Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Deskripsi Tanaman


1. Jati belanda (Guazuma ulmifolia)
Tanaman pohon, tinggi lebih kurang 10 meter. Batang keras, bulat,
permukaan kasar, banyak alur, berkayu, bercabang, warna hijau keputih-
putihan. Daun tunggal, bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi, ujung
runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip, panjang 10-16 cm,
lebar 3-6 cm, warna hijau. Bunga tunggal, bulat di ketiak daun, warna
hijau muda. Buah kotak, bulat, keras, permukaan berduri, warna hitam
(Suharmiati, Herti M. 2003).
2. Kersen (Muntingia calabura L.)
Perdu atau pohon, tinggi sampai 12 m, meski umumnya hanya
sekitar 3-6 m saja. Hijau abadi dan terus menerus berbunga dan berbuah
sepanjang tahun.
Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya; membentuk
naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur
dengan rambut kelenjar; demikian pula daunnya.
Daun-daun terletak mendatar, berseling; helaian daun
tidak simetris, bundar telur lanset, tepinya bergerigi dan berujung
runcing, 1-4 × 4-14 cm, sisi bawah berambut kelabu rapat; bertangkai
pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing bentuk benang, lk. 0,5
cm, agak lama lalu mengering dan rontok, sementara sebelah
lagi rudimenter.
Bunga dalam berkas, berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak agak
di sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan
berbilangan 5; kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang,
berambut halus; mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis,
gundul, lk. 1 cm. Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari
100 helai. Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai daun;
namun setelah menjadi buah menggantung ke bawah, tersembunyi di
bawah helai daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah
dalam tiap berkasnya.
Buah buni bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-
1,5 cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa
tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima.
Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan;
terbenam dalam daging dan sari buah yang manis sekali.
Selain itu, buah kersen juga dapat digunakan untuk obat penyakit
asam urat, diabetes, dan masih banyak lagi (Verheij, E.W.M. dan R.E.
Coronel, 1997).

3. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)


Temulawak berbatang semu, daun berupa daun tunggal, berbentuk
lonjong dan berujung lancip. Daun muda memiliki warna cokelat pada
tulang daun bagian tengah dan hilang jika tua. Tangkai daun berujung
pelepah memeluk batang. Daun terletak berhadapan, berupa lembaran
yang tipis, permukan halus. Akar serabutnya berupa rimpang membulat,
berwarna cokelat muda atau cokelat tua. Bagian dalam rimpang berwarna
jingga tua atau cokelat kemerahan. Menurut Arisandi dan Andriani
(2011), daun temulawak lebar dan pada setiap helaian dihubungkan
dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang. Batang temulawak
berbentuk batang semu, rimpangnya berwarna kekuningan Syukur, C.
dan Hernani. 2002).

4. Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb)


Tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman atau di
kebun. Pandan kadang tumbuh liar di tepi sungai, tepi rawa, dan di tempat-
tempat yang agak lembab, tumbuh subur dari daerah pantai sampai daerah
dengan ketinggian 500 m dpl. Perdu tahunan, tinggi 1-2 m.
Batang Pandanus amaryllifolius Roxb. bulat dengan bekas duduk
daun, bercabang, menjalar, akar tunjang keluar di sekitar pangkal batang
dan cabang.
Daun Pandanus amaryllifolius Roxb. tunggal, duduk, dengan
pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helai
daun berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar,
panjang 40-80 cm, lebar 3-5 cm, berduri tempel pada ibu tulang daun
permukaan bawah bagian ujung-ujungnya, warna hijau. Bunga Pandanus
amaryllifolius Roxb. majemuk, bentuk bongkol, warnanya putih.
Buah Pandanus amaryllifolius Roxb. merupakan buah batu,
menggantung, bentuk bola, diameter 4 - 7,5 cm, dinding buah berambut,
warnanya jingga. Pandan wangi selain sebagai rempah-rempah juga
digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi. Daunnya harum
kalau diremas atau diiris-iris, sering digunakan sebagai bahan penyedap,
pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan atau penganan. Irisan
daun pandan muda dicampur bunga mawar, melati, cempaka dan kenanga,
sering diselipkan di sanggul supaya rambut menjadi harum, atau
diletakkan di antara pakaian dalam lemari. Daun pandan yang diiris kecil-
kecil juga digunakan untuk campuran bunga rampai atau bunga tujuh rupa.
Perbanyakan dengan pemisahan tunas-tunas muda, yang tumbuh di antara
akar-akarnya (Hidayat, S. dan Tim Flona. 2008).

5. Binahong (Anredera cordifolia)


Tanaman binahong berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang
(perenial), dan bias mencapai panjang + 5 m. Batangnya lunak, berbentuk
silindris, saling membelit, dan berwarna merah. Daun daritanaman ini
bertangkai sangat pendek (subsessile), susunannya berseling, berwarna
hijau, dan berbentuk jantung (cordata). Bunganya majemuk berbentuk
tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun. Akarnya berbentuk
rimpang, berdaging lunak, Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
merupakan tanaman asli daerah Amerika Selatan.Tanaman ini tumbuh
baik di cuaca tropis dan sub-tropis (Hidayat, S. dan Tim Flona. 2008).

6. Kelor (Moringa oleifera)


Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis,
permukaan kasar; percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring,
cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai
panjang, tersusun berseling, beranak daun gasal (imparipinnatus), helai
daun saat muda berwarna hijau muda. Buah berbentuk panjang bersegi
tiga, panjang 20 - 60 cm; buah muda berwarna hijau - setelah tua menjadi
cokelat, bentuk biji bulat - berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah
berumur 12 - 18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti
lobak.
Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek
batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di
ketinggian 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di
halaman rumah atau ladang (Hidayat, S. dan Tim Flona. 2008).
II.2. Uraian Bahan
1. Air Suling (FI III : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air Suling
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Bangun :H–O–H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Kelarutan :-
Khasiat :-
Kegunaan : Sebagai eluen dan pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Etil Asetat (FI III : 673)


Nama Resmi : ETILEN ACETICUM
Nama Lain : Etil Asetat
RM/BM : C4H8O2/88
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan; tidak berwarna; bau khas


Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dapat bercampur dengan
etanol (95%) P dan dengan eter P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Silikagel G/UV-254 ( FI III : 729)
Nama Resmi : SILIKAGEL G/UV-254
Nama Lain : Silikagel G/UV-254
RM/BM : -/-
Pemerian : Serbuk halus serba sama dengan ukuran antara
10µm dan 40µm; warna putih
Kelarutan :-
Khasiat :-
Kegunaan : Sebagai fase diam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. Asam Klorida (FI III : 53)


Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
RM/BM : HCl/36,46
Rumus Bangun : H-Cl
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap, bau merangsang.
Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau
hilang
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
5. Alkohol (FI III : 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
RM/BM : C2H6O/48
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api
6. Besi (III) klorida (FI III, hal 659)
Nama Resmi : FERROSI CHLORIDUM
Nama Lain : Besi (III) klorida
RM/BM : FeCl3 / 162,2
Rumus Bangun :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas


warna jingga dari garam nitrat yang telah
terpengaruh oleh kelembapan.
Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna
jingga.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
7. Eter (FI III, hal 66)
Nama Resmi : AETHER ANASTHETICUS
Nama Lain : Eter anestesi / etoksietana
RM/BM : C4H10O / 76,00
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan transparan ; tidak berwarna ; bau khas ; rasa


manis dan membakar. Sangat mudah menguap ;
sangat mudah terbakar ; campuran uapnya dengan
oksigen, udara atau dinitrogenoksida pada kadar
tertentu dapat meledak.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air ; dapat campur dengan
etanol (95%) P, dengan kloroform P, dengan
minyak lemak dan dengan minyak atsiri.
Khasiat : Anastesi umum
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya ; ditempat sejuk

8. Natrium Klorida (FI III, Hal 403)


Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
RM/BM : NaCl / 58,44
Rumus Bangun : Na – Cl
Pemerian : Hablur heksahedral tidak kurang dari 99,5% NaCl,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%) P.
Khasiat : sumber ion klorida dan ion natrium
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

9. N – heksana ( FI IV, hal 1159)


Nama Resmi : N - HEKSANA
Nama Lain : N - Heksana
=RM/BM : C6 H8 / 86,18
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, berbau seperti eter


lemah atau bau seperti petroleum.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
mutlak ; dapat bercampur dengan eter, dengan
kloroform, dengan benzena dan dengan sebagian
besar minyak lemak dan minyak atsiri.
Khasiat :-
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi


ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi
keempat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Hidayat, S. dan Tim Flona. 2008. Khasiat Tumbuhan Berdasar Warna,
Bentuk, Rasa, Aroma, dan Sifat. PT Samindra Utama.
Suharmiati, Herti M. 2003. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda: Si Pelangsing
Tubuh dan Peluruh Kolesterol. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Syukur, C. dan Hernani. 2002. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. PT
Penebar Swadaya.
Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai