Review Article
Medical Progress
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNDIP dan Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran UNDIP/Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang
1
Medica Hospitalia | Vol. 3, No. 1, Mei 2015
2
Pemberian Antibiotika Rasional pada Infeksi Mata
menentukan kuman penyebab infeksi dan pola antibiotika tidak akan tercapai.
kepekaann terhadap antibiotika harus dilakukan karena Berbagai faktor yang mempengaruhi penetrasi
data-data ini akan dipakai sebagai dasar pemilihan obat intraokuler obat ialah muatan (charge) obat, status epitel
antibiotika empiris. Sampel harus diambil dari tempat kornea, derajat peradangan, formulasi obat, konsentrasi
infeksi dan tidak boleh terkontaminasi dengan jaringan obat dan dosis obat. Sifat kimiawi obat mempengaruhi
sekitarnya, diambil sebelum diberikan antibiotika. Hasil penetrasi obat, dalam arti kemampuannya menembus
pemeirksaan Mikrobiologi klinik tidakhanya berguna kornea. Lapisan luar epitel kornea kaya lipid sedangkan
buat pemilihan obat definitif bagi pasien sendiri tetapi bagian dalam stroma banyak mengandung air sehingga
secara berkala harus dianalisa dan disajikan agar diperlukan obat yang mempunyai sifat bifasik sehingga
klinisitahu dandapat menggunakan sebagai dasar mampu menembus epithel dan stroma kornea. Sifat pH,
pengobatan empiris.6 sistim buffer dan besar molekul sangat mempengaruh
Pengobatan antibiotika yang memadai penetrasi obat. Pada umumnya obat antibiotik untuk
padainfeksi mata memerlukan pengertian tentang proses mata menggunakan obat dengan molekul kecil sehingga
penyakit,pengetahuan farmakologi dan farmakokinetik mudah menembus membran biologi, tetapi basitrasin,
obat yang digunakan. Pemakaian antibiotika yang tepat kolistin dan polymixin adalah obat dengan molekul besar
sangat penting untuk mempertahankan visus pada sehingga penetrasi ke kornea jelek, karenanya baik
infeksi mata yang berat seperti keratitis bakterial dan digunakan untuk infeksi superfisial.8
endoftalmitis.8 Beberapa obat dapat menyebabkan kerusakan
kecil pada epitel dan sifat microtoxicity ini dapat
Prinsip Umum Pemakaian Antibiotika meningkatkan penetrasi obat. Hal ini bisa terjadi bila
menggunakan pengawet ethylenediaminetetra-acetate
Antibiotika yang mampu membunuh kuman (EDTA) atau sodium benzoate. Peradangan mata juga
mempunyai sifat bakterisidal, sedangkan yang dapat menyebabkan kerusakan epitel kornea dan
menghambat pertumbuhan kuman bersifat meningkatkan penetrasi obat. Turn over lapisan air mata
bakteriostatik. Pemakaian obat bakteriostatik relatif cepat sehingga formula yang mempertahankan
memerlukan bantuan sistim imun untuk eradikasi dan keberadaan obat di lapisan air mata akan meningkatkan
pembersihan kuman. Keratitis dan endoftalmitis adalah konsentrasi obat. Hal ini dapat dicapai dengan membuat
infeksi di jaringan yang avaskuler, dimana di kedua obat lebih kental (viscous) atau dalambentuk salep karena
tempat ini sistim imun tidak cukup kuat untuk mempunyai contact time lebih lama. Obat hidrofilik
mengontrol infeksi kuman guna mencegah sequelle yang mungkin akan mengkristal di dalam salep sehingga
menyebabkan kebutaan. Dalam waktu 24 jam kuman menghambat pelepasan dan penetrasinya, akibatnya
berkembang biak dan menghasilkan toksin dan enzim- menurunkan bioavailability obat.8
enzim perusak sehingga menghancurkan fungsi dan Peninggian konsentrasi antibiotika akan
jaringan mata. Dalam keadaan demikian, apalagi dalam meningkatkan difusi dan penetrasi kornea. Antibiotika
keadan infeksi berat; maka antibiotika yang bersifat “fortified” memberikan konsentrasi yang lebih tinggi di
bakterisidal lebih disenangi. Yang termasuk antibiotika kornea dan humor aquos. Ciprofloxacin 0,3% dan
bakterisidal ialah penicilin, cefalosporin, aminoglikosida ofloxacin 0,3% menunjukkan konsentrasi teurapeutik
dan fluoroquinolone, sedangkan yang bersifat yang cukup di kornea. Teknik pemberian dosis tertentu
baktriostatik ialah tetrasiklin, eritromisin, dapat digunakan untuk meningkatkan keunggulan
khloramfenikol dan sulfonamide yang digunakan untuk pemakaian obat topikal pada infeksi berat. Pemberian
mengobati infeksi yang ringan atau memang mempunyai obat 1 tetes setiap menit selama 5 menit, yang kemudian
efek khusus, misalnya tetrasiklin untuk rosasea mata, diulang setelah 1jam mampu meningkatkan konsentrasi
sebagai anti kolagenase pada ulkus kornea atau untuk obat di kornea sampai >100 µg/gram jaringan kornea.
mengencerkan sekret kelenjar meibom.8,9 Gentamisin sulfat 0,3% yang diberikan 1 tetes setiap
Pemberian antibiotik secara topikal pada 30–60 menit secara menetap, akan memberikan efek
umumnya mampu mengantarkan antibiotika pada optimal. Apabila pemberiannya lebih dari 1 macam
tempat infeksi dengan konsentrasi tinggi. Antibiotika antibiotika, maka perlu diberikan waktu jeda antara
topikal harus dapat menembus epithel kornea yaitu paling tidak 5 menit diantara obat satu dengan obat
suatu membran permeabel selektif; yang dilapisi oleh lainnya, untuk menghindari terjadinya “washout”.8,9
lapisan air mata (tear film), kemudian melewati beberapa Toksisitas obat topikal dapat disebabkan oleh obat
struktur segmen depan bola mata (yaitu lensa dan zonula antimikroba, bahan pengawet atau bahan pembawa obat.
Zinnii) dan uvea anterior sebelum masuk ke dalam Antibiotika dapat menghambat penyembuhan epitel
vitreus.10 Pada konjungtivitis dan keratitis, antibiotika kornea dan lebih nyata pada pemakaian obat fortified.
langsung diteteskan pada tempat infeksi, tetapi pada Oleh karena itu pemakaian obat fortified hanya
endoftalmitis antibiotika harus melalui kornea dan digunakan pada awal saja sebagai loading dose, yang tidak
humor aquos sehingga konsentrasi teurapeutik lebih dari 3 hari. Bahan pengawet thimerosal dan mercuri
3
Medica Hospitalia | Vol. 3, No. 1, Mei 2015
dapat meny eb ab kan reak si hipersensit ifit as, combined fortified antibiotics sampai hari ke tiga, yang
keratokonjungtivitis dengan permukaan kornea kasar, kemudian diteruskan dengan pengobatan definitif,
giant papillary conjungtivitis, infiltrat di stroma kornea dan sesuai hasil kultur dan kepekaan terhadap antibiotika
band keratopathy. Benzalkonium chloride dapat dari laboratorium mikrobiologi klinik.9
menghambat adhesi epitel, hilangnya epitel superfisial Resistensi kuman terhadap antibiotika
dan memperlambat penyembuhan epitel. Efek samping merupakan hal serius yang perlu mendapatkan
beserta efek melapisi permukaan (surfactant) dari perhatian dari para dokter, yang terjadi hampir terhadap
benzalkonium dapat meningkatkan penetrasi semua jenis antibiotika mata.12 Resistensi terhadap
antibiotika.8,9 antibiotika muncul apabila digunakan antibiotika dalam
jangka lama sehingga strain kuman yang sensitif mati
Cara Pemberian Antibiotika tetapi strain yang resisten yang semula hanya sedikit
jumlahnya, dapat memperbanyak diri sehingga menjadi
Prognosis endoftalmitis jelek meskipun sudah diberikan dominan. Pengobatan infeksi akut dan profilaksis yang
antibiotika progresif secara topikal, parenteral dan biasanya diberikan dalam waktu pendek, mungkin kecil
periorbital karena tidak dicapai konsentrasi antibiotika pengaruhnya terhadap terjadinya resistensi kuman.
yang cukup. Oleh karena itu diperlukan pemberian Informasi tentang pola kuman dan pola resistensi
antibiotika secara intra vitreal untuk mencapi kadar terhadap antibiotika sangat perlu sebagai dasar
antibiotika yang cukup dalam waktu relatif lama, hanya pengobatan empirik, khususnya pada kasus infeksi berat
saja sifat toksik ke retina yang menjadi masalah. yang mempunyai potensi menyebakan kebutaan,
Contohnya dosis gentamisin 100–400 pug, cefazolin atau misalnya keratitis bakterial atau ulkus kornea.
methicillin 2 mg, amikasin 400 ug dan vancomycin 1 mg. Mengingat spektrum penyakit infeksi mata yang
Karena dekatnya rentang dosis toksik dan dosis luas, rasanya tidak memungkinkan dibahas semuanya
teurapeutik dari aminoglikosida, maka obat ini harus dalam tulisan ini. Sebagai contoh untuk pembahasan
diinjeksikan di bagian depan atau tengah vitreus untuk lebih lanjut pada kesempatan ini ialah keratitis bakterial
mencegah dosis berlebihan di dekat retina.10 dan endoftalmitis, penyakit yang mempunyai potensi
Antibiotika parenteral diindikasikan untuk menyebabkan kebutaan.
selulitis preseptal, selulitis orbita, dacryosistitis dan
sebagai tambahan pada pengobatan endoftalmitis atau Keratitis Bakterial
keratitis yang meluas ke sklera, ancaman ruptur kornea Keratitis bakterial adalah infeksi bakteri pada kornea.
atau sudah terjadi ruptur kornea. Selain itu, Sistim pertahanan terhadap infeksi meliputi permukaan
konjungtivitis gonorrhoeae pada usia berapapun, epitel kornea yang utuh, gerak mengedip dari kelopak
Pseudomonas, Haemophilus dan Chlamydia pada neonatus mata, dan bahan kimiawi yang ada di dalam lapisan
seharusnya diobati dengan antibiotika parenteral.8 airmata yang mempunyai efek antibakterial, seperti
Antibiotika topikal efektif dan aman digunakan lizozym, beta-lysins dan immunoglobulin A. Infeksi
sebagai profilaksis edoftalmitis post operatif dan trauma terjadi apabila sistim pertahanan lini pertama tersebut
penetrans. Antibiotika topikal baik diberikan 24 jam mengalami gangguan, terjadi defek epitel, kuman
sebelum operasi intra okuler untuk menurunkan jumlah patogen masuk ke jaringan kornea kemudian
kuman di fornix konjungtiva. Injeksi antibiotika memperbanyak diri dan terjadilah kolopnisasi yang
subkonjungtiva juga efektif untuk mencegah melanjut menjadi keratitis. Prosesnya akan berlanjut dan
endoftalmitis post operatif, tetapi karena efek samping terbentuk jaringan nekrotik dimana jaringan nekrotik ini
pemakaian aminoglikosida yaitu perdarahan dan efek lepas kemudian terbentuk ulkuskornea, apabila sembuh
toksik, maka cefalosporin lebih disenangi. Sekarang terbentuk sikatrik kornea yang akan berpengaruh
injeksi subkonjungtiva post operatif ini sudah terhadap ketajaman penglihatan.8
ditinggalkan dan diganti dengan obat topikal golongan Pemeriksaan sederhana tetapi rasional ialah
quinolone yang mempunyai efektifitas yang sama dan dengan pengecatan Gram dari spesimen ulkus kornea
efek samping sangat minimal, misalnya gatifloxacin 0,3% sehingga dapat diketahui apakah kumannya termasuk
atau moxifloxacin 0,5%.11 kuman gram (+) atau kuman gram (-), sehingga obat
Infeksi yang berat seperti keratitis bakterial, antibiotika empirik yang diberikan disesuaikan dengan
endoftalmitis atau selulitis orbita jelas memerlukan hasil pengecatan.8,10,11 Seringkali karena jenis kuman
pengobatan antibiotika yang progressif dengan penyebab tidak segera dapat diketahui, untuk mengatasi
antibiotika spektrum lebar. Pada sebagian besar kasus, infeksi yang berat tersebut dipilih pengobatan empirik
macam kuman penyebab infeksi belum diketahui. Oleh menggunakan kombinasi dua antibiotika, dengan istilah
karena itu spesimen harus diambil sebelum diberi “shotgun” approach, yaitu dimulai dengan pemberian
antibiotika agar kuman dapat diisolasi dan pengobatan kombinasi sefalosporin dan aminoglikosida dosis tinggi
yang tepat tidak terlambat. Untuk mengatasi masalah ini, (fortified) agar di jaringan kornea didapatkan kadar
pada ulkus kornea diberikan pengobatan empiris dengan antibiotika dengan konsentrasi tinggi sebelum efek
4
Pemberian Antibiotika Rasional pada Infeksi Mata
toksik kuman timbul sehingga efek bakterisidal yang dibandingkan pemberian topikal yang frekuen
cepat dapat dicapai. Obat yang dipakai ialah kombinasi walaupun kadarnya tidak lebih dari 5 jam.8
tobramycin 2% dengan cefamandole nafate 5% atau Pemakaian collagen shields (lensa kontak yang
gentamisin 0,9–1,2 % dengan cefazolin 5%. Pengobatan dibuat dari kolagen binatang dan dicelupkan ke larutan
diberikan setiap setengah jam selang-seling sampai 24 antibiotika) mungkin memberikan kadar antibiotika
jam, kemudian dilakukan tapering bertahap sampai hasil yang tinggi di kornea tetapi lensa kontak akan mencegah
kultur dan tes sensitifitas keluar dan dilanjutkan dengan sistim pembersihan dari gerak palpebra dan lapisan air
pengobatan definitif menggunakan obat tunggal yang mata serta menyebabkan timbunan toksin dan ensim
sesuai.8 kuman di tempat infeksi.
Alternatif kedua adalah menggunakan obat Sudah barang tentu pengobatan pasien ulkus
tungal quinolone generasi baru, misalnya Ciprofloxacin kornea tidak hanya cukup dengan pemberian antibiotika
0,3 %, Ofloxacin 0,3 % atau Lomefloxacin 0,3 %. Cara ini saja tetapi juga obat yang lain, misalnya siklopegi sulfas
sebetulnya memudahkan dokter dan pasien untuk atropin, anti inflamasi non steroid, antioksidan dan anti
pemberiannya, yang juga akan meningkatkan ketaatan collagenase, yaitu oxytetrasiklin salep mata. Pemberian
berobat (compliance). Ada kontroversi tentang pemakaian steroid masih terjadi kontroversi ada yang tidak setuju
quinolone ini karena ada kuman penyebab keratitis yang dan ada yang setuju, yaitu diberikan beberapa hari pada
tidak sesuai dengan coverage kerja obat, misalnya awal saja bersamaan dengan pemberian antibiotika.
Streptococcus pneumonia. Ada juga laporan yang Serum otolog mengandung banyak faktor pertumbuhan
menyatakan bahwa pada ulkus kornea yang luas diobati jaringan (growth factors) sehingga penambahan serum
dengan quinoloe ternyata angka perforasinya lebih besar. otolog akan mempercepat epitelisasi kornea. Faktor
Karena itu ada yang membedakan berdasarkan luas predisposisi lokal maupun sistemik juga harus dicari dan
ulkus kornea, pada ulkus kecil (diameter <3 mm) dapat dikoreksi, misalnya blefaritis, disfungsi kelenjar meibom,
menggunakan monoterapi, tetapi yang ulkusnya luas dacryocystitis, diabetes mellitus.9
(diameter >3 mm) menggunakan antibiotika kombinasi.9
Pengobatan subkonjungtiva atau intravena Endophthalmitis
biasanya diberikan pada kasus ancaman perforasi ulkus
(impending perforation) atau kalau infeksinya meluas ke Endoftalmitis merupakan infeksi yang paling merusak
sklera. Injeksi subkonjungtva memberikan rasa nyeri dan mengancam tajam penglihatan, termasuk keadaan
hebat pada pasien dan menyebabkan sikatrik gawat darurat mata, memerlukan pengobatan antibiotika
konjungtiva tetapi konsentrasinya lebih tinggi segera dan agresif. Endoftalmitis terjadi biasanya setelah
TABEL 1
Daftar antibotika pada pengobatan endoftalmitis
Intravitreal (dalam 0,1 ml) Vancomycin HCl, 1 mg Vancomycin HCl, 1 mg Vancomycin HCl, 1 mg
Amikasin sulfat, 0,4 mg Amikasin sulfat, 0,4 mg Ceftazidime, 2,25 mg
Dexametason 0,4 mg
Subconjungtiva (dalam 0,5 ml) Vancomycin HCl, 25 mg Vancomycin HCl, 25 mg Vancomycin HCl, 25 mg
Gentamisin sulfat, 20 mg Ceftazidime, 100 mg Ceftazidime, 25–50 mg
Dexametason, 12-24 mg
Topikal Vancomycin HCl, 5% Vancomycin HCl, 5% Vancomycin HCl, 5%
Gentamisin sulfat, 0,24% Amikasin sulfat Ceftazidime, 5%
Corticosteroids
Parenteral Clindamycin fosfat Amikasin sulfat Vancomycin HCl
Amikasin sulfat Ceftazidime Ceftazidime
Ciprofloxacin HCl
5
Medica Hospitalia | Vol. 3, No. 1, Mei 2015
trauma penetrans atau setelah operasi intra okuler dan manajemen penyakit infeksi dan menggunakan jalan
lebih jarang lagi terjadi secara hematogen. Basilus lebih pintas memakai antibiotika “super”. Harus pula diingat
sering didapatkan pada trauma penetrans, sedangkan bahwa resistensi kuman semakin bertambah sering dan
kuman pada endoftalmitis post operatif didapatkan banyak, termasuk terhadap antibiotika baru. Apabila
kuman yang biasanya menjadi fora normal tepi kelopak resistensi terjadi terhadap antibiotika andalan, maka
mata seperti S. epidermidis, S. aureus, Streptococcus dan akan semakin sulit mengobati penyakit infeksi.
kuman batang gram negatif. Endoftalmitis lambat (late Pemakaian pengobatan infeksi mata berat menggunakan
onset endophthalmitis) yang terjadi setelah 3 bulan, obat empirik tanpa keuntungan data kultur dan tes
disebabkan oleh Propionibacterium acnes.8,10 kepekaan antibiotika, dapat dikatakan sebagai suatu
Pengobatan antibiotika paling efektif untuk kebohongan dengan risiko yang sebetulya tidak perlu.
mempertahankan tajam penglihatan bila diberikan pada Walaupun obat empirik efektif, efek samping obat bisa
tahap awal, yaitu beberapa jam awal saat terdeteksinya terjadi, yang seharusnya dapat dihindari dibandingkan
gejala dan belum terjadi kerusakan jaringan yang kalau ada pilihan antibiotika definitif yang kurang/tidak
penting. Vitreus yang terinfeksi dibersihkan dengan toksik, misalnya terhadap kerusakan epitel kornea pada
vitrektomi. Spesimen diambil dari fornix inferior, kasus keratitis/ulkus kornea ataupun toksisitas sel retina
kemudian dari vitreus dengan cara aspirasi pada kasus endoftalmitis.15
menggunakan jarum (23-gauge needle aspirates) atau pada Pemakaian antibiotika saat ini tidak cukup dengan
saat vitrektomi. Antibiotik diberikan secara intra vitreal, pemakaian antibiotika secara rasional tetapi seharusnya
kemudian diberikan secara subkonjungtiva, fortified drops dengan pemakaian antibiotika secara bijaksana (prudent
dan intra vena. Daftar antibiotika yang digunakan dapat antibiotics use), yaitu suatu kegiatan terintegrasi untuk
dilihat pada tabel 1 di atas atau berdasarkan sumber memaksimalkan efek antibiotika dan meminimalkan
pustaka baru lain yang berbasis bukti (evidence based).8 seleksi kuman resisten. Dasar prinsip pemakaian
antibiotika secara bijak terdiri dari (1) pemilihan
SIMPULAN antibiotika yang tepat, meliputi diagnosis klinik yang
tepat, mengetahui pola sensitifitas, mengetahui
Pengelolaan infeksi mata berat yang menyebabkan efektifitas berdasar hasil uji klinik, perkiraan sensitifitas
kebutaan perlu mendapatkan perhatian serius. terhadap kuman penyebab, farmakokinetik obat, status
Tersedianya berbagai macam antibiotika di pasaran, immunokompeten, spektrum kerja yang cukup (bukan
termasuk antibiotika baru; yang dapat digunakan untuk broad spectrum), dan kombinasi antibiotika (2)
infeksi mata merupakan hal yang menyenangkan karena penggunaan antibiotika yang benar, meliputi dosis obat,
tersedianya pilihan antibiotika yang beragam. Di pihak lama pengobatan, grup antibiotika, strategi pengobatan,
lain, dilaporkan juga tentang resistensi kuman terhadap dan peresepan obat – pemberian obat – pencatatan.
antibiotika maka akan menyulitkan klinisi dalam Sebagai tambahan yang juga harus dikerjakan secara
pemilihan obat tersebut. Sebaiknya kita mengingat bersama meliputi surveilans pola sensitifitas antibiotika,
kembali tentang manajemem penyakit secara rasional, monitoring pemakaian antibiotika, tindakan alternatif
salah satunya ialah tahapan diagnsosis rasional dari dari pemberian antibiotika dan program
penyakit infeksi, khususnya infeksi mata yang meliputi pengendalianinfeksi yang terintegrasi. Harus selalu
penegakkan diagnosis klinik, pengambilan spesimen, ditekankan bahwa pencegahan lebih baik dari pada
pemeriksaan kultur dan tes kepekaan terhadap pengobatan.16,17
antibiotika. Dengan cara ini diketahui kuman penyebab
dan sensitifitas terhadap antibiotika, sehingga antibiotika DAFTAR PUSTAKA
dipilih secara rasional berdasar bakteri penyebab.
Tinggal pilihan cara pemberian yang memungkinkan 1. WHO. Nausheen S, Hammad R, Khan A. J Pak Med Assoc. Vol.
kadar antibiotika mencapai konsentrasi tinggi di jaringan 63, No.1, January 2013: 60–64.
2. Hopkins G and Pearson R. Drugs for the treatment of infections,
infeksi. Data-data tersebut secara berkala harus disajikan in: Ophthalmic Drugs. Diagnostic and Theurapeutic Uses.
ke klinisi agar dapat digunakan sebagai dasar pemilihan Butterworth Heinemann Elsevier. Fifth ed.China;2007:179–201.
pengobatan empirik. 3. Szliter-Berger EA, Hazlett LD. Corneal Epithelium: Response
Kontroversi muncul kemudian ialah pada to Infection. In: Dartt DA, Dana R, D'amore P, Niederkorn JY.
pengobatan empirik yaitu pemakaian terapi “shotgun” Immunology, Inflammation and Diseases of The Eye. San
Diego: Elsevier. Academic Press; 2011.p.79–85 .
yang menggunakan antibiotika spektrum luas, yang
4. Thanathanee O, O'Brien TP. Corneal Microbiology. In:
seharusnya hanya diberikan pada tahap awal sebelum Copeland RA, Afshari NA. Copeland and Afshari's Principle
kuman penyebab dapat diidentifikasi. Saat ini semakin and Practice of Cornea. New Delhi:Jaypee Brothers Medical
banyak obat baru yang mempunyai kemampuan “super” Publishers (P) Ltd;2013.p.195–213.
dalam membunuh kuman, baik sebagai obat tunggal 5. Winarto. Keratomycosis. Simposium Mycosis. Kongres dan
Temu Ilmiah Nasional III Perhimpunan Mikologi Kedokteran
ataupun obat kombinasi. Akibatnya terlihat adanya
Indonesia (PMKI), Semarang, 2 Oktober 2004.
kecenderungan untuk melupakan tahapan rasional dari
6
Pemberian Antibiotika Rasional pada Infeksi Mata
6. Summaiya AM, Neeta DK, Sangita BR. Ocular Infections: 13. Winarto, Purnomo Hadi. Perbaikan kultur menggunakan
Rational Approach to Antibiotic Therapy. National Journal Of media penyubur pada ulkus kornea, MKD vo l31 no. 1&2, 1996 :
Medical Research. Volume 2(1) Jan March 2012; 22–24. 45–50.
7. Winarto.Gambaran klinik dan mikrobiologik ulkus kornea di 14. Winarto. Managemen Ulkus Kornea Bakterial. Temu Ilmiah
RSDK Semarang tahun 1988. Majalah Kedokteran Penanganan Ulkus Kornea Secara Optimal. Kerjasama
Diponegoro.1990;4:247–53. PERDAMI Jawa Tengah – Bag Mata FK UNDIP, Semarang, 15
8. Snyder RW, Glasser DB: Antibiotic therapy for ocular infection. September 2001.
West J Med 1994; 161:579–584 15. John P. Whitcher, Ocular Infections-A Rational Approach to
9. Winarto. Managemen Ulkus Kornea Bakterial. Temu Ilmiah Antibiotic Therapy. WJM, December 1994–Vol 161, No.
Penanganan Ulkus Kornea Secara Optimal. Kerjasama 6:615–617.
PERDAMI Jawa Tengah – Bag Mata FK UNDIP, Semarang, 15 16. Federation of Veterinarians of Europe. Antibiotics Resistance &
September 2001. Prudent use of Antibiotics in Veterinary Medicine.
10. Hopkins G and Pearson R. Indication and contraindications for 17. Ungemach FR, Muller–Bahrdt D, Abraham G. Guidelines for
ophthalmic drugs, in: Ophthalmic Drugs. Diagnostic and prudent use of antimicrobials and their implications on
Theurapeutic Uses. Butterworth Heinemann Elsevier. Fifth antibiotic usage in veterinary medicine. International Journal of
ed.China;2007:257–277. Medical MicrobiologyVolume 296, Supplement 2, 23 June
11. McCulley et al. Fourth-generation fluoroquinolone penetration 2006:33–38
into the aqueous humor in humans.Ophthalmology. 2006;
113(6):955–9
12. Winarto. Pola kepekaan kuman penyebab ulkus kornea
terhadap 12 macam antibiotika. Ophthalmologica Indonesiana
1997;17(1) : 5–8.