Anda di halaman 1dari 66

PRINSIP DAN TEKNIK

BEDAH
•PRINSIP &TEKNIK BEDAH
•PAIN CONTROL
•INFECTION CONTROL (PRE-OP)
•SURGERY METHOD (MINIMAL DAMAGE)
•BLEEDING CONTROL
•WOUND CLOSURE
•INFECTION CONTROL (POST OP)
PAIN CONTROL
Nyeri merupakan faktor utama yang membawa pasien mendatangi
klinik gigi.
Alasan pemilihan dari ketiga teknik ini ialah berdasarkan:
✓Tingkat keparahan dan durasi prosedur
✓Usia, fisik, dan status psikologis pasien
✓Tingkat ketakutan dan kecemasan.
Dental prosedur mayoritas dilakukan di klinik dental,
namun pada beberapa prosedur yang rumit dan pasien dengan tingat kecemasan yang tinggi
serta tidak kooperatif, memerlukan tindakan operasi di ruang operasi
•Evaluasi rutin anastesi preoperatif
•Permasalahan sekarang
•Permasalahan lain yang diketahui
•dosis, durasi, efektivitas
•Obat yang saat ini dikonsumsi pasien

•Riwayat alergi obat


•Riwayat pemakaian tembakau : perokok ; konsumsi alkohol

•Paparan anastetetik sebelumnya : tipe dan efek yang merugikan


•Kondisi kesehatan umum dan review sistem organ:
•1. Sistem Kardiovaskular (hipertensi, penyakit jantung, angina, level aktifitas)

•2. Sistem Respirasi (batuk, demam, sputum, asma, Infeksi Saluran Pernafasan Atas)

•3. Sistem Saraf Pusat (Sakit kepala, pusing, gangguang visual, stroke, kejang-epilepsi)

•4. Sistem Gastrointestinal (mual, muntah, refluks, diare, perubahan berat badan)

•5. Sistem Renal (fungsi abnormal)


•Kondisi kesehatan umum dan review sistem organ:
•6. Sistem Hepatik (jaundice, hepatitits)

•7. Sistem Endokrin (diabetes mellitus, disfungsi tiroid, pheochromocytoma)

•8. Sistem hematologis (Perdarahan berlebihan, anemia, kelainan perdarahan)

•9. Sistem musculoskeletal (nyeri sendi atau punggung, arthritis)

•10. Sistem Reproduksi (riwayat mesntruasi), kehamilan


•“Role of 10s” pada pembedahan pediatric
•Usia minimal 10 minggu

•Berat badan minimal 10 pounds (±5 kilogram)

•Kadar Hemoglobin minimal 10 gram


Deformitas kongenital
Sindrom Down, Pierre Robin’s, Treacher Collins’, Marfans
berasosiasi dengan abnormalitas jalan nafas
rongga mulut yang kecil, lidah besar, dan cleft palatal
menilai kondisi faringeal pasien
digunakan :Tes Mallampati
Klasifikasi status fisik American Association of Anasthesiologist(
ASA)
•Obat-obatan yang menekan system saraf pusat progressive
dose-related effect
•Dosis kecil menghasilkan sedasi ringan
•dengan perubahan suasana hati, pengurangan kecemasan,
mengantuk, dan kadang disertai analgesia.
•Saat dosis ditingkatkan, atau saaat ditambahkan obat lain,
depresi system saraf pusat yang lebih kuat terjadi, dan
menghasilkan sedasi yang lebih dalam dan tidur.
Bila pasien telah kehilangan kesadaran dan tidak dapat
dibangunkan, saat inilah tahap general anastesi dimulai.

Komplikasi Anastesi Dental yang mungkin bisa terjadi, antara lain :


✓Hipoksia
✓Spasme Laring
✓Mouth Breathing
✓Kontaminasi trakea
✓Disritmia jantung
✓Mual dan muntah
INFECTION CONTROL (PRE-OP)
Sterilisasi : Pemusnahan total atau penghilangan semua organisme termasuk
endospra pada sebuah obyek atau sebuah lokasi.
Desinfeksi : Pemusnahan mikroorganisme pathogen, tidak termasuk
endospore dan virus
Antiseptik : Desinfeksi kimiawi pada permukaan kulit, membran mukosa,
atau permukaan jaringan hidup lainnya
Infection control (pre-op)
sterilisasi

desinfeksi

antiseptik
▪Asepsis : adalah prinsip bedah utk mempertahankan keadaan
bebas kuman.
▪Keadaan asepis adalah syarat mutlak dalam tindakan bedah.
▪Antisepsis : Adalah cara atau tindakan yang diperlukan untuk
mencapai keadaan bebas kuman pathogen.
▪ Tindakan ini bertujan mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh kuman
pathogen. (contoh : scrubbing dan preparasi daerah operasi)
Udara

Alat dan Operator Bedah

Sumber Infeksi
Pembedahan Kulit penderita

Darah

Visera
Sterilisasi dapat memusnahkan organisme hidup melalui panas, radiasi,
filtrasi, dan kimiawi.
Panas yang digunakan dalam sterilisasi ialah : Autoclave dioperasikan pada
tekanan 15psi suhu 121º C selama 15 menit atau pada tekanan 20 psi suhu
134º C selama 3 menit..
Sterilisasi panas kering pada oven dioperasikan pada suhu 160º -170º C
selama 2 jam.
2 jenis persiapan prabedah, yaitu:
pencukuran dan desinfeksi
1. Pencukuran
•Waktu yang tepat untuk mencukur pasien ialah segera
sebelum operasi dimulai
•Pasien harus menandatangani persetujuan operasi
•Daerah yang dicukur dibuat sekecil mungkin, tetapi harus
berupa daerah persegi dengan batas luarnya kira-kira2-3 inci
dari daerah incici yang sebenarnya.
•Semua pencukuran dilakukan setelah kulit pasien dibasahi
•Gunakan sarung tangan dan persiapkan karet busa yang
basah dengan sabun
•Rahasia pribadi pasien dijaga dengan membatasi tirai
•Dengan pisau cukur steril, cukurlah rambut pada kulit
dengan gerakan yang tegas kea rah tumbuhnya rambut.
•Setelah pencukuran selesai, keringkan daerah tersebut,
dan angkat semua rambut yang lepas.
Desinfeksi
1. Setelah pasien dalam keadaan teranastesi, daerah operasi diperlihatkan
2. Daerah operasi digosok dengan sikat penggosok sebelum mengoleskan
Betadine
3. Selanjutnya asisten bedah mengolesi daerah operasi dengan kain kassa yang
dibasahi dengan betadine. Daerah Insisi diolesi terlebih dahulu, kemudian
daerah persiapan prabedah diperluas secara melingkar keluar sampai batas
kemanan yang cukup lebar
4. Biasanya dilakukan 3 kali pengolesan dengan betadine pada daerah operasi
5. Supaya efektif, desinfektan harus dibiarkan kering di udara.
6. Setelah daerah yang terinfeksi kering, mulai lakukan penutupan dengan kain.
➢Apabila diperlukan, dapat diberikan antibiotik profilaksis sebelum
operasi, dengan dilakukan skin test (antibiotic sediaan injeksi)
terlebih dahulu guna memastikan pasien tidak alergi terhadap
antibiotic tersebut.
➢Waktu pemberian antibiotik profilaksis adalah 1 jam sebelum
operasi/insisi.
➢Karena 1 jam setelah pemberian adalah jeda waktu obat bereaksi
mencapai kadar efektif dalam jaringan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri.
•Frekuensi pemberian antibiotik profilaksis dapat diulang
apabila operasi lebih dari 3 jam dan/atau terjadi perdarahan
lebih dari 1500ml. Dan dapat diperpanjang pemberiannya
hingga 24 jam post operasi

•Dan tidak boleh lebih dari 24 jam pada kasus bedah yang
secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi.
1. Gaun steril penutup badan mengurangi kontaminasi dari
penderita maupun pada penderita
2. Tutup kepala melindungi rambut agar tidak menyebarkan
kuman
3. Masker mencegah kontaminasi dari hidung, mulut,
cambang, dan kumis.
Draping
Adalah suatu prosedur penutupan pasien yang sudah berada
diatas meja operasi dengan menggunakan alat operasi tenun
steril, dengan tujuan memberi tegas daerah steril pada
daerah pembedahan setelah permukaan kulit didesinfeksi.
Prinsip Draping
✓Dilakukan dengan teliti dan hati-hati
✓Scrub Nurse paham akan prosedur
✓Draping tidak boleh dipindah-pindah
✓Gunakan doek klem untuk fixasi sudut
✓Tim bedah steril menghadap area
✓Bila alat tenun steril terkontaminasi harus diganti
✓Sekitar lantai tidak boleh ada genangan air
✓Hindari mengibas alat tenun steril terlalu tinggi
✓Pada saat draping hindari menyentuh kulit pasien
✓Jika ada yang jatuh dibawah batas pinggang jangan diambil
✓Jika ragu-ragu terhadap sterilisasi tenun maka alat tenun tersebut harus dinyatakan sudah
Metode Draping

Tutup dengan duk Bentangkan ujung atas Pakailah duk klem pada
laparotomi steril. Perawat duk laparotomi di atas bagian / sudut- sudut
instrumen membawa anesthesia screen (tabir untuk membatasi daerah
lipatan duk ke meja. anestesia). Perhatikan yang akan operasi
Dengan berdiri jauh dari bahwa tangan yang
meja, satu tangan dari menyentuh daerah yang
perawat instrumen tidak steril terlindung
membentang duk di atas dalam lipatan kain dan
pasien sehingga lubang duk dirapihkan dengan
duk langsung berada di tangan lain
daerah kulit yang telah
dipersiapkan
Prinsip Cuci Tangan
1. Cara memegang sikat dan sabun
2. Sikat tangan secara sistematik, satu persatu jari
dicuci
3. Sikat kuku
4. Tutup kran dengan siku;tangan dikeringkan
dengan kain handuk steril yang dijatuhkan segera
setelah menyentuh siku.
SURGERY METHOD (MINIMAL
DAMAGE)
1. Asepsis
▪ artinya melakukan pekerjaan dengan menjauhkan segala kemungkinan
kontaminasi dari kuman atau menghindari organisme pathogen

2. Pembedahan atraumatic
➢ bekerja secara hati-hati, tidak kasar, tidak ceroboh, dengan gerakan pasti
sehingga membuat trauma sekecil mungkin
➢ Peralatan yang digunakan haruslah tajam karena dengan peralatan yang
tumpul akan memperbesar terjadinya trauma.
3.Akses dan lapangan pandang baik
• Ukuran flap disesuaikan sehingga tidak terlalu lebar, namun dapat
memberikan akses yang cukup utuk operator
• Daerah operasi harus bersih dari saliva dan darah yang dapat mengganggu
penglihatan ke daerah tersebut sehingga dibutuhkan penyedotan pada
rongga mulut.
4. Tata Kerja Teratur
➢ Bekerja sistematis agar dapat mencapai hasil semaksimal mungkin
Persyaratan dan Prinsip Desain Flap
(Pedersen, 1996)
1. Suplai darah
Suplai darah yang cukup merupakan pertimbangan pertama dalam merencanakan desain
flap.
a) Basis lebih besar dibanding tepi bebasnya (insisi tambahan harus
serong).
b) Mempertahankan suplai darah
c) Hindari retraksi flap yang terlalu lama.
d) Hindari ketegangan, jahitan yang berlebihan atau keduanya
3. Persarafan
Desain diusahakan menghindari saraf yang terletak di dalam Pendukung
Tempatkan tepi sedemikian rupa sehingga terletak di atas tulang (paling tidak 3-4mm
dari tepi tulang yang rusak), sehingga apabila prosedur telah selesai tepinya didukung oleh
tulang.
4. Ukuran

◦ Kesalahan yang paling umum pada desain flap adalah ukurannya terlalu
kecil sehingga mengakibatkan jalan masuk terhalang, visualisasi yang
kurang, luka yang tak menguntungkan.
•Tipe perdarahan berdasarkan pembuluh darah yang terlibat,
•In arterial hemorrhage
•(Merah terang, pulsatile)
•Venous hemorrhage
•(merah gelap, aliran konstan)

•Capillary haemorrage
•(darah merembes dari suatu jaringan, letak pasti tdk dapat ditentukan)
Pemeriksaan laboratoris yang dapat
digunakan untuk memindai
Bleeding Time
1. Merupakan alat perhitungan sensitive untuk mengukur fungsi platelet.
2. Biasanya terdapat hubungan yang linear antara Hitung Platelet dan Bleeding
time.
3. Pasien dengan Bleeding Time lebih dari 10 menit memiliki resiko perdarahan
yang meningkat
4. Bleeding time memanjang pada kasus thrombositopenia, penyakit Von
Willebrand dan dan disfungsi platelet.
Platelet Count
a) Jumlah normal Hitung platelet ialah 150.000-450.000 per cumm.
b) Bila perhitungan menjadi 50.000-100.000 maka akan memperpanjang
waktu perdarahan.
c) Pasien dengan perhitungan <50.000 memiliki karakteristik mudah memar,
terdapat petechiae dan ecchymosis bila
d) Perhitungan <20.000 memiliki tendensi perdarahan spontan.
e) Prosedur bedah minor aman dilakukan pada perhitungan 80.000-100.000,
bila dibawah nilai tersebut pasien memerlukan transfuse Platelet Rich Plasma.
Prothrombin Time
1. memindai fungsi pola koagulasi ekstrinsik (Faktor V, VII, dan X), dan faktor I, II, V.
2. Akan memanjang pada pasien yang sedang menjalani terapi warfarin, pasien dengan
defisiensi vitamin K, atau defisiensi faktor V, VII, X, proptrombin atau fibrinogen.

Partial Thromboplastin Time


a. fungsi pola koagulasi intrinsic yang melibatkan faktor VIII, IX, X, XII dari system intrinsic dan
faktor I,II, V
b. hemophilia, defisiensi vitamin K, dan kecurigaan adanya penyakit liver.
Teknik hemostasis lokal dibedakan ke dalam
3 jenis, yaitu : mekanik, thermal, kimiawi.
Metode mekanik
1. Penekanan
◦ Penekanan harus dilakukan secara langsung dan kuat pada lokasi
perdarahan selama minimal 5 menit.
2. Menggunakan alat hemostat
◦ Forsep hemostat (arteri, mosquito) didesain khusus untuk mengatasi
perdarahan pada area pembedahan. Jika pembuluh darah kecil, setelah
dijepit menggunakan forspe arteri, maka akan dilakukan aplikasi
Electrosurgical thermocoagulation.
•Hemostasis local
•Mekanik
•Thermal

•Kimiawi
•Hemostasis local
•Mekanik
•Penekanan
•Alat hemostat
•Penjahitan dan ligase
•Embolisasi Pembuluh darah

•Thermal

•Kimiawi
•Hemostasis local
•Mekanik
•Thermal
•Kuterisasi

•Electro Surgery
•Laser

•Cyrosurgery
•Argon-beam koagulator

•Kimiawi
•Hemostasis local
•Mekanik
•Thermal
•Kimiawi
•Agen astringent dan stiptik

•Bone Wax
•Thrombin

•Gelfoam
•Oxycel

•Fibrin glue
•Adrenalin atau epinefrin
Sistemik
1. Whole blood
Indikasi penggunaanya ialah bila terjadi perdarahan hebat dan terdapat tanda syok
hipovolemik.
2. Platelet rich plasma
Sangat disarankan untuk meningkatkan kadar platelet hingga 50.000 - 100.000 sel per cu mm
untuk keselamatan pasien.
3. Fresh Frozen plasma
Satu unit fresh frozen plasma diperoleh dari seorang donor dan mengandung seluruh faktor
koagulasi termasuk faktor VIII, faktor IX, dan fibrinogen. Disimpan pada suhu -30º C dan harus
diadministrasikan maksimal 2 jam setelah dicairkan.
WOUND CLOSURE
Suture diklasifikasikan berdasarkan :
1. Absorbable
Seluruh material benang dapat diasorpsi oleh tubuh. Dibedakan menjadi : natural dan sintetis.
2. Non-absorbable
Material benang tidak dapat diresorpsi oleh tubuh. Dibedakan menjadi : natural, metalik, dan
sintetis. Dan setiap kategorinya dibedakan lagi menjadi :
a) Monofilament type : single strand , mencegah penumpukan mikroorganisme dan dapat diikat
dengan halus.
b) Multifilament type : terdiri dari beberapa filament yang dirangkai menjadi satu, berpotensi terjadi
penumpukan bakteri. Tidak disarankan digunakan pada area kontaminasi dan infeksi.
3. Coated atau Non-Coated
Pelapisan berfungsi untuk mengurangi gesekan pada benang, sehingga membuat simpul jahitan
tidak mudah terlepas.
4. Ukuran Diameter
Material benang bervariasi dalam ukuran diameter dan ketebalan dari 1 – 0 hingga 10 – 0,
dengan angka tertinggi adala ‘nol’, ukuran diameter dan ketebalan yang paling halus.
Prinsip-prinsip Suturing :
1. Jarum harus dijepit pada 1/3 mata jarum, dan 2/3 dari ujung
2. Jarum harus menembus jaringan dalam arah tegak lurus terhadap
permukaan jaringan
3. Jarum harus memasuki jaringan searah dengan kelengkungannya
4. Benang suture harus menembus jaringan dalam jarak dan
kedalaman yang sama dari haris insisi pada kedua sisi.
5. Jarum harus menembus dari jaringan yang bergerak ke jarinagn
yang tidak bergerak.
6. Jarum harus menembus dari jaringan yang dalam ke jaringan yang
lebih superfisial
7. Penutupan jaringan tidak boleh terlalu tegang
8. Suturing dilakukan hanya untuk mendekatkan kedua jaringan,
tidak boleh ada pemucatan jaringan di sekitar area suturing
9. Simpul tidak boleh berada di atas garis insisi
10. Jarum harus menembus dari jaringan tipis ke jaringan tebal
11. Suturing harus diletakkan dalam jarak yang lebih dalam daripada jarak perlukaan untuk
menjaga batas luka
12. Suturing pada kulit dilepaskan setelah 5 hari, sedangkan suture intraoral dilepaskan setelah
7 hari. Apabila terdapat tension, maka dapat dipertahankan hingga 10 hari.
tan Suturing Interupted Technique pada Insisi Linear

Teknik Interupted pada Insisi Elips


INFECTION CONTROL (POST-OP)
✓Infeksi Luka Operasi ( ILO ) atau Infeksi Tempat Pembedahan
(ITP)/Surgical Site
Infection (SSI) adalah infeksi pada luka operasi atau organ/ruang
yang terjadi dalam 30 hari paska operasi atau dalam kurun 1 tahun
apabila terdapat implant.
Klasifikasi SSI menurut The National Nosocomial
Surveillence Infection (NNIS)
a. superficial incision SSI yang
melibatkan kulit dan subkutan dan
b. deep incisional SSI, yang melibatkan jaringan yang lebih
dalam
Superficial Incision SSI ( ITP Superfisial
)
a. Terdapat cairan purulen.
b. Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial.
c. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflammasi
d. Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat.
Deep Insicional SSI ( ITP Dalam )
1. Keluar cairan purulen dari tempat insisi.
2. Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedah karena ada
tanda inflammasi
3. Ditemukannya adanya abses pada reoperasi, PA atau radiologis.
4. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang merawat
Prinsip pencegahan ILO adalah dengan
:
a. Mengurangi resiko infeksi dari pasien.
b. Mencegah transmisi mikroorganisme dari petugas, lingkungan, instrument
dan
pasien itu sendiri.

Kedua hal di atas dapat dilakukan pada tahap pra operatif, intra
operatif, ataupun paska operatif.
Pasca operasi
a. Pasca operasi, hal yang harus diperhatikan adalah perawatan luka insisi
dan
edukasi pasien.
b. Perawatan luka insisi berupa penutupan secara primer dan dressing yang
steril selama 24-48 jam paska operasi.
c. Dressing luka insisi tidak dianjurkan lebih dari 48
jam pada penutupan primer.
d. Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah penggantian
dressing.
e. Jika luka dibiarkan terbuka pada kulit, maka luka tersebut harus ditutup
dengan
kassa lembab dengan dressing yang steril.
Edukasi pada pasien berupa penjelasan mengenai perawatan luka
operasi gejala
SSI, dan dokter harus melaporkan jika hal tersebut terjadi pada
pasien.
SEKIAN & TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai