Anda di halaman 1dari 143
Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan Inman Somantri Manajer Penerbitan dan Produksi: Edward Tanujaya Koordinator Penerbitan dan Produksi: Ariyanto Copy Editor: Shelvy Dwi Citra Tata Letak: Sigit Kesit Jatmiko Hak Cipta ©2007, Penerbit Salemba Medika Wijaya Grand Center D7 JL Wijaya 2, Jakarta 12160 Telp. (O21) 721-0238, 725-8239 Faks. — :(021) 721-0207 Website: http://www.penerbitsalemba.com E-mail :info@penerbitsalemba.com Hak cipta dilindungi undang-undang, Dilarang memperbanyak sebagian atau se- Turuh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan, Jainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit. UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Somantri, Irman Keperawaten Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan em Pernapasan/Irman Somantri —Jakarta: Salemba Medika, 2007 1jil,, 15,5 x 24 em, 164 hal. ISBN 978-979.3027-52-4 1. Keperawatan I, Irman Somantri Sistem Pemapasan 1. Judul Persembahan iii Kata Pengantar v Daf ed BAB1 STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM PERNAPASAN 1 Pendahuluan 1 Anatomi Sistem Pernapasan 4 Kendali Pernapasan 10 Fisiologi Respirasi_ 11 Proses Respirasi Eksternal 12 Refleks Pernapasan 16 TRONS BAB2 PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT SISTEM PERNAPASAN 17 A. MetodeMorfologis 17 B. Metode Fisiologis 18 BAB3 ASUHAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN 21 A. Pengkajian 21 B. Diagnosis Keperawatan 26 C. Perencanaan 27 BAB4 PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN 33 A. Persiapan 33 B. HalyangPerluDiperhatikan 33 C. Langkah-langkah Pemeriksaan 33 BABS BABG6 BAB7 BAB8 Asuhan Kepesiwatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Permapasan ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFLUENZA 41 me oy ae Pengertian 41 Etiologi 41 Tanda danGejala 41 Treatment 42 Diagnosis Keperawatan 42 Intervensi Keperawatan 42 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASES 43 "MON DP Asma Bronkhial 43 Bronkhitis Kronis 49 Emfisema Paru-paru 52 Pengkajian Diagnosis COPD 55 KomplikasiCOPD 56 Rencana Asuhan Keperawatan padaPasien COPD 57 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU-PARU 59 ae n Definisi 59 Etiologi 59 Patofisiologi 60 Asuhan Keperawatan 61 Rencana Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru-paru 63 Obat-obat Anti Tuberkulosis 63 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA 67 A. B. Definisi 67 Patogenesis 67 = a C. Etiologi, Tanda, dan Gejala 68 D. Patofisiologi 69 E, Diagnostik Studi 70 F. Prioritas Keperawatan 70 G. Rencana asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Pnemunia 70 BAB9 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ADULT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM 79 AL Definisi 79 79 C. Patofisiologi 80 D. ManifestasiKlinis 81 E, Pemeriksaan Diagnostik 81 F. Diagnosis Keperawatan 82 G. Penatalaksanaan 82 BAB 10 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EMBOLI PARU-PARU 85 A Definisi 85 B. Faktor Predisposisi 85 C. Patofisiologi 86 D. TandadanGejala 88 E.__Intervensi 89 F. TindakanPencegahan 90 G. Pemeriksaan Diagnosis 90 H. Diagnosis Keperawatan 90 BAB 11 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA 95 Meee B. Etiologi 95 c Patogenesis 96 D.__Fisiologi Pleura _96 E. Patofisiologi 97 F. Manifestasi Klinik 98 G. Diagnosis 98 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan H. _Penanganan Medis_ 100 1. Diagnosis Keperawatan 100 BAB 12 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU-PARU 101 A B. rrammon Pendahuluan 101 Karakteristik Neoplasma 101 Faktor Risiko 102 Patologi 102 Metastasis 104 Stadium 105 Tanda Bahaya Kanker Paru-paru 106 Diagnosis Keperawatan 107 Penatalaksanaan 107 BAB 13 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PEMASANGAN WATER SEALED DRAINAGE 111 A. B. G D. E. Fk Prinsip Fisiologis 111 Gambaran Peralatan 112 Keuntungan dan Kerugian Sistem Drainase SelangDada 114 Indikasi Pemasangan Selang Dada 114 Indikasi Pengangkatan Selang Dada 115 Penatalaksanaan 115 BAB 14 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN COR PULMONAL 119 A.__Definisi 119 B. _ Etiologi_119 C._ Patogenesis 119 D.___Patofisiologi__120 F Pemeriksaan Penunjang 121 G.___Penatalaksanaan Medis _122 = — BAB 15 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EMPIEMA 123 A Deliniel 123 B.__Patofisiologi 123 C.___Manifestasi Klinis 123 1D. __Penatalaksanaan 124 E, Prognosis 126 F. IntervensiKeperawatan 126 BAB 16 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BRONKHIEKTASIS 127 Pengertian 127 Etiologi 127 Patofisiologi 128 Manifestasi Klinis 128 Penatalaksanaan Medis 128 mon > BAB 17 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAPAS AKUT 131. A.__Pendabuluan 131. B._Patologi_131 GC. Etiologi 132 BAB 1 HAN KEPERAWATAN PADA P? DEN IBSTRUKSI SALURAN NAPAS _137 A._Pendahuluan 137 B._ Pembagian Sumbatan JalanNapas_138 €. Diagnosis Keperawatan 140 xi Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan BAB 20 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAKHEOTOM! DAN TRAKHEOSTOM! 141. A. Definisi 141 B.__Fungsi Trakheostomi_141 .__Indikasi_ 141. D.___Teknik Operasi_142 E.__Komplikasi_ 142 F. Diagnosis Keperawatan 144 DAFTAR PUSTAKA _ 14: INDEKS 147 TENTANG PENULIS 151. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Bab 10 + Asuhan Keperawatan paca Pasien dengan Emboli Paru-paru :: 2. Gejala yang muncul pada pasien dengan emboli paru-paru adalah: a. Takipnea b. Crackles c. Takikardia d. Bunyi jantung $3. Bunyi $3 adalah suara ketiga saat jantung berkontraksi, Pada orang dewasa merupakan sesuatu yang abnormal dan sering kali mengindikasikan adanya kelainan jantung, Terdengar pada apeks jantung, dan sering disebut venticular gallop. e. _ Jika tidak ada bunyi $3 bisa jadi ada bunyi $4 f Keringat berlebih g. Demam E_INTERVENSI 0 Ketika pasien mengeluh adanya dispnea akut yang berhubungan dengan nyeri dada pleuritik, perawat menganjurkan pasien untuk diperiksa dokter secepatnya. Perawat berusaha menenangkan hati pasien dan membantu pasien untuk menentukan posisi yang nyaman dengan elevasi kepala pada tempat tidur, Perawat memberikan oksigen dan memeriksa analisis gas darah. 1. Terapi oksigen Terapi oksigen sangat penting untuk pasien dengan emboli paru-paru. Pada keadaan hipoksemia berat mungkin dilakukan pemberian ventilator mekanis dengan pemeriksaan analisis gas darah secara ketat. Pada beberapa kasus lain, oksigen dapat diberikan melalui nasal kanula, kateter, atau masker. Pulse oximetry mungkin bergune dalam memonitor saturasi oksigen arteri, yang mana dapat menunjukkan tingkat dari hipoksemia. 2. Terapi Antikoagulan Dokter biasanya memberikan obat antikoagulan untuk mencegah pembesaran embolus dan mencegah timbulnya pembentukan bekuan darah baru, Perdarahan ektif, stroke, dan trauma adalah beberapa kontraindikesi yang mungkin memungkinkan penggunaan antikeagulan. Heparin biasa digunakan jika embolus paru-paru tidak masif (berat) atau tidak memengaruhi keseimbangan hemodinamik. Enzim twombolitik dapat digunakan selanjutnya untuk melisiskan bekuan darah yang ada, Perawat dan dokter perlu memeriksakan nilai Partial Thromboplastin Time (PTT) sebelum terapi dimulai, setiap empat jam setelah terapi dimulai dan selanjutnya setiap hari. Terapi heparin biasanya berlanjut selama 7-10 hari, Dokter biasanya memberikan terlebih dahulu obat oral seperti Warfarin (Coumadin dan Warfilone), pada hari ke-3 heparin baru diberikan. Terapi kombinasi dari Bab 10 + Asuhan Keperawatan paca Pasien dengan Emboli Paru-paru 1 b. Penurunan ekspansi paru-paru. c. Proses peradangan. Kemungkinan data yang muncul: a. Perubahan pada kedalaman dan atau jumlah respirasi. b. Dispnez/penggunaan otot aksesori pernapasan. Perubahan pergerakan dada. Suara napas abnormal misalnya crackles dan wheezing. ce. Batuk dengan atau tanpa produksi sputum. Intervensi: a. Mengkaji kecepatan napas, kedalaman, dan ekspansi dada. Mencatat kerja napas termasuk penggunaan otot aksesori pernapasan. Auskultasi suara napas dan catat adanya suara napas tambahan Flevasi kepala pada tempat tidur, membantu untuk mengubah posisi Mengobservasi pola batuk dan karakter dari sekret. Memberikan/membantu pasien dengan latihan napas dalam dan batuk efektif. Suction oral jika memungkinkan. Kolaborasi: a. Memberikan oksigen tambahan. b. Memberikan humidifikasi, misal: nebulizer. c. Membantu dengan melakukan fisioterapi dada. enor 2. Kerusakan Pertukaran Gas yang berhubungan dengan: a. Perubahan aliran darah ke alveoli atau sebagian besar paru-paru. b. Perubahan membran alveolar-kapiler (atelektasis, kolaps jalan napas/ alveolar, edema paru-paru/efusi, dan sekret_ berlebih/perdarahan aktif). Kemungkinan data yang muncul a. Ditemukannya dispnea, kelemahan, kecemasan, somnolen, dan sianosis. b. Perubahan pada nilai ABGs (Analysis Blood Gasses)/pulse oximetry, misalnya hipoksemia dan hiperkapnia. Intervensi: a. Mencatat kecepatan napas, kedalaman, penggunaan otot napas tambahan, dan pernapasan mulut b. Mengobservasi warna kulit dan cyanosis pada jaringan hangat seperti cuping telinga, bibir, lidah, dan membran bucealis. Membantu pasien untuk memelihara kepatenan jalan napas misalnya dengan batuk dan suction. dd. Blevasi kepala sesuai dengan toleransi pasien. e. Memonitor tanda vital. f. Mengkaji tingkat kesadaran/perubahan mental. g. Mengkaji kemampuan untuk melakukan toleransi, misalnya keluhan aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA A,_DEFINISI Efusi pleura adalah suatu keadaan di mana terdapatnya penumpukan cairan dalam rongga pleura. B. ETIOLOGI Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan primer pada pleura hanya eda dua macam yaitu: 1. Infeksi kuman primer intrapleura 2, ‘Tumor primer pleura Gambar 4-1 Efusi Peura Sumber: Wilson dan Giddens 2001 a Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan C. PATOGENESIS Timbulaya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi 1. Gangguan pada reabsorbsi cairan pleura (misalnya karena adanya tumor) 2. Peningkatan produksi cairan pleura (misalnya akibat infeksi pada pleura), Secara patologis, eflisi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan 1. Meningkataya tekanan hidzostatik (misalnya akibat gagal jantung) 2. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma (misalnya hipoproteinemia } 3. Meningkataya permeabilitias kapiler (misalnya infeksi bakteri). 1, Berkurangnya absorbsi limfatik Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah: 1. Transudat yal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik sindrom, obstruksi vena cava superior pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal, dan atelektasis akut 2. Eksudat a. Infeksi (pneumonia, TBC. virus, jamur, parasit, dan abses), b, Neoplasma (Ca. Paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia) ¢. Embolifinfark paru-paru d. Penyakit kolagen (SLE dan r ematoid arthritis). e. Penyakit gastrointestinal (pankreatitis, ruptur esofagus, dan abses hati) f. Trauma (hemotoraks dan khilotoraks) D._FISIOLOGI PLEURA Pl ura terditi atas dus lapisan yang berbeda yaitu pleura visceralis dan pleura parietalis, Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru-paru, Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini, yaitu: 1. Pleura Visceralis Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 mm), di antara celah-celah sel ini terdapat beb sel limfosit. Di bawah sel mesotelial ini terdapat endopleura yang crapa berisi fibrosit dan histiosit. Di bawah endopleura terdapet jaringen kolagen dan serat-serat elastik yang dinamakan lapisan tengeh. Lapisan adalah jaringan interstisial subplev yang sangat banyak menganduag pembuluh darah kapiler (arteri pulmonalis dan arteri brakhialis) dan kelenjar getah bening. Keseluruhan jaringan pleura visceralis ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru-paru © Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan H, PENANGANAN MEDIS Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang mendasarinya, mencegah penumpukan Kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidaknyamanan dan dispnea. L_DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Pola Napas Tidak Efektif Hal tersebut berhubungan dengan: a. Penurunan ekspansi paru-paru (akumulasi dari udara/cairan). b. Proses radang. Yang ditandai: a. Dispnea, takipnea, dan perubahan kedalaman pernapasan. b. Penggunaan otot bantu pernapasan dan nasal flaring. c. Sianosis dan Analysis Blood Gasses (ABGs) abnormal. a. Perubahan pergerakan dinding dada. 2. Risiko Tinggi terhadap Trauma Hal tersebut berhubungan dengan: a. Ketergantungan alat eksternal. b, _ Proses penyakit saat ini, 3. Nyeri Akut yang berhubungan dengan: a, Terangsangnya saraf intratoraks sekunder terhadap iritasi pleura. b, _ Inflamasi parenkim paru-paru. 4, Kerusakan Pertukaran Gas Hal tersebut berhubungan dengen penurunan kemampuan rekeil paru- paru dan gangguan transportasi oksigen. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Bab 13 + Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Water Sealed Drainage i a. Sistem Satu Botol Merupakan sistem drainese dada yang paling sederhana. Sistem ini terdiri ats satu botol deagan penutup segel. Penutup mempunyai dua lubang. Satu untuk ventilasi udara dan yang lainnya memungkinkan selang masuk sampai hampir dasar botol. Air yang digunakan pada drainase dada diusahakan dengan air steril atau dapat pula menggunakan cairan garam fisiologis (saline) steril, Cairan dimasukkan ke dalam botol sampai ujung selang yang kaku terendam 2 cm, Hol tersebut membuat water seal (segel air) dengan menutup sistem bagian luar terhadap udara. Permukaan cairan yang lebih tinggi dari 2 em, akan membuat pasien kesulitan bernapas karena mempunyai kolom cairan lebih panjang untuk bergerak saat bernapas. Tekanan lebih positif kemudian diperlukan untuk mengendalikan drainase keluar melalui water seal, Bagian atas selang dihubungkan dengan enam kaki karet yang dilekatkan di lubang akhir dari selang dada pasien. Ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memungkinkan udara dari area pleura keluar. Botol yang dibiarkan terbuka akan mencegah terbentuknya tekanan pada area pleura. Berbeda halnya dengan ventilasi tertutup, masuknya sistem drainase melalui selang dada ke botol, keadaan botol harus tertutup rapat. Tinggi cairan pada segel air meningkat selama pernapasan. Selama inspirasi, permukaan cairan pada selang meningkat kerena tekanan pleura menjadi lebih negatif. Selama ekspirasi, permukaan cairan turun karena tekanan pleura menjadi lebih positif. Proses tersebut akan terjadi sebaliknya bila pasien bernapas dengan ventilasi mekanik. Gelembung udara harus terlihat hanya dalam ruang segel di bawah air selama ekspirasi di mana udara dan cairan mengalir dari rongga pleura. Gelembung yang konstan menunjukkan kebocoran udara pada sistem atau terdapat fistula bronkopleura. b. Sistem Dua Botol Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai wadah penampung, dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botel, pengisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara c. Sistem Tiga Botol Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan dua botol. Cara ini merupakan yang paling aman untuk mengatur jumlah pengisapan. Botol ketiga disusun mirip dengan segel botol dalam air. Pada sistem ini, yang penting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ketiga dan bukan pada jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada selang dada. Jumlzh penghisap di dinding yang diberikan pada botol ketiga harus cukup untuk menciptakan putaran lembut gelembung dalam botol. Gelembung aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Bab 13 + Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Water Sealed Drainage va garis air pada tabung penghisap sesuai dengan jumlah yang diindikasikan. Bila pompa penghisap cairan pleura darurat digunakan, periksa ukuran penghisap. Jangan menutup lubang ventilasi udara, Observasi segel di bawah air terhadap fluktuasi pernepasan. Tidak adanya fluktuasi dapat menunjukkan bahwa paru-paru terlalumengembang atau ada obstruksi pada sistem. Gelembung yang terus-menerus pada water seal tanpa penghisap dapat menunjukkan bahwa selang telah berubah tempat atau terlepas. Oleh karena itu, perlu untuk memeriksa seluruh sistem terhadap adanya alat yang terlepas dan melihat selang dada untuk melihat penempatannya di luar dada. Gelembung yang terjadi 24 jam setelah pemasangan selang dada sehubungan dengan perbaikan pneumotoraks dapat menunjukkan adanya fistula bronkopleura. Ini biasa terjadi pada pengesetan ventilasi mekanis pada tidal volume dan tekanan tinggi. sistem dua botol sistem tiga botol Ss 4 cot sion Dari pasien pengatuian (me =e m4 an adalat ngiapan ‘eniilasi koleksidan segelair—\) # udera fluktuasitingkat = resprst Stolen — lt fiau cain fisiologts untuk Segel ar Gambar 13-1 Pemasangan selang dada Sumber: www.icufags.org/ChestTubes.doc | Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN COR PULMONAL A, DEFINISI Cor pulmonal adalzh kondisi terjadinya pembesaran jantung kanan (dengan atau tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit yang memengaruhi struktur, fungsi, atau vaskularisasi paru-paru. B, ETIOLOGI Banyak penyakit yang berhubungan dengan hipoksemia dapat memengaruhi paru-paru dapat menyebabkan cor pulmonal. Secara umum, penyakit cor pulmonal disebabkan oleh: is Penyakit paru-paru yang merata Terutama emfisema, bronkhitis kronis (salah satu deretan penyakit chronic obstructive pulmonary disease—COPD), dan fibrosis akibat tuberkulosis. Peayakit pembuluh darah paru-paru Terutama trombosis dan embolus paru-paru, fibrosis akibat penyinaran menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru-paru, Hipoventilasi alveolar menahun Adalah semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, misalnya: a. Penebalan pleura bilateral. b. Kelainan neuromuskuler, seperti poliomielitis dan distrofi otot. c. Kiposkoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasistas rongga toraks sehingga pergerakan toraks berkurang. C. PATOGENESIS Secara umum cor pulmonal dibagi menjadi dua bentuk: 1 Cor Pulmonal Akut Merupakan dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan dekompensasi. | ka Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan Etiologi: Terjadinya embolus multipel pada paru-paru secara masif di mana secara mendadak akan menyumbet aliran darah dan ventrikel kanan. Gejala: a. Biasanya segera disusul oleh kematian b. Terjadinya dilatasi dari jantung kanan 2. Cor Pulmonal Kronis Merupakan bentuk cor pulmonal yang paling sering terjadi. Dinyatakan sebagai hipertropi ventrikel kanan akibat penyakit paru-paru atau adanya kelainan pada toraks, sehingga akan meayebabkan hipertensi dan hipoksia schingga terjadi hipertropi ventrikel kanan. D._PATOFISIOLOGI Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmonal merupakan fungsi pembesaran atau kompensasi dari peningkatan dalam afterload. Jika resistensi vaskuler paru-paru meningkat dan tetap meningkat, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru-paru, peningkatan curah jantung dan pengerahan tenaga fisis dapat meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan secara kronis meningkat jika volume paru-paru membesar seperti pada penyakit COPD yang dikarenakan adanya pemanjangan pembuluh paru-paru dan kompresi kapiler alveolar. — —) a as — 7 ——— (____,| umm __! + a = les Gambar 14-4. Patofisiologi Cor pulmonal Sumber: Price dan Wilson 1996 Bab 14 + Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Cor Pulmonal 2 Penyakit paru-paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada suatu wakiu akan memengaruhi jantung, menyebabkan pembesaran ventrikel kanan, dan sering kali berakhir dengan gagal jantung, Beberapa kondisi yang menyebabkanpenurunan oksigenasiparu-paru,dapatmengakibatkan hipoksemia (penurunan PaO, ), hiperkapnia (peningkatan PaCO2), dan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnia akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonar dan memungkinkan peaurunan vaskularisasi paru-paru seperti pada emfisema dan emboli paru-paru. Akibatnya, akan terjadi peningkatan tahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, sehingga menyebabkan hipertensi pulmonal. Arterial mean pressure pada paru-paru sebesar 45 mmHg atau lebih dan dapat menimbulkan cor pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh gagal jantung kanan. E_MANIFESTASLKLINIS 000 Gejala Kklinis yang muncul pada pasien dengan penyakit cor pulmonal adalah: 1. Sesuai dengan penyakit yang melatarbelakangi, contohaya COPD akan menimbulkan gejala napes pendek dan batuk, 2. Gagal ventrikel kanan: edema, distensi vena leher, organ hati teraba, efusi pleura, ascites, dan murmur jantung. 3. Sakit kepala, bingung, dan somnolen terjadi akibat dari peningkatan PCO, E._PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Radiologi Batang pulmonal dan hilus membesar. Perluasan hilus dapat dihitung dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis utama kanan dan kiri dibagi dengan diameter transversal toraks. Perbandingan > 0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal. 2. Ekokardiografi Ekokerdiografi memungkinkan pengukuran ketebalan dinding ventrikel kanan. Meskipun perubahan volume tidak dapat diukur, teknik ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam hubungannya dengan pembesaran ventrikel kiri. Septum interventrikel dapat tergeser ke kiri. 3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas, dan jumlah darah yang dipompa. 4A Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan Biopsi Paru-paru Dapat bergune untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kolagen, artritis rhematoid, dan granulomatosis wagener. G._PENATALAKSANAAN MEDIS. Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah untuk meningkatkan ventilasi pasien dan mengobati penyakit yang melatarbelakangi beserta manifestasi dari gagal jantungnya, Penatalaksanaan medis secara umum: 1. Pada pasien dengan penyakit asal COPD: pemberian O2 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri pulmonal serta tahanan vaskuler pulmonal 2. Higienis bronkhial: diberikan obat golongan bronkodilator, 3. Jika terdapat gejala gagal jantung: perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia. 4. Bedrest, diet rendah sodium, pemberian diuretik. 5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan. Selain hal tersebut di atas, dianjurkan pula perawatan yang dilakukan di rumah (home care) karena penatalaksanaan dari penyakit ini berhubungan dengan pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkannya, dan biasanya dalam jangka waktu yang lama. Pasien dengan COPD dianjurkan untuk menghindari alergen yang dapat mengiritasi jalan napas. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EMPIEMA A. _DEFINISI Empiema (Latin: empyema) adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura, Awalnya, cairan pleura adalah cairan encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi sering kali berlanjut menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan di mana paru-paru tertutup oleh membran eksudat yang kental. Hal ini dapat terjadi jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura. Meskipun empiema sering kali merupekan komplikasi dari infeksi pulmonal, tetapi dapat juga terjadi jika pengobatan yang terlambat. B, PATOFISIOLOGI Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbullah peradangan akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat serous. Dengen banyaknya sel polimorphonucleus (PMN) baik yang hidup maupun yang mati dan meningkatnya kedar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantung-kantung yang melokalisasi nanah tersebut. Apabila nanah menembus bronkhus maka timbul fistel bronkopleura, atau apabila menembus dinding toraks dan keluar melalui kulit maka disebut ‘empieme nessensiatis: Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama kelamaan akan menjadi kronis. C. MANIFESTASI KLINIS Dibagi menjadi dua stadium yaitu: 1. Empiema Akut Terjadi sekunder akibat infeksi tempat lain, bukan primer dari pleura. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gan Sistem Pernapasan Pada permulaan, gejala-gejalanya mirip dengan pneumonia, yaitu panas tinggi dan a veri dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan clubbing finger a dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura, Adanya Jika nanah tidak sege fistel ditandai dengan batuk yang makin produktif, bercampur nanah dan darah masif, serta kadang-kadang bisa timbul sufokasi (mati lemas), Pada kasus empiema karena pneumotoraks pneumonia, timbulnya cairan adalah setelah keadgan pneumonianya membaik, Sebaliknya pada Streptococcus pneumonia, empiema timbul sewaktu masih akut. Pneumonia karena baksil gram negatif seperti E. coli atau Bakterioids sering kal menimbulkan empiema Empiema Kronis Batas yang tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan, Disebut kronis jika empiema berlan ama lebih dari tiga bulan. Penderita Ing s mengeluh badannya terasa lemas, kesehatan makin menurun, pucat, clubbing fingers, dada datar, dan adanya tanda-tanda cairan pleura. Bila terjadi fibrotoraks, trakhea, dan jantung kan tertarik ke sisi yang sakit. Tanda utama empiema adalah a, Demam dan keluar keringat malam: b. Nyeri pleura c. Dispnea d. Anoreksia dan penurunan berat badan. Pada auskultesi dada ditemukan penurunan suara napas. f. Pada perkusi dada ditemukan suara flaitness z, Pada palpasi ditemukan penurenan fremitus Jika pasien dapat menerinia terapi antimikroba, manifestasi klinis akan dapat dikurangi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil dari chest } dan thoracentesis D._PENATALAKSANAAN Prinsip pengobstan empiema adalah 1 Pengosongan Nanah Prinsip ini seperti umomnya yang dilakukan pada abses, untuk mencegah etek toksisny 2 a, Closed drainage - tube toracostorry water sealed drainage dengan indikasi 1) Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi 2) Nanak terus terbentuk setelah dua minggu. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. [OB Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAPAS AKUT A, PENDAHULUAN Gagal napas (respiratory failure) timbul ketika pertukaran oksigen dengan karbondioksida pada paru-paru tidak dapat mengimbangi laju konsumsi oksigen dan produksi karbondioksida pada sel tubuh, Akibatnya adalah tekanan oksigen arterial menjadi kurang dari 50 mmHg (hipoksemia) dan tekanan karbondioksida arterial meningkat menjadi lebih dari 45 mmHg (hiperkapnia). Hal yang membedakan antara gagal napas akut dengan gagal nepas kronis adalah: 1, Gagal napas akut (acute respiratory failure): kegagalan pernapasan/napas terhenti yang ditunjukkan pada pasien di mana struktur dan fungsi paru- paru pada ewalnya bisa saja dalam keadaan normal sebelum timbulnya penyakit, 2. Gagal napas kronis (chronic repiratory failure): kegagalan pernapasan yang terlihat pada pasien dengan penyakit paru-paru kronis seperti bronkhitis kronis, emfisema, dan ‘black lung diseases (Coal miner’ diseases). B. PATOLOGI Gagal napas akut diklasifikasikan dalam: 1. Gagal ventilasi (ventilatory failure) 2. Gagal oksigenasi (oxygenation failure) 3. Kombinasi dari keduanya ‘Apa pun yang menjadi penyakit asalnya, pasien dengan gagal napas akut selalu mengalami hipoksemia. Pada respirasi normal, oksigen berdifusi ke dalam kapiler dan karbondioksida berdifusi keluar dari kapiler. Kegagalan ventilasi (hipoventilasi) timbul ketika pasien tidak dapat mengeluarkan karbondioksida di alveoli. Retensi ee Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasin karbondioksida juga timbul pada adaan hipoksemia, Oksigen mencap alveoli, tetapi tidak dapat diabsorbsi dan dipergunakan. Kegagalan yentilas’ timbul akibat dari satu atau lebih dari tiga mekanisme di baweh ini 1. Abnormalitas mekanis dari paru-paru atau dinding dada 2. Gangguan pada pusat kontzol respira 3, Kerusakan fungsi otot respiras: si di otak. Kegagalan ventilasi biasanya didefinisikan saat pasien dengan paru- part yang sehat memiliki nilai PaCO, di atas 45 mmHg. Sering kali penyebab kegagalan ventilasi adalah mesalah pada paru-paru itu sendiri, terutema ‘chronic airflow limitation’, Pada kegegalan oksigenasi, paru-paru dapat menggerekkan udara dengan cukup, tetapi tidak dapat mengoksiger a adalah asi darah pulmoner secara cukup. Per ryebabn 1, Kerusakan difusi oksigen pada tingkat alveolar 2. Hambatan aliran darah paru-paru. 3, Mismatch ventilasi-perfusi, 4. Kadar oksigen terlalu rendah. 5. Hemoglobin abnormal C. ETIOLOGI Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan gagal ventilasi (ventilatory failure) antara lain 1, Kelainan yang merusak otot respiratori a. Gangguan neuromuskular, seperti: miultipel sclerosis, myasthenia gravis, dan Sindrom Guillain-Barre atau poliomielitis. b. Cedera tulang belakang (spinal cord injury) memengarubi saraf yang mempersarafi otot interkost Lesi sistem saraf pusat atau infeksi yang dapat merusak pusat mekanisme respirasi di otak, seperti: cerebral vaskular accident (CV esi § , stroke), cerebral edema, peningkatan tekanan intrakranial, dan meningitis 3. Overdosis obat, seperti: analgesik opioid dan sedatif, yang dapat nienimbulkan hiperventilasi 4, Lain-lain, seperti a, Obesitas bera b. Sleep apnea c. Obstruksi jalan napas atas, termasuk obstruksi pada endotracheal tube. enyakit dan kelainan paru-paru yang dapat meayebabkan oksigenasi antara lain: Bab 17 * Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Acute Respiratory Failure ... 1 1, Hambatan aliran darab, area paru-paru sedang melakukan_perfusi, tetapi pertukaran gas tidak dapat terjadi (yang mana akan menimbulkan hipoksemia), seperti: pneumonia, atelektasis, dan tumor paru-paru. 2. Pasien yang tinggal pada ketinggian atau menghirup bahan toksik, gas atau rokok, karbonmonoksida, Lokasi di mana pasien bernapas, tetapi dengan kadar oksigen yang rendah. 3. Adult respiratory distress syndrom (ARDS), aspirasi dari bahan cair rR Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan ASUHAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN DENGAN ATELEKTASIS A. _DEFINISI Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang secara sempurna. B, PATOFISIOLOGI Atelektasis dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1, Atelektasis Bawaan (Neonatorum) Ateleksis bawaan adalah atelektasis yang terjadi sejak lahir, di mana paru- paru tidak dapat berkembang sempurna. Terjadi pada bayi (aterm/prematur) yang dilahirkan dalam kondisi telah meninggal (still born) atau lahir dalam keadan hidup lalu bertahan hanya beberapa hari dengan pernapasan buruk. Paru-paru tampak padat, kempis, dan tidak berisi udara. Atelektasis Resorbsi yaitu kondisi bayi yang mampu bernapas dengan baik, tetapi terjadi hambatan pada jalan napas yang mengakibatkan udara dalam alveolus diserap sehingga alveolus mengempis kembali (timbul pada ‘penyakit membran hyaline’). 2. Atelektasis Didapat Atelektasis didapat dibagi menjadi: a. Atelektasis Obstruksi Terjadi akibat adanya obstruksi total pada jalan napas, mulai dari laring sampai dengan bronkhiolus. Udara dalam alveolus diserap sampai rongga alveolus kolaps. Faktor lain penyebab atelektasis adalah melemahnya gerakan napas (otot parasternal/diafragma). an pada Pasien dengan Ganggsan Sistem Pernapasan ee Asuhan Keperawa Atelektasis obstruksi dapat terjadi pada pasien denga 1) Asma bronkhial 2) Bronkhitis kronis 3) Bronkhiektasis 4) Aspirasi benda asing 5) Pasca bedah 6) Aspirasi darah beku 7) Neoplasma bronkhus Kondisi lain yang dapat menyebabkan atelektasis obstruksi antara lain: usia (sudah tua atau usia anak-anak) dan kondisi tubuh dengan kesadaran menurun (pengaruh anestesi) yang mengakibatkan kelemahan otot-otot napas sehingga tidak dapat mengeluarkan sumbatan pada jalan napas. Geiala klinis: dispnea, sianosis dan kolaps, bagian dada yang atelektasis tidak bergerak, dan pernapasan terdorong ke arah yeng sakit. Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan bayangan padat serta diatragma menoniol ke atas. b. Atelektasis Kompresi Tterjadi akibat adanya tekanan dari luar. Tekananya dapat bersifat: 1) Menyeluruh (Complete) a. Terjadi bila tekanan besar dan merata b. Terjadi pada: hidrotoraks, hemotoreks, empiema, dan preumotoraks, c, Terjadi terutama pada bagian basa 2) Sebagian (Partial) a. Terjadi bila tekanan hanya terlokalis b. Terjadi misalnya pada; tumor dan kardiomegali (setempat) C. GEJALA KLINIS 1. Makroskopi: Paru-paru yang kolaps tampak cekung, berwarna merah kebirvan, padat, dan pleura pada daerah tersebut mengerut Mikroskopis a. Alveolus yang menyempit tampak sebagai celah yang memanjang b. Sumbatan pada pembuluh darah septum alveolus. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OBSTRUKSI SALURAN NAPAS A, PENDAHULUAN Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakhea. Obstruksi saluran napas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada dinding jalan napas, seperti: epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses. Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunen kesaradan, sangat berisiko mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya refleks proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan lidah jatuh ke belakang sehingga menghambat jalan napas. Perawat harus mengobservasi untuk mengkgji tanda dan gejala dari obstruksi jalan napas tersebut, antara lain: 1, Inspeksi. Apakah pasien sadar? Apakah ada usaha untuk bernapas? Apakah dada bergerak secara simetris? Apakah terdapat retraksi otot bantu napas? Bagaimana warna kulitnya? Apakah terdapat tanda ekstrem? Apakah trakhea tegak/sejajar (midline)? 2. Palpasi. Apakah kedua sisi dari dada berkembang secara simetris saat inspirasi? Apakah ada daerah yang fraktur atau krepitus? 3, Auskultasi. Apakah terdapat suara pergerakan udara, stridor (suara inspirasi), atau wheezing (suara ekspirasi)? Apakah suara napas terdengar pada kedua bagian di seluruh lobus? Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan total atau parsial pada saluran pernapasan. Jenis sumbatan ini ee Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gaagguan Sister Perapasar bergantung dari ukuran, bentuk, dan posisi benda asing pada rimaglotis Kadang laring, sehingga benda asing tersebut terjepit di antara kedua pita suara. kadang sentuhan benda asing pada pita suara menyebabkan spasme B, PEMBAGIAN SUMBATAN JALAN NAPAS 1, Sumbatan Total ng Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspiras tersangkut di laring dan menutup seluruh rimaglotis. Keluhan dan gejala yang timbul t terjadi rupa serangan batuk secara tiba-tiba segera setela aspitasi, Penderita gelisah dan memegang lehernya dengan jarinya (v-sign) Suara menghilang (afoni) dan sukar bernapas (dispnea sampai apnea) Tid2 Jama kemudian terlihat wajah penderita adi biru (sianosis), Prinsip penatalaksanaan adanya benda asing di saluran napas adalah dengan segera mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total berlangsung lebih dari lima menit pada orang dewasa atau delapan menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan jantung berhenti, Oleh Karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnos s dan kecepatan dalam melakuken tindakan pertolongan, Bila peristiwa ini terjadi di mane tidak terdapat peralaten laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan a, Perasat Heimlich (Heimlich maneuver) Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-part. Pada perasat Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke atas rongga perut schingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam paru-paru ke luar Perasat Heimlich ini dapat dilakukan peda orang dewasa dan juga pada anek. Tata cara pelaksanaannya adalah: penolong berdiri di belakang penderitasambil memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri, kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut ke arah dalam dan ke atas dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing akan terlempar keluar Bab 19 * Asuhan Keperawatan untuk Pasien dengan Obstruksi Saluran Napas 13: Lotakkan satukepalan tanga di dengan oxic jar menekie is pus pasien Gambar 19-4 Posisi penolong pada penderita dewasa Sumber: www.Allrefer.com Leta thea an apse pen ‘nua deg post bu ja be aap dan Ietempa! padasien aS Gambar 19-2 Posisi penolong pada penderita anak Sumber: www.Allrefer.com Pada penderita yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich dapat juga dilakukan dengan cara: penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi penderita. Sebelumnya posisi muka penderita dan leher harus lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan di bawah tangan kiri di daerah epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri ke bawah dan ke atas beberapa kali udara dalam paru-paru akan mendorong benda asing keluar. b. Krikotirotomi Krikotirotomi adalah tindakan ‘life saving’ untuk mengatasi sumbatan jalan napas di laring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasin membran krikotiroid secara cepat. Penderita dibaringkan telentang dengan leher ekstensi, Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan kulit tepat di bawahnya. Jaringan di bawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukkan pisau dengan arah kebawah untuk menghindari tersayatnya pita suara. Masukkan cerong atau pipa plastik sebagai ganti kanul. c. Laringoskopi Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda asing yang tersangkut di laring, Oleh karena, benda asing tersebut langsung dapat dikeluarkan dengan bantvan cunam. Untuk tindakan ini penderita dirujuk ke rumah sakit Sumbatan Partial Laring Benda esing yang terdapat di laring akan menyebabkan keluhan sumbatan saluran pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak, dan sesak napas. Jika sumbatan ini berlangsung terus maka akan timbul gejala tembahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium (Jackson), StadiumI : — Cekungan sedikit pada inspirasi di deerah suprasternal, kadang-kadang belum ada stridor. Stadium Il: Cekungan di suprasternal dan epigastrium, stridor mulai terdengar. Stadium Hl =: Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan supraklavikula, Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah. Stadium TV: Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah, mulai tampak bertambah lemah, dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun, C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Memiliki Kecemasan yang berhubungan dengan perasaan_mendekati kematian. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang menyebabkan sumbatan. Berisiko tinggi cidera yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mempertahankan diri, Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial, dan pulmoner) yang berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi saluran napas. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAKHEOTOMI DAN TRAKHEOSTOMI A, _DEFINISI Trakheotomi adalah suatu prosedur pengirisan trakhea. Trakheostomi adalah operasi pembuatan suatu lubang di trakhea. Tindakan trakheostomi dilakukan untuk: 1. Sebagai bypass pada obstruksi jalan napas. 2, Mengeluarkan sekresi trakheobronkhial. 3. Memungkinkan penggunaan ventilasi mekanik dalam jangka waktu lama. 4, Mencegah aspirasi sekresi oral atau gastrik pada pasien yang tidak sadar atau paralise (dengan menutup trakhea dari esofagus). 5. Mengganti endotrakheal tube. B, FUNGSITRAKHEOSTOMI 1, Fungsi Mekanik: a. Menghilangkan obstcuksi laring. b. Mengeluarkan sekret saluran pernapasan. 2, Fungsi Fisiologik: a. Menghilangkan ‘anatomical dead space’ (4-150 cc). b. Mengurangi resistensi udara pernapasan. c. Mengurangi rasa sakit/nyeri. C._INDIKASI 1. Obstruksi Laring a. Karena radang akut, misalnya pada laringitis akut, laringitis difterika, v Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan laringitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring, b, Karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens, Obstruksi di Atas Laring a, Retrofaringeal abses, terutama pada anak-anak b, Perdarahan di atas laring sehingga menghambat jalan napas. ©. Paralise otot menelan, sehingga sekret terkumpul dan tidak dapat ditelan. 4. Tumor dan trauma laring, Penimbunan Sekret di Saluran Pernapasan Terjadi pada tetanus, trauma kepitis berat, Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah operasi laring, Rencana Melakukan Operasi di Daerah Laring dan Radioterapi Jika dikuatirkan komplikasinya adalah edema lering. D. TEKNIK OPERASI Operasi Berencana: dilakukan di rumah sakit. Trakheostomi Darurat: dikerjakan diluar rum urgent diistilabkan dengan ‘cite’) ah sakit (dengan segera atau KOMPLIKASL Pendarahan Pendarahan mungkin terjadi sewaktu operasi, tetapi lebih sering terjad: kan trakheostomi, Oleh Karena itu, ketika n pembuluh darah beberapa hari sesudah tind melakukan traxheostomi sebaiknya pendarahan dicari de diikat terutama di sekitar kelenjar tiroid Emfisema Dapat terjadi di subkutis atau mediastinum. Emfisema subkutis terjad Karena luka insisi di kulit dijahit terlalu rapat pada kanula, sedangkan stoma terlalu lebar. Emfisema dapat juga terjadi kalau kanula trakhea yang dipaka terlalu kecil dibandingkan dengan stoma trakhea yang dibuat aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a Enzim anhidrase karbonat 14 Epidermoid 103, Epiglot Ethambatol hydrochloride (EMB) 63 F Face tent 129 Fatigue 41 Fimbriae 4 Fine crackles 26 Fistula bronkopleura 114 Fistula trakbeo-esofazus 147 Flatness 25 Frekuensi napas (f) 20 Fungsi fisiologis. 145 Fongsi mekanik 145 Funnel chest (pectus excavatum) 24 G Gagal mapas 131 Gagal mapas akut 131 Gagal mpaskronis 131 Ghon tubercle 60 Gloiis 6 Granuloma 602 H Hacmophillus influenza 41 HCO 20 Hematozenous 104 Heme 14 Hemoglobin 11, 20 Hemoptisis 21, 22. 129 Hemotoraks 99 Hepatisasi kelaba 67 Hepatisasi merah 67 Hidang 4 Hiperresonan 2: Hiperventilasi 14, 20 Hipoksemia 119 Hipoventilast 14, 15 Influenza 41 Inspeksi 23 Invasi langsung 104 Invasi limfaiik 104 Isoniazid 63 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 129 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasin K Kanker paru-para 22. 101 Kapasitas inspirasi 19 Kapasitas paru-paru Total 19 kapasitas pulmonal 19 Kapasitas resida fungsional 19 Kapa Karsinoma laring 14L Kanilazo 4,5 Kattilago aritenoid 6 Kartilago krikoid 6 Kattilago tiroid 6 Kemoterapi 108 Kifosis 24 Kel pores 7 Komplian 13 Konsekuensi hemodinamik 88 Kensekuensi pemapasan 87 tas vital 19 Krikoid 5 Krikotirotomi 143, 144 Kurva datar 15 Kyphoscoliosis 24 L Lavingo-fasing 5 Laringoskop 18 Lesi 23 Lobus 8 Medula Oblongata 11 Mucocilliary defence SI Mucolityes 28 Mukus 22 Mycobacterium tuberculosis 59 Napas dalam 29 Naso-faring 6 Nervous tigeminus 16 Nervous vagus 16 Nervas 9 Nodus limfatikus 6 Nodus limfe 105 Normal cleansing mechanism 22, Nyeri dada 21 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. es Asuhan Keperawacan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan Buku Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan mem- Eee ee SEMA Mee aM en cuLT CR AE can enen een POD eC MESMCM see Mecan teeter encase tenn cutcneh ct Pembahasan aspek-aspek tersebut sesuai dengan konsep keperawatan yang masih bottler ie MET LO ona OMA LET ML ane eee OETA) oT eo axe eee en COR tlt F Umar eee ae ote ee sera) VCC eC ne Ctcnn eUricaiecc en erat Peete cat ae uM entails cuiseeutecui aes cean eee medikal bedah. Materi yang dibahas dalam buku ini mencakup: Bab 1 Struktur dan Fungsi Sistem Pernapasan Cer Maen eee nee eee het eek eater un sen eS Clase ceut Bab 3 Asuhan Keperawatan untuk Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan Bab 4 Prosedur Pemeriksaan Fisik Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan CP ean aceite cai: eae candace Bab 6 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Chronic Obstructive Pulmonary Diseases Bab 7 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Tuberkulosis Paru-paru Pee Wear urcur een cake cue eanenet enc) Bab 9 Asuhan Keperawatan pasien dengan Adult Respiratory Distress Syndrom Ce CPM icmrentee eat uk cutee anau taikateer Bab 11 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Efusi Pleura Erle Pee Nrlcun cer iet cane Cae anc cucutee ty Bab 13 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pemasangan Meemree ee Dice rts Bab 14 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Cor Pulmonal CET Cnn ellie Nei tee ak eaters iar) Bab 16 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Bronkhiektasis Bab 17 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gagal Napas Akut 12) Eee oe Le MMOL UL aucune IRC NCCC Bab 19 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Obstruksi Saluran Napas Bab 20 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Trakheotomi dan Trakheostomi ISBN: 978-979-3027. wn eee SE Bc)

Anda mungkin juga menyukai