Farkol PDF
Farkol PDF
Kelompok I
Nilai TTD
I. Tujuan
II. Prinsip
1. Percobaan Farmakologi
Percobaan yang mempelajari efek dari senyawa kimia pada jaringan hidup
(Kee dan Evelyn, 1996).
Rute pemberian obat yanng sering yaitu berasal dari absopsi adalah oral
(melalui mulut); cairan, suspensi, pil, tablet, atau kapsul; sublingual (di bawah
lidah untuk absorpsi vena); bukal (antara gusi dan pipi); topikal (dipakai pada
kulit); inhalasi (semprot aerosol); instilasi (pada hidung, mata, telinga, rektum,
atau vagina); dan empat rute parental yaitu intrsdermal, subkutan, intramuskular
dan intravena. (Kee dan Evelyn, 1996).
3. Penentuan dosis
Dosis yang benar adalah dosis yang diresepkan untuk klient tertentu dalam
batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan(Kee dan Evelyn,
1996).
4. Pemilihan hewan
Hewan yang dipakai sebagai model suatu laboratorium medis merupakan
suatu modal dasar yang mutlak dalam berbagai penelitian dengan syarat anara lain
persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam
penggolongannya, faktor ekonomis, ketersediaan dipasaran dan mampu
memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Sulaksono,
1987).
1. Hewan liar.
3. Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara
dengan sistim barrier (tertutup). Hewan yang bebas sama sekali dari benih
kuman, yaitu hewan yang dipelihara dengan sistem isolator Sudah barang tentu
penggunaan hewan percobaan tersebut di atas disesuaikan dengan macam
percobaan biomedis yang akan dilakukan. Semakin meningkat cara pemeliharaan,
semakin sempurna pula hasil percobaan yang dilakukan. Dengan demikian,
apabila suatu percobaan dilakukan terhadap hewan percobaan yang liar, hasilnya
akan berbeda bila menggunakan hewan percobaan konvensional ilmiah maupun
hewan yang bebas kuman (Sulaksono, 1987).
b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya
lama
d. Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan
sebagainya
Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal
(dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular,
subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda-
beda. Pemberian secara parenteral yang lain, seperti melalui intravena, intra-arteri,
intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses penyerapan, obat langsung
masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor (receptor site) cara
pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara setempat melalui
kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas
farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan
akan memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan
(Siswandono dan Soekardjo, B., 1995).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
a. Alat suntik
b. Sonde oral
4.2 Bahan
a. Aquadest
b. Mencit
c. NaCL Fisiologis
d. Tikus
V. Prosedur Kerja
Cara mengambil dan memegang mencit ataupun tikus yaitu diangkat ujung
ekornya dengan tangan kanan, letakkan pada suatu tempat yang permukaannya
tidak licin misalnya kasa, ram kawat, sehingga jika ditarik mencit akan
mencengkram. Telunjuk dan ibu jari tangan kiri menjepit kulit tengkuk sedangkan
ekornya dipegang dengan tangan kanan. Kemudian posisi tubuh mencit dibalikkan
sehingga perut menghadap pemegang dan ekor dijepitkan antara jari manis dan
kelingking tangan kiri. Untuk mencit ujung ekor yang dipegang, untuk tikus
pangkal ekor.
Mencit atau tikus dipegang tengkuknya. Sonde oral yang telah diisi sediaan
obat dalam bentuk cair diselipkan dekat ke langit-langit mencit dan
diluncurkan masuk ke esofagus. Larutan didesak keluar dari sonde oral.
No Perlakuan Hasil
1 Mengukur berat pada dua tikus dan BB Mencit 1 = 20 gram
empat mencit kemudian ditandai BB Mencit 2 = 23 gram
BB Mencit 3 = 26 gram
BB Mencit 4 = 27 gram
BB Mencit 5 = 27 gram
BB Tikus 1 = 149 gram
BB Tikus 2 = 170 gram
2 Melakukan suntik secara oral pada tikus
melalui tepi langit-langit sampai esofagus
Perhitungan :
1. Mencit
a. Dosis peroral
=1
b. Dosis subkutan
= 0,575
c. Dosis intraperitoneal
= 1,3
d. Dosis intramuscular
= 0,0675
e. Dosis intravena
= 0,675
2. Tikus
a. Dosis peroral
= 3,725
b. Dosis subkutan
= 1,7
VII. Pembahasan
• Peroral
Pemberian secara oral dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum
oral atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini untuk meminimalisir terjadinya
luka atau cedera. Sonde oral ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian
perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai
esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Letak saluran menuju paru-
paru terletak di sebelah kiri pada mencit sedangkan saluran menuju lambung
ada di sebelah kanan pada mencit. Sehingga apa bila dilihat dari sisi praktikan,
sonde akan dimasukkan ke sebelah kiri tikus. Perlu diperhatikan bahwa cara
peluncuran/pemasukansonde yang mulus disertai pengeluaran cairan
sediaannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar. Sebelum
memasukan sonde oral, posisi kepala mencit adalah menengadah dan
mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde oral akan masuk secara lurus ke
dalam tubuh mencit. Volume larutan aquades yang disuntikan pada mencit
sebanyak 1 ml dan pada tikus 3,725 ml.
Pada praktikum ini pemberian secara oral pada mencit berhasil ditandai
dengan tidak terjadi apa-apa pada mecit. Namun, pada tikus terjadi kesalahan
dimana cairan yang diinjeksi masuk ke dalam sistem pernafasan atau paru-
paru sehingga menyebabkan gangguan pernafasa dan kematian. Cara
mengetahui pemberian obat secara oral berhasil atau tidak yaitu dengan
melihat apakah cairan yang diberikan secara peroral kepada mencit atau tikus
keluar melewati mulut atau hidungnya. Hal ini menandakan bahwa sonde
belum masuk sempurna ke dalam lambung, mungkin karena sonde masih
berada di tenggorokan atau sudah masuk kedalam paru-paru mencit.
• Intramuscular
• Subkutan
• Intraperitonel
VIII. Kesimpulan
Anief, M., 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.
42-43.
Katzung, B.G., 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal. 351.
Kee, JL., dan Evelyn R H. 1996. Farmakologi. Jakarta : Penerbit EGC
Siswandono dan Soekardjo B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga Press
Sulaksono, M.E., 1987. Faktor Keturunan dan Lingkungan Menentukan
Karakteristik Hewan Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis.
Jakarta.
Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama