Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. kami berharap dengan
dibuatnya makalah ini dapat memberikan ilmu pengetahuan baru serta wawasan
yang luas untuk kita semua.
Selama proses pembuatan makalah ini, kami telah mengumpulkan
berbagai data atau materi dari sumber-sumber yang kami dapatkan dan kami
mencoba menyusunnya hingga menjadi salah satu makalah dengan JUDUL
KOLOID.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Sistem koloid banyak dijumpai di kehidupan sehari-hari,
misalnya mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan
minyak dan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak kesalahan yang
terdapat di dalamnya, oleh karena itu segala bentuk masukkan yang berupa kritik
dan saran sangat kami butuhkan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
kesalahan tersebut.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua
atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar (1-100 nm), sehingga terkena efek Tyndall.
Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya
gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun
tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Koloid mudah dijumpai di
mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo,serta awan merupakan contoh-
contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari.Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri
dalam kimia industri karena kepentingannya.
Ada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur
secara merata/homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk
adik, serbuk/tepung susu bercampur secara merata dengan air panas.
Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan
koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfase dua yaitu fase
terdispersi dan fase pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar
antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak
menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom,
molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas
partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung
jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel
yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang
sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat
molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x
10-7.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan koloid?
2. Bagaimana pengelompokkan sistem koloid?
3. Bagaimanakah sifat-sifat koloid?
4. Bagaimanakah kestabilan dari koloid?
5. Bagaimanakah pembentukan dari koloid?
6. Bagaimanakah cara pemurnian koloid?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian koloid.
2. Menjelaskan pengelompokkan system koloid.
3. Menjelaskan sifat-sifat koloid.
4. Menjelaskan kestabilan dari koloid.
5. Menjelaskan pembentukan koloid.
6. Menjelaskan pemurnian koloid.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Untuk menambah wawasan mengenai koloid.
2. Untuk bahan referensi bagi pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian koloid

Koloid adalah Suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara


larutan dan suspensi (campuran kasar). Larutan memiliki sifat homogen dan
stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloid
memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen,
dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen.
Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga
satu mikrometer (µm). Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai contoh, cat adalah sistem koloid yang merupakan
campuran heterogen zat padat yang tersebar merata dalam zat cair.
Demikian pula udara dan debu di dalamnya merupakan suatu sistem koloid.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 10-7-10-5 cm
(1-100 nm). Partikel koloid dapat berupa makromolekul atau gumpalan
molekul- molekul kecil berukuran koloid.

Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase
terdispersi, terdistribusi ke seluruh medium continue atau medium disperse.
Bahan-bahan yang terdispersi biasa mempunyai jangkauan ukuran dari
partikel-partikel berdimensi atom dan molekul sampai partikel-partikel yang
ukurannya diukur dalam millimeter. Oleh karena itu cara yang paling mudah
untuk menggolongkan sistem terdispersi adalah berdasarkan garis tengah
partikel rata-rata dari bahan terdispersi. Sehubungan dengan itu cara yang
tepat untuk mengklasifikasikan sistem dispersi adalah yang didasarkan pada
diameter putaran dari zat yang terdispersi. Pada umumnya ada tiga
klasifikasi ukuran yaitu dispersi molekuler, dispersi koloidal dan dispersi
kasar. Jarak ukuran dari ketiga macam klasifikasi tersebut di jelaskan pada
tabel di bawah ini :

Klasifikasi Jarak ukuran Sifat karasteristik dari Contoh


partikel sistem
Dispersi Kurang dari 10 Partikel-partikel tak Molekul-
molekuler mµ dapat dilihat dengan molekul
mikroskop elektron, oksigen, ion-
dapat melalui ion biasa dan
ultrafilter dan glukosa.
membran semi
permiabel, mengalami
difusi dengan cepat.
Dispersi 1,0 mµ-0,5 µ Partikel tak dapat Sol, perak
koloid ( 500 mµ ) dilihat dengan koloidal,
mikroskop biasa polimer-
meskipun dapat polimer alam
dideteksi dengan ultra dan sistetik.
mikroskop, dapat
dilihat dengan
mikroskop elektron,
dapat melalui kertas
saring, tapi tidak dapat
melalui membran
semipermiabel, dapat
mengalami difusi
dengan pelan-pelan.
Dispersi Lebih besar dari Partikl-partikel dapat Butir-butir
kasar 0,5 µ dilihat dengan pasir,
mikroskop, tidak kebanyakan
dapat melalui kertas emulsi dan
saring biasa (normal) suspensi
atau tak dapat farmasi, sel-sel
mengalami dialisa darah merah
melalui membran
semipermiabel, tidak
dapat mengalami
difusi

B. Pengelompokkan sistem koloid.


Di dalam larutan koloid, secara umum terdapat 2 zat, yaitu :
1. Zat Pendispersi : zat pelarut di dalam koloid (jumlahnya lebih banyak)
2. Zat Terdispersi : zat yang terlarut di dalam koloid (jumlahnya lebih
sedikit)
Berdasarkan fase zat terdispersi, koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu:
1. Sol : Sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.
2. Emulsi : Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.
3. Buih : Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.
a. Aerosol (buih)
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair
terdispersi dalam gas. Aerosol yang dapat kita saksikan di alam adalah
kabut, awan, dan debu di udara. Dalam industri modern, banyak sediaan
insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk aerosol, dan sering
kita sebut sebagai obat semprot. Contohnya antara lain adalah hair spray,
deodorant dan obat. Ukuran koloid buih bukanlah ukuran gelembung gas
seperti pada sistem koloid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan
tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorpsi, ukuran koloid
berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak beraturan.
Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi
kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%,
gelembung gas akan mempunyai bentuk hampir seperti bola. Jika kurang
dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral. Koloid buih
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Buih padat (gas-padat).

Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat
fase padat. Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi
(medium) berfase padat. Contoh:busa pada jok mobil dan batu apung.

b. Buih cair (gascair)


Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam
zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi
(medium) berfase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim
kocok.

Beberapa sifat buih cair yang penting:

1. Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu Pemisahan medium


pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang
jauh berbeda. Terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung
gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung
gas menjadi lebih besar. Rusaknya film antara dua gelembung gas.
2. Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.
Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk
awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup
besar, maka akan terjadi deformasi.
b. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan.
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi,
kita mengenal dua macam sol yaitu:
1. Sol liofil
Dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan,
sehingga terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil
artinya “cinta cairan” (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil
yang setengah padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan gelatin.
2. Sol liofob
Dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan.
Liofib artinya“takut cairan”(phobia=takut). Jika medium pendispersinya
berupa air, kedua macam koloid di atas masing-masing disebut koloid
hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil
adalah kanji, protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh koloid
hidrofob adalah sol-sol sulfide dan sol-sol logam.
c. Emulsi (fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk

C. Tipe sistem koloid.


Sistem koloidal dibagi menjadi tiga sistem berdasarkan interaksi partikel-
partikel, molekul-molekul atau ion-ion dari fase dispersi dari molekul-
molekul medium dispersi.
1. Koloid liofilik.
Sistem yang mengandung partikel-partikel koloidal yang berintraksi
dengan medium dispersi dinamakan koloid liofilik. Bermacam-macam
dari sifat koloid golongan ini timbul oleh gaya tarik menarik antara fase
dispersi dan medium dispersi yang menyebabkan terjadinya solvasi, yaitu
melekatnya molekul-molekul solven pada molekul-molekul fase dispersi.
Kebanyakan pada koloid hidroholik dimana air merupakan medium
dispersi, solvasi dinamakan hidrasi. Koloid liofilik adalah molekul
organik, misalnya gelatin, gom, insulin, albumin, karet dan polistiren.
Gelatin, gom, insulin, dan albumin menghasilkan koloid liofilik dalam
medium dispersi air. Karet dan polistiren membentuk koloid liofilik
dalam solven bukan air yang berupa solven organik.
2. Koloid liofobik.
Golongan ini dinamakan koloid liofobik karena sifat-sifatnya sangat
berbeda dari sifat koloid liofilik. Hal ini disebabkan karena tidak
terdapatnya lapisan solven yang mengelilingi partikel. Koloid liofobik
umumnya tersusun dari partikel-partikel anorganik yang terdispersi dalam
air. Contohnya adalah emas, perak, sulfur, dan perak iodida.
3. Koloid asosiasi.
Koloid asosiasi atau amfifilik merupakan golongan koloid ketiga. Seperti
diketahui, molekul-molekul atau ion-ion tertentu dinamakan amfifilik atau
surfaktan yang ditandai dengan adanya dua daerah afinitas larutan yang
berbeda-beda yang letaknya berhadapan didalam molekul atau ion yang
sama.
Ukuran dan bentuk partikel koloid. Partikel yang terletak dalam
jangkauan ukuran alkaloid mmpunyai luas permukaan yang sangat besar
dibandingkan dengan luas permukaan partikel-partikel yang lebih besar
dengan volume yang sama. Luas permukaan yang besar mengakibatkan
sifat-sifat unik dari dispersi koloid, contohnya platina efektif sebagai
katalis hanya bila dalam bentuk koloid sebagai platina hitam. Ini karena
katalis bekerja dengan mengadsorpsi reaktan pada permukaannya. Oleh
karena itu, aktifitas katalis berhubungan dengan luas permukaan. Warna
dispersi koloid berhubungan dengan ukuran partikel yang ada. Misalnya
emas dalam bentuk sol emas akan berwarna merah, tapi bila ukurannya
meningkat akan menjadi dispersi yang berwarna biru.
Karena ukurannya, partikel koloid bisa dipisahkan dari partikel
molekuler dengan relatif mudah. Cara pemisahnnya dikenal sebagai
dialisis dengan menggunakan membran kolodion atau selofan. Ukuran
pori akan mencegah lewatnya partikel-partikel koloid, tapi molekul-
molekul kecil dan ion, seperti urea, glukosa dan natrium klorida, dapat
dilewatinya.
D. Sifat-sifat optik koloid.
a. Efek faradai-Tyndall. Bila suatu berkas cahaya yang kuat dilewatkan
melalui sol koloid, akan terlihat suatu kerucut yang dihasilkan dari
pemendaran cahaya oleh partikel-partikel koloid. Ultra mikroskop
dikembangkan oleh Zsigmondy. Dengan alat ini dapat diuji titik cahaya
yang menimbulkan kerucut tyndall. Jika suatu berkas sinar yang kuat
dilakukan melalui sol terhadap latar belakang yang gelap pada sudut
tegak lurus terhadap bidang pengamatan, meskipun partikel-partikelnya
tidak dapat dilihat dengan segera, tempat terang yang menunjukkan
partikel-partikel dapat dihitung.
b. Mikroskop elektron, banyak digunakan untuk mengamati ukuran, bentuk
dan struktur partikel-partikel koloid. Mikroskop elektron mampu
menghasilkan gambar partikel-partikel aktual, bahkan mendekati dimensi
molekular. Mikroskop optik menggunkan cahaya tampak sebagai sumber
sinar dan cahaya hanya sanggup meresolusi dua partikel yang dipisahkan
oleh kira-kira 2000 A.
c. Pemendaran cahaya, pada suatu konsentrasi fase terdisfersi tertentu,
kekeruhan sebanding dengan berat molekul koloid liofilik. Karena
kebanyakan koloid liofilik mempunyai kekeruhan rendah, maka relatif
lebih mudah mengukur cahaya yang terpendar pada suatu sudut tertentu
terhadap berkas sinar, bukan mengukur cahaya yang ditransmisikan.
Kekeruhan kemudian dapat dihitung dari intensitas cahaya yang tersebar
dengan syarat dimensi partikel kecil dibandingkan dengan panjang
gelombang yang digunakan. Berat molekul koloid bisa didapatkan dari
persamaan berikut :
He/λ = 1/M + 2 Be
Dimana λ adalah turbiditas, c konsentrasi solut g/cc larutan. M bobot
molekul rata-rata, dan B suatu tetepan interaksi. H adalah konstan untuk
suatu sistem tertentu dan harganya adalah sama dengan :
32n3n2 (dn/de)2
3 λ4 N
Dimana n adalah indeks refraksi dari larutan dengan konsentrasi
C pada panjang gelombang λ dalam cm-1, (dn/dc) adalah perubahan
dalam indeks refraksi dengan c, dan N adalah bilangan avogadro.
Perubahan grafik dari Hc/λ terhadap konsentrasi menghasilkan suatu
garis lurus dengan angka arah 2B.
Sol adalah dispersi koloid zat padat dalam zat cair. Sol dibagi
menjadi sol liofobik dan liofilik :
1. Sol liofobik yaitu butir-butiran koloid tidak suka pelarut, misalnya sol
logam-logam dan garam-garam dalam air.
2. Sol liofolik yaitu butir-butir koloid suka terhadap pelarut, misalnya
koloid liofob yang telah diberi gelatin, kanji atau kasein.
Pada pembuatan sol, sol yang diperoleh biasanya tidak murni, tercampur
dengan elektrolit, zat ini dapat di hilangkan dengan jalan : Dialisis,
elektrolialisis atau ultrafiltrasi.
a. Dialisis bahwa elektrolit dapat melewati membran yang porous, seperti
kertas perkamen, salovan atau kolodion sedang butir-butir koloid tiak.
b. Elektro dialisis mempergunakan perbedaan potensial diantara membran-
membrannya, hingga kecepatan elektrolit besar.
c. Ultra filtrasi sama dengan filtrasi biasa hanya sebagai penyaring dipakai
kertas saring yang dilapis kolodiol atau mempergunakan porselin yang
porous atau gelas sinter.
E. Sifat-sifat kinetik dari koloid.
1. Gerakan Brown, lama sebelum Zsigmondy melihat gerakan acak dari
partikel-partikel koloidal dalam bidang penglihatan mikroskop, Robert
Brown (1827) telah mempelajari fenomena ini. Gerakan tak menentu itu,
yang dapat diamati dengan partikel sebesar kurang lebih 5 µ, kemudian
diterangkan sebagai hasil bombardemen partikel oleh molekul-molekul
dari medium dispersi. Gerakan dari molekul-molekul tidak dapat diamati,
karena moleekul-molekul terlalu kecil untuk bisa dilihat. Kecepatan
partikel bertambah dengan berkurangnya ukuran partikel. Dengan
menaikkan viskositas medium yang dapat dilakukan dengan penambahan
gliserin atau zat yang serupa, gerakan Brown akan berkurang dan
akhirnya berhenti.
2. Difusi, partikel-partikel secara spontan berdifusi secara spontan berdifusi
dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah sehingga
konsentrasi dari sistem seluruhnya sama. Difusi adalah hasil langsung
dari gerakan Brown. Menurut hukum Fick yang pertama, sejumlah zat
yang berdifusi dalam dt melalui suatu bidang bidang datar seluas A
adalah berbanding lurus dengan perubahan konsentrasi dc yang bergerak
melalui jarak dx.
Hukum Fick dapat di tuliskan sebagai :
Dq = - DA dc dt
dt
D dikenal sebagai koefisien difusi, yang memerikn sejumlah zat yang
berdifusi per satuan waktu melalui suatu satuan luas, bilamana dc/dx yang
dinamakan konsentrasi gradien, bernilai satu.
Jika partikel-partikel koloidal dapat diasumsikan berbentuk bola,
persamaan berikut dapat igunakan untuk mendapatkan radius dari partikel
atau bobot molekulnya, persamaan berikut adalah :
D = RT
Dimana D adalah koefisien difusi yang di peroleh dari hukum Fick, R
adalah tetapan gas molar, T adalah temperatur absolut, r adalah radius
partikel dan N adalah bilangan Avogadro.

Anda mungkin juga menyukai