Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kita ketahui bersama, bahwa di era post modern saat ini telah begitu banyak ditemukan
penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan.Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan
hampir dalam segala bidang dan lingkungan di mana kita berada.Misalnya, keberadaan ilmu
teknologi yang semakin hari semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui
sejumlah proses yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya penemuan-
penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi, karena ia merupakan tuntutan
dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang
semakin tinggi dan beragam. Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan
yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan keilmuannya,
karena itulah kami mengambil judul tersebut sebagai topik utama dalam makalah ini.
Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode tertentu.Seperti
halnya dalam memperoleh pengetahuan.Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode
ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode.Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa
suatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode.Untuk memperoleh
pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah.Namun tidak semua pengetahuan
didapatkan melalui metode ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah?
2. Apa yang dimaksud dengan metode penelitian?
3. Apa saja teknik penelitian?
4. Apa yang dimaksud dengan sikap ilmiah?

C. TujuanPenulisan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode ilmiah.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah metode ilmiah.
3. Untuk mengetahui karakteristik ilmiah.
4. Untuk mengetahui macam-macam sikap ilmiah.
5. Untuk mengetahui fungsi dari metode.

1
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Metode Ilmiah


Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya
untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi
suatu teori ilmiah.
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
3. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)

Karakteristik Metode Ilmiah


Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses
karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek
yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan
pengamatan-pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan perhitungan yang
cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau
dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya
ditabulasikan dalam table. Digambarkan dalam bentuk grafik atau dipetakan dan diproses dengan
penghitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
Umumnya terdapat empat karakteristik penelitian ilmiah :
1. Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola
dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik.
Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal yaitu logika.
Prosedur penalaran yang dipakai bias dengan prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik
kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus), atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir
untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.

2
3. Empirik. Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang ditemukan
atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan empirik ada
tiga yaitu :
a). Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan
satu sama lain).
b). Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c). Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan,melainkan ada penyebabnya.
4. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali oleh peneliti lain
dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang
sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variable menjadi langkah penting
bagi seorang peneliti.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah


Langkah-langkah pada metode ilmiah antara lain:
1. Memilih dan mendefinisikan masalah
2. Survey terhadap data yang tersedia
3. Memformulasikan hipotesa
4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa
5. Mengumpulkan data primer
6. Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
8. Membuat laporan
Pelaksanaan metode ini meliputi enam tahap, yaitu :
1. Merumuskan masalah.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan
masalah. Sering juga disebut mengkaji teori atau kajian pustaka.
3. Menyusun hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara yang berdasarkan data atau
keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistic untuk menghasilkan
kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidk dipengaruhi
subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal.

3
6. Menguji kesimpulan untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan dan perlu
juga dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji mendukung hipotesis, maka hipotesis itu bias menjadi
kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

II. METODE PENELITIAN


Secara etimologi penelitian berasal dari bahasa inggris research, re berarti kembali dan search
mencari. Dengan demikian research berarti mencari kembali. Pada hakikatnya peneltian adalah suatu
kegiatan untuk memperoleh kebenaran mengenai sesuatu masalah dengan menggunakan metode
ilmiah[1]. Menurut Yoseph (1979) penelitian adalah art and science guna mencari jawaban terhadap
suatu permasalahan karena seni dan ilmiah maka penelitian akan memberikan ruang-ruang yang akan
mengakomudasi adanya perbedaan tentang apa yang dimaksud dengan penelitian. Sedangkan
menurut Kerlinger (1986), penelitian dapat pula diartikan sebagai cara pengamatan dan mempunyai
tujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau proses penemuan
Tentang istilah penelitian ada banyak pula para ahli lain yang mengemukakan pendapatnya, seperti:
1. David H Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya
memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta
2. J. Suprapto
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis
3. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari
bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali
sehingga diperoleh pemecahannya.
Selain itu penelitian juga dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Suatu usaha untuk mengumpulkan, mencatat dan menganalisa sesuatu masalah.
2. Suatu penyelidikan secara sistematis, atau dengan giat dan berdasarkan ilmu pengetahuan
mengenai sifat-sifat daripada kejadian atau keadaan-keadaan dengan maksud untuk menetapkan
faktor-faktor pokok atau menemukan paham-paham baru dalam mengembangkan metode-metode
baru.
3. Penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta
atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis.

4
4. Usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah. Pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah
yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan untuk mendapakan
fakta-fakta baru atau mengembangkan fakta-fakta yang sudah ada dengan sangat sistematis.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian secara umum ialah:
1. Untuk memperoleh informasi baru
Penelitian biasanya akan berhubungan dengan informasi atau data yang masih baru jika dilihat dari
aspek penelitinya. Apabila fakta tersebut baru diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang
peneliti pada saat itu maka dapat dikatakan bahwa data peneliti tersebut dikatakan data baru.
2. Untuk mengembangkan dan menjelaskan
Dengan melakukan pengembangan dan usaha menjelaskan melalui teori yang di dukung fakta-fakta
penunjang yang ada, peneliti akan dapat sampai pada pemberian pernyataan sementara yang disebut
dengan hipotesis penelitian.
3. Untuk menerangkan, memprediksi dan mengontrol suatu ubahan
Penelitian dapat menerangkan keterkaitan variabel yang ada. Dapat memprediksi apa yang terjadi
diantara variabel dan bahkan mengontrol peneliti untuk memperoleh sesuatu yang bermanfaat[5].
Tujuan penelitian secara khusus adalah:
1. Mendeskripsikan fenomena
Tujuan penelitian yaitu memperoleh pengeahuan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu
fenomena yaitu: nama, klasifikasi, sifat, ciri-ciri khasnya dari fenomena tersebut.
2. Menjelaskan hubungan
Peneltian berusaha untuk menjelaskan hubungan antara fenomena terutama hubungan sebab akibat
3. Meramalkan fenomena yang akan terjadi
Penjelaskan hubungan sebab akibat sangat berguna untuk membuat generalisasi yang berlaku bagi
fenomena yang ada pada saat sekarang maupun yang akan terjadi dan bisa juga untuk menguji
kebenaran yang telah ada.
4. Mengendalikan fenomena
Penelitian dapat digunakan untuk mengendalikan fenomena yang membahayakan kehidupan
manusia seperti kebakaran, banjir dan berbagai macam penyakit

5
III. TEKNIK PENELITIAN
Tehnik Pengumpulan Data dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah melalui angket,
wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakaan, dan lain sebagainya.
1. Angket
Angket (self-administered questionnaire) adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang
memberikan tanggapan (respons) terhadap pertanyaanpertanyaan yang diajukan. Teknik angket
memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri.
Kelebihannya adalah:
• dapat menjangkau sampel dalam jumlah yang besar,
• biaya yang diperlukan relatif murah, dan
• tidak terlalu mengganggu responden karena pengisiannya ditentukan oleh responden sendiri
sesuai dengan keluangan waktunya.
Adapun kekurangannya adalah:
• jika dikirimkan melalui pos, maka persentasi yang dikembalikan relatif rendah,
• tidak dapat dipergunakan kepada responden yang tidak bisa membaca atau menulis, dan
• pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam angket dapat ditafsirkan secara salah dan tidak
ada kesempatan untuk mendapat penjelasan.

2. Wawancara
Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung
oleh pewawancara/pengumpul data kepada responden selanjutnya jawaban-jawaban responden
dicatat atau direkam.
Kelebihan teknik wawancara adalah:
• dapat dipergunakan kepada responden yang tidak menguasai baca-tulis, termasuk anak-anak,
• jika terdapat pertanyaan yang sulit dipahami pewawancara dapat memberikan penjelasan
seperlunya, dan
• dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding atau
dengan melihat ekspresi wajah serta gerak-gerik responden.
Sedangkan kekurangan teknik wawancara adalah:
• memerlukan biaya yang cukup besar untuk perjalanan dan ongkos pengumpul data,
• hanya dapat menjangkau responden yang bersifat terbatas, dan
• kehadiran pewawancara mungkin akan mengganggu responden.

6
3. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan. Dalam kegiatan
pengamatan, observer (pengamat) belum mengajukan pertanyaanpertanyaan khusus yang terkait
dengan masalah penelitian.
Kelebihan observasi adalah:
• data yang diperoleh merupakan data yang segar karena langsung diamati dari subjek pada saat
terjadinya tingkah laku, dan
• keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.
Sedangkan kelemahannya adalah:
• untuk memperoleh data yang diharapkan pengamat harus menunggu dan mengamati sampai
tingkah laku yang diharapkan benar-benar terjadi,
• tidak semua tingkah laku yang diamati relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian,
dan
• beberapa tingkah laku, seperti tingkah laku kriminal atau yang bersifat pribadi, sukar diamati dan
bahkan bisa membahayakan observer (pengamat).

4. Kajian Kepustakaan
Kajian kepustakaan merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri dan menelaah teoriteori yang
terdapat di perpustakaan. Kegiatan kajian kepustakaan menuntut kejelian, ketekunan, dan ketelitian
peneliti. Dalam kegiatan kepustakaan tersebut seorang peneliti akan melakukan:
• menggali lebih dalam beberapa informasi dan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti,
• mencari metode dan teknik pengumpulan data, teknis analisis data, dan sebagainya,
• mendapatkan pandangan yang lebih luas tentang masalah yang sedang diteliti, dan
• menghindarkan diri dari duplikasi (plagiat) yang tidak dikehendaki.

5. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
kepada subjek penelitian, melainkan kepada dokumen-dokumen tertentu. Terdapat dua macam
dokumen, yakni dokumen primer dan dokumen sekunder. Dokumen primer merupakan yang ditulis
oleh orang yang secara langsung mengalami suatu peristiwa. Dokumen sekunder adalah dokumen
yang ditulis oleh orang lain yang mendapat cerita dari pelaku peristiwa.

7
Kelebihan studi dokumentasi adalah:
• memberikan jalan untuk meneliti subjek penelitian yang sulit dijangkau,
• data yang diterima lebih objektif karena tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti,
• memberikan cara yang lebih baik untuk meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu
• memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar.
Sedangkan kelemahan studi dokumentasi adalah:
• data yang diteliti memungkinkan terjadinya bias karena data yang tersedia kemungkinan tidak
lengkap atau bahkan berlebihan,
• tidak setiap orang menyimpan dokumen dengan baik, dan
• sulit untuk mengumpulkan dan sekaligus memberikan kode terhadap data sehubungan dengan
format penulisan dokumen yang bermacam-macam.
Masih terdapat beberapa teknik pengumpulan data lain yang dapat dipergunakan untuk
mengumpulkan data, seperti analisis isi dan tes proyeksi. Menurut Atherton dan Klemmack, analisis
isi (content analysis) merupakan studi tentang arti komunikasi verbal. Bahan yang dipelajari dapat
berupa bahan yang diucapkan atau bahan yang ditulis.
Teknik analisis isi sering dipergunakan untuk meneliti sikap para tokoh terhadap suatu kasus,
yakni dengan mempelajari beberapa artikel, naskah pidato, buku harian, catatan kasus, dan lain
sebagainya. dalam analisis isi, peneliti dapat mengklasifikasikan kata-kata yang menyatakan
persetujuan maupun kata-kata yang menyatakan ketidaksetujuan yang ditunjukkan oleh tokoh
tertentu terhadap suatu kasus. Misalnya: Sikap pimpinan partai politik X terhadap kinerja kabinet
pembangunan Y.
Tes proyeksi (projective test) dilaksanakan oleh peneliti berdasarkan atas anggapan bahwa
apa yang dilakukan oleh subjek dengan bahan tes tertentu akan dapat mengungkapkan sesuatu
tentang diri subjek tersebut. Tes proyeksi dilakukan terhadap responden yang sulit atau tidak
bersedia untuk mengungkapkan sesuatu yang dianggap merupakan data penting dalam kegiatan
penelitian.
Tes proyeksi pada umumnya digunakan untuk mengungkapkan sikap, keyakinan, pandangan,
pendapat, dan lain sebagainya dengan cara subjek diminta untuk mengidentifikasikan gambar-
gambar atau bentuk-bentuk tertentu, kemudian subjek diminta untuk membuat cerita untuk setiap
gambar atau bentuk yang dilihatnya. Tes proyeksi hanya dapat dilakukan oleh seorang peneliti yang
memiliki keahlian tertentu. Selain itu, validitas tes proyeksi sangat sulit untuk ditetapkan.

8
IV. SIKAP ILMIAH
Sikap Ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar
yang tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan
sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-
persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. Rumusan
di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen
afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap
obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu
bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka
melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk
bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-
langkah ilmiah. Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap
ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain
adalah:

1. Jujur
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu degan sesungguhnya dan
apa adanya, tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi. Sifat jujur ini harus dimiliki oleh setiap
manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur
juga dapat menjadi cerminan dari kepribadian seseorang bahkan kepribadian bangsa. Oleh sebab
itulah kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia. Kejujuran banyak dicontohkan langsung
oleh Rasulullah. Dapat kita ambil keteladanan dari Rasul kita Nabi Muhammad saw. Yang memiliki
sifat wajib bagi Rasul, salah satunya “amanat” yang berarti dapat dipercaya. Mengapa dapat
dipercaya ? Jawabannya karena kejujuran. Amanat berarti kepercayaan, orang yang dipercaya tidak
pantas untuk melakukan kebohongan. Kejujuran adalah bekal bagi kita untuk mendapatkan
kepercayaan dari orang lain. Jika seseorang telah memiliki kejujuran maka sesuatu yang wajar jika
bila orang tersebut dapat dipercaya, diberi amanat , oleh orang banyak. Dan amanat itu sendiri akan
disampaikan kepada yang berhak menerimanya, bukan kepada orang yang tidak berhak
menerimanya. Orang yang jujur jugalah yang akan tenang dalam menjalani hidup di dunia yang fana
ini. Betapa hancurnya dunia akan sangat terasa apabila mayoritas orang-orang yang jujur sangat
sedikit.

9
2)Terbuka
Seseorang mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas dari praduga. Ia menyakini bahwa
prasangka, kebencian baik pribadi maupun golongan Ia tidak akan berusaha memperoleh dugaan
bagi buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang
alam, materi, moral, politik, ekonomi, dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan
baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak, jadi ia
terbuka akan pendapat orang lain.

3. Toleran
Seseorang tidak merasa bahwa dirinya paling benar, bahkan ia bersedia mengakui bahwa oprang lain
mungkin lebih benar. Dalam menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain,
membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, ia memiliki tenggang rasa atau sikap
toleran yang tinggi, jauih dari sikap angkuh. Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang
tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan
yang orang lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk
sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup. Dan cara memelihara toleransi, antara lain:
Ciptakan kenyamanan
Kenailah intoleransi ketika anak terbuka terhadapnya
Menolak sikap intoleransi yang dilakukan anak
Dukung anak anda ketika mereka korban dari sikap intoleransi
Bantu perkembangan sebuah pengalaman yang sehatdan identitas kelompok
Tampilkan barang-barang pajangan yang mengandung unsure perbedaaan budaya di rumah anda
Beri kesempatan pada anak-anak untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dengan
mereka
Dorong anak-anak untuk mendatangi sumber-sumber yang ada di lingkungan sekitar
Jujurlah terhadap perbedaan-perbedaan
Berikan contoh pada orang lain

4. Skeptis
Skeptis adalah sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi, tidak sinis tetapi
meragukan kebenaran informasi sebelum teruji yang didukung oleh data fakta yang kuat sehingga
dalam membuat pernyataan, keputusan atau kesimpulan tidak keliru.
Seseorang mencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, dan skeptis. Ia akan menyelidiki
bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk
10
memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan
tanpa didukung bukti-bukti yang kuat. Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang berniat
memecahkan masalah. Bila ia tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, mungkin ada
informasi yang salah hingga menimbulkan akibat suatu kesimpulan yang salah. Karena itu, setiap
informasi perlu diuji kebenarannya.
Kata apatis diartikan sebagai sikap acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh. Lalu
pertanyaannya apa bedanya dengan skeptis? Sepintas keduanya memiliki kesamaan arti dan maksud
dimana skeptis berarti sikap curiga, tidak mudah percaya, dan bersikap hati-hati atas tindakan orang
lain. Orang menjadi acuh tak acuh dan tidak peduli karena ia terlanjur tidak percaya. Kehati-hatian
dan curiga akhirnya menjadi sikap dasar seseorang. Bagaimanakah sikap apatis dan skeptis
dipadukan sehingga menajdi dan menghasilkan sebuah sikap yang kreatifa dan bersifat konstrukstif.
Sikap apatis dan skeptis itu ada dan selalu mewarnai hidup manusia modern sekarang ini. Bahkan
ada yang mengkampenyekannya secara terbuka dengan berbagai produk undang-undang tentang hak
asasi manusia dan kebebasan. Orang seharusnya apatis dengan sesuatu yang bukan merupakan
persoalan dan ruang tanggungjawabnya. Sebagai contoh aparat pemerintah negara seharusnya apatis
dan tidak boleh mencampuri urusan pribadi seseorang seperti soal kehidupan iman dan moral. Atau
seorang pemimpin agama tidak berhak untuk memasukkan ayat-ayat kitab sucinya dalam sebuah
undang-undang atau peraturan daerah tertentu. Singkatnya orang harus apatis untuk sesuatu yang
bukan merupakan wewenang dan tanggungjawabnya. Selain itu orang harus bersikap skeptis untuk
berbagai hal. Segala sesuatu harus dipertanyakan, diminta klarifikasi dan penjelasan yang akurat.
Dengan bersikap skeptis kita dapat menemukan titik terang, kepastian dan kebenaran. Walau
demikian kita tidak bisa selamanya hidup dalam sikap apatis dan skeptis. Konteks kapan dan dimana
kita berada hendaknya menjadi bahan pertimbangan

5. Optimis
Optimis adalah berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus asa, dan ia
selalu berkata“ Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba mengerjakannya” . Seorang yang
memiliki kecerdasan optimis akan memiliki rasa humor yang tinggi.
Sikap optimisme berarti sikap yakin adanya kehidupan yang lebih baik dan keyakinan itu kita
jadikan sebagai bekal untuk meraih hasil yang lebih baik. Kita kadang punya optimisme yang besar
dan padam detik selanjutnya langsung punya sikap pesimis. Sebenarnya, untuk membedakan antara
sikap optimis dengan pesimis itu tergantung bagaimana cara kita memandangnya. Karena tergantung
kepada cara kita memandang maka itu berarti yang berperan adalah diri kita sendiri dalam memilih
dan menentukan kehidupan kita. Jika kita mempunyai keinginan dan tujuan yang sangat besar dan
11
juga mempunyai persiapan dan pengetahuan yang diperlukan, ditambah dengan rasa optimis dan
percaya diri. Maka segala tujuan kita pasti akan cepat tercapai/terwujud.
Bahwasanya percaya diri dan optimisme itu saling terkait satu sama lain. Sebab, percaya diri tanpa
ada optimisme tidak akan pernah ada artinya, karena sikap optimis merupakan daya yang besar untuk
mendorong apa yang kita pikirkan dan lakukan. Dan percaya diri itu sangat membutuhkan sikap
optimis.
Bayangkan, kita tidak akan pernah merealisasikan suatu pekerjaan yang kita inginkan jika
kita tidak mempunyai rasa optimis untuk mampu mengerjakannya. Kalau sudah punya rasa optimis,
tentu dengan sendirinya kita akan mempunyai sikap percaya diri yang sangat besar untuk
mewujudkan apa yang kita inginkan. Jadi, sudah sangat jelas bahwa rasa percaya diri dan juga
optimisme itu sangat penting dalam menapaki jalan kesuksesan bagi siapa pun dan dalam kondisi
apapun.

6. Pemberani
Seseorang harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi ketidak benaran, kepura-
puraan, penipuan, kemunafikan, dan kebathilan yang akan menghambat kemajuan. Sikap keberanian
ini banyak dicontohkan oleh para ilmuan seperti Copernicus, Galilleo, Socrates, Bruno yang telah
banyak dikenal orang. Copernicus dan Galilleo diasingkan oleh penguasa karena dengan berani
menentang konsep Bumi sebagai pusat tata surya, matahari dan benda lainnya berputar mengelilingi
bumi (geosentris). Dan ia mendeklarasikan justru mataharilah yang menjadi pusat tata surya bumi
dan planet lainnya berputar mengitari matahari (Heliosentris), Socrates memilih mati minum racun
daripada harus mengakui sesuatu yang salah. Bruno tidak takut dihukum mati dengan cara dibakar
demi mempertahankan kebenaran.
Kisah keberanian ilmuan yang cukup menarik dan menjadi tauladan adalah kisah Prof.
Peabody, memberikan kuliah terahir tentang “Perawatan Orang Sakit” Kuliah ini sangat jelas, penuh
rasa kasih sayang dan belas kasih, saat memberikan kuliah saat itu berumur 46 tahun, segar dan
bugar, fasih dalam menyampaikan materi kuliahnya. Tetapi dibalik ketenangannya itu Peabody
mengidap penyakit kanker ganas yang telah diderita, ditekuni , diteliti dan dipahami secara seksama
secara medis mengenai setiap gejala kanker yang dideritanya. Sehari sebelum meninggal dunia ia
menulis sendiri laporan penyakitnya dengan harapan dapat dijadikan bahan penelitian pengobatan
lebih lanjut. Kisah yang sama juga dilakukan oleh Marry Cury seorang fisikawan, kimiawan yang
berhasil menemukan zat radio aktif, bertahun-tahun ia menekuni dan meneliti zat radioaktif dengan
harapan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia, dengan perlahan radiasi unsure tersebut
merambah kedalam tubuh Marry Cury dan ia tahu sehingga mengindap penyakit kanker, dalam
12
setiap kuliahnya menjelaskan tentang radioaktif tidak pernah menunjukan ketakutan dan bahaya
radiasinya dan itu terus dirahasiahkan hingga ia menjelaskan sendiri pada saat-saat ajalnya tiba.

7. Kreatif
Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus menpunyai sikap kreatif yang berfokus
pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan berkemampuan untuk
menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Sifat-sifat yang tersebut di atas menunjukkan kepada
kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang yang hendak menumbuhkan sikap ilmiah pada
dirinya. Tidak seorang pun dilahirkan dengan memiliki sikap ilmiah. Mereka yang telah memperoleh
sikap itu telah berbuat dengan usaha yang sungguh-sungguh.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari segi bahasa metode berasal dari dua pekataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti
”melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode dapat berarti cara atau
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.Ilmiah “scientific”, artinya berdasarkan ilmu
pengetahuan. Ilmiah adalah bentuk kata sifat dari ilmu. Dengan demikian, ilmu berasal dari bahasa
Arab, ‘Alima, artiya tahu. Bahasa Inggrisnya yaituscience yang artinya juga tahu. Jadi baik ilmu
maupun science menurut etimooginya berarti “pengetahuan”. Jadi metode ilmiah adalah prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Dan ilmu didapat dari metode ilmiah. Tidak
semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab pengetahuan yang disebut ilmu apabila pengetahuan
tersebut bersifat rasional dan empiris dan telah mendapatkan uji kelayakan.

Empat karakteristik penelitian ilmiah :


a Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk
mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
b. Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara
rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
c. Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi
yang sama pula.
d. Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori
agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
e. Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.

Macam-macam Sikap Ilmiah


a. Obyektivitas(berusaha meneliti sesuatu dengan sejujur-jujurnya)
b. Sikap serba relative (menemukan kebenaran yang tidak hanya satu)
c. Sikap spektif.
d. Kesabaran intelektual
e. Kesederhanaan
f. Sikap tidak memihak pada etik

14
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin , Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997 ).
Syafaruddin, Filsafat IlmuMengembangkan Kreativitas dalam Proses Keilmuan (Bandung :
Citapustaka Media Perintis, 2008).
Nasution, Harun ,Falsafat Agama, ( Jakarta : Bulan BIntang, 1991).
http://abubassam19.blogspot.co.id/2014/03/ilmiah dalam sejarah metode.html ( dilihat 2 Mei 2016 ;
14: 34 WIB)
Baini,Sid.1996. Ringkasan Filsafat Ilmu ( Jakarta : Yayasan Piara, 1995 )
Djiwapradja, Dodong,Islam Filsafat dan Ilmu ( Bandung : PT Karya Nusantar,1984 ).
Husaini, Adian, Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam(Jakarta : Gema Insani,2013)
Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015)
Nasution ,Muhammad Syukri Abani ,1996. Ringkasan Filsafat Ilmu , Jakarta : Pustaka Media 1997 )

15

Anda mungkin juga menyukai