MAKALAH
oleh
Kelompok 14
MAKALAH
oleh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Makalah Asuhan Keperawatan Klien Dengan Distosia”.
Penyusun,
DAFTAR ISI
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan maternitas
1.2.2 Untuk mengetahui konsep medis Distosia
1.2.3 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Distosia
2.1 Pengertian
2.2 Epidemiologi
Reproductive Health Library menyatakan setiap tahun terdapat 180 hingga
200 juta kehamilan. Dari angka tersebut 585.000 kematian maternal terjadi
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Kematian terjadi akibat
perdarahan sebesar 24,8%, infeksi dan sepsis 14,9%, hipertensi dan pre-
eklampsi atau eklampsi 12,9%, distosia atau persalinan macet 6,9%, abortus
12,9% dan sebab langsung yang lain sebesar 7,9%.
Perdarahan adalah faktor penyebab kematian maternal terbesar, salah
penyebab terjadinya perdarahan yaitu distosia bahu. Distoia bahu merupakan
penyulit pada persalinan kala II yang tidak terdeteksi sebelumnya. Distosia
adalah keadaan yang awalnya merupakan suatu bias, karena sering kali diawali
dengan proses kehamilan dan persalinan yang normal (Sulistyawati, 2010).
Kejadian distosia bahu dilaporkan kurang dari 1% terjadi dari 0,15% sampai
0,6% persalinan (varney’s 2004:436).
2.3 Etiologi
Tanda dan gejala pada kasus persalinan macet atau distosia adalah:
Janin kesulitan
Kontraksi tidak sinkron melewati PAP Vasokontriksi
dengan tenaga
pembuluh darah
DISTOSIA
Obstruksi Katekolamin
Penekanan Penekanan Energi ibu Jalan lahir
mekanis pada
pada jalan kepala janin terpapar terlalu
penurunan
lahir pada panggul lama dg udara
janin
luar
Resiko Menekan saraf Resiko hipermetabolisme Patogen Stress
cedera cedera janin mudah masuk
maternal
Respon Resiko Ansietas
hipotalamus kekurangan Resiko
volume cairan infeksi
dan elektrolit
Pengeluaran
mediator nyeri
Respon nyeri
Nyeri akut
2.6 Komplikasi & prognosis
2.6.1 Komplikasi Distosia
1. Komplikasi maternal
b. Perdarahan pasca persalinan
c. Fistula Rectovaginal
d. Robekan perineum derajat III atau IV
e. Rupture Uteri
f. Cedera otot dasar panggul
g. Infeksi intrapartum dan postpartum
h. Sepsis
i. Retensio urin
2. Komplikasi fetal
a. Brachial plexus palsy
b. Fraktura Clavicle
c. Kematian janin
d. Hipoksia janin dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
e. Fraktura humerus
f. Gawat janin
g. Asfiksia janin
h. Sepsis neonatus
i. Kaput suksedaneum dan molase pada kepala janin
2.6.2 Prognosis
1. Kompresi tali pusat
2. Kerusakan pleksus brakhialis
3. Paralisis klumpke
4. Patah tulang
5. Fraktur klavikula
6. Fraktur humerus
7. Asfiksia janin
8. Kematian bayi
Kesulitan persalinan dapat terjadi karena adanya panggul sempit dan
janin besar, letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks
secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai dasar panggul
sebelum ukuran terbesar kepala melewati PAP (Pintu Atas Panggul). Angka
kematian perinatal pada presentasi muka adalah 2,5 – 5%.
Bila terjadi ruptur uteri spontan atau ruptur traumatik akibat versi dan
ekstraksi yang buruk atau terlambat, dapat terjadi kematian. Bila diagnosis
berhasil ditegakkan secara dini dan penanganannya tepat, prognosis baik.
2.7 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untu klien distosia adalah :
1. Edukasi prenatal
2. Persiapan kelahiran
3. Menghindari induksi persalinan yang tidak perlu
4. Dukungan yang terus menerus pada wanita yang bersalin
5. Penggunaan analgesi yang tepat
6. Penilaian kelahiran yang tepat
7. Partograf
2.8 Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ (Detak Jantung Janin)
c. Kolaborasi dalam pemberian :
1) Infus RL dan larutan NaCL isotonik (IV)
2) Berikan analgesik berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau
morvin 10 mg (IM)
d. Perbaiki keadaan umum
1) Berikan dukungan emosional dan perubahan posisi
2) Berikan cairan
2. Penanganan Khusus
1) Kelainan His
1) TD diukur setiap 4 jam
2) Pantau his selama 10 menit, telapak tangan diletakkan di fundus
untuk mengetahui kekuatan dan lama kontraksi.
3) DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
4) Pemeriksaan dalam : VT
Kolaborasi : Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV), berikan
analgetik seperti petidin, morfin dan pemberian oksitosin untuk
memperbaiki his.
5) Lakukan pencatatan dengan baik dan benardengan menggunakan
PARTOGRAF.
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d Setelah dilakukan perawatan 1. Pantau masukan dan 1. Membandingkan apakah
2x24 jam tidak terjadi keluaran cairan pemasukan dan pengeluaran
muntah, pembatasan masukan cairan
deficit cairan tubuh. 2. Pantau tanda vital. seimbang sehingga tidakterjadi
Catat laporan pusing dehidrasi
Kriteria hasil: pada perubahan 2. Peningkatan frekuensi nadi dan
1. TTV di batas normal posisi suhu,dan perubahan tekanan
2. Kulit elastis 3. Kaji elastisitas kulit darah ortostatik dapat
3. CRT < 2 detik 4. Kaji bibir dan menandakan penurunan volume
3. Mukosa lembab membran mukosa sirkulasi
4. DJJ 160- 180 x/menit oral dan derajat 3. Kulit yang tidak elastis
saliva menandakan terjadi dehidrasi
5. Perhatikan respon 4. Membran mukosa atau bibir
denyut jantung janin yang kering dan penurunan
yang abnormal saliva adalah indikator lanjut
6. Berikan masukan dari dehidrasi
cairan adekuat 5. Indikasi menunjukkan efek
melalui pemberian dehidrasi maternal dan
minuman > 2500 penurunan perfusi
liter 6. Pemenuhan cairan pada
7. Berikan cairan mengurangi dehidrasi
secara intravena 7. Larutan parenteral mengandung
elektrolit dan glukosa dapat
memperbaiki atau mencegah
ketidakseimbangan maternal
dan janin serta apat menurunkan
keletihan maternal
3.4 Pelaksanaan
2. Resiko tinggi cedera terhadap 1. Meninjau ulang riwayat persalinan,awitan dan durasi
2. Mencatat waktu/jenis obat, hindari pemberian narkotik dan anastesi blok
maternal b/d penurunan tonus otot,
epiduralsampai serviks dilatasi 4 cm.
obstruksi mekanis pada penurunan 3. Mengevaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan
istirahat,sebelumawitan persalinan
janin, keletihan maternal.
4. Mengkaji pola kontraksi uterus
5. Mencatat kondisi serviks, pantau tanda amnionitis, catat peningkatan suhu atau
jumlahsel darah putih, catat bau dan rabas vagina
6. Mencatat penonjolan, posisi janin dan presentasi janin.
7. Menganjurkan klien berkemih setiap1-2 jam.kaji terhadap penuhan kandung kemih
diatas simfisis pubis
8. Menempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring atau
ambulasi sesuai toleransi
9. Membantu dengan persiapan seksio sesaria sesuai indikasi untuk malposisi, CPD
atau cincin bandl
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d 1. Memantau masukan dan keluaran cairan
2. Memantau tanda vital. Catat laporan pusing pada perubahan posisi
muntah, pembatasan masukan cairan
3. Mengkaji elastisitas kulit
4. Mengkaji bibir dan membran mukosa oral dan derajat saliva
5. Memperhatikan respon denyut jantung janin yang abnormal
6. Memberikan masukan cairan adekuat melalui pemberian minuman > 2500 liter
7. Memberikan cairan secara intravena
3.5 Evaluasi
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d S : Klien tidak lagi muntah dan asupan cairan bagus
O : Tidak terdapat tanda-tanda kurang cairan
muntah, pembatasan masukan cairan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran