ARURAT
OLEH :
KELOMPOK I
1.KOMANG PANDE DEWI AYUNI (P07120216001)
2.PUTU INDAH PRAPTIKA SUCI (P07120216002)
3.KADEK DWI DHARMA PRADNYANI (P07120216003)
4.EKA WAHYU RIFANI MEILIADEWI (P07120216004)
5.NI KOMAN SRI ARDINA (P07120216005)
6.NI LUH PUTU DESY TTRISNA EKAYANTI (P07120216006)
7.NI PUTU INTAN SARI (P07120216007)
8.NI MADE ANASARI (P07120216008)
9.NI LUH PUTU MANIK JUNI ASTRI DEWI (P07120216009)
10.NI LUH PUTU PUTRI WIDIAR (P07120216010)
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ka
rena atas berkat dan rahmat-Nya lah, maka kami bisa menyelesaikan tugas makal
ah ini dengan tepat waktu, Berikut ini penulisannya mempersembahkan sebuah
makalah dengan judul ‘Komunikasi Terapeutik Dalam Keadaan Gawat Darurat’,
yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk memp
elajari Komunikasi Dalam Keperawatan.
Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami dengan materi
Komunikasi Dalam Keperawatan. Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari
kuliah, browsing internet, diskusi anggota. Dengan pemahaman berdasarkan pokok
bahasan masalah Biologi dan Fisika mengenai prinsip - prinsip fisika dalam
pemeliharaaan alat. Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran yang membagun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaannya.
Demikian yag dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
khusunya bagi kami yag sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran
bagi teman-teman dan kami khususnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 24
3.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas yaitu:
1.2.1 Apa pengertian komunikasi ?
1.2.2 Apa pengertian komunikasi terapeutik?
1.2.3 Apa saja komponen komunikasi?
1.2.4 Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi komunikasi?
1.2.5 Apa saja jenis komunikasi?
1.2.6 Bagaimana aplikasi komunikasi dalam keperawatan?
1.2.7 Bagaimana komunikasi dalam hubungan terapeutik perawat-klien?
1.2.8 Apa pengertian gawat darurat?
1.2.9 Bagaimana konsep dasar keperawatan gawat darurat?
1.2.10 Bagaimana komunikasi dalam SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu)?
1.2.11 Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat?
1.2.12 Bagaimana fase-fase dalam komunikasi terapeutik gawat darurat?
1.2.13 Bagaimana prinsip komunikasi gawat darurat?
1.2.14 Bagaimana teknik komunikasi gawat darurat?
2
1.3.12 Untuk mengetahui fase-fase dalam komunikasi terapeutik gawat darurat.
1.3.13 Untuk mengetahui prinsip komunikasi gawat darurat.
1.3.14 Untuk mengetahui teknik komunikasi gawat darurat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Ia mengungkapkan pengertian dari komunikasi adalah “proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain”. Pikiran tersebut bisa
merupakan informasi, gagasan, opini, dll yang muncul dari pikirannya sendiri.
D. Deddy Mulyana (2005) mengkategorikan definisi-definisi tentang
komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:
Komunikasi sebagai tindakan satu arah
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari
seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik
secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran),
surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai
proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap
muka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik
(pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam
konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini
mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan
seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon
orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang
disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan
komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk
untuk melakukan sesuatu.
Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
A. Everet M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku.
B. Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan
suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima.
C. Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang
verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunkate).
D. Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai
suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari
sumber kepada peneria
5
2.2 KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi telah dilakukan manusia, sejak bayi berada dalam kandungan
sampai dengan kematian, sehingga bisa dikatakan komunikasi mempunyai umur
yang sama tuanya dengan umur kehidupan manusia. Semua tingkah laku
merupakan komunikasi (verbal maupun non verbal) dan semua komunikasi akan
mempengaruhi tingkah laku, sehingga komunikasi pada dasarnya dapat menjadi
suatu alat untuk memfasilitasi hubungan terapeutik atau malahan dapat berfungsi
sebagai penghalang terhadap tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Fasilitas
komunikasi bertujuan untuk memulai, membangun dan membina keterlibatan dan
hubungan saling percaya (Wilson & Kneist,1983).
Hakekat komunikasi
a. Komunikasi merupakan alat untuk membangun hubungan terapeutik.
b. Komunikasi merupakan alat bagi perawat untuk mempengaruhi tingkah laku
klien dan kemudian untuk mendapatkan keberhasilan dalam intervensi
keperawatan.
c. Komunikasi merupakan hubungan itu sendiri, dimana tanpa komunikasi tidak
mungkin terjadi hubungan terapeutik perawat-klien.
6
C. Pesan : gagasan, pendapat, stimulus, fakta, informasi.
D. Media : saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan.
E. Kegiatan “encoding” : perumusan pesan oleh komunikator.
F. Kegiatan “decoding” : penafsiran pesan oleh komunikan.
7
memberikan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi dibawah
sadarnya.
F. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda.
Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai
perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita ketika bermain dalam
kelompoknya menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan
perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman, sedangkan laki-laki
menggunakan bahasa untuk mendapat kemandirian diri aktivitas bermainnya,
di mana jika mereka ingin berteman maka mereka melakukannya dengan
bermain.
G. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan.
Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon
pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dibanding dengan tingkat
pengetahuan tinggi. Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien
sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien.
H. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seseorang perawat dengan koleganya,
dengan cara komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda tergantung
perannya. Demikian juga antara guru dengan murid.
I. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif.
Suasana bising, tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan,
ketegangan dan ketidaknyamanan.
J. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa
aman dan kontrol. Dapat dimisalkan dengan individu yang merasa terancam
ketika seseorang tidak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat dekat
dengan dirinya. Hal itu juga yang dialami oleh klien pada saat pertama kali
8
berinteraksi dengan perawat. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak
yang tepat pada saat melakukan hubungan dengan klien.
9
1. Kinesics Ekspresi muka, Gesture (gerak, isyarat, sikap), Gerakan tubuh dan
posture, Gerak mata atau kontak mata.
2. Paralanguage
a. Kualitas suara : irama, volume, kejernihan.
b. Vokal tanpa bahasa : suara tanpa adanya struktur linguistik, misalnya
sedu sedan, tertawa, mendengkur, mengerang, merintih, hembusan
nafas, nafas panjang.
3. Proxemics
a. Jarak intim (sampai dengan 18 inchi)
b. Jarak personal (18 inchi – 4 kaki) untuk interaksi dengan seseorang yang
dikenal.
c. Jarak social (4 kaki – 12 kaki) untuk interaksi mengenai suatu urusan tetapi
bukan orang khusus/tertentu.
d. Jarak publik (lebih dari 12 kaki) untuk pembicaraan formal.
4. Sentuhan
Sentuhan penting dilakukan pada situasi emosional. Sentuhan dapat
menunjukkan arti “saya peduli”. Bentuk – bentuk sentuhan :
a. Fungsional – professional
b. Social – sopan
c. Sahabat – hangat
d. Cinta – keintiman
e. Sexual arousal
5. Cultural artifact
Hal-hal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang lain yang
mungkin bertindak sebagai rangsang non verbal misalnya :baju, kosmetik,
parfum/bau badan, perhiasan, kacamata, dll.
6. Gaya berjalan
Beberapa gaya berjalan menunjukkan pesan tertentu, antara lain cara
berjalan yang bersemangat dan gembira akan menunjukkan seseorang
tersebut dalam keadaan sehat.
10
Kulit kering, berkerut akan mengkomunikasikan pada kita bahwa orang
tersebut sedang mengalami kekurangan cairan/dehidrasi, pola napas cepat
menunjukkan seseorang sedang merasa cemas.
11
Pada dasarnya sebelum suatu hubungan terjalin perlu sekali melakukan analisa
diri, khususnya perawat di sini terdapat 4 fokus analisa diri: kesadaran diri,
eksplorasi perasaan, klarifikasi nilai role model dan rasa tanggung jawab Yang
akan dibahas hanya kesadaran diri saja, selebihnya akan dibahas pada hubungan
terapeutik perawat-klien. Seorang Perawat perlu menyadari tentang “siapa dirinya”
atau kesadaran diri, di mana pada tingkatan ini diperlukan komunikasi
intrapersonal. Untuk menuju kesadaran diri diperlukan: mempelajari diri sendiri,
belajar dari orang lain, dan membuka diri, ini secara tidak langsung akan
mendorong seseorang untuk melakukan komunikasi dengan orang lain/
komunikasi interpersonal. Untuk meningkatkan kesadaran diri perlu dipahami
tentang teori jendela Johari:
12
c. Membuka diri.
2. Eksplorasi perasaan
Eksplorasi perasaan dilakukan terhadap hubungan seseorang dengan
lingkungan luar/interaksinya dengan orang lain. Dengan menyadari perasaan
kita sebelum bertemu dengan orang lain kita akan menyadari bahwa kita
mungkin merasa cemas, bahwa nanti kecemasan itu akan membuat kita
berkeringat sangat banyak, sehingga kita perlu mengantisipasinya dengan
membawa saputangan misalnya. Bagi perawat, eksplorasi perasaan merupakan
hal yang perlu dilakukan agar perawat terbuka dan sadar terhadap perasaannya
sehingga dia dapat mengontrol perasaanya agar ia dapat menggunakan dirinya
secara terapeutik
3. Klarifikasi nilai.
Nilai adalah konsep dimana seseorang memiliki standar mengenai hal-hal
yg pantas dilakukan (Stuart&Sundeen, 1995). Klarifikasi nilai perlu dilakukan
karena nilai itu bermacam-macam, dan dari sinilah seorang yang proaktif
mendasarkan pemilihan responnya. Pemilihan respon perlu didasarkan pada
nilai, nilai/standar perilaku yg pantas tersebut bila ditetapkan sebagai prinsip
maka nilai akan menjadi pusat kehidupan.
4. Role model dan rasa tanggung jawab.
Perawat dapat menjadi model apabila perawat tersebut dapat memenuhi
dan memuaskan kehidupan pribadi serta tidak didominasi oleh konflik,
distress atau pengingkaran dan memperlihatkan perkembangan serta adaptasi
yang sehat. Perawat dituntut dapat bertanggung jawab dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan berdasarkan kode etik yang ditetapkan.
13
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapat pertolongan secepatnya misalnya :sumbatan jalan napas
atau distress napas, luka tusuk dada/perut dengan shock dan sesak, hipotensi /
shock.
F. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir).
Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang
berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam
operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
1. Cemas
Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut
ditandai oleh rasa ketakutan, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh
gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan
sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan
cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama.
2. Histeris
14
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan akses emosi yang
tidak terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena
ketakutan yang luar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi.
3. Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa
yang harus di perbuat
15
dengan komunikasi terapeutik, tetapi dalam hal ini tindakan yang cepat dan
tepat lebih utama dilakukan kepada korban.
16
b. Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan penderita gawat darurat
adalah:
1. Fase Pra-Interaksi
2. Fase Orientasi
A. Pengenalan
B. Persetujuan Komunikasi
17
- Pengidentifikasian masalah
3. Fase Kerja
4. Fase Terminasi
18
2.14 TEKNIK KOMUNIKASI GAWAT DARURAT
1. Mendengar aktif
Adalah konsentrasi aktif dan persepsi terhadap pesan orang lain yang
menggunakan semua indra. Menurut Ellis (1994) mendengarkan orang
lain dengan penuh perhatian akan menunjukkan pada orang lain bahwa
apa yang dikatakannya adalah penting dan dia adalah orang penting.
Mendengarkan juga menunjukkan pesan “anda bernilai untuk saya” dan
“saya tertarik padamu”.
2. Mendengar pasif
Adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk klien.
Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga
keikutsertaan secara verbal, misalnya “uh huuh”, ‘mmhumm”, “yeah”.
3. Penerimaan
Adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti
persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar
tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Dikarenakan hal
tersebut, perawat harus sadar terhadap ekspresi non verbal. Bagi perawat
perlu menghindari : memutar mata keatas, menggelengkan kepala,
menurut/memandang dengan muka masam pada saat berinteraksi dengan
klien.
Beberapa cara untuk menunjukkan penerimaan (Potter & Perry,1993) :
a. Mendengar tanpa memotong pembicaraan
b. Menyediakan umpan balik yang menunjukkan pengertian
c. Yakin bahwa tanda non verbal sesuai dengan verbal
d. Hindari mendebat, mengekspresikan keraguan atau usaha untuk
merubah pikiran klien.
Tujuh cara untuk memfasilitasi agar memperoleh kemampuan
“penerimaan” (Bolton cit.Rungapadiachy,1999) :
a. Tidak seorangpun dapat diterima secara sempurna
b. Beberapa orang cenderung lebih diterima daripada orang lain
c. Tingkat penerimaan seseorang terus menerus berganti
d. Adalah sangat alami untuk mempunyai sesuatu yang difavoritkan.
19
e. Setiap orang dapat lebih menerima
f. Penerimaan yang berpura-pura adalah suatu hal yang berbahaya untuk
suatu hubungan interpersonal.
g. Penerimaan tidak sama dengan persetujuan.
Contoh :
Klien :“Saya telah melakukan beberapa kesalahan”
Perawat :“Saya ingin mendengar tentang itu. Tidak apa-apa jika anda
ingin mendiskusikan hal ini dengan saya.”
4. Klarifikasi
Klarifikasi sama denga validasi yaitu menanyakan pada klien apa yang
tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada.
Misalnya :
Klien :“Saya seperti patung saja disini.”
Perawat :“Mari kita lihat apakah saya mengerti apa yang bapak maksud
dengan “patung”.
5. Focusing
adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area
diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti
(Stuart & Sundeen, 1995).
6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien, kegiatan ini dilakukan
sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut. Keuntungan dari tehnik ini adalah akan memfasilitasi
komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien
untuk mengambil keputusan. Perawat sebaiknya menghindari pemberian
nasehat pada saat pemberian informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan)
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran,
memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk
menunggu respon.
20
9. Assertive
Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan
pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
Komunikasi assertive (Smith, 1992) :
a. Mampu menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tertentu yang
secara terus menerus melindungi hak diri dan orang lain.
b. Memiliki perilaku yang positif mengenai komunikasi dengan
jujur/terus terang dan adil.
c. Merasa nyaman dalam mengontrol perasaan negatif misalnya cemas,
tegang, malu atau takut.
d. Merasa yakin bahwa anda dapat melakukan sendiri dengan jalan
tetap menghormati diri dan orang lain.
e. Menjaga hak diri dan orang lain sama pentingnya.
Tahap – tahap menjadi lebih assertive :
a. Menggunakan kata “tidak” sesuai kebutuhan
b. Mengkomunikasikan maksud dengan jelas
c. Mengembangkan kemampuan mendengar
d. Pengungkapan komunikasi disertai bahasa tubuh yang tepat
e. Meningkatkan kepercayaan diri dan gambaran diri
f. Menerima kritik dengan ramah
g. Belajar terus menerus
10. Menyimpulkan
a. Membawa poin – poin penting dari diskusi untuk meningkatkan
pemahaman
b. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama
dengan ide dalam pikiran (Varcarolis,1990)
11. Giving recognition (memberi pengakuan/penghargaan.
Memberi penghargaan merupakan tehnik untuk memberikan pengakuan
dan menandakan kesadaran (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya, Perawat : “Saya melihat anda sudah bisa memakai baju
dengan rapi hari ini”, “Saya melihat anda tampak segar dan bersih hari
ini”.
21
12. Offering self (menawarkan diri)
adalah menyediakan diri tanpa respon bersyarat atau respon yang
diharapkan (Schult Videbeck,1998).
Misalnya, Perawat : “Aku akan duduk menemanimu selama 15 menit.”
13. Offering general leads (memberi petunjuk umum)
Mendukung klien untuk meneruskan (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya : “Dan kemudian?”, “Teruskan…”.
14. Giving broad opening (memberi pertanyaan terbuka)
Memberikan inisiatif pada klien, mendorong klien untuk menyeleksi
topik yang akan dibicarakan.
Misalnya : “Darimana anda akan mulai?”Apa yang anda pikirkan pagi
ini?”. Kegiatan ini akan bernilai apabila klien menunjukkan penerimaan
dan nilai dari inisiatif klien dan akan menjadi non terapeutik apabila
perawat mendominasi interaksi dan menolak respon klien.
15. Placing the time in time (menempatkan urutan/waktu)
Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu
kejadian dengan kejadian lain (Schult & Videbeck,1998). Misalnya :
“Hal itu terjadi sebelum atau sesudah?…Apa yang terjadi sebelumnya?”.
16. Encourage descrip. of perception (mendukung deskripsi dari persepsi)
Meminta pada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan
atau diterima (Schult & Videbeck,1998). Misalnya : “Apa yang
terjadi?Ceritakan apa yang anda alami?”
17. Encourage comparison (mendukung perbandingan)
Menanyakan pada klien mengenai kesamaan atau perbedaan (Schult &
Videbeck, 1998). Misalnya: “Apakah hai ini pernah terjadi sebelumnya?
Apakah hal ini mengingatkanmu pada sesuatu hal?”
18. Restating (mengulang)
Pengulangan pikiran utama yang diekspresikan klien (Stuart & Sundeen,
1995). Misalnya: “Anda berkata bahwa ibu Anda meninggalkan Anda
saat Anda berumur 5 tahun”. Teknik ini bernilai terapeutik ditandai
dengan perawat mendengar dan melakukan validasi, mendukung klien
dan memberikan perhatian terhadap apa yang baru saja dikatakan klien.
Teknik ini juga bisa digunakan pada saat kita akan klarifikasi, misalnya :
22
Klien: “Saya benci tempat ini. Saya tidak betah di sini!” Perawat: “Anda
tidak ingin ada di sini?”
19. Reflecting (refleksi)
Mengembalikan pikiran dan perasaan klien (Schult & Videbeck, 1998).
Mengembalikan ide, perasaan dan pertanyaan kepada klien (Stuart &
Sundeen, 1995). Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat
tentang penilaian atau persetujuan. Misalnya: Klien: “haruskah saya
pulang akhir minggu ini?” Perawat: “menurut Anda haruskah Anda
pulang akhir minggu ini?”
20. Exploring (eksplorasi)
Mempelajari suatu topik lebih mendalam. Misalnya: “ceritakan pada
tentang apa yang telah Anda gambarkan tadi”.
21. Presenting reality (menghadirkan realitas/ kenyataan)
Menyediakan informasi dengan perilaku yang tidak menilai. Misalnya:
“Saya tidak mendengar seorang pun bicara”, “Saya adalah yang merawat
Anda”, “Ini adalah rumah sakit”.
22. Voucing doubt (menyelipkan keraguan)
Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Misalnya: “Saya
melihat bahwa hal itu sulit untuk dipercaya.” Teknik ini digunakan pada
saat perawat ingin member petunjuk pada klien mengenai penjelasan
lain.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat
darurat yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam
hal ini yang lebih di utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan
yang akan diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan tepat. Komunikasi
terapeutik yang dilakukan pada keadaan gawat darurat juga juga perlu untuk
memperhatika prinsip dan teknik untuk mencapai tujuan dari komunikasi dalam
keadaan gawat darurat..
3.2 Saran
Diharapkan kita sebagai calon perawat bisa professional dalam melakukan
komunikasi terapeutik pada saat dilapangan. Sehingga pasien yang kita tangani
merasa nyaman saat kita rawat.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4797&val=434
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/komunikasi_terapeutik.pdf
PT.Rosdakarya
25