Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelarutan adalah jumlah zat yang terlarut pada waktu berada dalam
keseimbangan dengan bagian padat pada suhu tertentu.Kelarutan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam dunia farmasi karena suatu obat baru dapat
diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu
usaha mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan
kelarutan zat aktifnya. Selain itu dapat membantu para ahli farmasi dalam
membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau
kombinasi obat, dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang
timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh lagi dapat
bertindak sebagai standar uji kemurnian, pengetahuan yang lebih mendetail
mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga
memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat.
Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat kimia dan fisika zat terlarut
dan pelarut, juga bergantung pada factor temperatur, tekanan, pH dan untuk
jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Dalam
percobaan ini akan dilakukan uji kelarutan asam benzoat dan asam borat dalam
pelarut air.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
kelarutan dari suatu zat yang akan dilarutkan.
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan kelarutan dari suatu zat
2. Mengetahui pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
3. Mengetahui pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat
1.3 prinsip Percobaan
Penentuan kelarutan dari kadar natrium karbonat dengan menggunakan pelarut
berdasarkan penambahan tween 80, sebagai surfaktan dengan konsentrasi yang
bervariasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi


zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan
dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat.
Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga
dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu
temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak
terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik.
Karena suatu larutan jenuh yang berhubungan dengan kelebihan solut
membentuk kesetimbangan dinamik, maka bilamana sistem tersebut diganggu,
efek gangguan tersebut dapat diramalkan berdasarkan kaidah Le Chatelier. Kita
tahu bahwa kenaikan temperatur menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser
ke arah yang akan mengabsorbsi panas.Karena, kalau solut tambahan yang
ingin melarut dalam larutan jenuh harus mengabsorbsi energi, maka larutan zat
tersebut akan bertambah jika temperatur dinaikkan. Sebaliknya, jika solut
tambahan yang dimasukkan ke dalam larutan jenuh menimbulkan proses
eksotermik, maka solut akan menjadi kurang larut jika temperatur dinaikkan.
Pada umumnya, kelarutan kebanyakan zat padat dan zat cair dalam
solven cair bertambah dengan naiknya temperatur.Untuk gas adlam zat cair,
kelakuan yang sebaliknya terjadi. Proses larut untuk gas dalam zat cair hampir
selalu bersifat eksotermik, sebab partikel-partikel solut telah terpisah satu sama
lain dan efek panas yang dominan akan timbul akibat solvasi yang terjadi
bilamana gas larut. Kaidah Le Chatelier meramalkan bahwa kenaikan
temperatur akan mengakibatkan perubahan endotermik, yang untuk gas terjadi
bilamana ia meninggalkan larutan. Oleh karen aitu, gas-gas menjadi kurang
larut jika temperatur zat cair di mana gas dilarutkan menjadi lebih tinggi.
Sebagai contoh, mendidihkan air. Gelembung-gelembung kecil tampak pad
apermukaan panci sebelum pendidihan terjadi. Gelembung-gelembung tersebut
mengandung udara yang diusir dari larutan jika air menjadi panas.Kita juga
menggunakan kelakukan kelarutan gas yang umum bilamana kita menyimpan
botol yang berisi minuman yang diberi CO2 dalam almari es dalam keadaan
terbuka. Cairan tersebut akan menahan CO2 yang terlarut lebih lama bilamana
ia dijaga tetap dingin, sebab CO2 lebih larut pada temperatur-temperatur rendah.
Lain contoh dari phenomenon ini adalah gas-gas yang terlarut dalam air
mengalir dalam telaga-telaga dan dalam sungai-sungai. Kadar oksigen yang
terlarut, yang merupakan keharusan bagi kehidupan marine, berkurang dalam
bulan-bulan dimusim panas, dibanding dengan kadar oksigen selama musim
dingin (Moechtar, 1989).
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon berbeda denga zat
polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-
ion elektrolit lemah dan kuat, karena tetapan dilektrtik pelarut yang
rendah.Sedangkan pelarut polar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan
tekanan yang sama melalui inter aski dipole induksi.
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu
cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular dalam cairan tersebut
.Kelarutan suatu zat tergantung atas dua factor, yaitu luasnya permukaan dan
kecepatan difusi. Umumnya zat dengan molekul besar, kecepatan kecil
disbanding dengan zat yang molekulnya .dengan penggerusan kristal sampai
halus, akan memperluas permukaan sedangkan dengan pemanasan tidak hanya
kelarutanya bertambah tetapi juga menaikkan kecepatan difusi.
Jika suatu larutan ditempatkan terpisah dari suatu contoh pelarut murni
yang digunakan dalam larutan itu hanya oleh suatu dinding berpori yang dapat
dilewati oleh molekul pelarut tetapi tidak oleh molekul zat terlarut, maka
molekul-molekul pelarut akan berpindah kedalam larutan kearah menyamakan
konsentrasi larutan pada kedua sisi dinding pemisah. Dinding pemisah yang
bersifat seperti itu disebut membran semipermeabel (semipermeable
membrane). (Martin, 1990)
Kekuatan tarik menarik antara atom-atom menyebabkan pembentukan
molekul ion.Kekuatan dari suatu intramolekuler yang berkembang diantara
molekul-molekul seperti itu, menentukan keadaan fisik bahan (yaitu padat, cair
atau gas) pada kondisi tertentu seperti suhu dan tekanan.Pada kondisi biasa
kebanyakan senyawa organik, jadi juga kebanyakan zat obat, berbentuk
molekul suatu zat padat.
Apabila molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi gaya tarik
menarik. Menyebabkan molekul-molekul bersatu, sedangkan gaya tolak
menolak mencegah terjadinya interpenetrasi dan dekstruksi molekuler. Bila
gaya tarik menarik dan tolak menolak sama maka energi potensial diantara dua
molekul adalah minimum dan sistem itu paling stabil.
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan
konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut.Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar
supaya diperhatikan berbagai akan kemungkinan kelarutan diantara dua macam
bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk m
embuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh bahan sediaan resmi larutan jenuh
dalam air, yaitu larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP (Calcium Hydroxide
Tropical Solution, USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP (Potasium Iodide
Solution, USP) (Howard, 1990).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam
wadah yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks
dalam berbagai konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperatur
konstan sampai tercapai kesetimbangan.Cairan supernatan dalam porsi yang
cukup diambil dan dianalisis.
Higuchi dan Lach menggunakan metode kelarutan untuk menyelidiki
kompleksasi dari p-amino asam benzoat (PABA) oleh kafeina. Hasil diplot
seperti pada gamar dimana titik A garis memotong sumbu tegak
adalah kelarutan obat dalam air. Dengan penambahan kafeina, kelarutan p-
amino asam benzoat naik secara linear disebabkan karena kompleksasi.Pada
titik B, larutan dijenuhkan terhadap kompleks dan obat itu sendiri.Kompleks
terus terbentuk dan mengendap dari sistem jenuh apabila semakin banyak
kafeina ditambahkan.Pada titik C, semua kelebihan zat padat PABA telah
masuk dalam larutan dan telah diubah menjadi kompleks (Alfred Martin, 1990).
Suatu zat dapat melarut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu
terbatas, batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk
larutan jenuh (Esteien Y, 2005).
Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan
dalam pengertian umumkadang-kadang perlu digunakan tanpa
mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut.
Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada
suhu 200 dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat
padat atau satu bagian volume zat cair larut dalam bagian tertentu volume
pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada
suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan
sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring , serat dan butiran debu.
Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1ml zat cair
dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak diketahui dengan
pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah (Ditjen POM, 1979).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain


adalah :
 pH
 temperatur
 jenis pelarut
 bentuk dan ukuran partilel zat
 konstanta dielektrik pelarut
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas
misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan
logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan
lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut
(solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah
air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika
pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan
garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol
disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak
disebutkan).

2.2 Uraian Bahan


1. air suling
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Pemerian : cairan jernih, tidak berbau tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

2. etanol
Nama Resmi :ETHANOLUM
Nama Lain : etanol, alkohol
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan warna biru yang tidak berasap.
Kelarutan : sangat mudah larut dengan air dalam kloroform p dan
dalam eter p.
Penyimpanan : dalam wadah tetutup rapat , terlindungi dari cahay,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : sebagai zat uji
3. propolenglikol
propilenglikol seperti yang tertera dalam farmakope edisi III
pemerian : cairan mengkilap, putih keperakan, mudah terbagi menjadi
butiran kecil, dan sangat mudah bergerak,jika dipanaskan mudah
menguap.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam etanol(95%) dan dala asam
klorida larut sempurna dalam asam nitrat p dan dalam asam
sulfat p mendidih
4. asam benzoat
Nama resmi : ACIDUM BENZOICUM
Nama Lain : asam benzoat
RM : C7H6O2
Pemerian :hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 500 bagian air, dalam lebih
kurang 3 bagian etanol 95(%) p dalam 8 bagian kloroform p
dan dalam 3 bagian eter p.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai zat uji
5. Asam salisilat(Ditjen POM,FI IV : 50)

Nama resmi : ACIDUM SALICYLUM

Sinonim : Asam salisilat

Rumus Molekul : C2H6O3

Berat Moleku : 138,12

Pemerian : hablur putih, biasanya berbentuk jarum putih atau serbuk

hablur halus putih, rasa agak manis, tajam, dan stabil di

udara.

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah laut dalam

etanol dan dalam eter, larut dalam air endidih, agak sukar

larut dalam kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat uji


BAB III

METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
 Buret
 Erlenmeyer
 Pipet volume 10 ml
 Geles ukur
b. Bahan yang digunakan
 Aquadest
 Asam benzoat
 Asam salisilat
 Alkohol
 Tween
 Propilenglikol
 Larutan NaOH 0,1 N
 Indikator Phenolftalein
3.2 Cara Kerja
a. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
1. Dibuat dan dibakukan larutan NaOH 0.1 N
2. Dibuat campuran pelarut pelarut seperti yang tertera pada tabel
berikut:
Air (%v/v) Etanol (%v/v) Propilenglikol(%v/v)
30 0 20
30 2,5 17,5
30 5 15
30 7,5 10
30 10 7,5
30 15 5
30 17,5 2,5
30 20 0

3. Di Larutka asam benzoat sedikit demi sedikit dalam masing-


masing campuran pelarut sampai diperoleh larutan yang jenuh.
4. Di Kocok larutan dengan orbital shaker selama 2 jam, jika ada
endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi asam
benzoat sampai didapat larutan yang jenuh kembali.
5. Di Saring larutan
6. Di Pipet 10 ml larutan asam benzoat untuk menentukan kadar
asam benzoat dengan cara titrasi alkalimetri.
7. Di Buat grafik antara kelarutan asam benzoat dengan % pelarut
yang ditambahkan.
b. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat
1. Dibuat dan dibakukan larutan baku NaOH 0,1 N
2. Dibuat 50 ml tween 80 dengan konsentrasi
0:0,1;0,5;1,0;5.0;10,0;50,0;dan 100 mg/ml air.
3. Dilarutkan asam benzoat sedikit demi sedikit dalam masing-
masing campuran pelarut sampai diperoleh larutan yang jenuh.
4. Dikocok larutan dengan orbital sheker selama 2 jam, jika ada
endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi asam
benzoat sampai didapat larutan yang jenuh kembali.
5. Disaring larutan
6. Dipipet 10 ml larutan asam benzoat untuk menentukan kadar
asan benzoat dengan cara titrasi alkalimetri.
BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Pengamatan


a. Pengaruh pelarut campur
Konsenrasi N Volume kadar
pelarut NaOH titrasi
Air Etanol Pg I 11
30 0 20 0,061 9,1 20,9 15,460%
30 2,5 17,5 0,061 12,6 34,2 1,977%
30 5 15 0,061 7,6 15,9 1,158 %
30 7,5 10 0,061 14,4 28 2,115
30 10 7,5 0,061 17,7 30,6 2,458 %
30 15 5 0,061 21,9 43,7 2,424 %
30 17,5 2,5 0,061 22,2 44,9 2,499 %
30 20 0 0,061 19,6 38 2,875 %

b. Pembahasan
Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada
suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih
solute atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang
homogen.
Secara kuantitatif, kelarutan merupakan konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara
kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut,
dan surfaktan. Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat
kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan mempercepat
kelarutan zat.
Pada praktikumini, zat yang diuji sebagai sampel dan standar adalah
asam benzoat. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pelarut campur dan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan asam benzoat
serta untuk membuat kurva kalibrasi asam benzoat
Pada praktikum pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
asam benzoat, menggunakan pelarut tunggal dan pelarut campuran air,
alcohol dan propilenglikol dengan perbandingan yang
berbeda.Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh jenis pelarut atau
polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar
dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada
struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu
molekul.Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar
zat tersebut larut dalam air. Menurut Hilderbrane : kemampuan zat
terlarut untuk membentuk ikatan hidrogen lebih pentig dari pada
kemolaran suatu zat.
Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut
dalam senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam
merupakan senyawa polar sehingga mudah larut dalam air yang juga
merupakan senyawa polar. Sedangkan senyawa nonpolar akan mudah
larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah larut dalam
minyak. Senyawa nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar,
misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah.
Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme sebagai
berikut :
 Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam Kristal.
 Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini
bersifat amfiprotik.
 Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut.
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik
antara ion-ion karena konstanta dielektiknya yang rendah.Iapun tidak
dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan
hidrogen. Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan
internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar
dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non
polar.Ia bertindak sebagai perantara (Intermediete Solvent) untuk
mencampurkan pelarut non polar dengan non polar.
Menurut Farmakope edisi III hal. 49. Asam benzoat larut dalam
lebih kurang 350 bagian air,dan lebih kurang 3 bagian etanol
(95%)p,dalam 8 bagian kloroform pdan dalam 3 bagian eter p.
c. Pengaruh Penambahan Surfaktan
no Konsentrasi N NaOH Volume kadar
larutan Tween 80 titrasi ml
I II
2 0 0.007 10,7 2 10,872%
3 0,1 0.007 0,4 1 1,188%
4 0,5 0.007 23,8 23,5 3,038%
5 1.0 0.007 29,4 24,4 3,556%
6 5,0 0.007 2,6 2,8 6,838%
7 10,0 0.007 5,7 5,8 14,702%
8 50,0 0.007 4,6 5,4 12,48%
9 100,0 0,007 3,4 5,6 7,692%

d. Pembahasan
Kelarutan adalah suatu kemampuan suatu zat yang dapat larut dalam
pelarut tertentu. Hasil dari zat yang tersebut ini disebut larutan jenuh. Suatu
zat yang akan mengalami kelarutan harus disesuaikan dengan zat pelarut
yang dapat melarutkan zat yang akan dilarutkan. Pada keadaan ini, suhu dan
ukuran permukaan sangat berpengaruh, semakin tinggi suhu semakin cepat
suatu zat akan larut. Semakin kecil luas permukaan, semakin cepat pula
suatu zat itu larut.

Praktikum kali ini yaitu pengaruh penambahan surfaktan terhadap

kelarutan suatu zat. Pada percobaan penentuan pengaruh pelarut terhadap

kelarutan suatu zat, dilakukan dengan mengambil 50 ml larutan Tween 80

dengan konsenttrasi 0;0,1;0,5;1,0;5,0;10,0;50,0 dan 100 mg/ml air.

Kemudian, ditimbang larutan Tween sesuia dengan konsenrasi dari masing

masing setelah itu, ditambahkan asam benzoat kemudian kocok. Jika

setelah dikocok masih ada endapan larut maka ditambahkan lagi asam

benzoat hingga terbentuk endapan. Kemudian difiltrate lalu hasil filtratnya

di keringkan dan tentukan kadar asam asam benzoat yang larut, setelah itu

dibuatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta

dielektrik.

Aplikasi dari materi percobaan ini sangat penting dalam bidang

farmasi, sebab dapat membantunya memilih medium pelarut yang paling

baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-

kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (di

bidang farmasi) dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai standar atau uji

kemurnian.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Asam benzoat larut dalam lebih kurang 350 bagian air,dan lebih kurang 3

bagian etanol (95%)p,dalam 8 bagian kloroform pdan dalam 3 bagian eter p.

b. Semakin tinggi konstanta dielektrik maka semakin sedikit asam benzoat yang

terlarut, hal ini sesuai dengan literature bahwa asam benzoat merupakan

senyawa nonpolar yang lebih larut dalam pelarut yang memiliki konstanta

dielektrik rendah.

c. Semakin tinggi konsentrasi tween 80 semakin banyak asam asam benzoat

yang terlarut.

V.2 Saran

para praktikan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan

praktikum (alat, bahan, dan atribut) dengan baik dan tidak membuat keributan saat

berada di dalam laboratorium.


LAMPIRAN
 Pembakuan NaOH

Timbangan 1 = 0,2085 hasil titrasi 1 = 12,3

Timbangan 2 = 0,2039 hasil titrasi 2 = 24,6

 Mgrek NaOH = Mgrek KHP


𝑚𝑔
V.N = 𝑣
208
12,3.N = 204,23
280
N = 6,9×204,23

= 0,0828
 Mgrek NaOH = Mgrek KHP
𝑚𝑔
V.N = 𝐵𝐸

𝑚𝑔
N = 𝐵𝐸.𝑉
203
= 6,3×204,23

= 0,0404
0,0828+0,0404
N rata-rata = 2

= 0,0616

1. Pengaruh pelarut campur


9,1+20,9
a. Vrata-rata= = 19,55
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat


𝑚𝑔
V.N = 𝐵𝐸

Mg = V.N.BE
= (19,55).(0.061)(122,12)
= 154,6342 mg
= 0,1546 g
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,1546
= × 100%
10 𝑚𝑙

= 15,460 %
12,6+27,9
b. Vrata-rata = = 26,55
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonatgg


𝑚𝑔
V.N = 𝐵𝐸

Mg = V.N.BE
Mg = (26,55). (0,061).(122,12)
= 197,7794
= 0,1977
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,1977
= × 100%
10 𝑚𝑙

= 1,977 %
7,6+15,9
c. Vrata-rata = = 15,55
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat


𝑚𝑔
V.N = 𝐵𝐸

Mg = V.N.BE
= (15,55).(0,061).(122,12)
= 155,8369 mg
= 0,1558 g
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,1558
= × 100%
10 𝑚𝑙

= 1,158%
14,4+28
d. V rata-rata = = 28,4
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat


𝑚𝑔
V.N = 𝐵𝐸

Mg = V.N.BE
= (28,4).(0,061).(122,12)
= 211,5606
= 0,2115
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,2115
= × 100%
10 𝑚𝑙

= 2,115 %
17,7+30,6
e. V rata-rata = = 33
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat


𝑚𝑔
V.N = 𝐵𝐸

Mg = V.N.BE
= (33).(0,061).(122,12)
= 245,8275
= 0,2458
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,2458
= × 100%
10 𝑚𝑙

= 2,458%

21,9+43,7
f. V. Rata-rata= = 32,55
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat


𝑚𝑔
V.N = 𝐵𝐸

Mg = V.N.BE
= (32,55).(0,061).(122,12)
= 242,4753
= 0,2424
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,2424
= × 100%
10 𝑚𝑙

= 2,424 %
22,2+44,9
g. V rata-rata = = 33,55
2
Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat
𝑚𝑔
V.N =
𝐵𝐸
Mg = V.N.BE
= (33,55).(0,061).(122,12)
= 249,9246
= 0,2499
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,2499
= × 100%
10 𝑚𝑙
= 2,499 %
19,6+38
h. V rata-rata = = 38,6
2
Mgrek NaOH = Mgerk Asam Karbonat
𝑚𝑔
V.N =
𝐵𝐸
Mg = V.N.BE
= (38,6).(0,061).(122,12)
= 287,5437
= 0,2875
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,2875
= × 100%
10 𝑚𝑙

= 2,875 %
2. Pengaruh penambahan Sunfaktan
 Konsentraso 0
10,7+2
V rata-rata = = 10,7
2
Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat
𝑚𝑔
V.N =
𝐵𝐸
Mg = V.N.BE
= (6,36).(0,007).(122,12)
= 5,4367
= 0,5436
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,5436
= × 100%
5 𝑚𝑙
= 10,872%

 Konsentrasi 0,1
𝑣
Mg = × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
1 𝑚𝑙
50 𝑚𝑙
= × 0,1
1 𝑚𝑙
= 5 gr
0,4+1
V rata-rata = = 0,7
2
Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat
𝑚𝑔
V.N =
𝐵𝐸
Mg = V.N.BE
= (0,7).(0,007).(122,12)
= 0,5943 mg
= 0,0594
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,0594
= × 100%
5 𝑚𝑙
= 1,188%
 Konsentrasi 0,5
𝑣
Mg = × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
1 𝑚𝑙
50 𝑚𝑙
= × 0,5
1 𝑚𝑙
= 25 mg
23,8+23,5
V rata-rata = = 47,3
2
Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat
𝑚𝑔
V.N =
𝐵𝐸
Mg = V.N.BE
= (35,55).(0,007).(122,12)
= 30,3895 mg
= 0,3038
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,3038
= × 100%
10 𝑚𝑙
= 3,038%
 Konsentrasi 1,0
𝑣
Mg = × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
1 𝑚𝑙
50 𝑚𝑙
= ×1
1 𝑚𝑙
= 50 mg
29,4+24,4
V rata-rata = = 26,9
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat


𝑚𝑔
V.N =
𝐵𝐸
Mg = V.N.BE
= (41,6).(0,007).(122,12)
= 35,5613 mg
= 0,3556
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,3556
= × 100%
10 𝑚𝑙
= 3,556%
 Konsentrasi 5,0

𝑣
mg = × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
1 𝑚𝑙

50 𝑚𝑙
= ×5
1 𝑚𝑙
= 250 mg
2,6+2,8
V rata-rata = = 2,7
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat


𝑚𝑔
V.N =
𝐵𝐸
Mg = V.N.BE
= (4).(0,007).(122,12)

= 3,4193 mg

= 0,3419

𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
03419
= × 100%
5 𝑚𝑙
= 6,838%
 Konsentrasi 10,0
𝑣
Mg = × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
1 𝑚𝑙
50 𝑚𝑙
= × 10
1 𝑚𝑙
= 500 mg
5,7+5,8
V rata-rata = = 5,75
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat


𝑚𝑔
V.N =
𝐵𝐸
Mg = V.N.BE
= (8,6).(0,007).(122,12)
= 7,3516 mg
= 0,7351
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,7351
= × 100%
5 𝑚𝑙
= 14,702%
 Konsentrasi 50,0
𝑣
Mg = × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
1 𝑚𝑙
50 𝑚𝑙
= × 50
1 𝑚𝑙
= 2500 mg
4,6+5,6
V rata-rata = = 5,1
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat


𝑚𝑔
V.N =
𝐵𝐸
Mg = V.N.BE
= (7,3).(0,007).(122,12)
= 6,2403 mg
= 0,6240
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,6240
= × 100%
5 𝑚𝑙
= 12,48%
 Konsentrasi 100,0
𝑣
Mg = × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
1 𝑚𝑙
50 𝑚𝑙
= × 100
1 𝑚𝑙
= 5000 mg
3,4+5,6
V rata-rata = = 4,5
2

Mgrek NaOH = Mgrek Asam Karbonat


𝑚𝑔
V.N =
𝐵𝐸
Mg = V.N.BE
= (4,5).(0,007).(122,12)
= 3,8467 mg
= 0,3846
𝑚𝑔
% kadar = × 100%
𝑣
0,3846
= × 100%
5 𝑚𝑙
= 7.692%
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, Farmasi Fisika, Makassar : UMI.

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes.


Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta :Depkes.
Estien Y, 2005. “Kimia Fisika Untuk Paramedis”, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Moechtar, 1989, Farmasi Fisika, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ansel C. Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta : Universitas


Indonesia Press.

Martin, Alfred, 1990, Farmasi Fisika Edisi I, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Rosenberg. 1992. “Kimia Dasar”. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Underwood, A,L., (1993), “Analisa kimia Kuantitatif”, Penerbit Erlangga, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai