Anda di halaman 1dari 17

CORPORATE GOVERNANCE

SAP 6
KASUS BANK CENTURY
TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS DAN DIRESI SERTA KOMISARIS
INDEPENDEN

Dosen Pengampu: Ayu Aryista Dewi, S.E., M.Acc.

OLEH:

KELOMPOK 6

NI PUTU WIDIANTARI (1506305026/07)

DESAK MADE DWI JANUARI (1506305026/09)

MADE DEWI GITA PUSPITA LESTARI (1506305030/11)

KETUT MEMI WULANDARI (1506305032/12)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

1
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................2

1.3 Tujuan .........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.2 Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi ........................................................3

2.2 Tanggung Jawab Dewan Direksi ................................................................................4

2.3 Tanggung Jawab Direksi.............................................................................................7

2.4 Kasus Bank Century ...................................................................................................11

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan .....................................................................................................................17

3.2 Saran ...........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................18

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perseroan Terbatas terdapat organ-organ di dalamnya yang memegang wewenang dan
tanggung jawab masing-masing. Organ-organ tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Pasal 1 angka 4, angka 5 dan angka 6
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) mengatur
definisi yang dimaksud dengan ketiga organ tersebut. RUPS memegang segala wewenang
yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. Sedangkan Direksi adalah
organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan dan tujuan Perseroan, serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dewan Komisaris adalah organ
Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus sesuai dengan
anggaran dasar serta memberi nasehat kepada Direksi.
Dewan Komisaris melakukan pengawasan terhadap pengelolaan Perseroan melalui
supervise, pemberian panduan dan nasihat kepada Direksi. Setiap anggota Dewan Komisaris
bertindak mandiri dalam memenuhi tugas dan tanggung jawabnya kepada Perseroan. Tidak
satupun komisaris mempunyai hubungan keluarga, keuangan, manajemen atau kepemilikan
saham dengan anggota Dewan Komisaris lainnya ataupun dengan anggota Direksi. Dewan
Komisaris bertanggung jawab kepada pemegang saham.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi


Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan (two-board
system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab
yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciary responsibility). Namun
demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha
perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan Direksi harus
memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.

2.1.1 Pedoman Pokok Pelaksanaan


Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam menjaga
kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang tercermin pada:
(1) Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko;
(2) Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi pemegang saham;
(3) Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar;
(4) Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi kesinambungan manajemen di
semua lini organisasi.

Sesuai dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan, Dewan Komisaris dan Direksi
perlu bersama-sama menyepakati hal-hal tersebut di bawah ini:
(1) Rencana jangka panjang, strategi, maupun rencana kerja dan anggaran tahunan;
(2) Kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar perusahaan serta dalam menghindari segala bentuk benturan
kepentingan;
(3) Kebijakan dan metode penilaian perusahaan, unit dalam perusahaan dan
personalianya;
(4) Struktur organisasi sampai satu tingkat di bawah Direksi yang dapat mendukung
tercapainya visi, misi dan nilai-nilai perusahaan.

2.2 Tanggung Jawab Dewan Komisaris


2.2.1 Prinsip Dasar
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara
kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta
2
memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris
tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing
anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama
adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan tugas Dewan
Komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
(1) Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara
efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
(2) Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki
kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk
memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku
kepentingan.
(3) Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup tindakan
pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

2.2.2 Pertanggungjawaban Dewan Komisaris


(1) Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi. Laporan
pengawasan Dewan Komisaris merupakan bagian dari laporan tahunan yang
disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan.
(2) Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
(3) Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan
akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas
GCG.

2.3 Tanggung Jawab Direksi


2.3.1 Prinsip Dasar
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial
dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan
mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun,
pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab
bersama. Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara.
Tugas Direktur Utama adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Agar pelaksanaan tugas
Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

3
(1) Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan
keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
(2) Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman serta
kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
(3) Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan
keuntungan (profitability) dan memastikan kesinambungan usaha perusahaan.
(4) Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3.2 Fungsi Direksi


Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi mencakup 5 tugas utama yaitu
kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab
sosial.
(1) Kepengurusan
a. Direksi harus menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta program jangka panjang
dan jangka pendek perusahaan untuk dibicarakan dan disetujui oleh Dewan
Komisaris atau RUPS sesuai dengan ketentuan anggaran dasar;
b. Direksi harus dapat mengendalikan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan
secara efektif dan efisien;
c. Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku
kepentingan;
d. Direksi dapat memberikan kuasa kepada komite yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan tugasnya atau kepada karyawan perusahaan untuk melaksanakan
tugas tertentu, namun tanggung jawab tetap berada pada Direksi;
e. Direksi harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter) sehingga
pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai
salah satu alat penilaian kinerja.
(2) Manajemen Risiko
a. Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem manajemen risiko perusahaan
yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan;
b. Untuk setiap pengambilan keputusan strategis, termasuk penciptaan produk atau
jasa baru, harus diperhitungkan dengan seksama dampak risikonya, dalam arti
adanya keseimbangan antara hasil dan beban risiko;

4
c. Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko dengan baik, perusahaan
perlu memiliki unit kerja atau penanggungjawab terhadap pengendalian risiko.
(3) Pengendalian Internal
a. Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian internal
perusahaan yang handal dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan
serta memenuhi peraturan perundang-undangan.
b. Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan
daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,
perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, harus
memiliki satuan kerja pengawasan internal.
(4) Komunikasi
a. Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi Sekretaris Perusahaan;
b. Fungsi Sekretaris Perusahaan adalah: (i) memastikan kelancaran komunikasi
antara perusahaan dengan pemangku kepentingan; dan (ii) menjamin tersedianya
informasi yang boleh diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan
kebutuhan wajar dari pemangku kepentingan.
(5) Tanggung Jawab Sosial
a. Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha perusahaan, Direksi harus
dapat memastikan dipenuhinya tanggung jawab sosial perusahaan;
b. Direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

2.3.3 Pertanggungjawaban Direksi


(1) Direksi harus menyusun pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan dalam bentuk
laporan tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan
perusahaan, dan laporan pelaksanaan GCG.
(2) Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS, dan khusus untuk laporan
keuangan harus memperoleh pengesahan RUPS.
(3) Laporan tahunan harus telah tersedia sebelum RUPS diselenggarakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk memungkinkan pemegang saham melakukan penilaian.
(4) Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas
pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas GCG.

5
(5) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai
dengan ketentuan.
(6) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab
berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.

2.3 Komisaris Independen


Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan Dewan Komisaris, keberadaan
Komisaris Independen adalah sangat diperlukan. Secara langsung keberadaan Komisaris
Independen menjadi penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang
mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik
(pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di
Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan usahanya.
Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan
Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Misi Komisaris Independen adalah mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif
dan menempatkan kesetaraan (fairness) di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan
perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan
oleh Dewan Komisaris.Komisaris Independen harus mendorong diterapkannya prinsip dan
praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada perusahaan di
Indonesia.

2.3.1 Tanggung Jawab Komisaris Independen


Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong
diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di
dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas
pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai
tambah bagi perusahaan.
Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik maka Komisaris
Independen harus secara proaktif mengupayakan agar Dewan Komisaris melakukan
pengawasan dan memberikan nasehat kepada Direksi yang terkait dengan, namun tidak
terbatas pada hal-hal sebagai berikut:

6
a. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di
dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi tersebut.
b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-manajer
profesional.
c. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem
audit yang bekerja dengan baik.
d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku
maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya.
e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan dikelola dengan
baik.
f. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance dipatuhi dan
diterapkan dengan baik.

2.3.2 Tugas Komisaris Independen


a) Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan.
b) Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain.
c) Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan
adil.
d) Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku.
e) Menjamin akuntabilitas organ perseroan.

2.3.3 Wewenang Komisaris Independen


a. Komisaris independen mengetuai komite audit dan komite nominasi.
b. Komisaris independen berdasarkan pertimbangan yang rasional dan kehati-hatian
berhak menyampaikan pendapat yang berbeda dengan anggota dewan komisaris
lainnya yang wajib dicatat dalam Berita Acara Rapat Dewan Komisaris dan pendapat
yang berbeda yang bersifat material, wajib dimasukkan dalam laporan tahunan.

2.4 Kasus Bank Century


2.4.1 Profil Bank Century
Bank Century (sebelumnya dikenal dengan Bank CIC) didirikan pada Mei 1989. Pada
6 Desember 2004 Bank Pikko dan Bank Danpac menggabungkan diri ke Bank CIC. Pada 28
Desember 2004, Bank CIC berganti nama menjadi Bank Century. Sejak 21 November 2008
diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan berubah nama menjadi PT Bank
Mutiara Tbk. Hasil merger tiga bank yaitu Bank Pikko, Bank Danpac, dan Bank CIC menjadi

7
Bank Century yang sebelum merger ketiga bank tersebut didahului dengan adanya akuisisi
Chinkara Capital Ltd yang berdomisili hukum di Kepulauan Bahama dengan pemegang
saham mayoritas adalah Rafat Ali Rizvi.

2.4.2 Kronologi Permasalahan


Bank Century merupakan bank publik yang tercatat di BEI yang mulai beroperasi
tanggal 15 Desember 2004, merupakan hasil marger antara Bank CIC (Surviving Entity),
Bank Danpac dan Bank Pikko.Kasus Bank Century merupakan kasus yang terhangat di
Indonesia yang banyak menyeret para pejabat. Awal mulai terjadinya kasus Bank Century
adalah Bank Century mengalami kalah kliring pada tanggal18 November 2008.
Masalah yang terjadi di Bank Century merupakan masalah internal yang dilakukan oleh
pihak manajemen bank yang berhubungan dengan klien mereka, meliputi:
a. Penyimpangan dana untuk peminjam $2,8 milyar (Rp 1,4 triliun Bank Century
pelanggan dan pelanggan Delta Antaboga Securities Indonesia adalahRp 1,4
triliun).
b. Penjualan produk-produk investasifiktif Antaboga Delta Securities Indonesia.
Jika produk tidak perlu mendaftar BI dan Bapepam-LK.
c. Kedua point tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi Nasabah
Bank Century dan uang para nasabah pun yang ada di Bank Century tidak bisa
dicairkan dan tidak ada uang tidak dibayar oleh pelanggan.

Setelah tanggal 13 November 2008, pelanggan Bank Century tidak dapat melakukan
transaksi dalam bentuk devisa, kliring dan tidak dapat mentransfer juga tidak bisa karena
Bank Century tidak mampu untuk melakukannya. Bank hanya dapat mentransfer uang
ketabungan. Jadi uang itu tidak bisa keluar dari bank. Hal ini terjadi pada semua pelanggan
Bank Century.
Nasabah bank yang merasa dirugikan karena banyak menyimpan uang di Bank
Century, tapi sekarang bank tersebut tidak bisa dilikuidasi. Pelanggan mengasumsikan bahwa
Bank Century Memperjual belikan produk investasi ilegal. Alasannya adalah investasi
dipasarkan Antaboga Century Bank tidak terdaftar di Bapepam-LK. Dan benar manajemen
Bank Century tahu bahwa produk adalah ilegal. Kasus ini dapat mempengaruhi bank lain, di
mana orang tidak percaya bahwa mereka lebih terhadap sistem perbankan nasional.
Berdasarkan kasus Bank Century tersebut menimbulkan dampak yang cukup besar
terhadap perekonomian Indonesia sendiri. Sebab, menyeret banyakpejabat-pejabat penting
dan masalah pergerakan harga saham yang terus mengalami penurunan akibat dari dampak

8
sistemik kasus Bank Century ini.Pemilik Bank Century adalah Robert Tantular juga yang
melakukan tindak kriminal karena melakukan perampokan terhadap banknya sendiri.
Oknum-oknum yang terlibat diantaranya: ada yang menduga oknum POLRI terlibat
“menjaga” oknum-oknum yang terkait Bank Century karena dianggap “proyek kelas kakap”.
Beberapa pihak juga mengaitkan ini dengan ditangkapnya dua petinggi KPK, Bibit dan
Chandra beberapa waktu lalu tanpa ada bukti yang jelas, demi menghambat pengusutan kasus
Century.Banyak yang sekarang sudah menempatkan Sri Mulyanidan Boediono sebagai
tersangka tetapi sebenarnya masih ada kemungkinan bahwa Sri Mulyani dan Boediono
adalah bagian dari konspirasi besar semata-mata demi menyelamatkan dana pihak Century
dan orang-orang yang terkait Century.
Sri Mulyani dan Boediono-lah yang telah menyelamatkan ekonomi Indonesia sehingga
saat ini Indonesia tidak terjerumus krisis yang lebih hebat. Yang melakukan tindak
penyelewengan hanyalah segelintir orang, yaitu Robert Tantular, pemilik Bank Century yang
menggondol dana Bank Century, dan beberapa oknum di BI.Adapun pihak-pihak yang
terlibat dalam kemelut Bank tersebut diantaranya adalah delapan orang yakni Komisaris
Utama Sulaiman AB, Komisaris Poerwanto Kamajadi, Komisaris Rusli Prakasa, Direktur
Utama Hermanus Hasan Muslim. Kemudian Wakil Direktur Utama Hamidy, Direktur
Pemasaran Lila K. Gondokusumo, Direktur Kepatuhan Edward M. Situmorang, dan
Pemegang Saham Robert Tantular.
Hancurnya Bank Century sehingga harus diselamatkan oleh pemerintah melalui
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui suntikan dana Rp 6,7 triliun terjadi karena
perpaduan pengurusan bank yang mengarah pada tindak kriminal serta krisis ekonomi global
yang terjadi. Surat-surat berharga bodong yang ada di Century menjadi salah satu pemicu
bobroknya kondisi bank tersebut. Belakangan dilihat ada pengaruh Antaboga, masalah surat
bodong itu pasti ada pengaruhnya dari Bank Century. Tetapi diperburuk karena kondisi krisis
global, kalau keadaan seperti itu tidak dalam krisis global, maka tidak akan meletus seperti
itu. PT Bank Century Tbk (BCIC) pada awalnya ternyata agen penjual produk investasi yang
diterbitkan PT Antaboga Delta Sekuritas. Hal itu diketahui berdasarkan pemeriksaan awal
Bank Indonesia (BI) pada 2005. Menurut Deputi Gubernur BI, Siti Ch Fadjrijah dalam
pertemuan dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan bahwa dari
penelusuran BI diketahui produk yang dijual tidak mempunyai izin dari Bapepam.

2.4.3 Analisis Kasus: Penyebab Bangkrutnya Bank Century

9
Kebangkrutan PT Bank Century, Tbk. tidak mungkin terjadi begitu saja, ada beberapa
hal yang menyebabkan kebangkrutan Bank Century antara lain penyimpangan manajemen
dan pengawasan BI yang tidak efektif yang diduga menjadi penyebab utama bank itu
akhirnya mengalami kebangkrutan.
a. Penyimpangan Manajemen
Modus kejahatan perbankan yang diduga dilakukan manajemen Bank Century
adalah penempatan dana yang sembrono di pasar uang (money market). Hal ini terlihat
dari penyimpangan yang dilakukan manajemen Bank Century yang memiliki kewajiban
surat berharga valas sebesar US$ 210 juta. Kasus itu menunjukkan manajemen Bank
Century tidak mengindahkan prinsip kehati-hatian perbankan.
b. Pengawasan BI yang Lemah
BI ternyata pernah memberikan kelonggaran aturan kepada Bank Century, yakni
dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang macet ke kategori lancar. Hal itu
dilakukan agar Bank Century tidak perlu menyisihkan provisi (pencadangan) atas SSB
yang macet itu, sehingga tidak menggerus modalnya. Yang harus dipertanyakan
sejauhmana keefektifan Direktorat Pengawasan Perbankan BI karena selama ini
manajemen Bank Century memberikan laporan harian dan mingguan sehingga
kesehatan perbankan pasti terpantau. Di samping itu, Bapepam selaku otoritas pasar
modal harusnya juga bertanggungjawab karena Bank Century merupakan perusahaan
publik.
Kasus Bank Century ini menunjukkan ada praktik-praktik yang menyimpang di bank
sentral menyangkut tes kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang tidak
akurat.BI juga dinilai gagal dalam menciptakan tata kelola yang baik (Good Corporate
Governance). Kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam berbagai bidang
kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan.
c. Kesehatan Bank
Kesehatan bank dapatdiartikan sebagaikemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan
yang berlaku, untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya kegiatan
tersebut meliputi:
a) Kemampuan menghimpun dana masyarakat dari lembaga lain dan dari modal
sendiri
b) Kemampuan mengolah dana
10
c) Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
d) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik
modal dan pihak lain
e) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku

2.4.4 Pelanggaran GCG Yang Dilakukan Oleh Bank Century


Prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan dasar yang penting dalam
praktek pengelolaan perusahaan di Indonesia. Prinsip tersebut dapat dijadikan pedoman oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia guna meningkatkan performa kerja perusahaan pada
setiap sisinya. Dalam hal ini Dewan Direksi dan Dewan Komisaris merupakan
penanggungjawab atas apapun kesalahan yang terjadi dalam sebuah perusahaan sesuai
dengan tata kelola perusahaan dalam Good Corporate Governance. Karena tugas dari Dewan
Direksi itu sendiri mempunyai tugas yaitu memilih sumber daya dengan efektif dan efisien
serta mengelola perusahaan. Sedangkan Dewan Komisaris itu sendiri bertugas mengawasi
tugas-tugas yang dilakukan oleh para anggota Dewan Direksi.
Pada kasus Bank Century inikesalahan terjadi akibat permasalahan internal bank
dimana hal tersebut dilakukan oleh pihak manajemen bank tersebut yang menipu para
nasabah. Penipuan tersebut berupa penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8 Trilliun
dimana dana dari nasabah Bank Century sebesar Rp 1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas
Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4 Triliiun. Selain itu juga adanya penjualan reksa dana fiktif
produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia, dimana produk tersebut tidak memiliki izin BI
dan Bappepam LK. Dapat dilihat bahwa dalam hal ini terjadi kelalaian dalam pengawasan
internal Bank Century itu sendiri sehingga mengakibatkan kerugian yang dialami oleh para
nasabah.
Modus kejahatan perbankan yang diduga dilakukan manajemen Bank Century adalah
penempatan dana yang sembrono di pasar uang (money market). Hal ini terlihat dari
penyimpangan yang dilakukan manajemen Bank Century yang memiliki kewajiban surat
berharga valas sebesar US$ 210 juta. Kasus itu menunjukkan manajemen Bank Century tidak
mengindahkan prinsip kehati-hatian perbankan.
BI ternyata pernah memberikan kelonggaran aturan kepada Bank Century, yakni
dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang macet ke kategori lancar. Hal itu
dilakukan agar Bank Century tidak perlu menyisihkan provisi (pencadangan) atas SSB yang
macet itu, sehingga tidak menggerus modalnya. Kasus Bank Century ini menunjukkan ada
praktik-praktik yang menyimpang di bank sentral menyangkut tes kelayakan dan kepatutan

11
(fit and proper test) yang tidak akurat. BI juga dinilai gagal dalam menciptakan tata kelola
yang baik (Good Corporate Governance).

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegagalan Bank Century diindikasikan terjadi karena tindak kriminal yang dilakukan
oleh pemilik Bank Century sendiri. Keadaan ekonomi juga sedang mengalami krisis global.
Kesimpulan yang diperoleh dari masalah Bank Century ketika munculnya dana bailout yang
mulai bergulir dan kejanggalan dalam neracanya mulai terungkap. Kelemahan manajemen
mulai terlihat setelah kekacauan reksadana Antaboga Delta sekuritas yang dikeluarkan Bank
Century. Disimpulkan bahwa sebenarnya bailout untuk Century memang diperlukan namun
dibalik itu ternyata banyak fakta bahwa kinerja dan tata kelola Century yang sangat buruk.
Kasus buruknya penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam industri perbankan
Indonesia dapat kita lihat pada kasus Bank Century yang dimana bank tersebut harus diambil
alih Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan ditetapkan sebagai bank gagal pada tahun 2008
akibat banyaknya kredit bermasalah yang dimiliki bank tersebut.

3.2 Saran
Dari kasus diatas kesimpulan yang kami peroleh yaitu bahwa dalam menghadapi kasus
Bank Century diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, DPR-RI dan Bank
Indonesia. Pemerintah sendiri seharusnya bertanggung jawab kepada nasabah Bank Century
agar uangnya bisa dicairkan.
Pihak-pihak yang terbukti bersalah dalam proses penyelidikan dan penyidikan kasus Bank
Century harus segera diproses, diadili, dan dijatuhi hukuman yang sepantasnya. Jika pihak
tersebut masih aktif bekerja di pemerintahan, sebaiknya segera dinon-aktifkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Atika. 2010 Permasalahan Kasus Bank Century dan Solusi Mengatasinya.


http://atikaa08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/permasalahan-bank-century-dan-solusinya/.
Diakses pada tanggal 5 Maret 2018

Gunawan widjaya, 2008, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, Forum Sahabat,
Jakarta.

I. Nyoman Tjager, 1999, Corporate Governance dalam Pasar Modal, Newsletter No. 37. I.G.
Rai Widjaya, 2002, Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Megapoin

KNKG, 2006, Pedoman Umum Good Corporate Governance

Prasetyantoko. 2008. Corporate Governance. Jakarta: Gramedia

Ramadhan, Bilal. 2014. Kronologis Kasus Bank Century.


http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/03/06/n20q0m-ini-kronologis
kasus-bank-century (diakses pada 5 Maret 2018)

Ridwan Khairandy Camelia Malik. 2007. Good Corporate Governance. Yogyakarta: Kreasi
Total Media

Sutojo, Siswanto dan John Alridge. 2008. Good Corporate Governance. Jakarta: Damar
Mulia Pustaka

14

Anda mungkin juga menyukai