Anda di halaman 1dari 4

Terbaru Headline Rubrik Event Topik Pilihan PRO KONTRA Masuk Pelayanan Pengobatan

Gratis di Kabupaten Bantaeng 27 Juli 2012 02:04:00 Diperbarui: 25 Juni 2015 02:34:48
Dibaca : 514 Komentar : 0 Nilai : 0 Baru-baru ini saya dan pimpinan saya KolonelCaj
Sumirat Kriswasana dari Kantor Staf Khusus PresidenRI Bidang Komunikasi Sosial
melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Kami diterima oleh
Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah dan meninjau berbagai program pemerintah, antara lain
program pengobatan gratis. Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, berpenduduk 176.708
jiwa yang tersebar di 8 kecamatan dan 67 desa/kelurahan.Kondisi wilayahnya
berupapegunungan, pantai, dan dataran rendah. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Bantaeng
meliputi 1 RSUD, 12 Puskesmas (6Puskesmas rawat inap dan 6 unit Puskesmas non rawat
inap), dan 32 Polindes, 5 apotik, dan 17 toko obat.Jumlah dokter sebanyak 26
orang,tenagakesehatan239 orang,dan 52 bidandesa. Sejak tahun 2005 Bantaeng
melaksanakan program pengobatan gratis di RSUD kelasIII, Puskesmas, dan Polindes
melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pada tahun 2012 anggaran Jamkesmas
sebesar Rp 1.200.000.000 untuk90.647 jiwa. Warga miskin yang tidak masuk dalam data
Jamkesmas ditampung dalam program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang
dilaksanakan sejak tahun 2008. JumlahpesertaJamkesdatahun tahun 2012sebanyak 67.503
jiwa dengan anggaran Rp3.939.053.920 yangberasal dariAPBD Sulawesi SelatanRp
851.544.000 dan APBD Bantaeng Rp 3.087.509.920. Selain itu sejak tahun 2008
dilaksanakan pula pengobatan gratis bagi seluruh penduduk Bantaeng di RSUD kelas III,
Puskesmas, dan Polindes, cukup dengan menunjukkan KTP dan KK. Meskipuntelah
disiapkam layanan kesehatan mulai dari desa hingga kabuparten secaragratis,masihterdapat
kekurangan terutama menangani kasus daruratyang dialami masyarakat, terutama di
pedesaanyang jauh dari pusat layanan kesehatan. Selain itu juga terkendala oleh ketrampilan
yang dimiliki tenaga kesehatan di tingkat desa dan sulitnya transportasi untuk rujukan. Untuk
mengatasi hal tersebut, Pemkab Bantaeng melakukanterobosan besardengan memberikan
pelayanan kesehatan gratis yang cepat dan berkualitas melalui Brigade Siaga Bencana (BSB)
pada tahun 2009. BSB ditangani tiga instansi, yakni Dinas Kesehatan, Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan (Bapeldalda), dan Dinas Sosial. Aktivitas BSB di bawah koordinasi
Dinas Kesehatan, dan masyarakat dapat langsung menghubungi BSB melalui telepon 113.
Dengan kata lain BSB memberikan pelayanan jemput bola selama 24 jam, langsung
mendatangi rumah warga atau mendatangi lokasi terjadinya musibah. BSB merupakam
pelayanan kesehatan darurat yang menangani kasus-kasusyang bersifat darurat dan non
darurat. Metode yang dilakukan BSB adalah mendatangi rumah warga yang memerlukan
pertolongan atau mendatangi lokasi kecelakaan setelah mendapat informasi melalui telepon
113. BSB bergerak cepat mendatangi lokasi setelah mendapat info dari telepon 113. Tim
medis BSB memberikan pertolongan di rumah warga atau di dalam mobil ambulan. Jika
keadaan pasien parah, maka segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih
lanjut. BSB diujicobakan pada Desember 2009, dan secara efektif dilaksanakan tahun 2010.
Anggaran BSB berasal dari APBD Bantaeng yang dimulai tahun 2010 sebesar Rp 981,6 juta,
tahun 2011 sebesar Rp893,5 juta, dan tahun 2012 sebesar Rp 1,5 miliar. Tenaga kesehatan di
BSB terdiri dari 20 tenaga dokter, 12 tenaga perawat, 4 sopir, 1 cleaningservise. Fasilitas
BSB terdiri dari 7 mobil ambulan yang dilengkapi peralatan steteskop, benangsilk, tabung
oksigen, tandu, neck collar, guntung bengkok, infus set, selimut bergaris, lampu kepala.
Obat-obatan yang tersedia meliputi tablet amoxilin, aminofilin, paracetamol, antalgin, asam
mefenamat, ibuprofen, papaverin, antasida, tetracylin, cotrimoxasole, metrodinazole,
adrenalin ampul, betadine, scopamin, ranitidin, isosorbide dinurate, ketorolac, dan
metodopramide.Selain itu BSB juga dilengkapi dengan 4 unit kendaraan operasional
pemadam kebakaran (damkar) dan 2 unit speed boat untuk mengatasi masalah-masalah yang
terjadi di laut. Jumlah pasien BSB yang dilayani pada Desember 2009 sebanyak 29 orang.
Tahun 2010 BSB melayani 1.598 orang dengan rincian Januari sebanyak 93 orang, Februari
(128 orang), Maret (111 orang), April (93 orang), Mei (110 orang), Juni (127 orang), Juli
(158 orang), Agustus (140 orang), September (151 orang), Oktober (130 orang), November
(155 orang), dan Desember (202 orang).Sedangkan tahun 2011 BSB melayani 2.079 orang
dengan rincian Januari sebanyak 171 orang, Februari (148 orang), Maret (159 orang), April
(148 orang), Mei (165 orang), Juni (139 orang), Juli (169 orang), Agustus (135 orang),
September (220 orang), Oktober (210 orang), November (204 orang), dan Desember 211
orang. Periode Januari – Maret2012 BSB melayani 541 orang dengan rincian
Januarisebanyak 199 orang, Februari (179 orang), dan Maret (163 orang). Dalam sehari rata-
rata BSB melayani 4-5 orang. Seorang warga yang pernah mendapat bantuan BSB adalah M.
Nasir yang berdomisili di Kelurahan Bonto Atu, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng.
Pada November 2011 saat pulang kerja dengan mengendarai sepeda motor, ia ditabrak sepeda
motor yang membuatnya terpelanting ke jalan dan pingsan. Kepalanya terluka dan tangan
kanannya retak. Warga menolongnya dan membawanya ke rumah seorang warga. Seorang
warga menginformasikan kecelakaan itu ke BSB melalui telepon 113. 10 menit kemudian tim
BSB datang ke lokasi kejadian dan langsung memberikan pertolongan di dalam mobil
ambulan. Selanjutnya BSB membawa Nasir ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan
selanjutnya. “Alhamdulillah, berkat BSB nyawa saya tertolong. BSB datang begitu cepat dan
langsung memberikan pertolongan, dan semuanya gratis,” kata Nasir yang kini kondisinya
sudah membaik dan dapat bekerja lagi setelah sekitar seminggu dirawat di RSUD Anwar
Makkatutu. Warga Bantaeng lainnya yang pernah ditolong BSB adalah Lidayang menderita
sakit perut. Rumahnya di Kelurahan Bonto Atu, Kecamatan Bissappu, terletak di gang sempit
sehingga tidak bisa dilewati mobil. Tim BSB memberikan pertolongan di rumahnya, dan
karena sakitnya parah perempuan berusia 77 tahun itu dibawa ke rumah sakit. “Saya sudah
tiga kali ditolong oleh BSB, dan semuanya gratis,” kata Lida yang memiliki kartu
Jamkesmas. Seorang cucunya yang serumah dengannya, Haryati, juga pernah ditolong BSB.
Di malam hari Haryati sakit perut, lalu minta pertolongan BSB melalui telepon 113. Sekitar
10 menit tim BSB datang ke rumahnya. “Saya ditangani di rumah dan diberi obat-obatan.
Saya tidak mengeluarkan biaya apapun,” kata Haryati. Gebrakan Pemkab Bantaeng dalam
melaksanakan pengobatan gratis bagi seluruh warga itu mendapat sambutan hangat dari
warga. Salmi, pasien RSUD Anwar Makkatutu, yang sudah tiga hari dirawat karena sakit
tipus, menuturkan, ia tidak memiliki kartu Jamkesmas dan Jamkesda namun tetap dilayani.
“Saya dilayani dengan baik. Mula-mula saya dibawa ke ruang UGD, lalu diputuskan saya
harus dirawat, dan semuanya gratis,” kata pria yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang
bangunan itu. Pasien lainnya di RSUD Anwar Makkatutu adalah Saria yang dirawat karena
sakit tekanan darah tinggi dan pendarahan dari hidung. Dia memiliki kartu Jamkesmas dan
mendapat perlakuan yang sama dengan pasien-pasien umum. “Saya mengucapkan terima
kasih karena dapat berobat gratis. Saya berharap pengobatan gratis dilanjutkan karena besar
manfaatnya bagi rakyat miskin seperti saya,” kata isteri buruh itu.
DiKabupatenBantaengterdapat10 penyakit yang diderita pasien sepanjang tahun 2011,
yaknisesak nafasdenganjumlahpasien 11.048 orang, penyakitpadasistem otot dan jaringan
pengikat dengan jumlah pasien 6.790 orang, penyakitkulitinfeksidenganjumlahpasien 6.164
orang, penyakit lain pada saluran pernafasan atas dengan jumlah pasien 5.722 orang,
hipertensi dengan jumlah pasien 5.093 orang, gastritis dengan jumlah pasien 4.261 orang,
penyakit kulit infeksi dengan jumlah pasien 3.669 orang, diare dengan jumlah pasien3.637
orang,penyakit pulpa dan jaringanperipikal dengan jumlah pasien 2.471 orang, dan penyakit
mata dengan jumlah penderita 1.590 orang. Peningkatan pelayanan kesehatan di Bantaeng
berpengaruh pada angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, dan gizi
buru. Tahun 2009 angka kematian ibu 5 orang, tahun 2010 (11 orang), tahun 2011 (3 orang).
Tahun 2009 angka kematian bayi 20 orang, tahun 2010 (14 orang), dan tahun 2011 (3 orang).
Tahun 2009 angka kematian balita 10 orang, tahun 2010 ( 9 orang), dan tahun 2011 (5
orang). Tahun 2009 gizi buruk 12 orang, tahun 2010 (17 orang), dan tahun 2011 (0).
Kementerian Kesehatan memberikan penghargaan kepada Kabupaten Bantaeng sebagai
Kabupaten Sehat Nasional Tahun 2011. Bantaeng dinilai telah memenuhi empat
persyaratanKabupaten Sehat, yakni kawasan pemukiman, sarana, dan prasarana sehat;
Ketahanan pangan dan gizi; dan kehidupan masyarakat yangf mandiri, tatanan kehidupan
sosial yang sehat. Secara fisik Bantaeng dinilai memiliki infrastruktur penataan kota yang
tertata, asri, hijau, dan bersih; Status kesehatan masyarakat menunjukkan kecenderungan
perbaikan, di antaranya semakin menurunnya angka kematian ibu dan balita; Berkurangnya
kejadian kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD), diare, malaria, dan lain-lain;
Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan fasilitas kesehatan jika
membutuhkannya. Untukmemberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, Pemkab
Bantaengtahun 2011membangun sebuahPuskesmasdengan anggaran sebesarRp650
juta,sebuahPustudengan anggaranRp 142.500.000, dan sebuah Poskesdes Rp 345 juta. Tahun
2011 diperbaiki sebuah Puskesmas dengan anggaran Rp 650 juta, sebuah Pustu dengan
anggaran Rp 142.500.000, dan sebuah Poskesdes Rp 95 juta. Tahun 2012dibangun
sebuahPuskesmas dengan anggaran Rp 600 juta, 2 Poskesdes dengananggaranRp 550 juta.
Tahun2012 diperbaiki2Puskesmas dengan totalanggaran 772.591.000. Sarana kesehatan
yangsaat ini dibangun dan fenomenal adalah RSUD Anwar Makkatutu yang lokasinya di
belakang RSUD Anwar Makkatutu yang lama. Pembangunannya dimulai tahun 2011 dengan
anggaran sebesar Rp 19 miliar yang berasal dari APBN, dan direncanakan selesai tahun 2013.
Tahun 2012-2013 dialokasikan anggaran sebesar Rp 130 miliar dari APBN. Rumah sakit
berlantai 8 tersebut akan dijadikan pusat penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah di
wilayah selatan Sulawesi Selatan. Secara nasional di bidangkesehatansejaktahun2005
pemerintah melaksanakan program pengobatan gratis bagi rakyat miskin di seluruh Indonesia
yang terdata dalam database Badan Pusat Statistik (BPS) melalui program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang merupakan salah satu bagian dari Program Pro
Rakyat Klaster 1.Peserta Jamkesmas dilayani di rumah sakit kelas III milik pemerintah dan
Puskesmas. Pelaksanaankesehatangratis didukung anggaran Jamkesmas tahun 2010 sebesar
Rp 5,1 triliun, naik menjadi Rp 6,3 triliun pada tahun 2011 dengan cakupan 76,4 juta
jiwa.Tahun 2012jumlahpesertaJamkesmassebanyak 76,4 juta jiwa dengan anggaran sebesar
Rp 6,3 triliun. Bagi penduduk miskin yang tidak masuk kuota Jamkesmas ditangani melalui
program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang dibiayai oleh pemda walaupun hingga
tahun 2011 jumlah pemda yang mengalokasikan anggaran Jamkesda tercatat
342kabupaten/kota yang tersebar di 33provinsi. Pemerintah juga mengalokasikan Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) untuk meningkatkan kinerja puskesmas di bidang pelayanan
kesehatan, khususnya dalam melakukan pencegahan dan menyosialisasikan perilaku hidup
sehat. BOK tahun 2010 dilakukan uji coba di 7 kabupaten di Jawa, Bali, Sumatera
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua dengan alokasi anggaran Rp 100
juta/tahun /puskesmas untuk 300 puskesmas di daerah uji coba. Pada tahun 2011 sebanyak
8.500 puskesmas mendapat BOK Rp 10 juta per bulan dan Puskesmas lainnyaatau 120
juta/tahun. Anggaran BOK tahun 2011 dialokasikan Rp 1,03 triliun, naik menjadi Rp 1,15
triliun (2012), Rp 1,28 triliun (2013) dan Rp 1,44 triliun (2014). Pada tahun 2011 dalam
rangka penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dilakukan
program Jaminan Persalinan (Jampersal). Jampersal adalah pembiayaan untuk pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas, termasuk pelayanan KB pasca
persalinan bagi seluruh ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir secara gratis. Program
ini berlaku untuk untuk semua ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan dan
yang mau menggunakan sarana pelayanan kelas tiga di Pondok Bersalin Desa, Pos Kesehatan
Desa, rumah sakit, rumah sakit bersalin, dokter praktik swasta, dan bidan praktik swasta.
Fasilitas kesehatan juga terus ditingkatkan, dari 1.268 buah pada tahun 2005 meningkat
menjadi 1.523 buah pada tahun 2010.Terdapat penambahan 255 rumah sakit selama kurun
waktu 5 tahun, namun peningkatan terpesat terjadi pada tahun 2009 ke tahun 2010, dengan
jumlah 154 RS, di antaranya 44 RSUD, 13 RS TNI/Polri dan 97 RS swasta. Dari tambahan
154 RS tersebut, 23 RS berlokasi di daerah bermasalah kesehatan yang tersebar di 10
provinsi. Khusus bagi daerah terpencil, pemerintah menyediakan 14Rumah Sakit Bergerak
(RSB) yang dilengkapi fasilitas pelayanan kesehatan seperti rawat inap, rawat jalan, gawat
darurat selama 24 jam. Pembiayaan operasional RSBpada tahun pertama 100% ditanggung
oleh Kementerian Kesehatan. Menginjak tahun kedua biaya operasional dibebankan 75%
pada Kementerian Kesehatan dan 25% pada pemda, pada tahun ketiga biaya 50% ditanggung
Kementerian Kesehatan dan 50% ditanggung pemda, dan pada tahun keempat biaya 100%
diserahkan pada pemda. Arif Rahman Hakim /arifhakim TERVERIFIKASI Pembantu
Asisten pada Staf Khusus Presiden RI Bidang Komunikasi Sosial periode 30 November 2009
- 20 Oktober 2014, dan kini bekerja sebagai wartawan di sebuah media online.
Selengkapnya... IKUTI Share Share 0 0 KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA,
SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL regional berita TANGGAPI DENGAN ARTIKEL RESPONS : 0 NILAI : 0 Beri
Nilai Featured Article Moratorium Tambang untuk Kehidupan fikrijamil 18 April Headline 1
Mencemaskan Program Nuklir Korea Utara Buyung Timadijah 31 Oktober 2016 2 [Puisi]
Padamu, Badai Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu 31 Oktober 2016 3 Kemudahan Berusaha di
Indonesia Membaik tetapi Masih Tertinggal Herry Darwanto 01 November 2016 4 [Blog
Competition] Kayu Putih Aromatherapy: Kehangatan dan Aroma Jadi Satu Kompasiana 07
Oktober 2016 5 Geliat Pariwisata di Singkawang Irwan Rinaldi Sikumbang 31 Oktober 2016
Nilai Tertinggi Ummat Islam Membela Agamanya, kok Dibilang Kebencian? Syaripudin
Zuhri 01 November Penampakan Hantu Pocong yang Ikut Menyaksikan Rapat Mahasiswa
KKN Jati 01 November Kota Colomadu AAA^NhuzQ 01 November Demo 4 Nov:
Kebangkitan Anarkisme Islam Indonesia Jamaluddin Jamal 01 November Setelah Video
Ahok Diedit, Kini Keputusan Muktamar XXX NU Pun Diedit Juga Black Diamond 01
November Terpopuler Kontroversi Menu Khusus Pembantu di Resto All U Can Eat Rumah
Kayu 01 November Prabowo dan Jokowi Dua Sahabat yang Kompak Mengawal NKRI Axtea
99 01 November Kisruh Pilkada Siapa yang Diuntungkan dan Siapa yang Dirugikan? Mike
Reyssent 01 November Demo 4 November, Pandangan Presiden Jokowi, dan Sejarah Hakikat
Agama Ninoy N Karundeng 01 November Setelah Video Ahok Diedit, Kini Keputusan
Muktamar XXX NU Pun Diedit Juga Black Diamond 01 November Tren di Google Ahok
Digencet, Jokowi Dibidik dan Gelegar Demo 4 November 2016 Asaaro Lahagu 30 Oktober
2016 Jokowi dan Prabowo Memberi Pelajaran pada Amien Rais dan Susilo Yudhoyono Susy
Haryawan 01 November 2016 Setelah Video Ahok Diedit, Kini Keputusan Muktamar XXX
NU Pun Diedit Juga Black Diamond 01 November 2016 SBY Merusak Skenario Jokowi Yon
Bayu 11 Oktober 2016 Demo 4 November, Pandangan Presiden Jokowi, dan Sejarah Hakikat
Agama Ninoy N Karundeng 01 November 2016 Gres Mencemaskan Program Nuklir Korea
Utara Buyung Timadijah 31 Oktober Merayakan Hidup dengan Film dan Videografi Sihar E
P Sitompul 01 November Genit Budaya di Era Media Digital Mas Gagah 01 November
Budaya Kembalian Berbentuk Permen Ananta Damarjati 01 November Pemuda Bangsa
Turut Ciptakan Pemimpin Pilihan Melalui Pilkada Damai Arifin Halim 01 November
Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/arifhakim/pelayanan-pengobatan-gratis-di-
kabupaten-bantaeng_55127c76813311dd56bc60d9

Anda mungkin juga menyukai