Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NPM : 230110170134
Kelompok : 6
ISU SUNGAI CITARUM
Sungai Ci Tarum atau Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Tatar Pasundan
Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sungai dengan nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang penting ini
sejak 2007 menjadi salah satu dari sungai dengan tingkat ketercemaran tertinggi di dunia. Jutaan
orang tergantung langsung hidupnya dari sungai ini, sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar alirannya,
tiga waduk PLTA dibangun di alirannya, dan penggundulan hutan berlangsung pesat di wilayah
hulu. Sungai citarum mengalir dari hulunya di Gunung wayang selatan kota Bandung mengalir ke
utara dan bermuara di laut jawa. Sungai yang merupakan sumber air minum untuk masyarakat di
Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Dengan panjang sekitar 269 km mengaliri
areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar. Citarum merupakan sumber dari denyut nadi
perekonomian Indonesia sebesar 20% GDP (Gross Domestic Product) dengan hamparan industri
yang berada di sepanjang sungai Citarum. Sungai Citarum memiliki peran penting sebagai jalur
perdagangan dan peradaban manusia sejak awal Hindu-Budha hingga Kerajaan Tarumanegara
pada abad ke-4. Sekarang, setidaknya dari 45 juta penduduk Jabar sesuai sensus Badan Pusat
Statistisk (BPS) 2012, sebanyak 15 juta warga menggantungkan hidupnya dari sungai ini.
Namun, kisah keagungan Citarum tinggal kenangan. Akibat perilaku masyarakat yang tidak
memuliakan sungai dengan gemar membuang sampah sembarangan, menjadi tempat pembuangan
limbah pabrik, dan penggundulan hutan membuat kualitas air Citarum menurun drastis hingga
tidak layak pakai. Bahkan, media populer Amerika Serikat, Huffington Post pada 2010
menempatkan Citarum termasuk dalam daftar sungai terkotor dan tercemar di dunia! Kondisi itu
jelas membuat miris. Tentu pemerintah harus malu telah menjadi sorotan dunia akibat kerusakan
lingkungan yang sangat parah. Kondisi Citarum saat ini merupakan potret parahnya pengelolaan
air permukaan di Indonesia. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh 30 Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Propinsi Jawabarat pada tahun 2008 terhadap 35 sungai
menunjukkan bahwa pada umumnya status mutu air sudah tercemar berat. 6% sumber air
permukaan dunia berada di Indonesia, dan 21% total sumber air permukaan di Asia Pasifik juga
berada di Indonesia. Tapi masalah sumber air bersih tetap menjadi masalah di Indonesia. Lebih
dari 70% masyarakat Indonesia mengkonsumsi air yang terkontaminasi. Penyakit yang
ditimbulkan dari konsumsi air kontaminasi antara lain yaitu diare, kolera, disentri, dan menjadi
penyebab terbesar kematian bayi di Indonesia.
Maka dari itu kita sebagai mahasiswa perikanan berkewajiban turut andil dalam
menormalisasikan sungai citarum, Diperlukan adanya normalisasi alur sungai Citarum , baik
menyangkut (1) pengerukan dasar sungai yang dangkal, (2) pelebaran kembali lebar sungai yang
sempat menyempit, maupun (3) pelurusan alur sungai yang dianggap perlu dengan membuat alur
baru, agar arus air menjadi lebih lancar dan meminimalkan dampak banjir bagi willayah di sekitar
pemukiman penduduk yang padat. Selain itu sosialisasi dan edukasi yang berlangsung secara terus-
menerus dan konsisten kepada warga di sekitar yang selama ini memanfaatkan jasa sungai Citarum
sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangga atau pasar, agar lebih peduli untuk bersikap
ramah terhadap lingkungan, seperti tidak membuang sampah ke selokan atau sungai, tidak
membuang limbah yang dikategorikan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Perlu adanya
penegakan hukum secara tanggap (cepat dan segera), konsisten dan berkelanjutan agar memberi
efek jera bagi mereka yang melakukan pelanggaran lingkungan, seperti membuang sampah
seenaknya di sungai, pembuangan limbah industri tanpa melalui proses pengolahan limbah internal
terlebih dahulu secara benar, atau memanfaatkan lahan tidak sebagaimana fungsinya DAS,
sekaligus merupakan penerapan edukasi yang efektif tentang pentingnya peduli lingkungan
bersama.