Daftar Isi :
1. Garis sempadan dan Building coverage
2. Dasar teori pondasi
3. Dasar teori atap
4. Dasar teori saluran air
5. Dasar teori plafon dan penentuan lampu
1.1 Garis Sempadan
Pasal 13 Undang-undang No. 28 Tahun 2002, Garis Sempadan Bangunan mempunyai arti sebuah
garis yang membatasi jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap
batas lahan yang dikuasai.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441 Tahun 1998 tentang Pesyaratan Teknis Bangunan
Gedung, GSB dari samping dan belakang bangunan juga harus mendapatkan perhatian. Ada
beberapa hal persyaratan untuk memenuhi Garis Sempadan Bangunan dari samping dan belakang
bangunan. Persyaratan itu adalah:
Bata merah merupakan bahan pembuat dinding yang paling banyak digunakan orang-orang dalam
membangun rumah. Untuk membuat ketebalan dinding dengan menggunakan batu bara merah
bervariatif dari 12 cm sampai dengan 15 cm tergantung jenis bata merah yang dipakai. cara
menghitungnya adalah sebagai berikut, lebar batu bata merah yang beredar di pasaran adalah 7 cm,
8 cm, dan 10 cm, dengan menggunakan tebal plesteran minimal 2 cm dan tebal acian kira-kira 0.5
cm per sisi
2.1 Syarat Pondasi
1. Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang disebabkan muatan
tegak ke bawah.
2. Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan tanah antara lain, tanah
mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar
dari gempa bumi.
3. Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organik maupun anorganik.
4. Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi. Di samping itu, tidak boleh terjadi penurunan
melebihi batas yang diijinkan.
Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan tanah
maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal. (misal: pondasi jalur, pondasi telapak atau
pondasi strauss).
Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang minipile, pondasi sumuran atau pondasi
bored pile.
Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah permukaan tanah
maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile.
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung tahun 1983
adalah :
Atap yang baik adalah yang dapat menerima beban angin yang sama dari segala arah (idealnya
adalah bentuk atap bulat). Bentuk ini sangat berpengaruh pada besarnya tekanan angin yang bekerja
pada bangunan. Semakin tinggi bangunan akan semakin besar tekanan angin. Tekanan angin bekerja
lebih ringan bila tinggi bangunan lebih kecil dari setengah lebar bangunan. Kemiringan atap yang
memberikan beban angin yg rendah adalah antara 10°-30°. Untuk sudut yang lebih besar dari dari
30°,perlu kekuatan yg lebih baik dan penutup yg sesuai.
1. Jurai = terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke luar. Kayu yang
diguakan sebagai jurai dalam berukuran 8 cm x 12 cm atau 8 cm x 15 cm
3. Bubungan (nok)= Merupakan sisi atap yang teratas,selalu dalam keadaan datar dan umumnya
menentukan arah bangunan.
4. Gording = dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10 cm. Jarak antar gording
kayu sekitar 1,5 sampai dengan 2,5 m.
5. Usuk = Komponen atap yang terletak diatas gording dan menjadi dudukan untuk reng. Terbuat
dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d 50
cm antara satu dengan yang lainnya
6. Reng = Komponen atap yang memiliki profil paling kecil dalam bentuk dan ukurannya. Posisinya
melintang diatas usuk. Reng berfungsi sebagai penahan penutup atap (genteng dan lain-lain).
7. Kuda-kuda = digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar 12 m
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air
Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran
(bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11 meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal
terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter.
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan
gangguan lainnya.
- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher
angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa,
tetapi harus diberi tutup.
- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk
pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).
3. Bangunan Bawah Jamban
N= ExLxW
Ø x LLF x Cu x n
N = Jumlah titik lampu
E = Kuat penerangan (Lux), rumah atau apartemen standar 100lux - 250lux
L = Panjang (Length) ruangan dalam satuan Meter
W = Lebar (Width) ruangan dalam satuan Meter.
Ø = Total nilai pencahayaan lampu dalam satuan LUMEN
LLF = (Light Loss Factor) atau Faktor kehilangan atau kerugian cahaya, biasa nilainya antara 0,7–0,8
Cu = (Coeffesien of Utillization)
n = Jumlah Lampu dalam 1 titik
Agar plafond kukuh pada tempatnya, maka plafond perlu dikonstruksi bersama dengan komponen-
komponen penunjangnya, yaitu rangka, penutup dan list plafond. Masing-masing komponen
tersebut memiliki peran tersendiri, baik secara struktur, maupun desain.
1. Rangka plafond
Rangka plafond terdiri dari beberapa bagian, yaitu balok induk dan balok anak. Balok induk berperan
sebagai rangka utama. Bahannya terbuat dari kayu atau logam. Ukuran balok dari kayu adalah 5/7
cm atau 3/5 cm. sementara balok induk yang terbuat dari logam besi atau aluminium berbentuk pipa
persegi atau T dan U. Rangka penggantung plafond atau balok anak atau balok penggantung,
jaraknya disesuaikan dengan ukuran standar bahan penutup plafond. Untuk menjamin kekakuan
posisi rangka plafond, sebaiknya balok induk dan balok anak digantungkan pada struktur di atasnya,
yaitu balok kuda-kuda atau balok lantai pada bangunan bertingkat.
2. Penutup plafond
Bahan penutup plafond pada umumnya berupa bidang tipis yang memiliki ukuran standar tertentu,
tergantung jenis bahannyaPemasangan bahan penutup plafond pada rangka plafond dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu: dipaku, disekrup, dipantek, dijepit, atau diselipkan. Kemudian variasi
dan pola tata letak dapat sangat beragam, apalagi jika dikaitkan dengan kebutuhan keberadaan titik-
titik lampoon, kipas angin, maupun perlengkapan penghawaan seperti exhaust.