Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

Diagnosis dan Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

Oleh:
Maykel Sondak
16014101099
Masa KKM 26 November 2017– 4 Febuari 2018

Supervisor Pembimbing:
Prof. Dr . dr. Freddy W Wagey, Sp.OG(K)

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
“Diagnosis dan Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum”

Oleh :
Maykel Sondak
16014101099
Masa KKM 26 November 2017 – 4 September 2017

Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada tanggal 2018 untuk memenuhi syarat
tugas Kepaniteraan Klinik Madya di bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT Manado.

Koordinator Pendidikan
Bagian Obstetri dan Ginekologi Pembimbing
FK Unsrat Manado

dr. Suzanna P. Mongan, Sp.OG(K) Prof. Dr . dr. Freddy W Wagey, Sp.OG(K)


BAB I
PENDAHULUAN

Mual dan muntah adalah komplikasi kehamilan yang paling sering, terjadi hampir 80%
kehamilan di USA. Meskipun mual dan muntah merupakan hal yang normal dalam kehamilan
dan terjadi pada kehamilan berusia muda, yaitu dimulai sekitar dari minggu ke 4 sampai ke 7
dari hari haid terakhir, memuncak selama 8 minggu sampai 12 minggu. Kebanyakan akan
menghilang pada minggu 20 usia gestasional. Akan tetapi bila menganggu aktivitas sehari-hari
atau menyebabkan komplikasi yang disebut sebagai hiperemsis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, ketonuria,
kehilangan berat badan lebih 5% dari berat badan tubuh, dan gangguan keseimbangan asam
basa.1-3
Penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum saat ini masih belum diketahui secara pasti,
tetapi diperkirakan berhubungan erat dengan endokrin, biokimiawi, infeksi Helicobacter pylori
dan psikologis serta kombinasi beberapa faktor lain. Penemuan terbaru mengenai penyebab ada
hubungan dengan peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) akan menginduksi
ovarium untuk memproduksi estrogen yang dapat merangsang mual dan muntah (Niebyl).4-6
Hiperemesis gravidarum merupakan kasus yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
untuk itu dibutuhkan penatalaksanaan yang tepat untuk mencegah komplikasi pada ibu dan janin
seperti peningkatan stress maternal dan menurunkan kualitas hidup, dan pada kasus yang sangat
jarang dapat terjadi enselopati Wernicke, hiponatremia, malnutrisi dan berbagai defisiensi
vitamin lainnya serta peningkatan risiko kelahiran preterm dan kecil untuk usia kehamilan dan
dalam finansial juga makin meningkat.3Ketepatan diagnosis sangat penting, Karena terdapat
sejumlah kondisi lain yang dapat menyebabkan mual dan muntah dalam kehamilan. Umumnya
tatalaksana disesuaikan dengan keadaan, namun dapat dilakukan tatalaksana seperti perubahan
pola makan, medikamentosa, terapi nutrisi, terapi psikologik, dan terapi cairan serta edukasi.
Kini terdapat beberapa terapi alternatif yang digunakan sebagai terapi hiperemesis gravidarum.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat memengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam
urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya. Mual biasanya terjadi
pada pagi hari, akan tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari.4 Pengertian lain
keadaan dimana penderita mual dan muntah yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam
atau setiap saat, sehingga menganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari.8
2.2 Etiologi
Terdapat banyak teori mengenai penyebab hiperemesis gravidarum, tetapi penyebab
masih kontroversial. Hiperemsis gravidarum terjadi akibat adanya kombinasi dari beberapa
faktor pada wanita seperti genetik, obesitas, kimia tubuh dan status kesehatan. Peningkatan β-
Human Chorionic Gonadotropin (β-hCG), menjelaskan kenapa hiperemesis gravidarum sering
terjadi pada trimester I pada kehamilan (biasanya sekitar minggu 8-12 usia kehamilan). Teori
lain yakni peningkatan hormon estrogen (yang memiliki efek penurunan motilitas usus dan
waktu pengosongan lambung mengakibatkan mual dan/atau muntah), selain itu terdapat
penyebab lain seperti kadar hormon tiroksin, infeksi Helicobacter pylori, faktor sosial,
psikologis, gangguan fungsi hati, kantung empedu, pankreatitis dan ulkus peptikum.12

2.3 Faktor Resiko


Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi, seperti :
1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan dimana hormon khorionik
gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang peranan yang cukup
penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.4

2.4 Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila
terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan
refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detector
muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik. Rangsangan
pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat
muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada
sereberal, dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari aparatus
vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai
pusat muntah melalui nukleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada
dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini
berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat
muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan
melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.4

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak


habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan
aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat
muntah akan menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida urin.4
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang
dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih
banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita.4

2.5 Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu 4:
1. Tingkat I
Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lender dan
sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100
kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,
turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
2. Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, harus hebat,
subfebril, nadi cepat, dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik
kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin dan berat badan cepat menurun
3. Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nystagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria pada urin.

2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.4
1. Anamnesis: tanda-tanda kehamilan (amenore), riwayat kehamilan sebelumnya, seputar
mual dan muntah digali apakah terus menerus atau dirangsang oleh makanan tertentu
serta aktivitas sehari-hari. Tanyakan juga kehidupan lingkungan social pasien, asupan
nutrisi, riwayat penyakit sebelumnnya.

2. Pemeriksaan Fisik:
- Tanda-tanda vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril, dan gangguan kesadaran (apatis-koma),
- Tanda-tanda dehidrasi : bibir dan lidah kering, turgor kulit menurun, penurunan urin
output, kulit pucat, icterus, sianosis, berat badan menurun,
- Tanda kehamilan : pada pemeriksaan dalam ditemukan uterus besar sesuai usia
kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru
(livide)
3. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kehamilan juga untuk mengetahui
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa.
- Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan yang dilakukan yakni darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, analisa gas darah, tes fungsi hari dan ginjal serta
kalau perlu pemeriksaan fungsi tiroid. Hasil yang didapatkan terdapat kenaikan relatif
hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton pada urin, dan proteinuria,
peningkatan kreatinin dan blood urea nitrogen.
- Konsultasi psikologi
2.7 Tatalaksana
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan rawat inap
di rumah sakit dan membatasi pengunjung. Penanganan meliputi pencegaham mengurangi
muntah-muntah, koreksi dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan pemberian vitamin dan
kalori yang adekuat untuk mempertakankan nutrisi dan dilakukan penanganan itu:
1. Non Farmakologi
- Edukasi
- Terapi Nutrisi
2. Terapi Farmakologi
- Medikamentosa
- Obat Parenteral

2.8 Komplikasi
Akibat dari hiperemesis gravidarum berkelanjutan dapat menyebabkan
komplikasi dapat dialami oleh maternal (ibu) dan janin.
1. Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi
nervus ke-6, nystagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera
ditangani, akanterjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan
untuk berakivitas) ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis
gravidarum grade III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan. Muntah
hebat yang persisten dapat menyebabkan ibu dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan ketosis, lebih jauh lagi dapat menyebabkan
robekan atau rupture esophageal, avulsi limpa, pneumothoraks dan neuropati
perifer akibat defisiensi B6 dan B12. Wernicke enselopati dapat terjadi pada
pasien yang mendapat terapi cairan dextrose 5% tanpa pemberian suplemen
thiamine. Selain itu bila tidak dapat diterapi secara adekuat dapat
menyebabkan anemia, gagal ginjal, central potine myelinoysis, koagulopati,
atropi, hipoglikemia, icterus, malnutrisi, rhabdomiolsis, deep vein thrombosis,
emboli paru. 4,22,23
2. Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam Rahim (IUGR). Akibat lain yang dapat ditimbulkan
keguguran, kelahiran preterm dan kelahiran mati. Akan tetapi akibat
hiperemesis gravidarum yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat dan kematian janin.4,22

2.9 Prognosis
Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada
kehamilan merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu.
Jumlah tersebut menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30%
pada kehamilan 12 minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu.
Sepuluh persen mengalami mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya
1% tetap mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.24
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan
sendirinyapada usia kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.24
Setelah terapi, keluhan biasanya berkurang dan dapat dikendalikan dengan
terapi anti-emetik. Namun, angka rawat inap berulang biasanya 25-35%.12
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. RH
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Tambala Jaga III
Agama : Kristen
Suku/ bangsa : Minahasa/ Indonesia
Status : Menikah
Nama Suami : FS
Umur Suami : 30 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 27 November 2017

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Mual Muntah

RiwayatPenyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan mual muntah sejak 2 minggu SMRS, muntah cairan putih
kekuningan darah(-), Pasien mengeluh nyeri ulu hati sejak 1 minggu SMRS. Riwayat perdarahan
pervaginam (-), riwayat keputihan (-).

Riwayat Penyakit Dahulu:


Penyakit jantung, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit diabetes melitus
disangkal.
ANAMNESIS OBSTETRIK GINEKOLOGI
a. Riwayat Perkawinan dan Kehamilan

Kawin : 1 kali (selama 9 tahun)


G: 3 P: 2 A: 0
P1 : 2008/laki-laki/spt lbk/Rumah/Biang/Sehat
P2 : 2011/Perempuan/spt lbk/PKM/bidan/3200 g/meninggal
G3 : 2017/ hamil sekarang

b. Riwayat Haid
 Menarche: 13 tahun, siklus teratur tiap 28-30 hari, lamanya 3-4 hari, sebanyak 2-3
pembalut/hari
 HPHT : 9 September 2017
c. Riwayat Kontrasepsi
Suntik 3 bulan (terakhir tahun 2016)
d. Riwayat Penyakit, Operasi dan Pemeriksaan Dahulu
Keputihan : tidak ada
Riwayat penyakit kelamin : tidak ada
Riwayat operasi : tidak ada
e. ANC
1x di dokter Spesialis

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100 x /menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu Badan : 36,20C
Tinggi Badan : 163 cm
Berat Badan : 57 kg
IMT : 21,4 kg/m2
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik(-/-)
Gigi dan Mulut : Caries (-), Mukosa mulut kering
Tenggorokan : Tonsil T1-T1
Telinga : Sekret (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Cor : Bunyi Jantung I-II, Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : Nyeri tekan epigastrium
Kulit : Turgor Kulit kembali lambat

PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG (27/11/2017)
VU terisi cukup
GS : 3,09 cm
Kesan : Hamil 11 – 12 minggu intrauterin

Laboratorium
27 November 2017
Hematologi
Leukosit : 8544 /uL MCH : 25,8 pg
Eritrosit : 4.70 10^6/uL MCHC : 31,2g/dL
Hemoglobin : 12,1 g/dL MCV : 82,5 fL
Hematokrit : 38.8 %
Trombosit : 213 10^3/uL
Kimia Klinik
SGOT : 23 U/L Chlorida : 102.0 mEq/L
SGPT : 16 U/L Kalium : 3,30 mEq/L
Ureum : 12 mg/dL Natrium : 131 mg/dL
Creatinin : 0.4 mg/dL

Urinalisis
Makroskopis
Warna : Kuning kekeruhan : Jernih
Mikroskopis
Eritrosit : 10-15/LPB
Leukosit : 2-5/LPB
Epitel : 1-5/lpk
Bakteri : Negatif/LPB
Jamur : Negatif/LPB
Amoeba : Negatif
Kimia
Berat Jenis : 1010 pH : 7
Leukosit : neg Protein : neg
Nitrit : neg Glukosa : neg
Keton : 4+ Urobilibogen : neg
Bilirubin : neg Darah/Eritrosit: 2+
Silinder : Negatif/LPB Kristal : Negatif/LPB

30-11-2017
Urinalisis
Makroskopis
Warna : Kuning muda kekeruhan : Jernih
Mikroskopis
Eritrosit : 0-3/LPB
Leukosit : 7-8/LPB
Epitel : 0-3/lpk
Bakteri : -/LPB
Jamur : -/LPB
Amoeba : -
Kimia
Berat Jenis : 1020 pH : 6
Leukosit : 2+ Protein : neg
Nitrit : neg Glukosa : neg
Keton : 4+ Urobilibogen : 1+
Bilirubin : neg Darah/Eritrosit: neg
Silinder : -/LPB Kristal : -/LPB

2-12-2017
Urinalisis
Makroskopis
Warna : Kuning muda kekeruhan : Jernih
Mikroskopis
Eritrosit : 5-6/LPB
Leukosit : 5-6/LPB
Epitel : 0-5/lpk
Bakteri : Negatif/LPB
Jamur : Negatif/LPB
Amoeba : Negatif
Kimia
Berat Jenis : 1010 pH : 7
Leukosit :neg Protein : neg
Nitrit : neg Glukosa : neg
Keton : 4+ Urobilibogen : neg
Bilirubin : neg Darah/Eritrosit: 1+
Silinder : Negatif/LPB Kristal : Negatif/LPB
RESUME MASUK
G3P2A029 tahun hamil 11-12 minggu dengan keluan utama dengan keluhan utama mual muntah
sejak 2 minggu SMRS muntah frekuensi 8-10x/hari isi air dan sisa makanan. Pasien sering
merasa haus,mengalami penurunan nafsu makan dan terjadi penurunan berat badan.

Status Praesens
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100 x /menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu Badan : 36,20C
Keton : 4+
Diagnosis : G3P2A029 tahun hamil 11-12 minggu dengan hyperemesis gravidarum
grade II

Sikap :
- Terapi konservatif
- Konseling informed Consent
- IVFD Nacl 0,9% 28 tpm
- Antasida syr 3x1 ac
- B6 1x1 pc
- observasi tanda-tanda vital dan urin keton

FOLLOW UP
27 november 2017
S : Mual – mual sejak 2 minggu SMRS
O : KU : Cukup Kes : CM
T : 100/70mmHg R: 22x/menit
N :100x/menit Sb: 36,7oC
Mata : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik
Abdomen :
 Inspeksi : Datar
 Palpasi : Supel, Nyeri tekan epigastrium
 Perkusi : WD (-) , Timpani
 Auskultasi : Bising Usus (+)

A : G3P2A029 tahun hamil 11-12 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II


P : - Rawat Konservatif
- IVFD Nacl : 0,9%. (28gtt/menit)
- Antasid sirup 3x1 ac
- B6 1x1 pc
- observasi tanda-tanda vital, Keluhan subjektif
- Cek DL, UL
- Konseling informed Consent

28 November 2017
S : Mual Muntah
O : KU : Cukup Kes : CM
T : 100/60mmHg R: 30x/menit
N : 80x/menit Sb: 36,3oC
Mata : conjungtiva anemis (-)
Abdomen :
 Inspeksi : Datar
 Palpasi : Supel
 Perkusi : WD (-)
 Auskultasi : Bising Usus (+)

A : G3P2A029 tahun hamil 11-12 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II


P : - Rawat Konservatif
- IVFD Nacl : D5%. (28gtt/menit)
- Antasid sirup 3x1 ac
- B6 1x1 pc
- Metoclopramide injeksi bila mual
29 November 2017
S : Mual Muntah
O : KU :Cukup Kes : CM
T : 100/70mmHg R: 22x/menit
N : 80x/menit Sb: 36,3oC

A : G3P2A029 tahun hamil 11-12 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II


P : - Rawat Konservatif
- IVFD Nacl : D5%. (28gtt/menit)
- Antasid sirup 3x1 ac
- B6 1x1 pc
- Metoclopramide injeksi bila mual

30 November 2017
S : Mual (+) Muntah (-)
O : KU :Cukup Kes : CM
T : 110/70mmHg R: 20x/menit
N : 80x/menit Sb: 36,3oC
A : G3P2A029 tahun hamil 11-12 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II
P : - Rawat Konservatif
- IVFD Nacl : D5%. (28gtt/menit)
- Antasid sirup 3x1 ac
- B6 1x1 pc
- Metoclopramide injeksi bila mual

1 Desember 2017
S : Mual (+) Muntah (-)
O : KU :Cukup Kes : CM
T : 100/70mmHg R: 20x/menit
N : 82x/menit Sb: 36,3oC
A : G3P2A029 tahun hamil 11-12 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II
P : - Terapi lanjut
- Diet Lemak
- periksa keton urin

2 Desember 2017
S : Mual (-) Muntah (-)
O : KU :Cukup Kes : CM
T : 100/70mmHg R: 20x/menit
N : 80x/menit Sb: 36,2oC
Turgor : Baik
Diet lemak

A : G3P2A029 tahun hamil 11-12 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II

P : - Cek UL, Bila hasil urin baik rawat jalan


- aff Infus
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai diagnosis dan penatalaksanaan
Hiperemesis Gravidarum. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, kemudian akan dibahas mengenai
penanganan, serta prognosis dari Hiperemesis Gravidarum.
A. Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan adanya gejala mual dan muntah yang berat, dimana keluhan
tersebut sampai menggangu aktivitas sehari-hari sampai pekerjaanyan, muntah dialami sekitar 7-
8x dalam sehari munta berisi cairan dan sisa makanan. Akibatnya pasien juga mengalami
penurunan nafsu makan sehingga penurunan berat badandan menyebabkan pasien menjadi
lemah dan sulit beraktivitas.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada pasien, dehidrasi pada
pasien disebabkan karena hilangnya cairan dalam tubuh pasien dan berkurangnya pemasukan
cairan.
Tanda – tanda dehidrasi yang ditemukan adalah seperti berikut:
 Mukosa mulut kering
 Produksi urin menurun

Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil positif hamil 7-8 minggu.
Pada pemeriksaan darah tidak ditemukan kelainan yang signifikan, tetapi pada pemeriksaan
urinalisis pada pasien tersebut terdapat keton urin 4+.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam
darah4, yang pada pemeriksaan urin ditemukan adanya keton positif (+4). Pasien dimasukan
dalam hiperemesis gravidarum tingkat II, segala yang dimakandan diminum dimuntahkan,
tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, pemeriksaan urin didapatkan keton positif.dan
berat badan menurun.

Etiologi dan Faktor Risiko


Pada pasien ini sendiri etiologi yang paling memungkinkan ialah adanya gangguan
psikologis atau kecemasan dalam kehamilan. Dari anamnesis didapatkan riwayat kehamilan
pertama dari pasien adalah 9 tahun yang lalu dimana kehamilan terjadi pada saat awal mula
pernikahan dan pada kehamilan kedua hanya berjarak 2 tahun. Sedangkan dalam kehamilan
yang kedua ini pasien kemungkinan tidak dalam kondisi mental yang sempurna karena adanya
tekanan – tekanan seperti jarak kehamilan yang terlalu lama, mengurus anak yang sedang
dalam masa persekolahan dan pekerjaan rumah tangga

Penatalaksanaan
Muntah dengan ketonuria dan dehidrasi merupakan tanda pasien harus dirawat di rumah
sakit dan diberikan terapi cairan intravena.Resusitasi cairan merupakan prioritas utama,
untuk mencegah mekanismekompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi
uterus.Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjaditermasuk dalam
dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration).

Terapi Cairan
Cairan yang digunakan adalah Nacl : 0,9%. (28gtt/menit) D5%.(28gtt/menit). Cairan
dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak,digunakannya cairan ini adalah selain untuk
memenuhi kebutuhan cairan pasien juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalori pasien,
karena pada pasien hiperemesis gravidarum terjadi oksidasi lemak yang tidak sempurna yang
ditandai dengan ditemukannya benda keton di dalam urin. Selain itu cairan ini bersifat
isotonik hiperosmotik membantu transport cairan intravaskuler menuju intraseluler sehingga
dapat memperbaiki kondisi dehidrasi pasien.
Terapi Medikamentosa
Pemberian anti emetik untuk muntah berat terapi awalnya sebaiknya diberikan lewat
parenteral bersamaan dengan cairan intravena. Menjaga usus kosong pada 24 jam pertama
biasanya direkomendasikan pada hiperemesis gravidarum. Kemudian ketika muntah berhenti
dan pasien dapat secara oral, emetic oral dapat diberikan.16Pada pasien ini diberikan terapi
obat antacid syr 3x1 ac.
Pasien diberikan B6 1x1 pc, suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi dan
mencegah insiden hiperemesis gravidarum. Vitamin B1, B6, dan B12, yang merupakan
koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat dan asam amino.
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan dalam menghambat
motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamin antagonis. Dopamin antagonis
yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine, promethazine, dan metocloperamide.
Prochlorperazin dan promethazine bekerja pada reseptor D2 untuk menimbulkan efek
antiemetik. Pasien ini diberikan metocloperamide, yang bekerja di sentral dan di perifer. Obat
ini menimbulkan efek antiemetik dengan cara meningkatkan kekuatan sphincter esofagus
bagian bawah dan menurunkan transit time pada saluran cerna,metoklopramid memiliki efek
samping tardivedyskinesia, tergantung durasi pengobatan dan totaldosis kumulatifnya. Oleh
karena itu, penggunaan selama lebihdari 12 minggu harus dihindari.15

Diet
Ciri khas diet hiperemesis adalah lebih diutamakan karbohidrat kompleks terutama pada
pagi hari, menghindari makanan yang berlemak dan berminyak untuk menekan rasa mual dan
muntah, lalu sebaiknya diberi jarak untuk pemberian makan dan minum.7
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu 12:
a. Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hyperemesis gravidarum berat. Makanan
hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus dan buah-
buahan. Cairan tidak diberikan Bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet
ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet
diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan
bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali
kebutuhan energi.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet
sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan Bersama makanan.
Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.

Tujuan diet hiperemesis adalah untuk mengganti persedian glikogen tubuh dan
mengontrol asidosis, menurunkan rasa mual, menganti kehilangan cairan, dan memenuhi
kebutuhan nutrisi.

Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.Hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakanproses fisiologis,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konfliklainnya yang melatarbelakangi
penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntahadalah gejala yang normal terjadi pada
kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.15

Prognosis
Hipremesis grade II sedikit lebih sulit dibandingkan pada grade I, karena telah
terjadi dihidrasi pada pasien. Akan tetapi dengan pemberian cairan yang adekuat dan
bantuan pengobatan psikologis maka hiperemesis grade II dapat disembuh dengan
baik.Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia kehamilan 20-22
minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan jiwa
ibu dan janin.24
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Pasien didiagnosa dengan hiperemesis gravidarum grade II berdasarkan
hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penyebab
terjadinya hiperemesis gravidarum ini belum diketahui secara pasti. Penanganan
yang diberikan pada pasien ini adalah terapi cairan, diet, obat-obatan dan
psikoterapi. Dilakukan monitoring keluhan, vital sign, cairan masuk, cairan keluar,
ketonuria. Dalam perjalanannya penderita mengalami perbaikan keadaan umum,
keluhan muntah-muntah sudah tidak dikeluhkan lagi.

Saran
- Memberikan dukungan psikologis dan edukasi pada pasien bahwa kehamilan
adalah suatu hal yang normal dan dapat dilewati adalah hal yang sangat penting
dalam pencegahan dan pengobatan Hiperemesis gravidarum. Tentunya peran
keluarga dan orang sekitar sangatlah penting.

- Diharapkan agar setiap ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teraturuntuk


mendeteksi adanya kelainan yang bisa terjadi pada masa kehamilan.
- Mengkonsumsi makanan yang tinggi zat gizi
- Menjaga personal higiene agartidak terjadi infeksi selama kehamilan hingga
persalinan.
- Menjaga agar lingkungan sekitar pasien tetap nyaman dan stress free selama masa
kehamilan juga sangat penting dalam pencegahan dan pengobatan hiperemesis
gravidarum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a multimodal


challenge. BMC Med. 2010;8:46.
2. Quinla JD, Ashley Hill D. Nausea and Vomiting of Pregnancy. Am Fam Physician 2003;
68: 121-8.
3. Siminerio LL, Bodnar LM, Venkataramanan R, Caritis SN. Ondansetron use in
pregnancy. Obstet Gynecol. 2016;127(5):873-7.
4. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
5. Jacoby EB, Porter KB. Helicobacter pylori infection and persistent Hyperemesis
gravidarum. AmJ Perinatol1999; 16: 85-8.
6. Summers A (2012) Emergency Management of Hyperemesis Gravidarum. Emerg Nurse
20(4): 24-28.
7. Mose JC. Gestosis. Dalam: Sastrawinata S, Maartadisoebrata D, Wirakusumah FF,
editors. Obtetri Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005. p. 66
8. Dodds L, Fell DB, Joseph KS, Allen VM, Buttler B. Outcomes of pregnancies
complicated by hyperemesis gravidarum. Obstet Gynecol. 107(2 Pt 1):285-92. 2006
9. Mochtar R. Hiperemesis Gravidarum dalam Sinopsis Obstetri.Edisi 2 cetakan pertama.
EGC.Jakarta.1998.195-197.
10. Ferri FF (2004) Hyperemesis Gravidarum. Clinical Advisor 2015. (1st edn), Philadelphia,
USA.
11. Cole LA (2010) Biological Functions of hCG and hCG-Related Molecules. Reprod Biol
Endocrinol 8: 102.
12. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, et al. Williams Obstetrics 23rd Edition. United
States of America : McGraw-Hill Companies, Inc: 2010.Chapter 34 : p1113 – 1114
13. Sheehan P (2007) Hyperemesis Gravidarum-Assessment and Management. Aust Fam
Physician 36(9): 698-701.
14. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Lamson L, et al. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 17th. McGraw-Hill; 2008
15. Bottomley C, Bourne T. Management strategies for hyperemesis. Best Pract Res Clin
Obstet Gynaecol. Aug 2009;23(4):549-64.
16. Loh KY. Understanding Hyperemesis Gravidarum. Med J Malaysia 2005; 60: 396.
17. Aikins Murphy P. Alternative therapies for nausea and vomiting of pregnancy. Obstet
Gynecol. Jan 1998;91(1):149-55.
18. Borrelli F, Capasso R, Aviello G, et al. Effectiveness and safety of ginger in the treatment
of pregnancy-induced nausea and vomiting. Obstet Gynecol. Apr 2005;105(4):849-56.
19. Einarson A, Maltepe C, Navioz Y, Kennedy D, Tan MP, Koren G. The safety of
ondansetron for nausea and vomiting of pregnancy: a prospective comparative study.
BJOG. Sep 2004;111(9):940-3.
20. Oliveira LG, Capp SM, You WB, Riffenburgh RH, Carstairs SD. Ondansetron compared
with doxylamine and pyridoxine for treatment of nausea in pregnancy: A randomized
controlled trial. Obstet Gynecol. 2014;124(4):735-42.
21. Morantz C, Torrey B. Practice Guideline Briefs. Am Fam Physician 2004; 70: 601-02.
22. Goodwin, Murphy T. Hyperemesis gravidarum. Clin Obstet Gynecol 1998; 41:597-605.
23. Summers A (2012) Emergency Management of Hyperemesis Gravidarum. Emerg Nurse
20(4): 24-28.
24. Sheehan P. Hiperemesis Gravidarum assessment and management. Aust Fam Physician
2007,36:698-701

Anda mungkin juga menyukai