PRA-KATA
Kesungguhan berbuat yang terbaik dan hanya berharap mendapat keridhoa Allah
SWT, merupakan prinsip dasar dari gerak langkah manusia di muka bumi, berbuat baik
dan tidak membuat kehencuran. Diringi dengan karakter pribadi yang di tanamkan
leluhur untuk senantiasa menjadi “cageur, bageur, bener, pinter, Jujur, tur singer”yang
diharapkan dari pribadi ini adalah kebaikan untuk sesame.
Dalam konteks buku ini apa yang telah dilakukan dosen dengan menyusun
diktat/modul/buku pegangan patut diapresiasi dan dihargai sebagaimana mestinya,
tetapi pengahargaan yang besar adalah dengan membaca dan memanfaatkan isinya
untuk pengkayaan khasanah keilmuan kita khususnya yang tengah belajar ekonomi di
STIE Muttaqien yang kita cintai ini. Semoga kedepan yang seperti ini semakin banyak
dan semua sivitas tergerak untuk semakin produktif.
Bagi mahasiswa STIE Muttaqien, diharapkan keberadaan diktat ini digunakan
sebagai suplemen dari pengkayaan ilmu-ilmu Saudara yang didapatkan di sini,
disamping buku-buku teks yang banyak tersedia.
Wassalam,
Adam Smith (1776) dalam buku An Inquiry into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations, mengajarkan kapitalisme yang menyatakan bahwa ekonomi bebas
akan memampukan individu, melalui kepentingan-kepentingan probadi untuk
memenuhi kepentingan mereka sendiri dan dengan demikian akan memberikan manfaat
bagi masyarakat keseluruhan. Adam Smith menggunakan istilah laissez-faire untuk
menganjurkan kepada pemerintah untuk tidak mencampuri persaingan murni di pasar
yang mengganggu invisible hand bekerja. Hasil ajarannya dunia bisnis di barat
berkembang pesat dan dipuja sebagai jalan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat,
walapun pada akhirnya juga mengalami beberapa kendala contoh saja krisis ekonomi
dunia (1929-1932) yang disebut The Great Defression. Defresi luar biasa tersebut
mengarah pada kesimpulan ekonom tersebut yang meyakini bahwa mekanisme pasar
ternyata tidak mampu berjalan secara otomatis.
Bagaimana ekonomi kemuadian diatur oleh mekanisme pasar yang seyogyanya
bergerak tanpa tekanan dari siapapun, dan berjalan dengan bantuan invisible hand,
merupakan bahasan awal dari manual hand book ini, selanjutnya banyak hal yang dapat
dibaca dari karya ini, Diktat kuliah Pengantar Ekonomi Mikro ini sengaja disusun
sebagai sebuah langkah kecil yang akan mengantarkan mahasiswa untuk mempermudah
pemahaman tentang ekonomi khususnya teori ekonomi mikro. Penulis beranggapan
bahwa pemahaman mahasiswa terhadap ekonomi adalah penting apalagi bagi orang-
orang yang sengaja mendalami ilmu ekonomi di STIE Muttaqien, kenapa tidak mereka
kelak menjadi bagian dari manusia yang tidak lepas dari ekonomi baik sebagai pribadi
(homo economicus) atau sebagai mahluk sosial (homo sosialis) yang membantu
masyarakat mencapai tujuan kesejahteraan.
Paling tidak mahasiswa dapat mengambil manfaat dari diktat ini untuk
mempelajari ekonomi, karena dengan mempelajari ekonomi diharapkan mahasiswa
dapat memahami dunia nyata; menjadi pelaku ekonomi yang handal.
Diktat ini disusun dengan mengambil inti-inti materi bahasan pengantar ekonomi
mikro dari berbagai sumber yang ditulis ekonom dalam dan luar negeri yang tidak
terbantahkan lagi ke-ekonom-annya. Ruang lingkup yang sangat luas dari ekonomi
mikro membutuhkan kajian yang tidak gampang, walaupun dengan kesungguhan pasti
ada jalan untuk dapat memahaminya.
Diktat ini disusun berdasarkan struktur materi yang menjadi keseluruhan
pengantar dalam pembelajaran ekonomi mikro yang berlandasakan teori-teori barat
seperti klasik, keynesian, neo-klasik dan sebagainya dengan sedikit memberi tambahan
pemahaman bagi perkembangan teori ekonomi Islam sebagai bahan pengayaan bagi
mahasiswa. Tidak terlalu mendetail memang, karena lebih dalam tentang teori-teori
tersebut akan lebih dijelaskan dalam kuliah-kuliah ekonomi selanjutnya.
Semoga diktat ini akan memberikan manfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis yang
sedang mencoba untuk memperdalam pemahaman tentang teori ekonomi mikro.
Wassalam,
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
PRA KATA ……………………………………………………………… i
PENGANTAR UNTUK MAHASISWA ………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….
BAB I INTRODUCTION .............................................................. 1
A. ECONOMICS ................................................................ 1
B. MICRO ECONOMICS 2
C. MASALAH EKONOMI DAN PENGORGANISASIAN
EKONOMI .................................................................... 3
D. PEMBUATAN KEPUTUSAN DALAM ILMU
EKONOMI (PRINSIP EKONOMI) .............................. 6
BAB II PERMINTAAN DAN PENAWARAN ............................. 11
A. KEKUATAN PASAR TERHADAP PERMINTAAN
DAN PENAWARAN .................................................... 11
B. TEORI PERMINTAAN DAN
KURVA PERMINTAAN ............................................... 16
C. TEORI PENAWARAN DAN
KURVA PENAWARAN .............................................. 18
D. PERMINTAAN DAN PENAWARAN SECARA
BERSAMA ...................................................................... 23
BAB III ELASTISITAS ..................................................................... 25
A. ELASTISITAS PERMINTAAN ................................... 25
B. ELASTISITAS PENAWARAN ..................................... 32
C. MANFAAT ANALISIS ELASTISITAS ........................ 34
BAB IV APLIKASI PENAWARAN DAN PERMINTAAN
PADA PERSOALAN EKONOMI UTAMA .................... 36
A. EKONOMI PERTANIAN ............................................ 36
B. PENAWARAN, PERMINTAAN DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH .............................................................. 40
C. EVALUASI TERHADAP CAMPUR TANGAN
PEMERINTAH TERHADAP PASAR ........................ 47
BAB V PERMINTAAN DAN PERILAKU KONSUMEN
(TEORI NILAI GUNA) ...................................................... 49
A. TEORI NILAI GUNA (UTILITI) KARDINAL ........... 50
B. MAKSIMALISASI NILAI GUNA ............................... 51
C. TEORI NILAI GUNA DAN TEORI PERMINTAAN .. 53
SEKILAS PENYUSUN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tabel permintaan Zulvan ................................................ 14
Tabel 2.2 Permintaan Pasar Bajigur ............................................... 15
Tabel 2.3 Determinan Permintaan .................................................. 17
Tabel 2.4. Skedul Penawaran individu ............................................ 20
Tabel 2.5 Tabel Penawaran Pasar ................................................... 21
Tabel 2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ............... 22
Tabel 2.7 Keseimbangan Penawaran dan Permintaan .................... 23
Tabel 5.1 Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marginal (contoh) ..... 50
Tabel 5.2 Surplus Konsumen ......................................................... 55
Tabel 6.1 Gabungan barang yang memberikan kepuasan sama .... 58
Tabel 6.2 Garis Anggaran Konsumen ............................................ 60
Tabel 7.1 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi .. 70
Tabel 7.2 Gabungan M dan L untuk 1000 unit produksi ............... 73
Tabel 8.1 Biaya produksi (dalam ribuan ) ...................................... 79
Tabel 9.1 Perhitungan TR, AR, TR ................................................ 92
Tabel 9.2 Maksimalisasi Laba Contoh Numeris ............................ 94
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kurva Permintaan Bajigur ............................................... 14
Gambar 2.2 Kurva permintaan pasar bajigur ....................................... 15
Gambar 2.3 pergerakan sepanjang kurva permintaan ......................... 16
Gambar 2.4 .Pergeseran kurva permintaan .......................................... 17
Gambar 2.5 Kurva Penawaran Individu .............................................. 20
Gambar 2.6 Kurva penawaran pasar ................................................... 21
Gambar 2.7 Pergeseran kurva penawaran ........................................... 22
Gambar 2.8 Kurva Equlibrium ........................................................ 24
Gambar 3.1 Permintaan elastis sempurna ............................................ 28
Gambar 3.2 Permintaan in-elastis ........................................................ 28
Gambar 3.3 Permintaan elastis uniter .................................................. 28
Gambar 3.4 Permintaan elastis ............................................................ 29
Gambar 3.5 Permintaan elastis Sempurna ........................................... 29
Gambar 3.6 Total Revenue .................................................................. 30
Gambar 3.7 Total Revenue pada kurva permintaan in-elastis ............. 30
Gambar 3.8 Total revenue pada kurva permintaan elastis ................... 31
Gambar 3.9 Kurva elastisitas penawaran ............................................ 33
Gambar 3.10 Efek elastisitas ................................................................ 34
Gambar 4.1 Kecenderungan harga pertanian dalam jangka panjang . 37
Gambar 4.2 Program Pembatasan Hasil Panen .................................. 38
Gambar 4.3 Pengaruh Penawaran dalam terhadap harga produk
39
pertanian .........................................................................
Gambar 4.4 Pengaruh perubahan permintaan terhadap harga produk
40
pertanian .......................................................................
Gambar 4.5 Batas harga tertingi yang tidak mengikat ....................... 41
Gambar 4.6 Batas harga tertingi yang tidak mengikat ....................... 42
Gambar 4.7 Batas harga dasar yang tidak mengikat .......................... 43
Gambar 4.8 Batas harga dasar yang mengikat ................................... 43
Gambar 4.9 Pengenaan pajak pada pembeli ....................................... 44
Gambar 4.10 Pengenaan pajak pada penjual ........................................ 45
Gambar 4.11 Pengenaan pajak pada pasar dimana Penawaran Elastis,
46
Permintaan in-elastis ......................................................
Gambar 4.12 Pengenaan pajak pada pasar Penawaran in-elastis,
47
Permintaan elastis ..........................................................
Gambar 5.1 Grafik Nilai Guna Total dan Marjinal ............................ 55
Gambar 5.2 Grafik Surplus konsumen ............................................... 56
Gambar 6.1 Kurva Indeferen seorang konsumen ............................... 58
Gambar 6.2 Peta Kurva Indeferen seorang konsumen ....................... 59
Gambar 6.3 Garis Anggaran Pengeluaran .......................................... 60
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia mengalami lompatan besar sejak awal abad 20, dan semakin
menemukan momentumnya ketika teknologi informasi dikuasai manusia. Setiap saat
kita disuguhi bermacam informasi-informasi melalui media-media informasi yang
semakin hari semakin variatif, tidak hanya informasi yang bersipat lokal, setiap saat pun
kita dengan mudah akan memperoleh informasi dari belahan bumi yang lain secara real
time, dunia menjadi “semakin sempit”. Media cetak dan elektronik menjadi alat
informasi handal yang menunjang kehidupan manusia, terlebih kecangggihan komputer
yang terintegrasi dalam suatu jaringan “maya” yang disebut internet semakin hari
semakin mudah diakses oleh semua orang. Teknologi mobil phone kemudian semakin
memanjakan orang untuk mendapat informasi, dan setiap saat dapat mengakses internet
dari mesin informasi mini tersebut.
Lompatan besar teknologi informasi berbanding lurus dengan perkembangan
pemahaman “ekonomi” dan perekonomian sendiri, dua sisi inilah sekarang yang
menjadi lokomotif maju mundurnya kehidupan manusia, karena bagaimanapun
kehidupan manusia tidak akan terlepas dari informasi dan “ekonomi”. Informasi dan
ekonomi juga dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, untuk memperoleh informasi, orang
akan butuh ekonomi hal sebaliknya untuk dapat menguasai ekonomi orang akan perlu
adanya informasi, dengan informasi manusia dikelilingi berbagai pilihan, peluang-
peluang dan tantangan untuk mencapai kesejahteraan
Memahami sebuah informasi ekonomi tidaklah mudah, tapi tidak juga sulit untuk
dipahami. Pengetahuan-pengetahuan dasar tentang ekonomi akan mempermudah kita
untuk dapat menyerap informasi-informasi ekonomi yang datang setiap saat untuk dapat
kita manfaatkan. Perkembangan ekonomi yang selalu searah dengan perkembangan
manusia sediri akan mendorong manusia selalu ingin memahami ekonomi. Tren
informasi yang cepat dengan banyak istilah-istilah yang unik dari ekonomi akan
mendorong kita untuk belajar dan memahami Apa itu ekonomi ?
E. EKONOMI
Sebuah ungkapan ekonom besar abad sembilan belas Alfred Marshal dalam
buku Principles of Economics yang menyatkan bahwa “Ilmu Ekonomi adalah suatu
bidang studi tentang ummat manusia dalam kehidupan sehari-hari”. Ilmu ekonomi
dinyatakan demikian karena ilmu ekonomi adalah ilmu yang dinamis seiring dengan
perubahan perilaku dan budaya manusia yang tidak akan menemukan akhir
perjalanan pemikirannya bisa jadi hingga kiamat.
Walaupun demikian pemikiran dan teori-teori dasar ekonomi tidak terlalu
banyak perubahan, ketika tahun 1776 M Adam Smith mengeluarkan buku An
inquiry into the nature and causes of the wealt of nation, hingga sekarang dasar-
dasar teori itu tidak mengalami perubahan, yang jelas terlihat adalah perubahan
aflikasi dan penyesuaian dengan kondisi.
Lebih jauh lagi kebelakang pada jaman kejayaan peradaban Islam di timur
tengah, teori-teori ekonom pada jaman itu –walau tidak terstruktur- terus menerus
menjadi bahan referensi pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan ekonomi di
zaman sekarang ini. Baik dalam kerangka ekonomi mikro ataupun ekonomi makro.
Dalam bahasa yang lebih tajam tentang perilaku manusia dalam kehidupan
menuju kesejahteraaan tersebut, ilmu ekonomi juga didefinisikan sebagai
bagaimana masyarakat menggunkan sumber daya yang langka untuk memproduksi
komoditi-komoditi berharga dan mendistribusikannya pada masyarakat luas.1
Dengan demikian ide pokok penting dalam bahasan ilmu ekonomi adalah kenyataan
bahwa sumberdaya itu langka dan masyarakat harus menggunkannya secara efisien.
Kelangkaan dimaknai sebagai situasi dimana barang yang dibutuhkan terbatas
dan relatif terhadap keinginan, sedangkan efisien dimaknai sebagai pemanfaatan
yang paling efektif atas sumberdaya masyarakat dalam pemenuhan keinginan dan
kebutuhan manusia. Dengan kata lain inti dari ilmu ekonomi adalah mengakui
relitas kelangkaan, lalu memikirkan cara untuk mengorganisir masyarakat dalam
suatu cara yang menghasilkan memenfaatkan sumberdaya yang paling efisien.2
Topik kembar bahasan ekonomi tersebut dalam analsis ekonomi modern di
bagi dalam dua analisis utama yaitu ilmu ekonomi mikro (mocro economics) dan
analisis makro ekonomi (macro economics). Pokok bahasan kita dalam uraian lebih
1
Samuelson dan Nordhaus, (2001), Ilmu Mikro Ekonomi, Jakarta : Media Global Edukasi, hal 4
2
Ibid, hal. 5
lanjut adalah analisis mikro ekonomi, sedangkan untuk anaisis makro telah dibahas
secara detail pada kesempatan terdahulu dan dalam materi yang berbeda.
F. MICRO ECONOMICS
Ekonomi Mikro, adalah ilmu ekonomi yang mengkasi bagaimana rumah
tangga dan perusahaan membuat keputusan dan bagaimana mereka berinteraksi di
pasar3. Terkait langsung dengan teori ekonomi ini adalah hukum permintaan,
hukum penawaran, perilaku produsen, perilaku konsemen dan pasar sebagai tempat
berinteraksinya.
Teori ekonomi mikro didefinisikan juga sebagai suatu bidang ilmu dalam ilmu
ekonomi yang menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari keseluruhan
kegiatan ekonomi4.
Sebagai ilmu ekonomi, cabang ilmu ekonomi mikro adalah ilmu yang yang
berkaitan dengan perilaku entitas individual seperti pasar, perusahaan dan rumah
tangga. Kajian cabang ilmu ini dinspirasi oleh Adam Smith (.... the Wealth of
Nation. 1776) yang berisi analisis mengenai bagaimana harga suatu komoditi secara
individu terbentuk, mengkaji bagaimana penentuan harga tanah, tenaga kerja dan
modal, serta meneliti kelemahan dan kekuatan mekanisme pasar, selain sifat-sifat
efesiensi pasar itu sendiri yang sangat mengagumkan dan manfaat ekonomi berasal
dari tindakan individual yang bersifat self-intersted.5
Berbeda dari analsis ekonomi makro ilmu ekonomi mikro lebih menekankan
pada perilaku entitas indivudual dalam perekonomian, bagaimana rumah tangga,
perusahaan dan pemerintah sebagai pelaku ekonomi berperilaku dalam
perekonomian. Dengan kata lain ekonomi mikro berada pada lingkup analisis
perilaku dari masing-masing pelaku ekonomi. Sedangkan dalam anaisis ekonomi
makro dibahas interaksi antara pelaku-pelaku tersebut dalam perekonomian secara
keseluruhan.
Untuk mempertajam analisis kita terhadap ekonomi, terlebih dahulu harus kita
pisahkan antara ilmu ekonomi postif dan ilmu ekonomi normatif untuk memberikan
pertimbangan pada masalah-masalah ekonomi. Ekonomi positif adalah deskripsi
3
Gregory, N. Mankiw (2000), Pengantar Ekonomi, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, hal. 33
4
Sukirno, Sadono (2006), Mikro Ekonomi, teori Pengantar Edisi ketiga, Jakarta: Rajawali Press, hal 21
5
Samuelson dan Nordhaus, (2001), Ilmu Mikro Ekonomi, Jakarta : Media Global Edukasi, hal 5
6
Sukirno, Sadono (2006), Mikro Ekonomi, Teori Pengantar Edisi ketiga, Jakarta: Rajawali Press, hal 64
Biaya adalah salah satu dasar yang pertama dilihan ketika akan melakukan
keputusan dalam memilih.
Prinsip 3. Orang Rasional Berpikir secara Bertahap
Banyak keputusan dalam hidup memerlukan penyesuaian-penyesuaian
kecil secara bertahap dalam proses pelaksanaannya. Istilah ini disebut dengan
perubahan-perubahan marginal (marginal changes). Dalam banyak situasi,
kita akan dapat membuat keputusan terbaik jika kita mau berpikir secara
bertahap, karena bagaimanapun setap keputusan yang akan diambil perlu
pertimbangan yang matang.
Keputusan terbaik adalah jika manfaat keputusan marginalnya melebihi
biaya marginalnya.
Prinsip 4. Kita beraksi terhadap Insentif
Setiap keputusan yang diambil karena perhitungan biaya – manfaat, akan
mendorong kita untuk melakukan pemilihan terhadap sesuatu yang
melahirkan manfaat yang lebih banyak (insentif).
Rekasi terhadap insentif, mendorong setiap individu berbuat dan
melakukan pilihan yang lebih menguntungkan seperti misalnya ketika harga
harga cabai rata-rata naik petani cenderung ramai-ramai menanam cabai
karena berharap pada nilai lebih (insentif) dari menjual cabai bukan barang
lain.
BAB II
PERMINTAAN DAN PENAWARAN
pembeli terhadap barang, dan penawaran akan menerangkan sifat penjual dalam
menawarkan barang.
Penentu Permintaan
Kemampuan membeli itu sendiri, ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Harga barang itu sendiri
Harga adalah suatu nilai barang yang dinyatakan dengan uang dengan jumlah
tertentu.
2. Pendapatan
Penghasilan yang diperoleh karena berbuat atau melakukan sesuatu, besar
kecilnya permintaan barang ditentukan juga oleh pendapatan yang dimiliki
pembeli, dengan kata lain dengan pendapatan kecil seseorang memiliki
kemampuan yang kecil pula untuk memperoleh barang dan sebaliknya.
Untuk kasus dimana jika permintaan terhadap barang berkurang akibat dari
pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal. Dilain
fihak kadangkala ada permintaan terhadap barang meningkat ketika
pendapatan menurun, barang tersebut dikategorikan sebagai barang inferior,
untuk mencoba menganalisis corak barang tersebut dapat dipermudah dengan
asumsi hal lain tetap.
3. Harga Barang lain yang berkaitan
Pengaruh terhadap permintaan juga di tentukan oleh harga barang yang lain
terutama yang berkaitan, corak barang yang berkaitan di bedakan menjadi
barang subtitusi (subtituties) sifat barang-barang ini adalah ketika
permintaan terhadap barang ini menurun akan berakibat pada penurunan
permintaan barang yang lain dan barang komplemen yaitu dimana dua barang
7
Gregory, N. Mankiw (2000), Pengantar Ekonomi, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, hal. 80
8
Sukirno, Sadono (2006), Mikro Ekonomi, teori Pengantar Edisi ketiga, Jakarta: Rajawali Press, hal 76
permintaan (law of demand) adalah dengan menganggap hal yang lain sama,
kuantitas yang diminta menurun ketika harga sebuah barang meingkat.9
Price
5000
3000
1000
2 4 6 Quantity
9
Gregory, N. Mankiw (2000), Pengantar Ekonomi, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, hal. 77
5000
3000
1000
D
DZ
DR
1 2 3 4 6 8 Quantity
P
B
5000
A
3000
C
1000
3 6 8 Q
5000
B A
C
3000
1000
D D1
D2
3 6 8 Q
Pada harga Rp. 3000 dan kuantitas yang diminta adalah 6 (titik A) maka kurva
permintaan adalah D, ketika terjadi perubahan jumlah permintaan menjadi 8 maka
kurva permintaan bergeser menjadi D1, pada harga sama. Jika jumlah yang diminta
menurun menjadi 3 maka kurva permintaan bergeser menjadi D2, kondisi ini akan
sama ketika perubahan terjadi pada harga Rp. 1000.
Secara umum pergerakan sepanjang kurva dan pergeseran kurva permintaan
terjadi apabila ada faktor perubah, diungkapkan dalam tabel :
Tabel 2.3
Determinan Permintaan
10
Sukirno, Sadono (2006), Mikro Ekonomi, teori Pengantar Edisi ketiga, Jakarta: Rajawali Press, hal 86
Jika hubungan harga dan kuantitas yang ditawarkan tersebut dubuat dalam
sebuah gambar grafik sebagaimana gambar berikut :
Gambar 2.5
Kurva Penawaran Individu
P
5000
4000
3000
2000
1000
500
1 2 3 4 5 Q
S
5000
4000
3000
2000
1000
500
1 2 3 4 5 6 8 10 12
Q
Gambar : 2.7
Pergeseran kurva penawaran
P S2 S
S1
5000
B A
C
3000
1000
3 6 8 Q
11
Gregory, N. Mankiw (2000), Pengantar Ekonomi, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, hal. 91
12
Samuelson, Paul dan Nordhaus (2003), Ilmu Mikro Ekonomi, Edisi 17, Jakarta : PT. Media Global
Edukasi, hal. 63
S
5000
4000
3000 E
2000
1000
D
500
1 2 3 4 5 6 8 10 12
Q
BAB III
ELASTISITAS
M. ELASTISITAS PERMINTAAN
Pembahasan terdahulu tentang permintaan dan detrminan-determinanya
difokuskan pada perubahan yang diminta naik ketika harga turun, atau ketika
determinan yang lain ikut mempengarinya, dalam skala pembahasan kualitatif dan
hanya pada arah perubahannya. Artinya belum dirinci berapa banyak kenaikan dan
penurunan permintaan tersebut dalam skala yang kuantitatif. Untuk mengukur
sejauhmana permintaan bereaksi terhadap perubahan-perubahan determinannya,
digunakan konsep elastisitas.
Elastisitas adalah ukuran kepekaan jumlah penawaran atau permintaan
terhadap suatu determinan (faktor pengubah atau faktor yang mempengaruhinya).
1. Elastisitas Permintaan Terhadap Harga dan determinanya
Hukum permintaan menyatakan bahwa penurunan harga suatu barang akan
menaikan kuantitas atau tingkat permintaannya. Sedangkan Elastisitas
Permintaan terhadap Harga (Price Elasticity of demand) adalah mengkur
seberapa banyak kuantitas permintaan atas suatu barang berubah mengikuti
perubahan harga barang tersebut. Dengan kata lain ukuran yang menunjukan
seberapa banyak jumlah permintaan atas suatu barang berubah mengikuti
perubahan harga barang tersebut; ukuran ini dinyatakan sebagai persentase
perubahan kuantitas permintaan dibagi dengan persentase perubahan harga.
Permintaan atas suatu barang dikatakan elastis jika perubahan kuantitas
permintaan cukup besar, menyusul perubahan harganya. Sebaliknya jika
perubahan kuantitas tersebut tidak cukup besar disebut inelastis atau tidak
elastis.
Menjadi pertanyaan berikutnya adalah apa saja yang membuat permintaan
tersebut menjadi elastis dan tidak elastis, karena dalam masalah ini faktor
kecenderungan (preferensi) konsumen juga di pengaruhi oleh faktor ekonomi,
sosial dan juga psikologis yang dinamakan selera individu. Walaupun demikian
dari berbagai hasil pengamatan dan penelitian dapat ditarik beberapa azas umum
yang paling menentukan elastisitas permintaan terhadap harga ini, antara lain :
Coba dengan rumus tersebut, berapa Ed, pada Harga 3000 kuantitas
permintaan 1500 dan pada harga 4000 permintaan pada 1000
Dalam perhitungan tersebut diperoleh angka -2 (perubahan harga 1% akan
meningkat permintaan sebanyak 2%), pada kasus yang sama jika keadaan yang
terjadi sebaliknya atau harga meningkat maka elastisitas permintaan (Ed)
menjadi -1. untuk itu biasanya rumusan menggunakan harga tengah dan umlah
tengah dengan rumusan :
Q - Q1
(Q + Q1)/2
Ed =
P - P1
(P + P1)/2
jika elastisitasnya lebih besar maka bentuk kurvanya menjadi mendatar atau
pada harga sama jumlah permintaan sangan elastis.
Bentuk-bentuk kurva tersebut adalah :
Gambar 3.1
Permintaan elastis sempurna
D
5000
4000
100
Q
Gambar 3.2
Permintaan in-elastis
P
Jika dihitung akan mengakibatkan
5000 penurunan kuantitas permintaan
sebesar 11 % pada perubahan
4000 harga 22 % atau Elastisitas kurang
dari 1
90 100
Q
Gambar 3.3
P Permintaan elastis uniter
Jika dihitung akan mengakibatkan
5000
penurunan kuantitas permintaan
sebesar 22 % pada perubahan
4000 harga 22 % atau Elastisitas sama
dengan 1
80 100
Q
Gambar 3.4
P Permintaan elastis
Jika dihitung akan mengakibatkan
5000
penurunan kuantitas permintaan
sebesar 50 % pada perubahan
4000 harga 22 % atau Elastisitas lebih
dari 1
D
50 100
Q
Gambar 3.5
P Permintaan elastis Sempurna
Jika harga kurang dari 4000
kuantitas yang diminta tidak
terbatas, jika harga sama dengan
4000 4000 konsumen akan membeli
D berapapun jumlahnya
100
Q
P
Total yang dibayarkan pembeli yang
diterima penjual sebagai pendapatannya,
nilainya sama dengan luas bidang P x Q
4000
P x Q = Rp. 400.000
100
Q
Gambar 3.7
Total Revenue pada kurva permintaan in-elastis
P P
3000
P x Q = Rp. 300.000
1000
P x Q = Rp. 150.000
D D
150 100 Q
Q
Gambar 3.8
Total revenue pada kurva permintaan elastis
P P
5000
4000
PxQ=
Rp. 200.000
P x Q = Rp. 100.000
D D
50 20 Q
Q
13
Gregory, N. Mankiw (2000), Pengantar Ekonomi, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, hal. 112
N. ELASTISITAS PENAWARAN
Pembahasan menyeluruh tentang elastisitas tidak akan sempurna jika sisi lain
dari pasar yaitu penawaran tidak kita singgung, sebagaimana halnya permintaan
penawaran terhadap harga juga memiliki elastisitas (kepekaan) tersendiri.
Elastisitas penawaran terhadap harga adalah prosentase perubahan kuantitas
yang ditawarkan dibagi dengan prosentase perubahan harga15.
Jika definisi tersebut doperasionalkan menjadi sebuah rumusan adalah sebagai
berikut :
Persentase perubahan kuantitas penawaran
Elastisitas Penaran terhadap Harga =
Persentase Perubahan harga
14
Ibid, hal 113
15
Samuelson dan Nordhaus, (2001), Ilmu Mikro Ekonomi, Jakarta : Media Global Edukasi, hal 84
S1 S1
S S
P1 P1
D
Q1 Q Q1 Q
Q Q
(i) (ii)
Jika dilihat dari dua karakteristik perubahan dan pergeseran antara kedua
kurva penawan dan permintaan dengan kondisi elastisitas pada permintaan, manfaat
yang dapat diambil dari elastisitas ini adalah :
1. Bagi perusahaan
Perusahaan dapat mengukur elastisitas tersebut untuk landasan kebijakan
penjualan yang akan dilakukan. Apabila diketahui sifat responsif permintaan
16
Sukirno, Sadono (2006), Mikro Ekonomi, teori Pengantar Edisi ketiga, Jakarta: Rajawali Press, hal 105
terhadap harga tinggi atau kurva permintaan elastis (gambar ii), menaikan
produksi dan penawaran akan menimbulkan pertambahan dari hasil penjualan,
tapi jika permintaan in-elastis penambahan produksi akan mengakibatkan
keuntungan berkurang.
2. Bagi Pemerintah
Kedua kesimpulan di atas dapat menjadi alat untuk meramalkan kesuksesan dan
kebijakan ekonomi yang akan dilaksanakan. Misalnya, jika permintaan bersifat
elastis, kebijakan mengurangi impor tidak akan berhasil yang terjadi adalah
perubahan harga yang naik dan cenderung merugikan konsumen, tetapi untuk
barang yang bersifat in-elastis, kebijakan mengurangi produk impor akan
berhasil, karena kenaikan harga tidak terlalu membebani konsumen.
BAB IV
APLIKASI PENAWARAN DAN PERMINTAAN
PADA PERSOALAN EKONOMI UTAMA
P. EKONOMI PERTANIAN
Sebagian besar penduduk dunia hidup pada sektor pertanian, terlebih lagi pada
negara-negara dunia ke-tiga yang sangat mengandalkan sektor ini untuk
kesejahteraan masyarakatnya. Dengan demikian analisis pertama kita tentang
aplikasi permintaan dan penawaran adalah pada sektor ini.
Analsis kita diawali dengan beberapa prinsif dasar ekonomi yang menyangkut
sektor pertanian, dan bagaimana efek campur tangan pemerintah terhadap
permintaan dan penawaran pada sektor ini.
1. Kemerosotan Relatif Jangka Panjang dari Sektor Pertanian
Pertumbuhan ekonomi menyebabkan pendapatan rumah tangga terus
menerus bertambah, pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada corak
permintaan masyarakat. Kenaikan pendapatan akan menaikan konsumsi
berbagai macam barang, baik barang industri maupun barang pertanian. Tetapi
kenaikan itu tidak berbanding lurus dengan kenaikan pendapatan.17
Rata-rata masyarakat yang berada pada negara yang ekonominya tumbuh
cenderung mengkonsumsi barang-barang industri dari sebagian besar
pendapatannya, sehingga kurva permintaan untuk produk ini memiliki
elastisitas ang tinggi. Bagian pendapatan yang lainnya digunakan untuk
konsumsi barang hasil pertanian. Corak konsumsi demikian berakibat pada
jangka panjang harga sektor pertanian yang relatif lambat sedangkan harga
barang industri bergerak cepat dan lambat-lun akan semakin memperlebar
jarak harga kedua macam produk ini.
17
Sukirno, Sadono (2006), Mikro Ekonomi, teori Pengantar Edisi ketiga, Jakarta: Rajawali Press, hal 126
S
S1
P E
P1 E1
D
D1
Q Q1
Q
Keterangan :
Kenaikan pendapatan berakibat pada pergeseran kurva permintaan dari D
ke D1, karena elastisitas permintaan terhadap pendapatan rendah maka
pertambahan permintaan tidak terlalu besar. Pada waktu yang sama akibat
teknologi pertambahan jumlah penawaran menjadi tinggi dan kurva penawaran
bergeser dari S ke S1. dengan demikian keseimbangan juga berubah dari E ke
E1, dan harga menjadi turun dari P ke P1.
penurunan harga disisi lain dan karena kurva permintaan untuk produk
pertanian cenderung in-elastis maka pendapatan total petanipun menurun.
Untuk mengatasi hal ini banyak pemerintah membantu para petani dengan
mengurangi produksi mereka.18 Gambaran umum kondisi ini sebagaimana
kurva di bawah ini :
Gambar 4.2
Program Pembatasan Hasil Panen
P
S1
S
P1
E1
P E
D1
Q1 Q
0
Keterangan :
Kebijakan pemerintah untuk mengurangi produksi berdampak pada
bergeraknya kurva penawaran kekiri atas, yang dapat menggeser harga ke titik
P1. (perhatikan segi empat 0PEQ dan 0P1E1Q1, juga perhitungan dengan
hubungan elastisitas dengan pendapatan)
18
Samuelson dan Nordhaus, (2001), Ilmu Mikro Ekonomi, Jakarta : Media Global Edukasi, hal 87
P S
P
E S1
P1 E1
Q Q1
0
Gambar 4.4
Pengaruh perubahan permintaan terhadap harga produk pertanian
P S
P E
P1 E1
D1
Q
0 Q1
19
Gregory, N. Mankiw (2000), Pengantar Ekonomi, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, hal. 133
S
4000
Batas harga
tertinggi
3000
E
Q
0 100
Harga
ekuilibrium
3000
Batas harga
2000 tertinggi
D
kekurangan
0 50 150 Q
Kuantitas Kuantitas
ditawarkan diminta
3000
Harga dasar
2000
0 100 Q
Gambar 4.8
Batas harga dasar yang mengikat
P
surflus S
4000
Harga Dasar
Harga
ekuilibrium
3000
0 50 150 Q
Kuantitas Kuantitas
diminta ditawarkan
2. Pajak
Untuk membiayai pengeluaran publik yang dilakukan pemerintah, negara
manapun dan diberbagai ditingkatan biasanya mengggunakan instrumen
penarkan pejak sebagai sumber penerimaannya, disamping sumber-sumber
yang lain.
Dalam menetapkan pajak biasanya di tentukan objek pajak atau siapa
yang berkewajiban untuk membayar apajak atas konsumsi suatu produk, apa
ditanggung oleh penjual ?, apa ditanggung pembeli ?, apa kemudian ada
S
Harga yang
dibayar pembeli
3300
Harga tanpa Equibrium
pajak 3000 Pajak Rp. 500 tanpa pajak
E
2800
Harga diterima E1
Penjual Ekuilibrium
dengan pajak D
D1
90 100
0 Q
Pajak pada pembeli, ketika pajak dikenakan 500 dipungut dari pembeli,
kurva permintaan bergeser turun sebesar Rp 500 dari D ke D1, kuantitas
equlibrium turun dari 100 ke 90. Harga yang diterima penjual turun dari
3000 menjadi 2800, harga yang dibayar pembeli termasuk pajak menjadi
Rp. 3300. walaupun pajak dikenakan pada pembeli, penjual dan pembeli
sama-sama menanggung pajak tersebut.
Dalam kasus ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa, 1) pajak menurunkan
aktivitas pasar pasar ketika suatu barang dikenakan pajak, kuantitas
menurun dan tercapai ekulibrium baru. 2). Dalam ekulibrium baru pembeli
membayar barang mahal dan penjual menerima lebih sedikit.20
b. Pengaruh Pajak pada Penjual dan Hasil Akhir Pasar
Dengan kasus yang sama, sekarang mari kita lihat perubahan ekulibrium
ketika tanggungan pajak dikenakan pada penjual. Dalam hal ini, dampak
awal pajak terjadi pada penawaran. Karena pajak tidak dipugut dari
pembeli, kuantitas yang diminta tidak berubah pada setiap harga dan kurva
permintaan tetap. Sebaliknya pajak pada penjual menaikan biaya penjualan
dan penjual menawarkan lebih sedikit dari setiap harga, artinya kurva
penawaran bergeser ke kiri (turun).
Perhatikan gambar berikut :
Gambar 4.10
Pengenaan pajak pada penjual
P
S1
S
Harga yang Ekuilibrium
dibayar pembeli dengan pajak
3300 E1
Harga tanpa Equibrium
pajak 3000 Pajak Rp. 500 tanpa pajak
E
2800
Harga diterima
Penjual
D
90 100
0 Q
20
Ibid hal. 145
Harga yang
dibayar pembeli
Equibrium
Pajak tanpa pajak S
Harga tanpa pajak
E
Harga diterima
Penjual
D
100
0 Q
2). Pasar dimana pajak dikenakan pada penawaran yang relatif in-elastis
dan permintaan yang sangat elastis. Ketika harga ditentukan harga yang
dibayar pembeli tidak terlalu naik, disaat harga yang diterima penjual
mengalami penurunan yang berarti, maka penjual lebih banyak
menanggung beban pajak.
Perhatikan gambar berikut :
Gambar 4.12
Pengenaan pajak pada pasar Penawaran in-elastis, Permintaan elastis
P
S
Harga yang
dibayar pembeli
Equibrium
Pajak tanpa pajak
Harga diterima
Penjual
D
E
0 100 Q
Sisi lain adalah dari sepuluh prinsif ekonomi ada “pemerintah kadang kala
dapat memperbaiki hasil akhir pasar”, yang senantiasa dijadikan alasan pemerintah
untuk merespon kegagalan pasar yang berakibat pada jurang kemiskinan yang
dalam akibat ketidak adilan pasar.
Hasil analisis kita ternyata mekanisme campur tangan pemerintah terhadap
harga malah berdampak tidak baik, dengan hasil yang tidak diharapkan seperti
kasus penetapan harga tertinggi dan harga dasar.
Dalam kasus pengenaan pajak coba perhatikan lagi akibat dari pengenaan
pajak barang mewah yang kondisi pasarya berada pada kurva permintaan yang
elastis, sedangkan kurva penawarannya cenderung in-elastis karena bagaimanpun
sulit untuk merubah produk barang mewah dan mengurangi biaya yang lain.
Kondisi yang yang terjadi adalah beban pajak yang sebagian besar ditanggung oleh
penjual (penawaran), jika ditilik lebih jauh siapa pekerja di perusahaan tersebut.
Sehingga pengenaan pajak barang mewah yang tinggi yang akan membayar lebih
banyak malahan pekerja dengan pengurangan upah-upah mereka.
BAB V
PERMINTAAN DAN PERILAKU KONSUMEN
(TEORI NILAI GUNA)
Dasar pemikiran kita untuk pembahasan teori ekonomi mikro dengan tajuk
permintaan dan perilaku konsumen adalah pada prinsip awal lahirnya ilmu ekonomi
yaitu “mengalokasikan sumber daya yang terbatas, untuk memperoleh hasil yang paling
optimal”, prinsip anjakan lain melatar belakangi analisis ini adalah prinsip pertama
ekonomi yaitu “kita selalu mengalami trade-off”.
Keterbatasan yang senantiasa ada pada setiap individu selalu membawa pada
konsekwensi untuk memilih, belajar dengan baik atau belajar asal-asalan ?, berinfestasi
dengan membeli buku sekarang atau cukup meminjam saja ?, membeli mobil baru, atau
menggunkan angkutan umum dan seterusnya yang pada akhirnya kita harus menentukan
pilihan, mana yang dianggap paling menguntungkan. Pilihan-pilihan yang senantiasa
bersaing untuk kita pilih tersebut dasarnya adalah pencarian keseimbangan antara
permintaan dan keinginan, dan penentuan pilihan adalah penentuan jalan hidup.
Pilihan individu-individu tersebut telah kita bahas terdahulu dengan konsep
permintaan dan elastisitasnya, lebih jauh dari itu apa prinsip-prinsip sebenarnya yang
mendasari pilihan dan perilaku konsumen ?.
Analisis mendasar untuk pembahasan kita adalah pada pengaruh pola
permintaan pasar proses individu mengejar bermacam-macam barang konsumsi yang
paling disukai, analisis berikutnya adalah bagaimana mengukur manfaat yang dapat kita
terima dari keikutsertaan kita dalam pasar.
21
Samuelson dan Nordhaus, (2001), Ilmu Mikro Ekonomi, Jakarta : Media Global Edukasi, hal 97
22
Sukirno, Sadono (2006), Mikro Ekonomi, teori Pengantar Edisi ketiga, Jakarta: Rajawali Press, hal 154
Series1
MU
40 -
20
0
0
1 3 5 7 9 11
-20
1 3 5 7 9 11
Kuantitas
Kuantitas
maksimum adalah suatu tingkatan yang dicapai pada waktu nilai guna total
mencapai tingkat maksimum.
Jika kita lihat lagi conto di atas maka titik itu berada pada nilai guna total 90,
(perhatikan juga grafiknya), contoh sederhana itu mudah diukur jika konsumsi
hanya pada satu jenis barang, berikutnya bagaimana kepuasan maksimum itu
diperoleh dengan berbagai macam barang ?
Dalam mengukur nilai guna maksimum berbagai jenis barang yang dikonsumsi
oleh seseorang harus dipenuhi dulu sebuah syarat yaitu setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan memberikan
nilai guna marjinal yang sama besarnya.
Contoh : Seseorang melakukan pembelian dan konsumsi atas dua macam
barang, sebut saja pakaian dan makanan. Berturut-turut harganya Rp. 50.000 dan
5.000. seandainya tambahan satu unit makanan akam menambah nilai guna
marginal sebesar 5, sedangkan pakaian 50. Jika orang tersebut memiliki uang Rp.
50.000, ada dua alternatif pilihan penambahan yaitu dibelikan 10 unit tambahan
makanan, jika dikalikan 5 MU = 50 atau 1 unit tambahan pakaian, dikalikan 50 MU
= 50.
Seandainya pola konsumsi orang tersebut demikian, maka apapun barang yang
akan dibeli akan memberikan nilai guna marjinal yang sama yaitu 50, secara
keseluruhan dari contoh di atas dapat kita simpulkan :
1. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang
dikonsumsinya apabila perbandingan nilai guna marjinal berbagai barang
tersebut sama dengan perbandingan harga barang tersebut, misalnya 1 : 10, atau
5000 : 50.000.
2. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang yang dikonsumsinya
apabila nilai guna marjinal untuk setiap rupiah yang dikelaurkannya dalah sama
dengan untuk setiap barang, dalam contoh di atas nilai guna marginal dari
tambahan makanan adalah : nilai guna marjinal/harga = 5/5000 = 1/1000, dan
pakaian 50/50.000 = 1/1000.
Kedua hipotesis tersebut jika dimasukan dalam rumus aljabar syarat
maksimalisasi nilai guna adalah sebagai berikut :
MU barang A = MU Barang B = MU barang C
PA PB PC
Dalam bahasa lain prinsif tersebut disebut dengan prinsif ekuimarjinal, yaitu
kondisi paling mendasar dari kepuasan atau utilitas maksimum adalah prinsip
ekuimarjinal. Prinsif ini menyatakan bahwa seorang konsumen yang memperoleh
pendapatan tetap dan menghadapi pasar tertentu dari barang-barang akan
mencapai kepuasan atau utilitas maksimum apabila utilitas marjinal dari uang
terakhir yang dibelanjakan untuk tiap-tiap barang persis sama dengan utilitas
marjinal dari uang terakhir yang dibelanjakan untuk barang lain.23
23
Samuelson dan Nordhaus, (2001), Ilmu Mikro Ekonomi, Jakarta : Media Global Edukasi, hal 101
V. PARADOKS NILAI
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita bertemu beberapa keanehan yang
cukup menarik dari sisi ekonomi, contoh saja air, barang ini sangat berguna bagi
manusia, dimanfaatkan oleh siapa saja tapi memilki harga yang relatif lebih murah
dari emas, yang jika dilihat dari sisi manfaat akan lebih banyak manfaatnya
dibanding air. Disinilah letak paradoksalnya penghargaan terhadap barang yang
diukurnilainya dengan harga.
Benyak ahli beranggapan bahwa mahalnya emas adalah karena keterbatasan
dan kesulitan dalam memperoleh barang tersebut, seperti memerlukan teknologi
yang tinggi dibanding dengan memperoleh air. Kondisi ini bisa jadi benar tapi
kurang tepat. Coba sekarang kita simak biaya dan teknologi yang dikeluarkan
pemerintah Amerika untuk meneliti bebatuan di bulan, suatu benda yang sulit
didapat dan memerlukan biaya yang sangat mahal untuk memperolehnya, tapi apa
harganya lebih mahal dari emas, belum tentu. Artinya bukan berarti karena barang
tersebut sulit didapat dan biaya untuk memperolehnya besar yang menjadikan harga
barang itu berbeda dan paradoksal.
Konsep nilai guna marjinal, adalah jawaban yang relatif tepat. Konsep ini
beranggapan bahwa jurang perbedaan nilai guna marjinal yang sangat besar antara
air dan emas ini penyebabnya. Air karena mudah diperoleh memiliki nilai guna
yang rendah, artinya orang akan mengkonsumsi lebih banyak air jika harganya lebih
murah, coba bandinkan dengan emas yang sulit diperoleh nilai guna marjinalnya
juga akan sangat tinggi.
Dengan demikian maka konsep dasar nilai guna marjinal, lebih mendekati
kebenaran kenapa harga barang menjadi lebih murah dan lebih mahal.
W. SURPLUS KONSUMEN
Surplus konsumen adalah perbedaan diantara nilai kepuasan yang diperoleh
seseorang dalam mengkonsumsi barang dengan pembayaran yang harus
dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Dalam kaitan ini kepuasan berati
selalu lebih besar dibanding pembayarn yang dilakukan.
Surplus konsumen adalah wujud dari nilai guna marjinal yang semakin sedikit,
karena harga barang berkait erat dengan nilai guna marjinalnya. (untuk lebih
memahai konsep ini perhatikan baik-baik uraian terdahulu). Sebagai contoh
sederhana mari kita perhatikan uraian berikut ; seorang konsumen mangga berani
membayar mangga pertama yang dibelinya sebesar 1700, tetapi karena kepuasannya
terus menurun mangga kedua dihargainya 1500 hingga mangga kedelapan hanya
dihargainya dengan 300. pada saat itu harga mangga di pasar adalah 700. dan untuk
menghitung berapa surplus konsumen mangga sebagaimana uraian tersebut kita
perhatikan tabel berikut :
Tabel : 5.2
Surplus Konsumen
Harga Yang Jumlah
Jumlah Surplus konsumen
bersedia dibayar surplus
Konsumsi pada harga 700
konsumen konsumen
1 1700 1000 1000
2 1500 800 1800
3 1300 600 2400
4 1100 400 2800
5 900 200 3000
6 700 0 3000
7 500 - -
8 300 - -
2000
Surplus konsumen
1500
Harga
1000 Series1
700
500
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Kuantitas
X. KONSEP PENTING
1. Efek Subtitusi terjadi apabila suatu harga yang lebih tinggi menyebabkan
subtitusi/penggantian barang-barang lain untuk barang yang harganya
mengalami peningkatan
2. Efek pendapatan, adalah perubahan kuantitas yang diminta dari sebuah barang
karena perubahan harga memilki efek pada perubahan pendapatan riil
konsumen.
3. Barang disebut memilki hubungsn subtitusi jia, peningkatan harga suatu barang
mengakibatkan peningkatan permintaan barang yang lain
4. Barang disebut komplementer(saling melengkapi), jika peningkatan harga suatu
barang menurunkan permintaan barang yang lain.
5. Barang disebut independen (barang normal) jika perubahan harga barang tidak
mempengaruhi permintaan barang yang lain
6. Pardoks nilai adalah keanehan dalam menilai barang berdasarkan harganya
dengan mendasari pada manfaatnya pada kehidupan manusia.
BAB VI
PERMINTAAN DAN PERILAKU KONSUMEN
(ANALISA KURVA KEPUASAN SAMA)
Tabel 6.1
Gabungan barang yang memberikan kepuasan sama
Dari data di atas, dengan memilih suatu barang berarti akan mengorbankan
barang yang lain, yang diwujudkan dalam titik kombinasi A, B, C dan D.
Jika angka tersebut diwujudkan dalam subuah gambar maka:
Gambar 6.1
Kurva Indeferen seorang konsumen
6 A
4
Pakaian
3 C
D
0
0 1 2 Makanan 3 4 5
Gambar 6.1 di atas hanyalah satu dari sekian banyak pilihan seorang
konsumen untuk mengkombinasikan makanan dan pakaian yang akan
dikonsumsinya. Misalkan saja untuk poin A kombinasinya dalah 6 : 1,
padahal konsumen dapat memulai kombinasinya dengan 4 : 2, dan
seterusnya, dari masing-masing kombinasi itu dapat dilukiskan secara grafis,
masing-masing dengan kurva indeferen yang sesuai.
Gambaran kurva-kurva indeferen itu disebut sebagai peta kurva kepuasan
sama, dan konsumen bebas untuk memilih kurva yang mana yang akan
dipilihnya.
Perhatikan gambar berikut :
Gambar 6.2
Peta Kurva Indeferen seorang konsumen
9
8
7
6 A
Pakaian
5
4
U4
3 B
C U3
2 D
U2
1
U1
0
0 1 2 3 4 5
Makanan
4.5
3.5
2.5
Pakaian
1.5
0.5
0
0 1 2 3Makanan4 5 6 7
D. OPTIMALISASI KEPUASAN
9
8
7
6 A
Pak aian
5
4
U4
3 B
C U3
2 D
U2
1
U1
0
0 1 2 3 4 5
Makanan
Dari gambar di atas, maka kepuasan maksimum konsumen diperoleh pada titik C
dimana konsumen mengkonsumsi 3 unit makanan dan 2 unit pakaian.
9
8
7
6 A
P a k a ia n
5
4
U4
3 B
C U3
2 D
U2
1
U1
0
0 1 2 3 4 5
Makanan
2. Perubahan Harga
Untuk analisis ini perubahan pada harga di bagi dalam dua macam
yaitu perubahan harga tunggal dan perubahan pada kedua harga, untuk
analsis sederhana kita gunakan dulu perubahan harga tunggal, artinya hanya
satu harga yang mengalami perubahan.
Dalam kasus ini perubahan terjadi pada harga makanan selipat, untuk
lebih memahami perubahannya perhatikan gambar berikut:
Gambar 6.6
Kepuasan Konsumen Ketika Harga Makanan Berubah
9
8
7
6 A
P a k a ia n
5
4
U4
3 B
C U3
2 D
U2
1
U1
0
0 1 2 3 4 5
Makanan
Makanan
P1
E1 E2
P2
E3
P3
Q1 Q2 Q3
Pakaian
Dari gambar di atas dimisalkan harga pakaian mengalami penurunan, pada
pendapatan dan harga makanan yang tetap, pada P1 diperoleh E1 pada Q1, setelah
harga pakian turun jumlah pakaian yang dapat dibeli menjadi Q2, sehingga
keseimbangan menjadi E2 dan seterusnya. Titik-titik keseimbangan akibat
perubahan jumlah pakaian yang didasari oleh penurunan harga menunjukan kurva
permintaan konsumen terhadap pakaian (D)
BAB VII
TEORI PRODUKSI DAN KEGIATAN PERUSAHAAN
Sisi lain dari pasar adalah penawaran, setelah dalam materi-materi yang lalu kita
bahas tentang perilaku konsumen dalam pasar terhadap permintaan barang dan jasa,
dalam bab ini akan dibahas tentang perilaku perusahaan atau persoalan penawaran.
Pemahasan diawali dengan analisis terhadap faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, kemudian menganalisis biaya-biaya
produksi. Langkah selanjutnya akan dipelajari bagaimana pengusaha akan
membandingkan hasil penjualan produksinya dengan biaya produksi uantuk
memperoleh keuntungan maksimum.
Sebagai langkah awal dalam bab ini kita pelajari bentuk-bentuk organisasi
perusahaan.
2. Firma / Perkongsian
yaitu : perusahaan yang dimiliki dua orang atau lebih, setiap pemilik mempunyai
tugas dan tanggungjawab yang sama terhadap perusahaan sesuai dengan
perjanjian yang disepakatinya.
Keuntungan :
- kemungkinan memperoleh modal besar
- tanggungjawab bersama antar pemilik
kerugian :
tanggungjawab tidak terbatas pemilik atas hutang-hutang perusahaan
sehingga melahirkan pola kepemilikan akan saham yakni (aktif dan pasif)
3. Perseroan Terbatas
yaitu : perusahaan yang dimiliki oleh orang banyak
kebaikan :
- kemampuan memperoleh modal besar.
- tanggungjawab yang terbatas pemilik saham atas hutang-hutang perusahaan
kerugian :
Kekuasaan pemilik terbatas atas perusahaan
Untuk mempermudah analisis dalam teori ekonomi tahap analisis dibedakan dalam
kategori analsisis jangka pendek yaitu anggapan sebagian dari faktor produksi
jumlahnya dianggap tetap. Kebaikannya jika analisis dilakukan dalam jangka
panjang maka semua faktor produksi dapat mengalami perubahan.
Tujuan Perusahaan :
1. tingkat kapasitas produksi yang bagaimana perusahaan menjalankan usahanya.
2. menekankan pada volume penjualan
3. Pengabdian pada masyarakat
C. FUNSI PRODUKSI
Fungsi produksi adalah sifat hubungan diantara faktor-faktor produksidan
tingkat produksi yang dihasilkan.
Fungsi produksi biasanya dinyatakan dalam bentuk rumus :
Q = f (K, L, R, T)
Dimana :
Q = output
K = Modal
L = Tenaga Kerja
R = Kekayaan alam (SDA)
T = Teknologi
Persamaan di atas merupakan suatu pernyataan matematika yang berarti tingkat
produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah
kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan.
Dengan demikian perusahaan akan dapat mengukur tingkat produksi mana yang
paling ekonomis untuk memperoduksi suatu barang dari kombinasi faktor-faktor
produksi tersebut.
D. TEORI PRODUKSI
1. Satu Faktor Perubah
Teori produksi dengan satu faktor perubah disebut juga teori produksi sederhana
yaitu : teori produksi yang menggambarkan tentang hubungan ai antara tingkat
produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi.
Sehingga diasumsikan, hanya satu yang berubah pada factor Tenaga Kerja (L)
yang lain tidak mengalami perubahan.
Hukum hasil yang semakin berkurang :
Hukum hasil yang semakin berkurang tidak dapat dipisahkan dalam analisis
produksi, hukum ini dinamakan juga sebagai low of deminishing return, yaitu :
“apabila factor produksi yang dapat diubah jumlahnya (L) terus menerus
ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak
bertambah, tetapi pada tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin
berkurang dan akan mencapai titik negative dan ini akan menyebabkan
pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya setelah mencapai
tingkat maksimum kemudian akan menurun”.
Dengan demikian dalam suatu proses produksi dimana digunakan perubah pada
tenaga kerja, akan terjadi tiga tahap perubahan yaitu :
a. Tahap pertama : Produksi Total akan mengalami perubahan yang semakin
cepat
b. Tahap kedua : Produksi total pertambahannya akan semakin melambat
c. Tahap ketiga : Produksi total semakin lama semakin berkurang.
Untuk memberikan gambaran sederhana dari low of deminishing return di atas
perhatikan tabel berikut :
Tabel 7.1
Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi
Tenaga Produksi Produksi Prosuksi Tahapan
Tanah
Kerja Total Rata-rata Marginal kegiatan
1 1 100 100 -
1 2 300 150 200 Tahap I
1 3 600 200 300
1 8 1190 150 0
1 9 1100 120 -90 Tahap III
1 10 700 70 -400
1400
Q
1200
1000
800
TP
600
Tahap I Tahap II Tahap III
400
200
AP
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 L
-200
-400
MP
-600
A 1 6
B 2 3
C 3 2
D 6 1
Jika kombinasi itu digambar, maka akan berbentuk kurve yang disebut kurve
ISOQUANT , atau kurve kombinasi sama yaitu kurva yang menggambarkan
gabungan tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan satu tingkat
tertentu.
Untuk contoh di atas, bentuk kurva Isoquant nya dalah :
Gambar 7.2
Kurva Isoquant
7
3
IQ = 3000
2 IQ = 1000
1 IQ = 2000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Selain kurva ISOQUANT, untuk mengukur biaya produksi dari pemakaian dua
faktor produksi tersebut, digunakan kurva yang disebut ISOCOST, atau
GARIS BIAYA SAMA, yaitu garis yang menggambarkan gabungan faktor-
faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunkan sejumlah biaya
tertentu.
Dalam bentuk kurva isocos adalah sebagai berikut :
Gambar 7.3
Kurva ISOCOST
7
4
TC 3
3
TC 2
2
TC 1
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Memaksimumkan Produksi
Untuk mengukur produksi maksimumal yang dapat dibuat, perhatikan contoh
berikut. Dengan harga per unit modal sebesar 5000 dan 1000 untuk tenaga kerja,
seorang produsen yang memilki uang sejumlah 20.000, sanggun untuk membeli
seluruh modal sebanyak 5 unit, dan jika digunakan untuk membayar tenaga kerja
seluruh uangnya habis pada 10 tenaga kerja, (lihat digambar TC 2).
Maka produksi maksimal yang dapat diproduksi adalah 2000 unit (IQ 2000),
dengan kombinasi 3 M dan 4 L, perhatikan gambar di bawah ini :
Gambar 7.4
Gabungan Isoquant dan Isocost
8
4
IQ = 3000
3
IQ = 2000
IQ = 1000
2
1
TC1 TC2 TC3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Meminimumkan Biaya
Dengan contoh kurva yang sama di atas, jika ditentukan produksi yang harus
dicapai adalah 3000 unit, maka biaya minimum dapat diperoleh adalah pada
garis persinggungan antara TC 3 dengan IQ 3000, atau kombinasi 5 L dan 3,5
M, artinya biaya yang harus dikeluarkan adalah (5 L x 1000 + 3,5 M x 5000 =
22,500).
BAB VIII
TEORI BIAYA PRODUKSI
diubah jumlahnya. Dengan kata lain Fixed Cost adalah total pengeluaran
yang dibayar meskipun tidak ada output yang diproduksi.
ii. Biaya Berubah Total (Total Variable Cost), yaitu keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang dapat diubah
jumlahnya. Dalam definisi lain Variabel Cost adalah pengeluaran yang
berubah bersama dengan tingkat output.
2. Biaya Rata-rata (Average Cost), yaitu biaya produksi untuk setiap produk
(output) yang dikeluarkan. Biaya rata-rata ini dibedakan menjadi:
i. Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Coat = AFC), yaitu biaya total
tetap untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q), dibagi dengan
jumlah produksi tersebut.
Untuk menghitung AFC ini digunakan rumus :
TFC
AFC=
Q
ii. Biaya berubah Rata-rata (Average Variabel Cost = AVC), yaitu, Biaya
berubah total (AVC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi
dengan jumlah produksi tersebut.
Untuk menghitung AVC ini digunakan rumus:
TVC
AVC =
Q
iii. Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost = AC), yaitu Biaya Total untuk
memproduksi barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut.
Dalam hitungan AC adalah :
TC
AC =
Q
Atau AC = AFC + AVC
3. Biaya Marjinal (Marginal Cost = MC) adalah kenaikan biaya produksi yang
dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit, atau biaya tambahan
untuk memperoduksi satu unit produk tambahan.
Perhitungan Marginal Cost adalah :
Untuk lebih memahami tentang teori ekonomi biaya, coba perhatikan tabel berikut :
Tabel 8.1
Biaya produksi (dalam ribuan )
PF (L) Q TFC TVC TC MC AFC AVC AC
0 0 50 0 50 - - -
1 2 50 50 100 25 25 25 50
2 6 50 100 150 12.5 12.5 16.7 24
3 12 50 150 200 8.3 8.3 12.5 16.7
4 20 50 200 250 6.25 6.25 10 12.5
5 27 50 250 300 7.1 7.1 9.3 11.1
6 33 50 300 350 8.3 8.3 9.1 10.6
7 38 50 350 400 10 10 9.2 10.5
8 42 50 400 450 12.5 12.5 9.5 10.7
9 45 50 450 500 16.7 16.7 10 11.1
10 47 50 500 550 25 25 10.6 11.7
11 48 50 550 600 50 50 11.5 12.5
700
Biaya
600
500
400
300
200
100
0
0 2 6 12 20 27 33 38 42 45 47 48
Q (unit)
Biaya
60
50
40
30
20
AC
10 AVC
AFC
0
0 10 20 30 40 50 60
Q (unit)
iii. Kurva MC
Gambar 8.3
Kurva MC
Biaya
60
50
MC
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Q (Unit)
Biaya
60
50 MC
40
30
20
AC
AVC
10
0
0 10 20 30 40 50 Q (unit) 60
Dalam analisis biaya marginal, kurva MC akan selalu memotong kurva ATC (AC)
dan AVC pada titik terendah (perhatikan gambar di atas, hal ini terjadi karena :
- apabila MC < AVC, maka AVC menurun, artinya ketika MC dibawah AVC,
maka kurva AVC sedang menurun
- Apabila MC > AVC maka nilai AVC akan semakin besar, artinya kalau kurvva
MC di atas AVC maka kurva AVC sedang menaik
- Dengan gambaran sama seperti di atas akan terjadi pada AC
Gambar 8.5
Beberap kemungkinan Kapasitas Pabrik
Biaya Produksi
AC3
AC2
AC1 Kapasitas 3
B
Manual Hand Book -Micro Economic-STIE Muttaqien Purwakarta
LRAC
AC3
AC2
AC1
A
B
0 Q1 Q2 Q3
Q
Artinya dalam jangka panjang biaya produksi terendah digambar dalam kurva
LRAC walaupun untuk setiap produksi (Q) belum tentu itu merupakan biaya
terkecil.
L. SCALA EKONOMI
Analisis kurva LRAC dapat digunakan juga untuk mengukur skala ekonomi
(economics of scale) dan skala tidak ekonomi (diseconomics of scale).
Secara umum kondisi ini adalah sebagai beriukut :
1. Skala Ekonomi
LRAC 3
LRAC 2
LRAC 1
0
Q
M. OPPORTUNITY COST
Pelajaran pertama kita tentang ekonomi, terutama 10 prinsip ekonomi salah
satunya adalah opportunity cost, dalam bahasa sehari-hari disebut juga dengan biaya
kesempatan.
Dalam satu defini dikatan bahwa opportunity cost adalah memilih suatu hal dan
mengorbankan sesuatu yang lain, dengan kata lain opportunity cost adalah nilai-
barang dan jasa yang menjadi alternatif yang lain. Untuk lebih memahaminya coba
bandingkan dengan konsep biaya secara umum yang didefinisikan semua
pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh sesuatu. Artinya bagi ekonom
jelaslah bahwa untuk memproduksi suatu barang didalamnya sudah termasuk ada
biaya opportunitas.
Dalam proses produksi biaya oportunitas adakalanya eksplisit (jelas) adakalanya
menjadi bagian biaya implisit (tidak jelas).
Contoh biaya oportunitas yang jelas, ketika si A berinisiatif untuk berinvestasi
dengan membeli terigu untuk produksi bala-bala senilai Rp. 100.000, pada saat
yang sama si A kehilangan kesempatan untuk memperoleh barang yang lain selain
terigu.
Untuk contoh biaya implisit oportunitas, umpamanya si A tadi adalah lulusan
SMEA yang memilki kemampuan komputer, jika bekerja di perusahaan dalam satu
bulan rata-rata penghasilannya adalah Rp. 1.000.000, ketika diputuskan untuk
menjadi pengusaha bala-bala yang untunya perbulan 1.500.000, maka si A
sebenarnya mengeluarkan biaya oportunitas sebesar Rp. 1.000.000, yang hilang
akibat tidak memilih bekerja di perusahaan.
1. Oppotunity Cost dan Pasar
Dalam sebuah definisi dinyatakan bahwa di pasar yang berfungsi dengan baik,
jika semua biaya dimasukan harga sama dengan opportunity, artinya dalam
pasar sempurna dimana konsumen memilki banyak alternatif harga untuk sebuah
produk relatif bersaing misalnya untuk harga beras ada tiga pariasi Rp. 5000,
5.100 dan 5.150 perkilo, sebagai penjual tentunya kita akan menjual barang
tersebut dengan harga tertinggi yaitu Rp. 5.150. dalam kasus ini artinya biaya
opportunitas kita adalah alternatif harga pertama dan kedua yaitu kita tidak
memilih Rp. 5.000 atau 5.100.
Dalam pasar sempurna berbagai pembeli akan bersaing untuk memperoleh
sumber daya hingga batas dimana harga tawar lebih tinggi menuju alternatif
terbaik, dan kondisi ini disebut dengan opportunity cost (biaya oportunitas).
Opportunity cost diluar pasar, berikut ini dicontohkan bahwa, ketika ada
kabar hasil penelitian di bawah kota Purwakarta tepatnya di Situ Buleud terdapat
kandungan emas yang nilainya sangat besar, oleh pemerintah diputuskan untuk
melakukan penggalian, mendengar kabar itu ramai-ramai penduduk Purwakarta
deminstrasi menolak penggalian situ bulued hingga penggalian emas tidak jadi
dilaksanakan.
Opportunity Cost untuk kasus ini adalah, jika pengeboran jadi nilai rekreasi di
situ buled menjadi hilang, jika tidak dilakukan kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan dari emas juga akan hilang.
Gambar 8.8
Laba versi Ekonom dan Akuntan
Laba
Laba
Akuntansi
Ekonomis
Biaya
Pendapatan Implisit Pendapatan
Biaya
Biaya Eksplisit
Oportunitas
Biaya Total
Eksplisit
BAB IX
STRUKTUR DAN PENENTUAN KESEIMBANGAN
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
P
S
D
300 300
Q
Pasar Perusahaan
Tabel 9.1
Perhitungan TR, AR, TR
Kuantitas Harga Total Pendapatan Pendapatan rata-rata Pendapatan marjinal
(Q) (P) (TR = P x Q) AR = TR/Q MR = ∆TR / ∆Q
1 600 600 600 600
2 600 1200 600 600
3 600 1800 600 600
4 600 2400 600 600
5 600 3000 600 600
6 600 3600 600 600
7 600 4200 600 600
8 600 4800 600 600
P. MAKSIMALISASI LABA
Dalam analisis jangka pendek, maksimalisasi keuntungan perusahaan yang ada
di pasar persaingan sempurna, dapat ditunjukan dengan :
1. Membandingkan hasil penjualan total dengan biaya total
Dengan cara ini keuntungan maksimal dapat tercapai abalila perbedaan nilai
antara penjualan total dengan biaya total yang paling maksimum.
Artinya pencapaian keuntungan maksimum adalah sama dengan:
Keuntungan = Hasil Penjualan Total – Biaya produksi Total
Tabel 9.2
Maksimalisasi Laba Contoh Numeris
Total Pendapatan
Kuantitas Total Biaya Laba Biaya Marjinal
Pendapatan marjinal
1000
900 MC
800
700
MR
Biaya/marjinal
600
500
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 Q 5 6 7 8 9
6000
5000 TR
TC
4000
3000
Keuntungan Maksimum
2000
1000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 9.3
Keuntungan Maksimum dengan MC, MR dan AC
1000
900 MC
800
700 E
Biaya dan harga
B MR
600
500 AC
C A
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Q
R. KEPUTUSAN-KEPUTUSAN PERUSAHAAN
1. Keputusan Jangka Pendek Untuk Tutup
Setelah mempelajari keputusan perusahaan untuk berproduksi pada
jumlah tertentu dalam menentukan keuntungan maksimum sekarang kita
pelajari pada tahapan mana perusahaan tidak mampu lagi untuk memperoleh
keutnungan dan terus-menerus mengalami kerugian. Keputusan perusahaan
dalam kondisi ini adalah keputusan untuk tutup (shutdown), yaitu keputusan
jangka pendek untuk menghentikan produksi.
Keputusan untuk mengehentikan produksi dalam jangka pendek tidak
akan menghindarkan perusahaan untuk terus menanggung biaya tetap yang
sudah ditanam (Sunk Cost=biaya tertanan).misalnya sewa tanah ketika dalam
satu musim tidak menanam apa-apa di tanah tersebut.
Keputusan perusahaan untuk tutup dalam jangka pendek, artinya
perusahaan tersebut akan kehilangan keuntungan dari hasil penjualan
produknya, pada saat bersamaan perusahaan akan menghemat biaya variabel
yang digunakan untuk memperoduksi barang tersebut walaupun biaya tetapnya
masinh harus ditanggung oleh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan
akan tutup jika pendapatan yang dapat diperoleh dari berproduksi lebih kecil
dari biaya variabel produksinya.
Secara matematis sederhana keputusan untuk tutup daalah :
Tutup jika TR < VC
Maksudnya perusahaan kan tutup sementara jika total pendapatan lebih
kecil dari biaya variabelnya. Jika rumusan pertama masing-masing dibagi
dengan quantitas yang diproduksi maka akan menimbulkan rumusan baru
yaitu :
Tutup jika TR/Q < VC/Q
Jika rumusan itu disederhanakan lagi, seperti TR/Q yang merupakan total
pendapatan dibagi kuantitas yang berarti pendapatan rata-rata, dan dalam
pelajaran terdahulu bahwa pendapatan rata-rata perusahaan adalah harga yang
wujud di pasar atau (P). Demikian pula dengan VC/Q yang diartikan sebagai
biaya variabel rata-rata atau AVC, maka kriteria keputusan perusahaan untuk
tutup dalam jangka pendek menjadi :
1000
MC
900
800
700
Biaya dan harga
AC
600
500 AVC
400
300
200
100 Keputusan perusahaan untuk tutup / P > AVC
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Q
1000
MC
900
800
700
Biay a d an h arg a
AC
600
500 AVC
400
300
200
100 Keputusan perusahaan untuk keluar / P > ATC
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Q
1000
MC
900
800
700
Biaya dan harga
AC
600
500 AVC
400
Penawaran / S
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Q
SEKILAS PENYUSUN