Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kumpulan gejala yang muncul

pada seseorang oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah dan

merupakan salah satu dari empat Penyakit Tidak Menular (PTM) yang

menyebabkan kematian di dunia. Di negara dengan tingkat ekonomi rendah dan

menengah, PTM menyebabkan 29% dari seluruh kematian yang terjadi pada

orang yang berusia < 60 tahun. (Buletin Depkes RI, 2012)

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan PTM akan terus

meningkat di seluruh dunia dan peningkatan terbesar akan terjadi di negara

dengan tingkat ekonomi menengah serta miskin. Peningkatan kejadian Penyakit

PTM berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup

yang seiring dengan perkembangan dunia, pertumbuhan populasi dan peningkatan

usia harapan hidup. Faktor lain yang juga berperaruh pada peningkatan jumlah

penderita PTM adalah perubahan pada lingkungan strategis berupa transisi

epidemiologi, lingkungan, demografis, perubahan sosio-budaya, perubahan

keadaan politik, ekonomi, dan keamanan. (Buletin Depkes RI 2012, Riskesdas

2013).

WHO memprediksi kenaikan jumlah pederita DM di Indonesia dari 8,4

juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan data

dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun

2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk

1
diperkirakan pada tahun 2030 akan ada 20,1 juta penderita DM dengan tingkat

prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan 7,2 persen di rural. Badan Federasi

Diabetes Internasional (IDF) pada tahun 2014 mencatat bahwa terdapat 9 juta

kasus DM di Indonesia dan menyebabkan kematian pada orang dewasa sebanyak

175,936 jiwa.

Prevalensi DM di Indonesia tahun 2013 dari jumlah total populasi yang

berusia ≥ 15 tahun berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter adalah

sebesar 1,5 persen dan DM yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1

persen. Prevalensi ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yang hanya sebesar

0,7 persen untuk DM yang terdiagnosis dokter dan sebesar 1,1 persen untuk DM

yang terdiagnosis dokter / berdasarkan gejala. Prevalensi DM yang terdiagnosis

dokter tertinggi pada tahun 2013 terdapat di provinsi DIYogyakarta (2,6%), DKI

Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan

prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di

Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan

Nusa Tenggara Timur (3,3%). Prevalensi DM di Aceh berdasarkan diagnosis

dokter adalah sebesar 1,8% dan berdasarkan diagnosis dokter dan gejala adalah

sebesar 2,6%. Prevalensi DM secara keseluruhan cenderung lebih banyak diderita

oleh perempuan dibandingkan dengan laki–laki dan cenderung lebih tinggi pada

masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks

kepemilikan tinggi serta prevalensinya meningkat seiring usia namun mulai

cenderung menurun pada usia ≥ 65 tahun.

Tambahkan tentang DM tipe 2

2
Akibat meningkatnya prevalensi DM, baik di Indonesia maupun di dunia,

pengobatan untuk penyakit DM ini semakin dikembangkan. Pengobatan DM telah

mulai dikembangkan sejak tahun 1910 oleh Sir Edward Albert Sharpey-Schafer

seorang ahli fisiologi dari Inggris yang menjelaskan bahwa penggunaan insulin

dapat menurunkan kadar gula darah. Hingga pada tahun 2013, Food and Drug

Administration (FDA) menyetujui Invokana (Canagliflozin) atau yang dikenal

dengan nama SGLT-2 inhibitor sebagai obat golongan I terbaru yang dapat

digunakan untuk menurunkan gula darah pada pasien dengan diabetes khususnya

DM tipe 2.

Selain penggunaan farmakoterapi, penggunaan agen-agen sintetis dari

tanaman juga telah dipertimbangkan dan dilakukan penelitian untuk pengobatan

DM. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai obat DM adalah tanaman

Syzygium cumini. Pada studi eksperimental Ayurveda, tanaman ini terbukti efektif

dalam mencegah hiperglikemia maupun komplikasi yang dapat ditimbulkannya.

Tumbuhan yang dikenal dengan nama latin Syzygium cumini (L.) skeels

merupakan golongan famili Myrtaceae atau suku jambu – jambuan. Masyarakat

Indonesia mengenal jenis ini dengan berbagai nama, antara lain: Sumatera: jambe

kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang (Mink.). Jawa: jamblang

(Sunda), juwet, duwet, duwet manting (Jawa), dhalas, dhalas bato, dhuwak

(Madura). Nusa Tenggara: juwet, jujutan (Bali), klayu (Sasak), duwe (Bima),

jambulan (Flores). Sulawesi: raporapo jawa (Makasar), alicopeng (Bugis).

Maluku: jambula (Ternate). Melayu: jamlang, jambelang, duwet. Dalam bahasa

Inggris, dikenal dengan nama java plum, black plum, jambolan, jambul (Mudiana,

3
2007). Tanaman jenis ini merupakan tanaman asli kawasan Indo-Malaysiana yang

dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis, termasuk Indonesia. Manfaat yang

diberikan tanaman ini cukup banyak, diantaranya sebagai antidiabetes,

antihiperlipidemia, antialergi, antiartritik, antimikroba, antiinflamasi, antifertilitas,

antipiretik, antiplak, radioprotektif, nefrprotektif dan antidiare. Di India, tanaman

ini telah dikembangkan sebagai obat antidiabetes sejak beberapa dekade yang lalu.

Menurut penelitian Shweta Sharma (2012), dalam kadar tertentu, buah ini dapat

membantu menurunkan kadar gula darah. Namun di Indonesia, tanaman ini

tergolong dalam tanaman langka karena belum banyak penelitian dan budidaya

tanaman jenis ini. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul Uji Efektivitas Syzygium cumini pada mencit sebagai antihiperglikemi

pada DM tipe 2 yang diinduksi dengan aloksan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah:

1. Penggunaann obat herbal mulai dipilih sebagai obat alternatif

2. Penyakit DM tipe 2 merupakan manifestasi dari kenaikan kadar glukosa

3. Syzygium cumini terbukti efektif sebagai agen antihiperglikemia pada

penyakit DM tipe 2

4. Pengaruh pemberian ekstrak Syzygium cumini terhadap penurunan kadar

glukosa darah pada penyakit DM tipe 2 telah dibuktikan oleh beberapa

peneliti.

4
5. Pengaruh pemberian ekstrak Syzygium cumini terhadap penurunan kadar

glukosa darah pada penyakit DM tipe 2 belum banyak diteliti.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka pertanyaan penelitian

adalah:

1. Berapa kadar glukosa mencit sebelum diberikan ekstrak Syzygium cumini?

2. Berapa kadar glukosa mencit setelah diberikan ekstrak Syzygium cumini?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Berdasarkan latar belakang penelitian maka tujuan umum penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Syzygium cumini terhadap

kadar glukosa darah pada penyakit DM tipe 2.

1.4.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian maka tujuan khusus dari

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui nilai rerata kadar glukosa darah mencit sebelum diberi ekstrak

Syzygium cumini.

2. Mengetahui nilai rerata kadar glukosa darah mencit sebelum diberi ekstrak

Syzygium cumini.

3. Menambah khazanah pengetahuan mengenai penggunaan obat herbal sebagai

terapi alternatif

5
4. Menambah referensi pengunaan tahaman hebal di Indonesia

5. Secara tidak langsung untuk membantu mengembangkan penelitian dan

mengurangi angkan kelangkaan tanaman Syzygium cumini

6. Mengembangkan minat pembudidayaan tanaman Syzygium cumini.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian Uji Efektivitas Syzygium cumini sebagai ................

terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi

mengenai pengaru\uh pemberian ekstrak Syzygium cumini terhadap keadaan kadar

glukosa darah. Penelitian ini juga dapat dijadikan salah satu referensi mengenai

terapi bekam oleh peneliti lain.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar pemberian ekstrak

Syzygium cumini dapat dikembangkan menjadi salah satu terapi standar yang

dapat digunakan sebagai agen antihiperglikemia pada terapi DM tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai