Dapat
disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
1. b. Penyakit Kulit
1. c. Kerusakan Pendengaran
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada
punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada
riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan
berulang yang tidak wajar.
1. e. Kanker
1. g. Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau
sirosis karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik
yang ada.
1. h. Masalah Neuropsikiatrik
2.4 Pencegahan
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat kerja
terhadap pekerjaannya.
Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar
bekerja bukan menjadi lahan untuk menuai penyakit. Hal tersebut
berdasarkan Buku Pengantar Penyakit Akibat Kerja, diantaranya:
Kondisi fisik sehat dan kuat sangat dibutuhkan dalam bekerja, namun
dengan bekerja benar teratur bukan berarti dapat mencegah kesehatan kita
terganggu. Kepedulian dan kesadaran akan jenis pekerjaan juga kondisi
pekerjaan dapat menghalau sumber penyakit menyerang. Dengan didukung
perusahaan yang sadar kesehatan, maka kantor pun akan benar-benar
menjadi lahan menuai hasil bukanlah penyakit.
2.5 Perawatan dan pengobatan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap pekerjaan di dunia ini hampir pasti tak ada yang tak berisiko. Ibarat
pepatah bermain air basah, bermain api hangus. Kecelakaan dan sakit akibat
kerja sudah menjadi risiko setiap orang yang melakukan pekerjaan, baik itu
petani, nelayan, buruh pabrik, pekerja tambang, maupun pegawai kantoran
sekalipun.
3.2 Saran