Anda di halaman 1dari 18

Lingkup Perencanaan Sistem Plambing

Dalam merencanakan sistem plambing dilakukan secara bertahap. Sistem plambing yang
direncanakan biasanya mencakup perencanaan sistem penyediaan air minum, penyaluran air
buangan, dan perencanaan ven
Perencanaan itu meliputi:

1. Perhitungan kebutuhan fasilitas sanitasi dan tata letak fasilitas sanitasi sesuai dengan
kebutuhan gedung.
2. Perancangan perpipaan untuk penyediaan air bersih pada gedung bertingkat
3. Perancangan perpipaan untuk penyediaan air buangan dan ven pada gedung bertingkat
4. Perhitungan dan pendimensian peralatan yang digunakan
5. Perhitungan volume reservoar air minum
6. Membuat isometrik & diagram sistem plambing yang ada.

0.8, 220, 380, 1.732, 176, 526

angka apaan tuh ......


jika kita mau mebuat perencanaan elektrikal / meghitung besarnya arus listrik pada rangkaian
dengan sumber tegangan jala-jala PLN, angka-angka itu adalah angka angka yang sering kita
pakai....

Pada rangkaian 1 phasa


I = P : (cos phi x V LN)
dimana :
I = Kuat arus (Ampere)
P = Daya dari beban (Watt)
cos phi = faktor daya , dalam perencanaan biasanya nilainya 0.8
V LN = Tegangan phasa ke neutral (Volt), nilainya 220 Volt

(cos phi x V LN) = 0.8 x 220 = 176

Jadi jika formula tadi disederhanakan maka, kuat arus untuk rangkaian satu phasa adalah
I = P : 176 (Ampere)

Pada rangkaian 3 phasa


I = P : (sqrt 3 x cos phi x V LL)
dimana :
I = Kuat arus (Ampere)
P = Daya dari beban (Watt)
cos phi = faktor daya , dalam perencanaan biasanya nilainya 0.8
V LL = Tegangan phasa ke phasa (Volt), nilainya 380 Volt
sqrt 3 = akar pangkat dua dari 3, yaitu 1.732

(cos phi x V LN) = 1.732 x 0.8 x 380 = 526

Jadi jika formula tadi disederhanakan maka, kuat arus untuk rangkaian 3 phasa adalah
I = P : 526 (Ampere)
Cooling Load Temperature Different

Tulisan ini merupakan ringkasan materi yang ada pada ASHRAE GRP158 “COOLING AND
HEATING LOAD CALCULATION MANUAL”.

Sebelum diuraikan lebih lanjut, ada baiknya kita perhatikan terlebih dahulu hal-hal yang
kemungkinan menjadi kendala dalam perhitungan Coolong load ini diantaranya sebagai
berikut:

1. Satuan yang digunakan adalah menggunakan sistem imperial, dalam bidang HVAC sistem
satuan imperial ini sangat populer, tetapi disisi lain untuk segi arsitektural, jarang sekali
digunakan di Indonesia, jadi kita harus terlebih dahulu menyesuaikan (membuat konversi) di
Calculation Sheet kita. Sebagai contoh, pada dimensi ruangan bangunan yang dirancang oleh
insinyur / arsitek di Indonesia bisanya menggunakan satuan Metrik atau SI, untuk dimensi
panjang biasanya menggunakan satuan milimeter atau meter, tetapi pada perhitungan ini
menggunakan feet.
2. Minimnya informasi atau data survey mengenai letak bangunan pada koordinat Bujur dan
lintang, kelembaban udara, data cuaca dan temperatur rata-rata, dalam buku ASHRAE
GRP158, untuk lokasi di indonesia hanya tercatat untuk daerah Jakarta saja. Apalagi dengan
adanya Global warming yang membuat kondisi cuaca tidak menentu.
3. Minimnya informasi detail bangunan, misalnya ukuran pintu, kaca dan jendela, serta jenis
bahan konstruksi yang digunakan tidak ada pada tabel, sehingga Faktor U harus dihitung
terlebih dahulu.
4. Kebanyakan penghitungan Cooling Load di buat pada saat bangunan tersebut belum ada,
informasi yang ada biasanya hanya blue print atau gambar2 denah, tampak dan potongan
saja. Pada tahap ini biasanya terjadi banyak sekali perubahan perubahan disain arsitektur dan
sehingga berpengaruh pada zona-zona pendinginan yang dirancang. Dan terkadang terjadi
perubahan orientasi bangunan dan tata ruang.
5. Ketelitian pengukuran dimensi panjang, luas dan volume ruangan yang akan di kondisikan,
karena terkadang ruangan yang akan dikondisikan bentuknya tidak persegi atau tidak
beraturan, hal ini memerlukan ketelitian pengukuran dan perhitungan. Perhitungan luas
dinding luar, kaca, pintu dan jendela juga merupakan hal-hal yang memerlukan ketelitian
pengukuran dan perhitungan.
6. Belum pastinya jumlah populasi penghuni bangunan. Jika tidak ada denah interior seperti
meja kursi yang secara spesifik dapat menunjukan banyaknya orang, maka biasanya
digunakan pendekatan luas ruang per orang.
7. Belum pastinya data2 peralatan dan sistem penerangan, seperti data2 teknis peralatan dan
jumlah serta tipe lampu-lampu yang akan di pasang. Karena untuk penerangan itu sendiri
besarnya total daya lampu ditentukan oleh jenis dan kriteria rancangan penerangan. Antara
ruangan yang satu dengan yang lain besar kriteria “Lux”nya biasanya tidak sama.
8. Tentunya harus memiliki tabel2 CLTD, yang akan dijadikan referensi penghitungan
Cooling Load ini.
9. Dan lain lain

Kendala kendala diatas biasanya memeperlambat proses penghitungan Cooling Load,


Apalagi dengan banyaknya zona atau ruangan yang akan dihitung, sehingga semakin tebal
pula buku laporan / cooling load calculation report. Disamping itu sempitnya waktu
perencanaan maka terkadang diambil jalan pintas. Misalnya dengan mengkalkulasikan beban
berdasarkan luas lantai dengan nilai Btu/h per m2 tertentu misalnya 450, 500, 600 dan lain –
lain, atau dengan penaksiran 1 Ton Refregerant untuk nilai meter persegi tertentu, misalnya 1
TR untuk 20 m2 dan sebagainya. Penaksiran ini berdasarkan pengalaman proyek-proyek
yang sebelumnya. Dan seringkali perhitungan cooling load secara mendetail dianggap
sebagai hal yang terlalu teoritis atau dianggap tidak praktis oleh sebagian praktisi.
Maka untuk mempermudah membuat hitungan Cooling load biasanya di gunakan perangkat
lunak yang khusus dirancang untuk keperluan itu. Akan tetapi harga perangkat lunak itu
sangat mahal harganya dan kadang kadang tidak ekonomis jika dibandingkan dengan nilai
proyek yang dikerjakan.
Terlepas dari masalah-masalah yang sering muncul tersebut, saya tuliskan pengenalan
prinsip2 dasar Cooling Load Calculation dengan Metoda CLTD, yang menjadi dasar untuk
pembuatan Detailed Engineering Design (DED) perancangan sistem tata udara dalam
bangunan.

Cooling Load Calculation


Tujuan Perhitungan beban pendinginan antara lain untuk:
• Menyediakan informasi untuk pemilihan peralatan dan perancangan Sistem AC yang
effisien dan efektif
• Menyediakan data untuk evaluasi kemungkinan optimasi atau pengurangan beban.
Secara tidak langsung, perhitungan beban pendinginan dapat membantu:
• Penaksiran beban daya listrik.
• Penyesuaian disain arsitektural (tata ruang) dan struktural (pembebanan)
• Pembuatan Recana Anggaran Biaya Sementara (Preliminary)
• Lain-lain

Prinsip Cooling Load


Cara yang sebuah sumber beban memasuki ruangan adalah sebagai berikut:
1. Radiasi sinar matahari melalui permukaan yang transparan seperti jendela
2. Konduksi kalor melalui dindingluar dan atap
3. konduksi kalor melalaui dinding dalam, plafon dan lantai
4. Kalor yang dihasilkan didalam ruangan yang bersumber dari penghuni, penerangan,
perlengakapan rumah tangga, peralatan dan berbagai macam proses
5. Penambahan panas yang lainnya.

Jenis heat gain (penambahan panas) yaitu sensible dan laten. Secara sederhana, kalor sensibel
itu adalah kalor yang diperlukan untuk membuat perubahan temperatur. Sedangkan kalor
laten itu adalah kalor yang diperlukan untuk perubahan wujud suatu zat (air misalnya) tanpa
terjadi perubahan temperatur.
Selain itu perlu diperhatikan juga faktor keserempakan (diversity), secara umum faktor
keserempakan di terapkan pada penghuni dan penerangan. Untuk banguan bangunan
industrial, aplikasikan juga pada peralatan-peralatan. Juga waktu terjadi beban puncak, baik
itu waktu terpanas dalam setaiap harinya atau pun bulan terpanas dalam setiap tahunnya.
Biasanya penaksiran beban puncak harian dibuatkan “hourly analisys” dengan membuat
profil2 beban setiap jamnya untuk beban yang bersumber dari matahari, penerangan,
ventilasi, penghuni dan beban atap.
Komponen sensible cooling load dihasilkan dari specific load source untuk waktu yang
diberikan dengan menggunakan faktor konversi dari tabel-tabel “Cooling Load Temperature
Different” (CLTD) atau “Cooling Load Factor” (CLF).

Informasi yang di butuhkan (Input)


Input untuk External Load
1. Orientasi dan dimensi bagian-bagian bangunan
2. Konstruksi bahan-bahan untuk atap, dinding, plafon, partisi interior, lantai dan fenestrasi.
3. Ukuran dan ruangan yang akan di kondisikan
4. Kondisi luar sekeliling.

Input untuk Internal Load


1. Penerangan – daya terpasang, Incandescent atau fluorescent, jadwal penggunaan
2. Manusia – Jumlah, aktivitas, lama hunian, jadwal hunian
3. Peralatan internal – data name plate, lokasi, jadwal penggunaan, konsumsi listrik atau
bahan bakar, hooded atau unhooded, banyaknya udara yang hembuskan atau di hisap.

Input untuk Infiltrasi dan ventilasi.


1. Cfm per orang dan atau per feet kubik
2. Exhaust fan – tipe, ukuran, kecepatan, cfm yang dihasilkan
3. Pintu-pintu dan jendela-jendela – lokasi, ukuran, jenis dan frekwensi pembukaan

Ringkasan Umum Formula Perhitungan Cooling Load

External load
Atap
q = U x A x CLTD
dimana
q : perpindahan panas rata2 (Btu/h)
U : Koefisien perancangan perpindahan kalor (Btu/(hr.ft2.°F))
A: Luas terhitung dari Denah Arsitektural (ft2)
CLTD : Cooling Load Temperature Difference base condition untuk atap (°F )
Dinding
q = U x A x CLTD
dimana
U : Koefisien perancangan perpindahan kalor (Btu/(hr.ft2.°F))
A: Luas terhitung dari Denah Arsitektural (ft2)
CLTD : Cooling Load Temperature Difference base condition untuk dinding (°F )
Konduksi Kaca
q = U x A x CLTD
dimana
U : Jenis kaca dan shading dalam (Btu/(hr.ft2.°F))
A: Luas kaca terhitung dari Denah Arsitektural
CLTD : Cooling Load Temperature Difference untuk beban konduksi melalui kaca (°F )
Radiasi Sinar matahari
Q = A x SC x SHGF x CLF
Dimana
A : luas bersih kaca terhitung dari denah arsitektural (ft2)
SC : Koefisien shading untuk kombinasi jenis gelas dan jenis bayangan
SHGF : Factor penambahan panas sinar matahari maksimal untuk orientasi yang spesific dari
permukaan
CLF : Cooling Load Factor
Partisi, plafon, lantai
q = U x A x TD
dimana
U : Koefisien perancangan perpindahan kalor (Btu/(hr.ft2.°F))
A: Luas terhitung dari Denah Arsitektural (ft2)
TD : Temperature Difference (°F )

Internal Load
Penerangan
q = 3,41 x q1 x Fa x Fbx CLF
dimana
3,41 : konversi btu/h per watt
q1 : Total daya lampu (Watt)
Fb : persentase dari penggunaan q1
Fa : Allowance khusus untuk balast jika menggunakan fluorescent fixture
CLF : Cooling Load Factor

Orang
Penambahan kalor Sensible
qs = (q/person) x No.of people x CLF
dimana
No.of people : Jumlah orang yang berada di ruangan (orang)
q/person : Sensible heat gain per orang (Btu/h)
CLF : cooling load factor dari orang

Orang
Penambahan kalor laten
ql = (q/person) x No. of people
dimana
No.of people : Jumlah orang yang berada di ruangan (orang)
q/person : latent heat gain per orang (Btu/h)

Peralatan
Penambahan kalor Sensible
qs = sensible x CLF
dimana
sensible = sensible cooling load (Btu/h) dari data manufacturer
CLF = Cooling load factor

Peralatan
Penambahan kalor laten
qs = latent
dimana
latent = latent cooling load (Btu/h) dari data manufacturer

Infiltration & ventilation


Penambahan kalor Sensible
qs = 1.10 x (∆T) x scfm
dimana
1,10 : dalam atuan dalam Btu/h F
∆T : perbedaan temperatur luar dan dalam (derajat F)
scfm : standard CFM
scfm = (cfm/ orang) x jumlah orang

Infiltration & ventilation


Penambahan kalor laten
qs = 4840 x (∆W) x scfm
dimana
4840 : dalam satuan dalam Btu/h per scfm
∆W: perbedaan perbandingan kelambaban luar dan dalam (lb of water vapor to lb of dry air)
scfm : standard CFM
scfm = (cfm/ orang) x jumlah orang

Metoda CLTD ini hanya salah satu cara untuk menghitung beban pendinginan dalam
bangunan, selain itu masih ada lagi cara yang lainnya. Selain dihitung secara manual, bisa
juga dihitung dengan menggunakan BIM (building information modeling) dikombinasikan
building energy load software seperti Carrier HAP E-20 dan lain lain
Mudah mudahan informasi diatas tadi bisa bermanfaat.

Ventilation Rate

Sistem ventilasi mekanik dimaksudkan untuk memasukan udara segar dari luar
ke dalam ruangan atau menghisap udara kotor dari dalam ke luar ruangan.
Untuk memperkirakan Ventilation rate dapat digunakan menggunakan berbagai
metoda misalnya :

1.. Air Change method

2.. Acceptable Indoor Air Quality method

3.. Heat Removal method

4.. dan lain lain

yang biasa digunakan sebagai refferensi untuk memeperkirakan Ventilation


Rate adalah ASHRAE STD-62 Ventilation for Acceptable Indoor Air Quality.
Hasil dari hitungan perkiraan tersebut dapat dijadikan dasar untuk menetukan
kapasitas Exhaust fan, intake fan atau louver.

Sekarang kita coba untuk memeperkirakan Ventilation rate berdasasarkan Air


Change method atau pertukaran udara. Karena cara ini biasanya paling banyak
digunakan untuk sistem ventilasi. Untuk bisa menggunakan metoda ini, pertama
tama kita harus memiliki tabel suggested air change dari ASHRAE STD-62.
Kemudian kita gunakan persamaan sederhana sebagai berikut

Ventilation Rate = volume of room x Air change per hour

Air change per hour (ACH) = 60 / air change prequency

persamaan tersebut diatas menggunakan satuan sebagai berikut

a.. ventilation rate dalam m3 / jam

b.. volume of room dalam m3


c.. Air Change per Hour (ACH) dalam kali

d.. Air change frequency dalam menit sekali

contoh : misalnya sebuah ruangan loker dengan luas 4 x 4 meter dengan tinggi
plafon 3 meter, berapakah kapasitas exhaust fan yang diperlukan untuk
ruangan tersebut

Solusi :

volume ruangan = 4 m x 4m x 3m = 48m3

ACH = 60 menit / 4 menit sekali = 15 kali

Ventilation rate = 48 m3 x 15 kali = 720 m3 / jam.

catatan ; nilai 4 menit sekali didapat dari tabel suggested air change, di
tabel rentang nilainya 2 sampai 5 menit sekali. Nilai 4 diasumsikan sebagai
nilai tengah dari rentang tersebut,

BAB & Tangki Septik

Ketika kita bangun tidur di pagi hari, maka aktivitas yang rutin kita lakukan adalah
memenuhi panggilan alam untuk Buang Air Besar (Be A Be). Pernahkan kita membayangkan
kemana larinya kotoran (feaces & urine) yang tiap hari kita buang?

Mari kira telusuri. Dalam istilah plumbing kotoran itu sering di sebut sewage atau black
water atau air kotor. Kita membuang membuang biasanya dalam suatu alat / sanitary yang
dinamakan water closet yang biasa di singkat WC. Pada prinsipnya closet itu memiliki
sebuah lubang yang akan menyalurkan kotoran itu ke pipa pembuangan air kotor dengan
bantuan penggelontoran air / flushing. Lubang WC itu memiliki dibentuk menyerupai hurup
S, yang sering disebur dengan leher angsa, fungsinya adalah supaya menahan air sehingga
menyekat udara dalam saluran pipa air kotor dengan udara di ruangan toilet sehingga bau
kotoran dari saluran pipa pembuangan itu tidak mencemari ruangan toilet. Pipa penyalur air
limbah dari PVC, keramik atau beton yang berada dalam dan diluar bangunan harus kedap
air, kemiringan minimum 2 %, belokan lebih besar 45 derajat dipasang clean out atau
pengontrol pipa dan belokan 90 derajat sebaiknya dihindari atau diganti dengan dengan dua
kali belokan 45 derajat atau memakai bak kontrol.

Kotoran tadi kemudian bergerak menurun dengan bantuan air penyiram memanfaatkan
kemiringan pipa menuju kesuatu tempat yang dinamakan tangki septik. Septik tank adalah
suatu ruangan kedap air atau beberapa kompartemen yang berfungsi menampung dan
mengolah air limbah dan rumah tangga dengan kecepatan aliran yang lambat, sehingga
memeberikan kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda benda padat
dan kesempatan untuk penguraian bahan bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk
bahan bahan larut air dan gas.

Bagaimana cara merancang dimensi minimal sebuah tangki septik?


Mari kita tanya eS eN I. SNI (mengeluarkan sebuah primbon SNI : 03-2398-2002 yang berisi
tata cara perencanaan tangki septik dengan Sistem resapan . di maksudkan sebagai acuan dan
masukan bagi perencana dalam prosedur pembangun tangki septik dengan sistem resapan
dengan ukuran dan batasan untuk menentukan kebutuhan minimum fasilitas tangki septik
dengan sistem resapan pada kawasan permukiman. Tata cara ini merupakan revisi SNI 03-
2398-1991 (Tata cara Perencanaan Tangki Septik), yang direvisi atau ditambah dengan
persyaratan teknis ukuran tangki septik dan jarak minimum terhadap bangunan. Persyaratan
teknis meliputi bahan bangunan harus kuat, tahan terhadap asam dan kedap air; bahan
bangunan dapat dipilih untuk bangunan dasar. Penutup dan pipa penyalur air limbah adalah
batu kali, bata merah, batako, beton bertulang, beton tanpa tulang, PVC, keramik, plat besi,
plastik dan besi. Bentuk dan ukuran tangki septik disesuaikan dengan Q jumlah pemakai, dan
waktu pengurasan. Dilengkapi dengan pipa aliran masuk dan keluar, pipa aliran masuk dan
keluar dapat berupa sambungan T atau sekat. Dilengkapi juga dengan Pipa ventilasi udara
diameter 50 mm (2") dan tinggi minimal 25 cm dari permukaan tanah. Lubang pemeriksa
untuk keperluan pengurasan dan keperluan lainnya. Tangki dapat dibuat dengan dua ruang
dengan panjang tangki ruang pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki
septik dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih = 10 m dan Sumur
resapan air hujan 5 m. Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur, perlu dilengkapi
dengan kotak distribusi. pipa aliran keluar harus ditekan (5 - 10 )cm lebih rendah dari pipa
aliran masuk , kemudian di saluran kesuatu bidang resapan.

Untuk ukuran kecil (1 kk) dapat berbentuk bulat diameter 1,20 m dan tinggi 1,5 m. Lalu
bagaimana kah perkiraan kapasitas septiktank misalnya untuk 4 kepala keluarga dengan
masing masing keluarga diasumsikan memiliki 5 orang anggota keluarga dengan sistem
pembuangan terpisah antara buangan dari kakus dan mandi-cuci?

Sesuai dengan petunjuk perimbon maka kita dapat memperkirakan dimensi minimal septik
tank tersebut sebagai berikut:

Kriteria perencanaan
• Jumlah populasi : 20 orang
• Waktu detensi (Td) : (2-3) hari diambil 2 hari
• Banyak lumpur (QA) : (30-40) liter/orang/tahun diambil 30 liter/orang/tahun
• Periode pengurasan (P) : (2-5) tahun, diambil 3 tahun
• Debit air limbah (QA= air penggelontor) : 20 liter /orang /hari

Kapasitas tangki = VA + VL
Volume air tangki (VA) = QA x O x Td
= 20 liter /org/hari x 20 org x 2
=800 liter = 0.8 m3

Volume lumpur (VL) = QL x O x P


= 30 liter/orang/thn x 20 x 3 thn
= 1800 liter = 1.8 m3
Kapasitas tangki untuk perioda 3 tahun = 0.8 + 1.8 = 2.6 m3

Tinggi permukan air di septik tank diambil 1.2 m, dan perbandingan panjang dan lebar
mendekati 1 berbanding 2 (1 : 2) kemudian diambil lebar 1.0 m, maka diperoleh panjang =
2.1
Kemudian kita ambil tinggi ambang bebas sekitar 0.3 meter, maka Ruang ambang bebas
(freeboard) = 1.0m x 2.1m x 0.3 m = 0.63 m3

Volume total tangki untuk perioda 3 tahun


= vol ruang basah + volume ruang lumpur + volume ruang ambang batas
= 0.8 + 1.8 + 0.63
= 3.23 m3

Selain tangki septik konvensional, ada juga tangki septik jenis paket dengan teknologi
biomedia, atau bio ceramic dan lain lain. Untuk pengolahan air limbah dalam volume yang
besar seperti gedung komersial, Hotel, dan lain-lain biasanya menggunakan suatu Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau Sewage Treatment Plant (STP) atau Waste Water
Treatment Plant (WWTP).

berkenalan dengan perpipaan

Perpipaan, Jenis Pipa, Komponen-komponen untuk kelengkapan Instalasi Pipa, cara


Menggambar dan Membaca Gambar Flow Diagram, P&ID, dan Spool. Mampu menghitung
dalam menentukan Debit, Penurunan Tekanan Operasi, serta memilih ukuran Pipa. Perawatan
Sirkuit Pemipaan, cara menguji pipa dan korosi serta pemeliharaan Pompa dan Kompresor.

Gambar Site Plant, Flow Diagram, P&ID, dan Spool


Jenis Pipa, Flanges, Katup, Fitting, dan Otlet
Simbol Perpipaan, dan metode penyambungan Perpipaan
Jenis, dan Simbol Katup
Dimensi-dimensi Pipa, Flanges, Katup, Fitting, dan Otlet
Gambar Orthogonal, Isometrik, dan Gambar Spool Pemipaan
Penulisan Data pada jalur Pemipaan, dan perhitungan panjang Pipa
Penyangga Pemipaan Statik / Dinamik, dan Perlengkapan Penyangga
Alat Pengukur pada Instalasi Pemipaan, dan Sistem Tracing
Pengujian fisik Pemipaan, dan Korosi pada Pemipaan
Menentukan Debit, dan Penurunan Tekanan Fluida Non-kompresibel dalam Pipa
Menentukan Debit, dan Penurunan Tekanan Fluida Kompresibel dalam Pipa
Pompa, dan Kompresor

Green Building, LEED & ASHRAE

Dengan adanya isyu-isyu dunia yang sedang mengglobal yaitu: isu perubahan iklim menjadi
isu besar yang mengancam kehidupan manusia, dimana sektor bangunan menyumbang emisi
gas rumah kaca dengan signifikan (12% water use, 30% Green House Gas Emissions, 65%
Waste Output, dan 70% Electricity Consumption). Maka muncul konsep Green Building
sebagai kontribusi sektor bangunan dalam memerangi isu perubahan iklim tersebut. Konsep
Green Building mendorong perencanaan dan pengoperasian bangunan gedung dengan
pendekatan perencanaan & pengoperasian berkelanjutan (sustainable design) yg ramah
lingkungan. Serifikasi Green Building ditentukan berdasarkan LEED
rating system (Leadership in Energy & Environment Design) dalam 5 kriteria yaitu :
- Sustainable site,
- Water efficiency,
- Energy Efficiency & Atmosphere,
- Material & Resources, dan
- Indoor Air Quality & Environment

ASHRAE (American Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning Engineers, Inc.)
sangat berperan aktif dalam Green Building dimana banyak Standar-standar ASHRAE
dipergunakan sebagai dasar penyusunan LEED Rating, seperti:
- Energy Standard for Buildings (ASHRAE Standard 90.1),
- Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy (ASHRAE Standard 55),
- Ventilation for acceptable Indoor Air Quality (ASHRAE Standard 62.1), dll.

Pompa dan Kegunaannya

Pompa adalah salah satu peralatan yang dipakai untuk mengubah energi mekanik (dari mesin
penggerak pompa) menjadi energi tekan pada fluida yang dipompa. Pada umumnya pompa
digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih tinggi
tempatnya, tinggi tekanannya, ataupun untuk sirkulasi.
Pengubahan energi mekanik menjadi energi tekan fluida tersebut di atas dapat dicapai dengan
beberapa cara, antara lain:
a. Mengubah energi mekanis dengan menggunakan alat semacam sudu atau impeler dengan
bentuk tertentu.
b. Dengan menggunakan gerak bolak-balik piston atau alat semacamnya.
c. Dengan penukaran energi menggunakan fluida perantara, baik gas atau cair. Fluida
perantara ini diberi kecepatan tinggi dan dicampur dengan fluida yang dipompa yang
berkecepatan rendah. Cara ini biasa digunakan pada pompa jet (jet pump).
d. Dengan menggunakan udara atau gas bertekanan tinggi yang diinjeksikan ke dalam suatu
saluran yang berisi fluida yang dipompa. Cara ini digunakan pada air/gas lift pump.
Ada berbagai macam pompa. Pembagian ini dapat berdasarkan pada:
a. Tekanan keluaran (rendah, sedang, dan tinggi)
b. Kapasitas yang dihasilkan (rendah, sedang, dan tinggi)
c. Fluida yang ditangani (air, minyak, susu, dsb.)
d. Posisi atau kedudukannya (mendatar, tegak), dsb.
Klasifikasi seperti di atas sangat terbatas jangkauannya dan cenderung saling
melingkupi/tumpang tindih. Sistem klasifikasi pompa yang lebih kuat adalah yang didasarkan
pada bagaimana energi ditambahkan pada fluida yang dipompa. Dalam sistem klasifikasi ini,
secara garis besar pompa dapat dibagi menjadi:
a. Pompa perpindahan positif (Positive displacement pump), di mana energi ditambahkan
pada fluida kerja secara periodik oleh suatu gaya yang dikenakan pada satu atau lebih batas
sistem yang dapat bergerak. Contoh, pompa torak, pompa putar, dan pompa diafragma.
b. Pompa dinamik (dynamic pump atau non posotive displacement pump), di mana energi
yang diatambahkan pada fluida kerja di dalam pompa secara kontinyu dinaikkan
kecepatannya, kemudian dilakukan penurunan kecepatan fluida di bagian lain dalam pompa
untuk mendapatkan energi tekan. Contoh, pompa sentrifugal, pompa aksial, pompa khusus
(menggunakan fluida perantara gas/cair).

Sistem Plambing

Kesehatan merupakan salah satu milik manusia yang sangat


berharga. menjaga kesehatan dapat dimulai dengan menjaga
kesehatan lingkungan, baik lingkungan kerja maupun lingkungan
pemukimannya. Dalam hal ini, fasilitas dalam gedung harus
direncanakan dengan baik termasuk fasilitas sanitasi, mengingat
aspek-aspek lingkungan harus diperhatikan agar tercapai
lingkungan yang sehat. Untuk meningkatkan kualitas sarana dan
prasarana guna memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada
pengguna gedung dimana dalam kondisi normal penggunanya tidak
memberikan bahaya potensial pada kesehatan manusia maka salah
satu upayanya adalah dengan merancang sistem plambing yang baik
dalam lingkungan gedung tempat bekerja maupun pemukimannya. Yang
meliputi sistem penyediaan air minum, sistem penyaluran air
buangan dan ven, sistem pencegah kebakaran dan sistem penyaluran
air hujan.
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan
dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan
perancangan plambing harus dilakukan secara bersamaan dan sesuai
dengan tahapa-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu
sendiri dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan
bagian-bagian konstruksi gedung serta peralatan lainnya yang ada
dalam gedung tersebut.
Persediaan air dengan kualitas dan kuantitas yang baik,
diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi pengguna gedung
sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan reputasi gedung itu
sendiri.
Dalam merencanakan sistem plambing dilakukan secara bertahap.
Sistem plambing yang direncanakan pada tugas ini yaitu
perencanaan sistem penyediaan air minum, penyaluran air buangan,
dan perencanaan ven
Perencanaan itu meliputi:
1. Perhitungan kebutuhan fasilitas sanitasi dan tata letak
fasilitas sanitasi sesuai dengan kebutuhan gedung.
2. Perancangan perpipaan untuk penyediaan air bersih pada gedung
bertingkat
3. Perancangan perpipaan untuk penyediaan air buangan dan ven
pada gedung bertingkat
4. Perhitungan dan pendimensian peralatan plambing yang
digunakan
5. Perhitungan volume reservoar air minum
6. Membuat isometrik diagram sistem plambing yang ada.

Dalam merencanakan sistem ini tidak terlepas dari masalah-


masalah yang akan dihadapi, baik perencanaan maupun dalam
perhitungan dimensi. Masalah-masalah tersebut diantaranya:

1. Penentuan jalur
Dalam menentukan jalur sistem plambing air minum, air buangan, dan
ven tidaklah mudah. Jalur yang akan dibuat hendaklah seefisien
mungkin baik panjang maupun fitting yang akan digunakan pada
sistem plambing tersebut.

2. Perhitungan Sistem Plambing


Perhitungan yang dilakukan pada sistem plambing ini
meliputi perhitungan jumlah alat plambing yang digunakan,
perhitungan kapasitas reservoir, dan perhitungan dimensi pipa.
Masalah yang dihadangi dalam perhitungan ini biasanya
kekurangtelitian dalam melakukan perhitungan tersebut, hal ini
dikarenakan banyaknya data yang dihitung dan tabel yang
digunakan. Selain itu kurang menguasai rumus-rumus yang
digunakan, sehingga sering terjadi kesalahan dan lama dalam
melakukan perhitungan.

3. Penggambaran Sistem Plambing


Gambar-gambar yang harus dibuat dalam sistem ini, meliputi
denah, isometri, dan detail-detail. Masalah yang timbul dalam
penggambaran ini adalah penentuan skala yang baik, sehingga akan
mempengaruhi gambar yang dibuat. Jika skala yang dibuat terlalu
kecil maka susah dalam menggambarkan sistem itu dan tidak akan
bisa menggambar semua sistem plambing dalam satu denah. Selain
itu sering pula dalam penggambaran kurang memperhatikan ukuran
yang mengakibatkan gambar kurang enak dipandang.

BIM & Building Energy Load

Untuk permulaan, marilah kita lupakan formula-formula yang njelimet tentang


thermodinamika, heat transfer dan lain lainnya, yang menjadi dasar penaksiran beban
pendingin. Kita coba pakai pemikiran dan logika sederhana saja tanpa perlu menguraikan
penomena fisika yang tejadi dengan calculus tool seperti : turunan, integral, diferensial dan
kawan kawannya itu (alasan sebenernya karena saya gak ngerti, he he) . Nyantai aja brother
ya, karena saya bukan bukan professor he he.....

Dari sumber yang pernah saya baca, kira kira stepnya seperti ini:
1. Mendefinisikan koordinat bangunan, temperatur, kelembaban disekitarnya, serta data
cuaca lainnya.
2. Mendefinisikan geometris space, zona dan heat transfer propertiesnya.
3. Membuat profile lampu penerangan buatan, peralatan listrik, penghuni dan lain lain.
4. Menggunakan data di atas untuk menganalisa perpindahan panas baik dari dalam atau dari
luar ke space.

Untuk membantu analisa dapat digunakan alat bantu berupa perangkat lunak Building
Information Modeling (BIM) , misalnya Revit, Autocad MEP, atau software2 lainnya. Untuk
no.2 dan Building Load Analyzer untuk no. 3 dan 4, misalnya Carrier E-20 HAP, CHVAC,
Green Building Studio atau yang lainnya (maksudnya saya tidak tahu..... he he ). Data dari
BIM kita export ke dalam bentuk file gbXML, kemudian di import oleh Builing Load
Analizer, dan sebaliknya.

Dari berbagai building load report yang pernah saya baca, rata rata banyak yang mengabaikan
point. no. 1, selain memerlukan sumber data yang akurat, juga memakan waktu yang sangat
lama dan sangat rumit untuk mengumpulkan datanya, apa lagi jika load analisis nya
menggunakan perangkat lunak Spread sheet. Biasanya menggunakan data cuaca kota Jakarta
untuk semua tempat di Indonesia, he he.

Begitulah kira-kira info yang saya dapatkan dari bacaan dan teman-teman di dunia maya,
kemungkinan besar banyak salahnya. Kedepannya kita coba belajar step by step, sedikit demi
sedikit, menguraikan hal hal diatas dengan logika dan pemikiran yang sangat sederhana saja.

Dasar Perencanaan Plambing

Pengertian Plambing
Pengertian plumbing (dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Plambing) secara
umum adalah sistem penyediaan air minum dan penyaluran air buangan di dalam bangunan.
Secara khusus, pengertian plambing merupakan sistem perpipaan dalam bangunan yang
meliputi sistem perpipaan untuk:
• Penyediaan air minum
• Penyaluran air buangan dan ven
• Penyediaan air panas
• Penyaluran air hujan
• Pencegahan kebakaran
• Penyediaan gas
• AC (air conditioner)

Fungsi Plambing
• Sistem penyediaan air minum
Menyediakan air minum ke tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup
• Sistem penyaluran air buangan
Membuang air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya.

Plambing mempunyai sasaran sebagai berikut :


• Sanitasi, menciptakan kesehatan masyarakat
• Kenyamanan ( Comfort & convenience ) pemakai
• Menciptakan rasa aman
• Menciptakan kenikmatan dan rasa yang menyenangkan

Plumbing Code
Plumbing code adalah ketentuan-ketentuan mengenai plambing, yang dijabarkan dalam tabel-
tabel dan gambar-gambar, yang memudahkan pekerjaan dalam perencanaan plambing.
Beberapa Plumbing Code yang kita kenal adalah :
1) Plumbing Manual, National Bureau of Standards, 1940
2) The Uniform Plumbing Code for Housing and Home Finance Agency, 1948
3) American standard Plumbing Code

Plumbing Fixture
Plumbing fixture adalah peralatan plambing, misalnya kloset urinal, lavatory, faucet, shower,
floor drain, dsb. Jenis dan jumlah peralatan plambing pada suatu bangunan tergantung dari
fungsi bangunan, misalnya untuk perkantoran, hotel, sekolah, dll.

Fixture Unit
Fixture Unit adalah satuan beban dari suatu alat plambing. Setiap jenis alat plambing
mempunyai nilai beban yang berbeda dengan jenis alat plambing lainnya. Fixture unit ini
perlu diketahui kaena mempengaruhi diameter pipa yang disambungkan pada alat plambing
tersebut.

Desain Plambing
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan suatu
gedung. Oleh sebab itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing harus dilakukan
bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu
sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian
konstruksi gedung serta peralatan lainnya yang ada di dalam gedung tersebut (seperti
pendingin udara, peralatan listrik, dan lain-lain). Hal-hal yang perlu diketahui dalam
perencanaan suatu sistem plambing adalah jenis dan penggunaan bangunan, denah bangunan,
dan jumlah penghuni.

Tahapan dari pekerjaan perencanaan plambing adalah sbb :


1) Mengetahui fungsi bangunan
2) Penetapan jenis peralatan plambing
3) Penetapan jumlah peralatan plambing
4) Rencana jaringan pipa plambing
5) Penetapan dimensi pipa plambing (dimensioning )
6) Rencana perletakan peralatan plambing
7) Penggambaran rancangan teknik terinci plambing

Pemasangan Peralatan Plambing


Ada 2 cara pemasangan peralatan plambing, yaitu :
• Pemasangan kasar, yaitu peralatan plambing dipasang bersamaan dengan berkembangnya
konstruksi bangunan
• Pemasangan halus, yaitu pemasangan peralatan plambing dilakukan setelah konstruksi
bangunan selesai, sehingga menghindari terjadinya kerusakan peralatan plambing akibat
pembangunan konstruksi.

Pipes Gallery
Pipes gallery adalah suatu ruangan yang khusus disediakan untuk perpipaan plambing.
Pemasangan pipa plambing pada dinding tidak diperbolehkan terlalu banyak, karena akan
menambah beban pada dinding, sehingga bila bebannya besar dinding dapat bergeser. Karena
itu, jalur pipa sebaiknya dibuat melalui pipes gallery dan menghindari dinding.
Ada 2 jenis pipes gallery, yaitu :
1) Vertical pipes gallery, yaitu ruangan pipa yang tegak (sejajar dengan ruangan lain)
2) Horizontal pipes gallery, yaitu ruangan pipa yang terletak di bawah lantai, di atas plafon.
Ukuran pipes gallery harus memungkinkan orang masuk untuk melakukan reparasi pipa

Perangkat Lunak Untuk Disain Mekanikal Elektrikal Plambing

Berikut ini adalah beberapa dari sekian banyak perangkat lunak yangpopuler digunakan
digunakan sebagai alat bantu dalam perancangan pekerjaan Mekanikal Elektrikal Plambing

1. Menggambar gambar kerja (CAD)


• Autocad Vannila, terbaru versi 2010 - Autodesk
• Microstation XM - Bentley
• Autocad Building System / Autocad MEP - Autodesk
• Autocad Mechanical - Autodesk
• Autocad Electrical- Autodesk
• Autocad P&ID- Autodesk

2. BIM & 3d Modeling


• Revit MEP - Autodesk
• Autocad MEP - Autodesk

3. Piping Calc atau Modeling


• Caesar II – Coade
• Cadworx - Coade
• Autopipe – Bentley
• PDMS – Aveva
• PDS – Bentley
• Piping Flow Expert

4. Perhitungan Sistem Springkler


• HASS
• Fire - Elite

5. Perhitungan Analisa Daya


• Electrical Transient Analisys Programe (ETAP)

6. Perhitungan Tata Cahaya


• Calculux
• Dial lux

7. Perhitungan Tata Udara


• HAP –Carrier
• Block Load - Carrier
• Duct sizer – Mq quay
• Pipe Sizer – Mq quay
• Psychrom- Mq quay
• CHVAC – Elite Sofware
• Taco Load

8. Plambing
• Spaix Pipe Calc
• Spaix Pump Selector
• DPipe-Elite Software
• SPipe- Elite Software

9. Jaringan Air Bersih


• Epanet

Disamping software tersebut diatas, banyak lagi software yang lainnya. Apabila tidak
tersedia, maka biasanya digunakan spreadsheet seperti Open Ofice – Calc atau MS Excell.

Cakupan Mekanikal Elektrikal Plambing

Cakupan Mekanikal Elektrikal Plambing


Mengingat sangat luasnya cakupan penerapan teknologi Mekanikal Elektrikal Plambing
(MEP), maka kita sempitkan terlebih dahulu istilah mekanikal elektrikal plambing yang
dimaksud disini adalah bidang mekanikal elektrikal plambing untuk utilitas bangunan atau
infrastruktur. Seperti ilmu ilmu teknik lainnya, maka diperlukan dasar pengetahuan
matematika dan fisika untuk bisa membantu memecahkan fenomena fenomena fisik yang
terjadi.

Berikut ini adalah beberapa bidang pekerjaan yang biasanya termasuk ke dalam bidang MEP
untuk utilitas bangunan atau infrastruktur.

1. Plambing

 Instalasi Pengolahan Air bersih


 Instalasi jaringan air bersih dan air panas
 Instalasi jaringan air kotor, air bekas, air lemak, air limbah infeksius dan vent
 Instalasi Pengolahan Air Limbah

2. Pemipaan

 Instalasi jaringan pipa bahan bakar minyak dan gas


 Instalasi jaringan pipa gas medis dan vacuum
 Instalasi jaringan pipa compressed air
 Instalasi jaringan pipa uap

3. Perlindungan bahaya kebakaran

 Instalasi sistem hydrant


 Instalasi sistem sprinkler
 Instalasi sistem fire suppression
 Instalasi sistem fire extinguisher

4. Tata Udara

 Instalasi sistem Air Conditioning


 Instalasi sistem Ventilasi Mekanik

5. Transportasi dalam bangunan

 Elevator
 Escalator

6. Penerangan buatan

 Penerangan dalam ruangan


 Penerangan luar ruangan
 Penerangan khusus

7. Distribusi daya

 Jaringan tegangan menengah


 Jaringan tegangan rendah

8. Penangkal Petir dan Pentanahan

 Berbagai sistem penngakal petir dan pentanahan

9. Pengindera dan peringatan bahaya kebakaran

 Berbagai sistem pengindera dan peringatan bahaya kebakaran

10. Tata Suara

 Berbagai sistem tata suara untuk pemanggil, peringatan bahaya dan evakuasi
 Tata suara untuk entertainment / hiburan

11. Telekomunikasi

 Instalasi PABX
 Teleconfrence

12. Data

 Instalasi perangkat keras jaringan LAN / intranet dan internet

13. Pemanggil perawat

 Berbagai instalasi pemanggil suster

14. CCTV

 Berbagai sistem CCTV untuk dalam dan luar ruangan

15. MATV
 Berbagai sistem penerimaan siaran televisi, seperti tv satelit, lokal, maupun tv kabel

16. Building Automation System

 Berbagai sistem otomatisasi di bangunan terpadu seperti sistem bangunan pintar,


power management, sistem keamanan bangunan dan lain lain

Tidak terbatas pada bidang bidang pekerjaan yang disebutkan diatas masih ada lagi berbagai
bidang yang dapat dikategorikan ke mekanikal elektrikal plumbing. Biasanya penerapannya
disesuaikan dengan kebutuhan bangunan atau infrastruktur tersebut atau ketentuan yang
berlaku. Pada dasarnya Mekanikal dan Elektrikal ini merupakan gabungan dari beberapa
disiplin ilmu atau bidang multidisiplin, untuk mempelajarinya diperlukan kesabaran dan
keuletan.

Anda mungkin juga menyukai