Makalah Baru
Makalah Baru
OLEH:
NARESWARA TITIS 153800032
VENNY YUNITA SARI 153800068
M. NASRUDIN ARIF 153800061
ANDY WAHYUWONO 153800029
BANGUN WAHYU R I H P 153800044
Air buangan merupakan air yang sudah dipakai oleh manusia dalam
kegiatannya sehari-hari, baik itu domestik maupun non domestik. Banyak cara
yang digunakan untuk mengolah air buangan tersebut sebelum dibuang ke badan
air baik dengan pengolahan secara fisika, kimia maupun biologi. Berdasarkan UU
RI No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
maka setiap industri maupun instansi/ badan usaha harus bertanggung jawab
terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan dari kegiatannya. Limbah cair dari
industri berbasis organik mempunyai potensi pencemaran yang sangat tinggi
terhadap lingkungan.
1.3 Tujuan
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta menggangu lingkungan hidup. Sumber lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, yang bercampur dengan air
tanah, air permukaan dan air hujan. Berdasrkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik
kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan
sebagainya.
Diantara dampak kegiatan yang sangat berpengaruh pada kualitas
lingkungan adalah dihasilkannya limbah pada berbagai kegiatan diatas. Beberapa
pengertian air limbah menurut beberapa pendapat antara lain:
1. Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan
mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan
serta tumbuhan, merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri dan limbah
rumah tangga.
2. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah
sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-
tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat
yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan
hidup.
3. Pengertian lain menyebutkan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan
dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran
dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang
mungkin ada.
4. Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari
manusia dan rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta
buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat
kotoran umum.
2.2. Karakteristik Limbah Cair
Karakteristik air limbah perlu diketahui karena hal ini akan menentukan
cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup.
Pengolahan air limbah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pengolahan secara
fisika, kimia, biologi. Ketiga proses tersebut tidak selalu berjalan sendirisendiri
tetapi kadang-kadang harus dilaksanakan secara kombinasi antara satu dengan
yang lainnya. Ketiga proses tersebut yaitu (Daryanto, 1995):
1.Karakteristik Fisik
Pada umumnya limbah cair domestik terdiri dari 99,9 % cairan dan
sejumlah kecil bahan padat tersuspensi.Zat padat yang terdapat dalam limbah cair
mengandung lebih kurang 75 % zat organik yang terdiri dari 65 % protein,25 %
karbohidrat,10 % lemak dan 30 % zat anorganik berupa pasir,garam dan logam.
Penentuan derajat kekotoran air limbah sangt dipengaruhi oleh adanya sifat
fisik yang mudah terlihat.Adapun sifat fisik yang penting dari air limbah adalah
kandungan total solit yang tersusun dari zat terapung,zat tersuspensi ,zat
koloidal ,zat dalam solusian ,odor ,temperatur dan warna.
Jumlah endapan pada contoh air merupakan sisa penguapan dari contoh air
limba pada suhu 103-105 C.Beberapa komposisi air limbah akan hilang apabila
dilakukan pemanasan secara lambat.Jumlah total endapan terdiri dari benda-benda
yang mengendap,terlarut,tercampur.
Endapan dengan ukuran diatas 10 mikron dapat dihilangkan melalui proses
penyaringan dan pengendapan,sedangkan ukuran dibawah 1 mikron memerlukan
satu atau lebih cara pemisahan yang lebih tinggi.Hal inilah yang dipergunakan
sebagai pertimbangan sehingga pada tes analitik dilakukan pemisahan menjadi 3
golongan besar yaitu;
1. Golongan zat yang mengendap
2. Golongan zat yang tercampur
3. Golongan zat padat yang terlarut
Zat-zat padat yang bisa mengendap adalah zat padat yang akan mengendap pada
kondisi tidak bergerak atau diam kurang lebih 1 jam sebagai akibat gaya beratnya
sendiri.Besarnya endapan diukur dengan alat pengukur yang dinyatakan dalam
satuan miligram setiap liter air limbah.
2.Karakteristik Kimia
Sifat kimia limbah cair biasanya dinyatakan dalam bentuk organik dan
anorganik.Contohnya;logam,fosfat,sulfur,khlor dan gas(CO2,H2S,dan CH4)
kandungan bahan organik didalam limbah cair bergantung pada jumlah pemakaian
air,pemakaian air yang lebih sedikit akan menghasilkan limbah yang lebih
pekat.Pada awalnya limbah cair bersifat basa kemudian mulai membusuk akn
menjadi asam.Kandungan senyawa-senyawa kimia yang terdapat didalam liumbah
cair sangat banyak macamnya sehingga untuk menentukan karakteristik didalam
limbah cair biasanya dinyatakan dengan parameter-parameter.
Adapun bahan kimia yang penting yang ada didalam air limbah pada
umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut;
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme
hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air.
Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi
hanya mengukur secara relativ jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang
ditunjukan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut didalam air, maka
berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi.
BOD dapat diterima bilamana jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam
waktu lima hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah
pada suhu 200C. Hasilnya dinyatakan dengan ppm.
Pathogen Klorinasi
Hipoklorinasi
Bromine klorida
Ozonasi
Radiasi UV
Sistem alamiah
Nutrient:
Nitrogen Berbagai suspended-growth nitrification
and denitrification
Berbagai fixed-film nitrification and
denitrification
Ammonia stripping
Pertukaran ion
Breakpoint chlorination
Sistem alamiah
1. Karakteristik fisik
Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut
(bersifat tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung
padatan, sehingga menggunakan metode ini untuk pimisahan. Pada umumnya
sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar
bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-
bahan yang mengapung mudah disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi banyak
digunakan untuk menyisihkan bahanbahan yang mengapung seperti minyak dan
lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya (Tjokrokusumo, 1995).
2. Karakteristik kimiawi
Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang menggunakan
bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah. Proses
ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya
menjadi kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam pengolahan secara kimia
adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan flokulasi. Pengolahan air
buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan
zat organik beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Pengolahan secara kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya
menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia (Tjokrokusumo, 1995).
3. Karakteristik bakteriologis
Semua polutan air yang biodegradable dapat diolah secara biologis,
sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai
pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah
dikembangkan berbagai metoda pengolahan biologis dengan segala modifikasinya
(Tjokrokusumo, 1995).
Pengolahan air limbah secara biologis, antra lain bertujuan untuk
menghilangkan bahan organik, anorganik, amoniak, dan posfat dengan bantuan
mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter telah dikenal luas guna
menangani air untuk keperluan industri dan rumah tangga, cara ini juga dapat
diterapkan untuk pengolahan air limbah yaitu dengan memakai berbagai jenis
media filter seperti pasir dan antrasit. Pada penggunaan sistem saringan anaerobik,
media filter ditempatkan dalam suatu bak atau tangki dan air limbah yang akan
disaring dilalukan dari arah bawah ke atas (Laksmi dan Rahayu, 1993).
Selain melakukan pencegahan perlu adapun cara atau teknik pengolahan
air limbah. Tujuan utama pengolahan air limbah ini ialah untuk mengurai
kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan
tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat
dibagi menjadi 5 tahap, berikut ini adalah tahap-tahapannya:
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa
proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit
removal, equalization and storage, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang
sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang
berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama
ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation,
dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut
dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan
pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated
sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization
basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga
ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion
exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan
sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet
combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or
drying bed, incineration, atau landfill.
2.4. Pengolahan Limbah dengan Netralisasi
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari
minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau
pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Pemisahan asam lemak
bebas dapat juga dilakukan dengan cara penyulingan yang dikenal dengan istilah
de-asidifikasi.
Reaksi antara asam dan basa disebut juga reaksi netralisasi. Produk reaksi
ini mempunyai karakteristik yang berbeda dari reaktan. Contoh:
refining factor =
Makin kecil nilai refining factor, maka efisiensi netralisasi makin tinggi.
Pemakaian larutan kaustik soda dengan kensentrasi yang terlalu tinggi akan
bereaksi sebagian dengan trigiserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan
menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu, harus dipilih
konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam lemak
bebas dalam minyak. Dengan demikian penyabunan trigliserida dan terbentuknya
emulsi dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan minyak netral dengan
rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih baik.
Konsentrasi dari alkali yang digunakan tergantung dari jumlah asam lemak
bebas atau derajat keasaman minyak. Makin besar jumlah asam lemak bebas,
makin besar pula konsentrasi alkali yang digunakan.
Secara teoritis, untuk menetralkan 1 kg asam lemak bebas dalam minyak
(sebagai asam oleat), dibutuhkan sebanyak 0,142 kg kaustik soda Kristal, atau
untuk menetralkan 1 ton minyak yang mengandung 1% asam lemak bebas (10 kg
asam lemak bebas) dibutuhkan sebanayk 1,42 kg kaustik soda Kristal. Pada
proses netralisasi perlu ditambahkan kaustik soda berlebih yang
disebut excess dari jumlahnya terantung dari sifat-sifat khas minyak; misalnya
untuk minyak kelapa sebanyak 0,1 – 0,2% kaustik soda didasarkan pada berat
minyak.
d. Suhu Netralisasi
Suhu netralisasi dipilih sedemikian rupa sehingga sabun (soap stock) yang
terbentuk dalam minyak mengendap dengan kompak dan cepat. Pengendapan
yang lambat akan memperbesar kehilangan minyak karena sebagian minyak akan
diserap oleh sabun.
Pada pemanasan, asam karbonat yang terbentuk akan terurai menjadi gas
CO2 dan H2O. gas CO2 yang dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun
yang terbentuk dan mengapungkan partikel sabun di atas permukaan minyak.
Gas tersebut dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas atau atau
dengan cara menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan
pompa vakum.
a. Mengalirkan air limbah yang bersifat asam pada media batu kapur
Ini merupakan sistem aliran ke bawah atau ke atas. Dimana maximum
kecepatan hydrolik untuk sistem aliran ke bawah adalah 1 gal / (min, ft2)
(4,07.10-2 m3/min, m2). Konsentrasi asam dibatasi hingga 0,6 % H2SO4 jika
H2SO4 ada dan melapisi butiran kapur dengan bahan CaSO4 & CO2. Kecepatan
hydrolik loading dapat bertambah dengan sistem aliran ke atas karena hasil dari
reaksi dijaga sebelum adanya pengendapan. Sistem ini dapat dilihat pada
gambar berikut :
b. Mencampur air limbah yang bersifat asam dengan bahan-bahan yang bersifat
basa
Jenis netralisasi ini tergantung dari macam-macam bahan basa yang
digunakan Magnesium adalah bahan basa yang sangat reaktif dalam asam kuat
dan digunakan pada pH di bawah 4,2.
Netralisasi dengan menggunakan bahan basa dapat didefinisikan
berdasarkan faktor titrasi dalam 1 gram sampel dengan HCl yang dididihkan
selama 15 menit kemudian dititrasi lagi dengan 0,5 N NaOH dengan
menggunakan phenolpthalen sebagai buffer. Mencampurkan bahan-bahan basa
dapat dilakukan dengan pemanasan maupun pengadukan secara fisik. Untuk
bahan yang sangat reaktif, reaksi terjadi secara lengkap selama 10 menit.
Bahan-bahan basa lainya yang dapat digunakan sebagai netralisasi adalah
NaOH, Na2CO3 atau NH4OH.
Adapun beberapa sistem yang digunakan untuk bangunan netralisasi ini adalah:
Sistem Batch, yang digunakan untuk aliran air limbah hingga 380 m3/hari
(limbah industri makanan/pangan).
Sistem continouse, dengan pH control dimana dibutuhkan udara untuk
pengadukan dengan minimum aliran air 1-3 ft3/mm, ft2 atau 0,3-0,9 m3/mm, m2
pada kedalaman 9 ft (2,7 m) (atau kebanyakan digunakan pada industri
pengolahan kopi).
Keunggulan dari proses netralisasi dengan proses lainnya adalah sebagai berikut :
Bahan – bahan yang digunakan mudah didapat
Prosesnya mudah dilakukan
Biaya yang digunakan tidak terlalu mahal