PENDAHULUAN
pada seseorang oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah dan
merupakan salah satu dari empat Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
menengah, PTM menyebabkan 29% dari seluruh kematian yang terjadi pada
PTM berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup
usia harapan hidup. Faktor lain yang juga berperaruh pada peningkatan jumlah
2013).
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun
2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk
1
diperkirakan pada tahun 2030 akan ada 20,1 juta penderita DM dengan tingkat
prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan 7,2 persen di rural. Badan Federasi
Diabetes Internasional (IDF) pada tahun 2014 mencatat bahwa terdapat 9 juta
175,936 jiwa.
sebesar 1,5 persen dan DM yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1
persen. Prevalensi ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yang hanya sebesar
0,7 persen untuk DM yang terdiagnosis dokter dan sebesar 1,1 persen untuk DM
dokter tertinggi pada tahun 2013 terdapat di provinsi DIYogyakarta (2,6%), DKI
Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan
Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan
dokter adalah sebesar 1,8% dan berdasarkan diagnosis dokter dan gejala adalah
oleh perempuan dibandingkan dengan laki–laki dan cenderung lebih tinggi pada
2
Akibat meningkatnya prevalensi DM, baik di Indonesia maupun di dunia,
mulai dikembangkan sejak tahun 1910 oleh Sir Edward Albert Sharpey-Schafer
seorang ahli fisiologi dari Inggris yang menjelaskan bahwa penggunaan insulin
dapat menurunkan kadar gula darah. Hingga pada tahun 2013, Food and Drug
dengan nama SGLT-2 inhibitor sebagai obat golongan I terbaru yang dapat
digunakan untuk menurunkan gula darah pada pasien dengan diabetes khususnya
DM tipe 2.
DM. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai obat DM adalah tanaman
Syzygium cumini. Pada studi eksperimental Ayurveda, tanaman ini terbukti efektif
Tumbuhan yang dikenal dengan nama latin Syzygium cumini (L.) skeels
Indonesia mengenal jenis ini dengan berbagai nama, antara lain: Sumatera: jambe
kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang (Mink.). Jawa: jamblang
(Sunda), juwet, duwet, duwet manting (Jawa), dhalas, dhalas bato, dhuwak
(Madura). Nusa Tenggara: juwet, jujutan (Bali), klayu (Sasak), duwe (Bima),
Inggris, dikenal dengan nama java plum, black plum, jambolan, jambul (Mudiana,
3
2007). Tanaman jenis ini merupakan tanaman asli kawasan Indo-Malaysiana yang
dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis, termasuk Indonesia. Manfaat yang
ini telah dikembangkan sebagai obat antidiabetes sejak beberapa dekade yang lalu.
Menurut penelitian Shweta Sharma (2012), dalam kadar tertentu, buah ini dapat
tergolong dalam tanaman langka karena belum banyak penelitian dan budidaya
tanaman jenis ini. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
ini adalah:
penyakit DM tipe 2
peneliti.
4
5. Pengaruh pemberian ekstrak Syzygium cumini terhadap penurunan kadar
adalah:
1. Mengetahui nilai rerata kadar glukosa darah mencit sebelum diberi ekstrak
Syzygium cumini.
2. Mengetahui nilai rerata kadar glukosa darah mencit sebelum diberi ekstrak
Syzygium cumini.
terapi alternatif
5
4. Menambah referensi pengunaan tahaman hebal di Indonesia
glukosa darah. Penelitian ini juga dapat dijadikan salah satu referensi mengenai
Syzygium cumini dapat dikembangkan menjadi salah satu terapi standar yang