Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

1) PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Yosep, 2009, berpendapat Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang
tidak terkontrol.
Suatu keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik dapat
membahayakan bagi diri sendiri atau pun orang lain (Sheila L. Videbeck, 2008).

B. RENTANG REPON ADAPTIF & RESPON MALADAPTIF


Menurut Iyus Yosep, 2007 bahwa respons kemarahan berfluktuasi dalam
rentang adaptif maladaptif.
Skema 1.1. Rentang Respon Kemarahan
Respon adaptif Respons maladaptif
I-------------------I------------------I----------------------I-------------------I
Asertif frustasi pasif agresif kekerasan
(Sumber Iyus Yosep, 2007)

a. Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada
individu
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak
realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
c. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan perasaan
marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntunan
nyata.
d. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan / panik.
Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien
dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
e. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman,
melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat. Klien tidak mampu
mengendalikan diri.

C. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu:
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.

2. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat
pula memicu perilaku kekerasan.

3. Perilaku
a) Menyerang orang
b) Melukai diri sendiri/orang lain
c) Merusak lingkungan
d) Amuk/agresi

4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33)
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri
antara lain:
a. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya,
tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik,
misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya.
c. Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan.
Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai
rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
e. Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan
hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai
perang-perangan dengan temanya.

 Sumber Koping
Menurut Suart Sundeen 1998 :
1. Aset ekonomi
2. Kemampuan dan keahlian
3. Tehnik defensif
4. Sumber sosial
5. Motivasi
6. Kesehatan dan energi
7. Kepercayaan
8. Kemampuan memecahkan masalah
9. Kemampuan sosial
10. Sumber sosial dan material
11. Pengetahuan
12. Stabilitas budaya

D. MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
DS :
Klien mengatakan ingin memukul orang lain
Klien mengatakan ingin membunuh
Klien mengatakan benci semua orang
DO :
Sikap tampak kaku dan tegang
Agresif, agitasi
Mengamuk
Peningkatan aktivitas motorik
Mengepalkan tinju
Merusak benda disekitar

2. Perilaku kekerasan
DS :
Klien mengatakan ingin memukul orang lain
Klien mengatakan ingin membunuh
Klien mengatakan benci semua orang
DO :
Sikap tampak kaku dan tegang
Agresif, agitasi
Mengamuk
Peningkatan aktivitas motori
Mengepalkan tinju
Merusak benda disekitar

3. Harga diri rendah


DS :
Klien mengatakan malu
Klien mengatakan tidak mampu menghadapi berbagai peristiwa
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berharga
DO :
Kontak mata kurang
Takut gagal
Ketidak mampuan mengenali prestasi diri dan orang lain
Menarik diri atau isolasi diri
Hipersensitif terhadap kritikan
E. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan : Harga diri rendah

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah

3) PERENCANAAN
NO Strategi Perencanaan Pasien Strategi Perencanaan Keluarga
1 SP I P SP I k
 Mengidentifikasi penyebab o Mendiskusikan masalah yang
PK dirasakan keluarga dalam
 Mengidentifikasi Tanda dan merawat pasien.
Gejala PK o Menjelaskan pengertian PK, tanda
 Mengidentifikasi PK yang dan gejala, serta proses terjadinya
dilakukan PK.

 Mengidentifikasi akibat PK o Menjelaskan cara merawat pasien

 Mengajarkan cara mengontrol dengan PK.

PK
 Melatih Pasien cara
mengontrol PK FISIK I (
Nafas Dalam )
 Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
2 SP II P SP II k
 Memvalidasi masalah 1.
dan Melatih keluarga mempraktekkan
latihan sebelumnya cara merawat pasien dengan PK.
 2.
Melatih pasien cara kontrol Melatih keluarga melakukan cara
marah FISIK II ( memukul merawat langsung kepada pasien
bantal / kasur / konversi PK.
energi )
 Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

3 SP III P. SP III k
 Memvalidasi masalah 1.
dan Membantu keluarga membuat
latihan sebelumnya jadual aktivitas di rumah termasuk
 Melatih pasien cara minum obat (discharge planning).
2.
mengontrol PK secara Verbal Menjelaskan follow up pasien
(Meminta / menolak dan setelah pulang.
mengungkapkan marah secara
baik)
 Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
4 SP IV P
 Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya
 Melatih pasien cara
mengontrol PK secara
spiritual (berdoa, berwudhu,
sholat)
 Membibing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
5 SP V P
 Memvalidasi masalh dan dan
latihan sebelumnya
 Menjelaskan cara mengontrol
PK dengan meminum obat (
Prinsip 5 benar minum obat )
 Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

4) TERAPI MODALITAS

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi ini diberikan
dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
adaptif. Jenis-jenis terapi modalitas antara lain1 :
1. Aktifitas Kelompok

Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang didasarkan pada
pembelajaran hubungan interpersonal.Fokus terapi aktifitas kelompok adalah membuat
sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan,
atau ketiganya.

2. Terapi keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang member perawatan langsung


pada setap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar mampu
melakukan lima tugas kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan, member perawatan pada anggota keluarga yang sehat,
menciptakan lingkungan yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada dalam
masyarakat.

3. Terapi Rehabilitasi

Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau
berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.

4. Terapi Psikodrama

Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien dalam


suatu drama. Drama ini member kesempatan pada klien untuk menyadari perasaan,
pikiran, dan perilakunya yang mempengaruhi orang lain.

5. Terapi Lingkungan

Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan gangguan


jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap proses
penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai