Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan sebuah masa yang sangat penting, karena pada fase ini ditandai

dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu menjalankan tugas reproduksi

(Wandha, 2012). Pada masa remaja akan mengalami perkembangan pada organ reproduksinya,

organ reproduksi pada remaja putri lebih sensitive dari pada laki-laki karena saluran

reproduksinya lebih pendek, sehingga diperlukan perhatian terutama yang belum mempunyai

perilaku sehat untuk mencegah terjadinya penyakit pada organ reproduksinya (Kusmiran, 2012).

Menurut WHO, sebagian besar komposisi penduduk dunia adalah remaja . Sekitar 1

miliar penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85 % diantaranya hidup di negara berkembang.

Di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi . Di

Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlima nya adalah

remaja yang berumur 10-19 tahun. Di Indonesia jumlah remaja dan kaum muda berkembang

sangat cepat. Kelompok umur 15-24 tahun jumlahnya meningkat, dari 21 juta menjadi 45 juta

jiwa atau sekitar 18% menjadi 21% dari total jumlah populasi penduduk Indonesia. Tingginya

populasi remaja tersebut berdampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja (Kusmiran,

2011).

Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang serius sepanjang hidup manusia.

Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi sehat secara menyeluruh baik kesejateraan

fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan

proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja (Nugroho, 2012). Kesehatan reproduksi merupakan

komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita

khususnya remaja. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan
kemampuan bereproduksi serta tekanan sosial pada wanita. Selain itu, wanita mempunyai sistem

reproduksi yang sangat sensitif terhadap kerusakan yang dapat terjadi disfungsi atau penyakit

(Kusmiran, 2011). Kesehatan reproduksi remaja menjadi hal penting dalam Internasional

Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994. Delegasi dari 176

negara, termasuk Indonesia menghasilkan kesepakatan untuk membentuk komisi kesehatan

reproduksi. Hampir seluruh negara menjadikan kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu

program utama (BKKBN, 2010).

Remaja merupakan salah satu komponen terbesar di Indonesia. Pada masa ini, seorang

remaja dorongan seksual akan meningkat dan akan selalu mencari informasi lebih banyak

tentang seks. Remaja zaman sekarang lebih terbuka dan bebas sehingga mereka menerima

tentang kehidupan seks bebas diluar pernikahan sementara pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi dan informasi berkaitan tentang kesehatan reproduksi yang mereka miliki sangatlah

sedikit, baik disekolah maupun dilingkungan keluarganya. Sebagian besar masyarakat Indonesia

yang masih memegang tradisi menganggap tabu tentang hal-hal yang berhubungan dengan

kesehatan reproduksi (Maulinda, 2010). Oleh karena itu pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi sangat diperlukan khususnya bagi remaja. Di Indonesia, pendidikan kesehatan

reproduksi belum banyak dilakukan. Minimnya pengetahuan dan informasi kesehatan reproduksi

sering menjadi persoalan pada remaja (BKKBN, 2010).

Remaja putri mempunyai permasalahan yang sangat kompleks, salah satu diantaranya

yaitu masalah reproduksi. Masalah ini perlu mendapat penanganan serius, karena masih kurang

tersedianya akses pada remaja untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi

(Pudiastuti, 2011). Salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja khususnya wanita yang

sering dikeluhkan adalah keputihan (Wongkar, 2013).

Keputihan merupakan gejala normal yang dialami hampir semua wanita yang sudah

mempunyai kematangan alat-alat reproduksi (Wandha, 2012). Keputihan terjadi menjelang saat
menstruasi. Keputihan masih dalam batas normal selama berwarna bening atau jernih, selama

tidak berbau, tidak terasa gatal dan dalam jumlah yang tidak berlebihan . Bila cairan berubah

menjadi kekuningan, berbau dan disertai gatal maka telah menjadi keputihan yang patologis

(Kuntoro, 2016).

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi remaja menunjukkan 75% wanita di dunia

pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya mengalami

keputihan sebanyak 2 kali atau lebih dan sekitar 15% terkena infeksi karena candida (Pribakti,

2012). Angka ini berbeda tajam dengan eropa yang hanya 25% saja. Hal ini disebabkan kondisi

cuaca Indonesia yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembang yang mengakibatkan

banyaknya kasus keputihan (BKKBN, 2011). Penyebab utama keputihan patologis adalah infeksi

(jamur, kuman, parasit, dan virus). Selain penyebab utama, keputihan patologis dapat juga

disebabkan karena kurangnya perawatan remaja terhadap kebersihan alat genitalia (Aulia, 2012).

Kebersihan alat genitalia harus diperhatikan, salah satu faktor yang mempengaruhi

kebersihan alat genetalia adalah pengetahuan. Pada remaja yang kurangnya pengetahuan dan

informasi tentang kebersihan alat genitalia akan berdampak pula pada perilaku remaja dalam

menjaga kebersihan alat genitalianya (Notoadmojo, 2010). Berdasarkan survey di beberapa

negara diketahui bahwa para remaja kurang mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang

pelayanan kesehatan apa saja yang tersedia dan bagaimana memperolehnya. Remaja mempunyai

akses yang rendah atau bahkan tidak punya akses mendapatkan konseling dan kepedulian yang

benar (Enny, 2012). Oleh sebab itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi dilakukan

berbagai upaya promosi kesehatan, salah satunya adalah memberikan pendidikan kesehatan. Bila

keputihan terjadi tetapi tidak disertai dengan informasi yang benar, secara psikologis dapat

menimbulkan kecemasan bagi remaja itu sendiri. Informasi yang benar diharapkan dapat

menurunkan angka kejadian keputihan (Wandha, 2012).


Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 22 Pekanbaru, Sidodadi

No.32, Kelurahan Tangkerang Utara, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau didapatkan

bahwa terdapat 20 remaja putri yang pernah mengalami keputihan patologis. Mereka

mengeluhkan ada cairan yang berbau dan sangat gatal yang keluar dari vagina mereka. Mereka

tidak tahu bagaimana bisa mengalami hal seperti itu dan juga cara penanggulangannnya. Hal ini

membuat mereka sangat cemas. Selama ini di SMP Negeri 22 Pekanbaru tersebut belum pernah

diadakan pendidikan kesehatan reproduksi terutama tentang hygiene kewanitaan untuk mengatasi

keputihan bagi remaja putri (Wandha, 2012).

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

“Efektifitas Promosi Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Motivasi Remaja Putri tentang

Hygiene Genetalia Eksterna di SMP Negeri 22 Pekanbaru”.


1.2 Rumusan Masalah

Remaja merupakan calon generasi penerus bangsa yang memiliki pengaruh besar

terhadap segala tindakan yang mereka lakukan. Pada masa remaja juga mengalami perubahan

fisik yang cepat termasuk didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi. Pematangan organ-

organ reproduksi yang tidak disertai perawatan terhadap kebersihan genetalia sering

menimbulkan masalah kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi yang sering

dikeluhkan oleh remaja putri adalah keputihan. Banyaknya remaja putri yang menganggap

keputihan sebagai hal yang biasa mengakibatkan terjadinya keputihan yang patologis. Oleh

karena itu pentingnya pemberian pendidikan kesehatan kepada remaja putri mengenai hygiene

genetalia. Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan masalah penelitian yaitu, “Bagaimana

Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Motivasi Remaja Putri tentang

Hygiene Genetalia Eksterna di SMP Negeri 22 Pekanbaru?”

1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas promosi kesehatan

melalui pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan motivasi remaja putri

tentang hygiene genetalia di SMP Negeri 22 Pekanbaru.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang hygiene genatalia eksterna

sebelum diberikan pendidkan kesehatan


2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang hygiene genatalia eksterna

setelah diberikan pendidikan kesehatan

3. Untuk mengetahui tingkat motivasi remaja putri tentang hygiene genatalia eksterna

sebelum diberikan promosi kesehatan untuk mengetahui tingkat motivasi remaja putri

tentang hygiene genatalia eksterna setelah diberikan pendidikan kesehatan

4. Untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan

motivasi remaja putri tentang higyene genatalia eksterna di SMP Negeri 22 Pekanbaru

1.4 Manfaat Penelitiaan

1.4.1 Manfaat Aplikatif

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi responden dan tempat penelitian di SMP

Negeri 22 Pekanbaru dan sebagai pedoman bagi mahasiswa keperawatan, serta menambah

wawasan dan pengetahuan tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan

motivasi remaja putri tentang hygiene genatalia eksterna di SMP Negeri 22 Pekanbaru.

1.4.2 Manfaat Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan dibidang keperawatan

1.4.3 Manfaat Metodologi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar dan referensi bagi peneliti selanjutnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Promosi Kesehatan

2.1.1 Defenisi Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, bai fisik, mental, dan

mampu mengubah mengenal dan mewujudkan aspirasinya. Kebutuhannya dan mampu

mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya.

Batasan lain, yang dirumuskan oleh Ausralian Health Foundation yakni promosi kesehatan

adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam

masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial

budaya, politik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Sasaran Promosi Kesehatan

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat

yang sangat heterogen, baik dilihat dari kelompok umur, etnis dan sosio-budaya, ekonomi,

pendidikan, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan promosi kesehatan sasaran dibagi dalam 3 (tiga)

kelompok sasaran yakni sasaran primer, sekunder dan tersier.

a. Sasaran Primer

Dalam praktik promosi kesehatan, sasaran prmer ini dikelompokkan menjadi kelompok

kepala keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah, remaja, pekerja di

tempat kerja, masyrakat di tempat-tempat umum, dan sebagainya.


b. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder dalam dalam promosi kesehatan adalah tokoh masyarakat setempat

(formal, maupun informal). Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan promosi

kesehatan dengan memberikan promosi kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk

selanjutnya kelompok ini akan memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat di

sekitarnya.

c. Sasaran Tertier

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah adalah

sasaran tertier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang

dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh

masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer).

2.1.3 Metode Promosi Kesehatan

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu kegiatan

yang mempunyai masukan (input), proses dan keluaran (output) agar mencapai suatu hasil yang

optimal, maka bantu peraga atau media yang dioakai harus bekerja sama serta harmonis.

Berikut ini diuraikan beberapa metode promosi kesehatan

a. Metode Individual (Perorangan)

Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual digunakan untuk membina

perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku

atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai

masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru

tersebut. Bentuk pendekatannya anatara lain:


1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang

dihadapi klien dapat dieliti dan dibantu penyelesaiannya.

2) Wawancara (Interview)

Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas

kesehatan dengan klien bertujuan untuk mendapatkan informasi mengapa ia tertarik atau

belum menerima perubahan, juga untuk mengetahui apakah ia tertarik atau belum

menerima perubahan juga untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah ata yang akan

diterapkan tersebut mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila

belum, maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

b. Metode Kelompok

Dalam memilih pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta

tingkat pendidikan formal dan sasaran. Metode kelompok terbagi atas.

1) Kelompok Besar

Kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang.

Metode untuk kelompok besar ini anatara lain ceramah dan seminar.

a) Ceramah

Metode ini sesuai untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

b) Seminar

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari suatu ahli dan tentang suatu topik

yang dianggap penting ini biasanyadiaggap hangat di masyarakat. Metode ini sesuai

untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menegah ke atas.

2) Kelompok Kecil

Kelompok kecil adalah apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.


Metode-metode untuk kelompok kecil antara lain, diskusi kelompok, curah pendapat

(brain stroming), bola salju (snow balling), kelompok-kelompok kecil (buzz group), serta

peran (role play), dan peranan simulasi (simulation game)

c. Metode Massa

Metode (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan kepda masyarakat. Pendekatan ini biasannya digunakan untuk menggugah

kesadaran mesyarakat terhadap suatu inovasi. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara)

masa ini tidak langsung biasanya dengan menggunakan media massa.

2.1.4 Media Promosi Kesehatan

Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jarak dari kata medium

yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara bahasa berarti pengantar pesan dari

pengirim kepda penerima pesan (Sukima, 2012). Menurut Notoatmojo (2012) menyatakan

bahwa media promosi kesehatan pada hakekatnya adalah alat bantu yang digunakan untuk

menyampaikan informasi kesehatan dan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan

kesahatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan

kesahatan-kesehatan media ini dibagi menjadi tiga, yakni media cetak, media elektronic dan

media papan.

a. Media Cetak

Media cetak merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Media cetak

terbagi atas booklet, leflet, flyer, flip, chart (lembar balik), rubrik, serta poster, dan foto yang

mengungkapkan informasi kesehatan.

b. Media Elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan.

Media elektronik terbagi atas televisi, radio, video,serta slide dan film strip.
c. Media papan (Billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau

informasi-informasi kesehatan.

2.2 Konsep Dasar Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi jika seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2010).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki

seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar. Dalam proses

belajar sesorang hanya ditentukan memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.

Seseorang dituntut memiliki kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan,

kemampuan beradaptasi, kreatif dan inovatif, dari kemampuan-kemampuan tersebut sangat

diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pengetahuan merupakan kognitif yang

paling rendah namun sangat penting karena dapat membentuk prilaku seseorang (Bloom 1956

dalam Notoatmodjo, 2010).

2.2.2 Jenis Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) menyatakan bahwa jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:

a. Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman

seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi,
perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang

lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan

dan budaya bahkan bisa tidak disadari.

b. Pengetahuan Eksplisit

Pengetahun eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan

dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan

dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di

dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup.

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan

juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima

informasi.

b. Informasi atau media massa.

Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news” (Oxford

English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat

diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi

adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,


mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (Undang-

Undang Teknologi Informasi).

c. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

memengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik,

biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi

timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecaahkan

masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja

akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi

dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang

kerjanya.
f. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia

akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

2.2.4 Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa Pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu : tahu (know), memahami

(comprehension), aplikasi (aplication), analisa (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi

(evaluation).

a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall), terhadap suatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintrepetasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (appilcation), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisa (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau obyek ke

dalam komponen-komponen tetapi di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthetis), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau obyek


2.2.5 Pengukuran Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) pengkuran dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.

Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan

pengetahuan.

Arikunto (2006 dalam Riyanto dan Budiman, 2013) membuat kategori tingkat

pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu

sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%

b. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%

c. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55%

Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan menjadi dua kelompok

jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%

b. Tingkat Pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50%

2.3 Konsep Dasar Motivasi

2.3.1 Definisi Motivasi

Motif atau motivasi berasal dari kata moreve yang berarti dorongan dalam diri

manusia untuk bertindak atau berperilaku. Oleh sebab itu, motivasi adalah suatu alasan

(reasoning) seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya

(Notoadmodjo, 2010). Lestari (2015) menyatakan bahwa motivasi merupakan kekuatan,

dorongan, kebutuhan, tekanan, dan mekanisme psikologis yang merupakan akumulasi faktor-

faktor internal dan eksternal. Faktor internal bersumber dari dalam diri individu itu sendiri,
sedangkan faktor eksternal berasal dari luar individu. Faktor internal dapat pula disebut sebagai

akumulasi aspek-aspek internal individu, seperti kepribadian, intelegensi, ciri-ciri fisik,

kebiasaan, kesadaran, minat, bakat, kemauan, spirit, antusiasme, dan sebagainya. Faktor

eksternal bersumber dari lingkungan fisik, sosial, tekanan dan regulasi ke organisasian. Motivasi

adalah karakteristik psikologis manusia yang memberikan kontribusi pada tingkat komitmen

seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan dan mempertahankan tingkah laku

manusia dan didasarkan sebagai suatu kebutuhan.

2.3.2 Tujuan Motivasi

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah

seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat

memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Lestari,2015).

2.3.3 Sumber-sumber Motivasi

Lestari (2015) menyatakan bahwa sumber-sumber motivasi dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu, misalnya dukungan

verbal dan non verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial.

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

Lestari (2015) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi antara lain :

a. Faktor fisik

Motivasi yang ada di dalam diri individu yang mendorong untuk bertindak dalam rangka

memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan jasmani, raga, materi, benda atau berkaitan
dengan alam. Faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi

lingkungan dan kondisi seseorang, meliputi : kondisi fisik lingkungan, keadaan atau

kesehatan, umum dan sebagainya.

b. Faktor herediter

Motivasi yang didukung oleh lingkungan berdasarkan kematangan atau usia seseorang.

c. Faktor Instrinsik Seseorang

Motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri, biasanya timbul dari perilaku yang

dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas dengan apa yang sudah dilakukan.

d. Fasilitas (Sarana dan Prasarana)

Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan dan tersedianya sarana dan prasarana

yang dibutuhkan untuk hal yang diinginkan.

e. Situasi dan Kondisi

Motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga mendorong dan

memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu.

f. Program dan Aktivitas

Motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau pihak lain yang didasari

dengan adanya kegiatan (program) rutin dengan tujuan tertentu.

g. Audio Visual (Media)

Motivasi yang timbul dengan adanya informasi yang didapat dari perantara sehingga

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

2.3.5 Cara Meningkatkan Motivasi

Lestari (2015) menyatakan bahwa cara meningkatkan motivasi adalah sebagai berikut :

a. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu dengan memotivasi dengan

ancaman, hukuman atau kekerasan sehingga dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement), yaitu cara memotivasi dengan

bujukan atau memberi hadiah agar dapat melakukan sesuatu.

c. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by adentification on egoinvoirement), yaitu

cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran.

2.3.6 Teori Motivasi

Lestari (2015) menyatakan bahwa teori motivasi adalah sebagai berikut :

a. Hirarki Kebutuhan Dasar

Teori tentang motivasi dikenal dengan teori hirarki kebutuhan dasar manusia. Teori

hirarki kebutuhan dasar ini dikembangkan oleh Maslow dan banyak dipakai untuk

membuat konseptualisasi motivasi manusia. Teori ini diklasifikasikan pada lima hirarki

kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki,

kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.

b. Teori Hygiene-Motivasi

Teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg yang mempertajam pengertian

mengenai efektifitas dalam situasi kerja. Teori tersebut dikenal dengan teori Hygiene-

motivasi atau teori dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi: prestasi, pekerjaan, penghargaan, perkembangan, kemajuan dan tanggung

jawab. Faktor eksternal meliputi: status, rekan kerja, supervise, gaji, kondisi kerja,

kebijakan perusahaan dan keamanan kerja.

c. Teori Harapan

Teori Harapan oleh Victor H Vrom menyatakan bahwa motivasi merupakan akibat dari

suatu hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa

tindakannya akan mengarahkan kepada hasil yang diinginkannya.

d. Teori Tiga Kebutuhan


Teori motivasi ini dikemukakan oleh Mc. Clocand menyatakan bahwa pemahaman

tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa setiap orang

mempunyai 3 jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan akan berprestasi atau usaha, kebutuhan

akan kekuatan atau kekuasaan, dan kebutuhan akan berafiliasi atau berhubungan.

2.4 Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang

tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,dalam semua hal yang berkaitan dengan

sistem reproduksi,serta fungsi dan prosesnya. Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja

adalah untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut,sehingga memiliki

sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan masalah kehidupan

reproduksi (Widyastuti, 2009).

2.5 Pengertian Remaja

Remaja atau “aldolescence”, berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh kearah

kematangan. kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja,tetapi juga

kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, 2009). Definisi remaja menurut buku-buku

pediatri adalah bila seorang anak perempuan berusia 10-18 tahun dan anak laki-laki berusia 12-

20 tahun. Sedangkan menurut WHO, Remaja adalah bila anak (baik perempuan maupun laki-

laki) telah mencapai umur 10-18 tahun (Santrock, 2008).

\
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun menurut Depkes RI

adalah anatara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19

tahun dan belum kawin menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,emosi dan

psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun,adalah suatu periode masa pematangan organ

reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan

masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, 2009).

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik)

secara cepat,dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental

emosional). Terjadi perubahan mental besar ini umumnya membingungkan remaja yang

mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya

pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam system

perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga

kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial

(Widyastuti, 2009).

Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan

perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan

menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli

dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita

diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja agar dapat tertangani secara

tuntas (Widyastuti, 2009).

2.5.1 Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya.

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal perkembangan

remaja serta ciri-cirinya. Bedasarkan sifat atau ciri perkembangannya,masa (rentang waktu)

remaja ada tiga tahap,yaitu: (Widyastuti, 2009).


1. Masa remaja awal (10-12 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

b. Tampak dan merasa ingin bebas.

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

dan mulai berpikir khayal (abstrak).

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a. Tampak merasa ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makain berkembang.

e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

a. Menampakan pengungkapan kebebasan diri.

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c. Memilki citra(gambaran,keadaan,peranan)terhadap dirinya.

d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e. Memilki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

2.5.2 Perubahan Fisik pada Wanita.

Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak

perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga

tercapai kematangan yang ditunjukan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi

perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai

berikut: (Widyastuti, 2009).


1. Rambut.

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki.

Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu

ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah

mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, kasar, lebih gelap dan

agak keriting.

2. Pinggul

Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat hal ini sebagi akibat

membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit.

3. Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu

menonjol. Hal ini terjadi harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar

susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

4. Kulit

Kulit seperti halnya laki-laki juga menjadi kasar, lebih tebal, pori-pori membesar.

Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita lebi lembut.

5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. sumbatan kelenjar

lemak dapat menyebabkan jerawat. kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama

masa haid.
6. Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat, akibatnya akan

membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

7. Suara

Suara berubah semakin merdu.suara serak jarang terjadi pada wanita.

2.6 Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genitalia eksterna dan oran genitalia interna.

Organ genitalia eksterna dan vagina adalah untuk senggama,sedangkan organ genitalia interna

adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi dan

tumbuh kembang janin (Wiknjosastro, 2007).

2.6.1 Organ genitalia eksterna (Trijatmo, 2009)

a. Vulva

Vulva atua pudenda, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari

pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora,labia minora, klitoris, selaput

dara(hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular .

b. Mons veneris

Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada

perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas

rambut melintang sampai pinggir atas simfisis sedangkan kebawah sampai ke sekitar anus dan

paha.
c. Labia mayora

Labia mayora (bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah,

terisis oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris ke bawah dan

kebelakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior, labiya mayora

analog dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum berakhir diatas labiya mayora. Setelah

perempuan melahirkan beberapa kali, labiya mayora menjadi kurang menonjol pada usia lanjut

mulai mengeriput. Dibawah kulit terdapat massa lemak dan mendapat pasokan pleksus vena

yang pada cedera dapat pecah dan menimbulkan hematoma.

d. Labia minora

Labia minora (bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah bibir dalam besar.

ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk preputium klitoridis dan

yang dibawah klitoris membentuk frenulum klitoridis.ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu

dan membentuk fossa navikularis. fossa navikulare ini pada perempuan yang belum pernah

bersalin tampak utuh, cekung seperti perahu pada perempuan yang pernah melahirkan kelihatan

tebal dan tidak rata.kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea

(kelenjar-kelenjar lemak) dan ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat

sensitive.jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang

menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.

e. Klitoris

Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas

galns klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.Glans

klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf sehingga sangat

sensitif.
f. Vestibulum

Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan kebelakang dan dibatasi didepan

oleh klitoris, kanan kiri oleh bibir kecil dan dibelakang oleh perineum. Embriologi sesuai dengan

sinus urogenitalis.kurang lebih 1-1,5 cm dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum

(lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena

tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina. Tidak jauh dari lubang kemih, di kiri dan di kanan

bawahnya, dapat dilihat dua ostia skene. Saluran skene (duktus parauretral) analog dengan

kelenjar prostat pada laki-laki. Dikiri dan dikanan bawah dekat fossa navikulare, terdapat

kelenjar bartolini. Kelenjar ini berukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot

konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang bermuara di vestibulum,

tidak jauh dari fossa navikulare. Pada koitus kelenjar bartolini mengeluarkan getah.

g. Bulbus vestibuli.

Bulbus vestibule sinistra dan dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah

selaput lender vestibulum,dekat ramus ossis pubis. panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2cm dan

tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibule mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup

oleh muskulus iskio kavernossuss dan muskulus konstriktor vagina. Embriologik sesuai dengan

korpus kavernosum penis. Pada waktu persalinan biasanya kedua bulbus tertarik kearah atas ke

bawah arkus pubis, akan tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami

cedera dan sekali-sekali timbul hematoma vulva atau perdarahan.

h. Introitus vagina

Introitus vagina yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada seorang

virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang baru dapat dilihat jika bibir kecil ini

dibuka.introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen). himen ini mempunyai bentuk
berbeda-beda dari yang semilunar sampai yang berlubang-lubang atau yang bersekat (septum).

Konsistensinya pun berbeda-beda, dari yang kaku sampai yang lunak sekali. hiatus himenalis

berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui dua jari. Umumnya hymen robek

pada koitus dan robekan ini terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan robekan sampai mencapai

dasar selaput dara tersebut. Pada beberapa kasus hymen tidak mengalami laserasi walaupun

senggama berulang telah dilakukan. Sesudah persalinan hymen robek di beberapa tempat dan

yang dapat dilihat adalah sisa-sisanya.

i. Perineum

Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang

mendukung perineum terutama ialah diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot

levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma

urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika

dan simfisis pubis. diafragama urogenitalis meliputi muskulus tranversus perinea propunda, otot

konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang menutupinya.perineum mendapat

pasokan darah terutama dari arteri pudenda interna dan cabang-cabangnya. oleh sebab itu,dalam

menjahit robekan perineum dapat dilakukan anastesi blok pudendus. Otot levator ani kiri dan

kanan bertemu di tengah-tengah di antar anus dan vagina yang diperkuat oleh tendon sentral

perineum. ditempat ini bertemu otot-otot bulbokavernosus, muskulus transverses perinea

superfisialis, dan sfingter ani eksternal. struktur ini membentuk perinal body yang memberikan

dukungan bagi perineum. Dalam persalinan sering mengalami laserasi kecuali dilakukan

episiotomy yang adekuat.

2.6.2 Organ Genitalia Interna (Wiknjosastro, 2009)

a) Vagina
Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna. Setelah melewati

introitus vaginae, terdapat liang kemaluan (vagina) dan uterus. Arahnya sejajar dengan arah dari

pinggir atas simfisis ke promontorium. Arah ini penting diketahui pada waktu memasukan jari ke

dalam vagina saat melakukan pemeriksaan ginekologik. Dinding depan dan belakng vagina

berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm.

Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae. Ditengah-tengahnya ada bagian

yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan ini memungkinkan vagina dalam

persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir.

Di vagina tidak didapatkan kelenjar-kelenjar bersekresi. Pada perempuan yang pernah

melahirkan,kepingan epitel vagina kadang-kadang tertanam dalam jaringan ikat vagina pada saat

penjahitan robekan vagina dan membentuk kista, disebut kista inklusi vagina yang sebenarnya

bukan kelenjar. Epitel vagina terdiri atas epitel gepeng tidak bertanduk, dibawahnya terdapat

jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada kehamilan terdapat

hipervaskularisasi lapisan jaringan tersebut sehingga dinding vagina kelihatan kebiru-biruan,

yang disebut livide. Dibawah jaringan ikat terdapat otot-otot dengan susunan yang sesuai dengan

susunan otot-otot usus bagian dalamnya terdiri atas muskulus sirkularis dan bagian luarnya

muskulus longitudinalis. Disebelah luar otot-otot ini terdapat fasia yang akan berkurang

elastisitasnya pada perempuan yang lanjut usia. Bagian atas vagina bersal dari duktus mulleri,

sedangkan bagian bawahnya dibentuk oleh sinus urogenitalis.

Di sebelah depan, dinding vagina berhubungan dengan uretra dan kandung kemih yang

dipisahkan oleh jaringan ikat biasa disebut septum vesikovaginalis. Disebelah belakang, diantara

dinding vagina bagian bawah dan rectum terdapat jaringan ikat disebut septum rektovaginalis.

Seperempat bagian atas dinding vagina belakang terpisah dari rectum oleh kantong rektouterina

yang biasa disebut kavum douglasi.dinding kanan dan kiri vagina berhubungan dengan muskulus
levator ani. Dipuncak vagina dipisahkan oleh serviks,terbentuk forniks anterior,posterior dan

lateralis kiri dan kanan.oleh karena puncak vagina belakang terlatak lebih tinggi dari pada bagian

depan,maka forniks posterior lebih dalam dari pada anterior. Forniks mempunyai arti klinik

karena organ internal pelvis dapat dipalpasi melalui dinding forniks yang tipis. Selain itu,forniks

posterior dapat digunakan sebagai akses bedah untuk masuk ke dalam rongga peritoneum.

Kurang lebih 1,5 cm diatas forniks

b) Uterus

Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedeikit

gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm,lebar di tempat yang paling lebar 5,25 cm,dan

tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri (1/3 bagian

bawah).

Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar melalui

saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina

dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri) sedangkan yang berada di atas vagina

disebut pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang

disebut dengan istmus uteri.

Bagian atas uteri disveur dengan fundus uteri, disitu tuba falopi kanan dan kiri masuk ke

uterus. dinding uterus terdiri terutama atas miometrium, yang merupakan otot polos berlapis tiga

tang sebelah luar longitudinal,yang sebelah dalam sirkular, yang antar kedua lapisan ini

beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi.

Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut

endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma dengan

banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Dikorpus uteri endometrium licin, akan
tetapi diserviks berkelok-kelok kelenjar-kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis. Pertumbuhan

dan fungsi endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon steroid ovarium.

Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak disumbu tulang panggul dalam

anterofersiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang korpus

uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120º-130 º dengan serviks uteri. Di Indonesia

uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang) yang pada

umumnya tidak memerlukan pengobatan. Perbandingan antara panjang korpus uteri dan serviks

berbeda-beda dalam pertumbuhan.pada bayi perbandingan itu adalah 1:2, Sedangkan pada

wanita dewasa. Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi,dari luar ke dalam

ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium, dan endometrium.

Uterus mendapat darah dari arteri uterine, ranting dari arteri iliaka interna dan dari arteri uterine,

ranting dari arteri iliaka interna dan dari arteri ovarika.

c) Tuba

Tuba fallopi ialah saluran telur berasal seperti juga uterus dari duktus muleri. Rata-rata

panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di dinding uterus dinamakan pars intertisialis,

lateral dari itu (3-6cm) terdapat pars istmika yang masih sempit (diameter 2-3 mm) dan lebih kea

rah lateral lagi pars ampularis yang lebih lebar (diameter 4-10mm) dan mempunyai ujung

terbuka menyerupai anemone yang disebut infundibulum.bagian luar tuba latum. Otot dinding

tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot sirkular. Lebih kedalam lagi

terdapat mukosa yang berlipat-lipat ke tuba terdiri atas epitel kubuk sampai selindris, yang

mempunyai bagian-bagian dengan serabut-serabut dan yang bersekresi mengeluarkan getah,

sedangkan yang berserabut dengan getarannya menimbulkan suatu arus kearah kavum uteri.
d) Ovarium

Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan.terletak dikiri dan dikanan,

dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan

ligamentum ovarii propium.pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum suspensorium

ovarii.

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium

berada intarperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum bagian ovarium kecil berada di dalam

ligamentum latum (hilus ovarii).Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke

ovarium.lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium

dinamakan mesovarium.

Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik

selindris, yang disebut epitelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat tunika albuginea

dan dibawahnya lagi baru di temukan lapisan tempat folikel folikel primordial. Pada wanita

diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel,

berkembang menjadi folkel degraff. Folikel-folkel ini merupakan ini merupakan bagian ovarium

yang terpenting dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam,dan

pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-

sel saja sampai folkel de graff yang matang. folikel yang matang ini terisi dengan likuor folikuli

yang mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.

Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang-sekurangnya 750.000 oogonium.

Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel.pada umur 5-15 tahun

ditemukan 439.000,pada 16-25 tahun 159.000 antara umur 26-35 tahun menurun sampai 59.000

dan antar 34-35 hanya 34.000 pada masa menopause semua folikel sudah menghilang.
2.7 Flora Mikroba Normal Tubuh Manusia

Istilah ” Flora mikroba normal” menunjukan populasi mikroorganisme yang hidup dikulit

dan membran mukosa orang normal yang sehat. Keberadaan flora virus normal pada manusia

masih diragukan (Jawetz, 2007).

Kulit dan membran mukosa selalu mengandung berbagi mikroorganisme yang dapat

tersusun menjadi dua kelompok: (1) Flora residen terdiri dari jenis mikroorganisme yang relatif

tetap dan secara tertur ditemukan di daerah tertentu pada usia tertentu jika terganggu, flora

tersebut secara cepat akan hidup kembali dengan sendirinya. (2) Flora transien terdiri dari

mikroorganisme yang nonpatogen atau secara potensial bersifat pathogen yang menempati kulit

atau membran mukosa selama berapa jam, hari, atau minggu berasal dari lingkungan tidak

menyebakan penyakit, dan tidak dapat menghidupkan dirinya sendiri secara permanen di

permukaan. Anggota flora transien secara umum memiliki makna yang kecil selama flora residen

normal tetap utuh. Namun, apabila flora residen terganggu, mikroorganisme transien dapat

berkolonisasi, berfloriserasi dan menyebabkan penyakit (Wiknjosastro, 2007).

2.7.1 Peran Flora Residen


Mikroorganisme yang secara konstan ada di permukaan tubuh bersifat komensal.

Pertumbuhannya di permukaan tubuh bersifat komensal. Pertumbuhannya di daerah tertentu

bergantung pada faktor-faktor fisiologi yaitu temperatur, kelembaban, dan adanya zat gizi serta

zat inhibitor tertentu. Keberadaan flora tersebut tidak penting bagi kehidupan, karena hewan

“bebas-mikroorganisme” dapat hidup pada keaadaan tidak adanya flora mikroba normal. Namun,

flora residen di daerah tertentu memainkan peran yang nyata dalam mempertahankan kesehatan

dan fungsi normal (Jawetz, 2007).


Hal yang penting adalah bahwa mikroba yang tergolong flora residen normal tidak

membahayakan dan dapat menguntungkan di lokasi normalnya pada pejamu serta pada keadaan

tanpa kelainan yang menyertai. Organisme tersebut dapat menyebabkan penyakit jika dimasukan

ke dalam lokasi lain dalam jumlah besar dan jika terdapat faktor predisposisi (Jawetz, 2007).

2.7.2 Flora Normal Vagina

Segera setelah lahir, laktobasilus aerob tampak dalam vagina dan menetap sepanjang pH

tetap asam (beberapa minggu). bila pH menjadi netral (menetap sampai pubertas) terdapat flora

campuran, kokus dan basilus saat pubertas, laktobasilus aerob dan anaerob tampak kembali

dalam jumlah banyak dan mempertahankan pH asam dengan menghasilkan asam dari

karbohidrat terutama glikogen. Keadaan ini tampaknya merupakan mekanisme penting dalam

mencegah timbulnya organisme yang lain, yang mungkin membahayakan di dalam vagina .Jika

laktobasilus ditekan akibat pemberian obat-obat antimikroba, ragi atau berbagai bakteri

meningkat jumlahnya dan menyebabkan iritasi serta peradangan. Setelah menopause,

laktobasilus kembali berkurang jumlahnya dan flora campuran kembali timbul. Flora vagina

normal termasuk streptococcus grup B terdapat sebanyak 25% perempuan usia subur. Selama

proses kelahiran,bayi dapat terpajan streptococcus grup B, yang kemudian dapat menyebakan

sepsis neonatal dan meningitis. Flora vagina normal juga sering mencakup streptococcus alfa

hemolitik, streptococcus anaerob (peptostreptococus), spesies prevotella, klostridia, gradnerella

vaginalis, ureaplasma urealytikum dan kadang-kadang listeria atau spesies mobilunkus. Mukus

servikal mempunyai aktifitas antibakteri dan mengandung lisozim. Pada beberapa perempuan,

introitus vagina mengandung flora yang banyak menyerupai flora di perineum dan area perianal.

Keadaan tersebut dapat menjadi factor predisposisi infeksi saluran kemih rekuren. Organisme

divagina yang terdapat saat persalinan dapat mengionfeksi neonates (misalnya,streptococcus

grup B) (Jawetz, 2007).


2.8 Kebersihan Alat Kelamin Wanita

Menjaga kesehatan vagina dimulai dari memeperhatikan kebersihan diri. Di Indonesia

merupakan daerah yang beriklim tropis. Udara panas dan cenderung lembab sering membuat

banyak berkeringat. Dibagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit, seperti didaerah alat

kelamin. kondisi ini menyebabkan mikroorganisme jahat terutama jamur mudah berkembang

biak, yang akhirnya bisa menimbulkan infeksi (Purnamaningsih., Salika., Depkes).

Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini berlaku bagi

kesehatan organ-organ seksual, termasuk vagina. Berikut adalah cara membersihkan alat kelamin

wanita: (Purnamaningsih., Salika., Depkes)

1. Secara teratur bersihkan bekas keringat yang ada disekitar alat kelamin dengan air bersih,

lebih baik air hangat, dan sabun lembut terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan

buang air kecil. Cara membasuh alat kelamin wanita yang benar adalah dari arah depan

(vagina) ke belakang (anus). Jangan terbalik karena bakteri yang ada disekitar anus bisa

terbawa ke dalam vagina. Setelah dibersihkan gunakan handuk bersih atau tisu kering

untuk mengeringkannya

2. Hati-hati ketika menggunakan kamar mandi umum, apabila akan menggunkan kloset

duduk maka siramlah terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya penularan penyakit

menular seksual. Bakteri,kuman,dan jamur bisa menempel di kloset yang sebelumnya

digunakan oleh penderita penyakit menular seksual.

3. Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina. Vagina sendiri sudah

mempunyai mekanisme alami untuk mempertahankan keasamannya. Keseringan

menggunakan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri baik dan memicu

berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi.


4. Jangan sering-sering menggunakan pantyliner. Gunakan pantyliner sesuai dengan

kebutuhan artinya ketika mengalami keputihan yang banyak sekali. Dan gunakan

pantyliner yang tidak berparfum untuk mencegah iritasi. Sering-sering mengganti

pantyliner saat keputihan.

5. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti pakaian dalam.

Minimal mengganti pakaian dalam dua kali sehari, untuk menjaga vagina dari

kelembaban yang berlebihan.

6. Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya katun. Hindari

memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat kulit jadi susah bernafas dan akhirnya

menyebakan daerah kewanitaan menjadi lembab, berkeringat dan mudah menjadi tempat

berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi sering kali terjadi akibat

celana dalam yang tidak bersih.

7. Haid merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor. Waktu haid, sering

ganti pembalut karena pembalut juga menyimpan bakteri kalau lama tidak diganti. Bila

dipermukaan pembalut sudah ada segumpal darah haid meskipun sedikit, sebaiknya

segera mengganti pembalut. Gumpalan darah haid yang ada di permukaan pembalut

menjadi tempat sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Oleh karena itu

gantilah pembalut setiap kali terasa basah atau sekitar tiga jam sekali.

8. Rambut yang tumbuh disekitar daerah kewanitaanpun perlu diperhatikan kebersihannya.

Jangan mencabut-cabut rambut tersebut. Lubang ini bisa menjadi jalan masuk bakteri,

kuman dan jamur, yang dikhawatirkan dapat menimbulkan iritasi dan penyakit.

Perawatan rambut didaerah kewanitaan cukup dipendekan dengan gunting atau alat cukur

dan busa sabun yang lembut. Rambut di daerah kewanitaan berguna untuk merangsang

pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi masuknya benda kecil ke dalam vagina.
2.9 KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan dari sebuah

masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang diteliti

(Swarjana, 2012). Kerangka konsep dibuat berdasarkan literatur dan teori yang sudah ada.

Tujuan dari kerangka konsep adalah mensintesa atau mengarahkan penelitian, serta panduan

untuk analisis dan intervensi (Sujarweni, 2014). Kerangka konsep penelitian adalah suatu

hubungan atau kaitan antar konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin

diteliti (Setiadi, 2013).

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo,

2010). Kerangka konsep pada penelitian ini menjelaskan tentang Pengaruh Pemberian

Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Motivasi Remaja Putri tentang kebersihan

genetalia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema 2.9.


Skema 2.9

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen

Pemberian Pendidikan Kesehatan

Variabel Dependen sebelum Variabel Dependen sesudah

Tingkat Pengetahuan dan Motivasi Tingkat Pengetahuan dan Motivasi


Remaja Putri tentang Hygiene Remaja Putri tentang Hygiene
Genetalia sebelum diberikan Genetalia sesudah diberikan
Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan
2.10 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan, duga, atau dalil

sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui

pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat di terima atau

di tolak (Setiadi, 2013).

2.10.1 Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis alternatif adalah pernyataan prediksi hasil penelitian berupa hubungan

antar variabel yang diteliti.

Ha : Ada Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan pada Remaja Putri terhadap

Pengetahuan dan Motivasi terhadap Hygiene Genetalia.

2.10.2 Hipotesis Null (H0)

Hipotesis null adalah pernyataan hipotesis yang digunakan untuk kepentingan uji

statistik terhadap data hasil penelitian.

H0 : Tidak ada Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan pada Remaja Putri terhadap

Pengetahuan dan Motivasi terhadap Hygiene Genetalia.


.

Anda mungkin juga menyukai