Laporan Praktikum
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Teknik Analisis Biologi Molekuler
yang dibimbing oleh
Dr. Umie Lestari, M.S dan Hendra Susanto, S. Pd, M. Kes, Ph. D
Oleh
Kelompok 3/Off I
Alif Rosyidah El Baroroh 150342606362
Badrul Munir Arrosadi 150342607243
Dewi Sekar Miasih 150342606610
C. DASAR TEORI
Protein adalah molekul organik terbanyak yang terdapat dalam sel. Fungsi
protein antara lain memicu kontraksi dalam melakukan gerak dan memicu
terjadinya berbagai proses metabolisme dalam bentuk enzim. Protein dapat pula
berperan membawa informasi dari luar ke dalam sel dan di dalam bagian-bagian
sel sendiri. Selain itu protein juga mengendalikan dapat tidaknya, serta waktu
yang tepat untuk pengungkapan informasi yang terkandung di dalam DNA, yang
diperlukan untuk sintesis protein itu sendiri (voet dan voet , 2011).
Secara kimia, protein adalah heteropolimer dari asam-asam amino yang
terikat satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein jenis apapun dan berasal dari
makhluk apapun tersusun atas 20 asam amino. Jadi sebenarnya perbedaan antara
protein yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh jumlah dan kedudukan
asam-asam amino di dalam tiap-tiap molekul (voet dan voet , 2011)..
Molekul protein berinteraksi dengan molekul air melalui ikatan hidrogen
dan membentuk mantel air. Dikarenakan molekul protein besar, maka di dalam air
protein membentuk larutan koloid. Adanya sejumlah elektrolit dengan konsentrasi
encer sangat meningkatkan kelarutan suatu protein (salting in). Sifat ini, yakni
kelarutan dalam bentuk larutan koloid yang dipermudah oleh mantel air dan
elektrolit encer, dimanfaatkan untuk pemisahan protein. Selain sifat tersebut,
protein juga mempunyai sifat lain yang berperan penting dan menjadi dasar dalam
pemisahan protein yaitu ukuran molekulnya yang berbeda-beda sebagai akibat
dari perbedaan jumlah asam amino penyusun protein serta muatan yang
dikandungnya (voet dan voet , 2011)..
Sifat-sifat protein tersebut menjadi dasar pemisahan protein yang
digunakan untuk deteksi atau diagnosis molekuler. Pemisahan protein dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu kromatografi gel, elektroforesis, dan salting out
Kromatografi gel berfungsi sebagai proses pemisahan protein berdasarkan berat
dan ukuran molekul. Cara ini juga sering disebut kromatografi kolom dan size
exclusion chromatography karena menggunakan butirn sintetik yang memiliki
diameter dan ukuran pori-pori tertentu sebagai penyaring molekul. Molekul yang
berukuran kecil akan mudah masuk ke pori-pori dan menjadi lambat berjalan
keluar dari kolom, sedangkan molekul dengan ukuran lebih besar akan lebih sulit
masuk ke pori-pori dan langsung menuju ke luar, sehingga hasil kromatografi
akan menunjukkan urutan pengeluaran molekul mulai dari yang terbesar hingga
yang terkecil (Holil ,2014).
Dasar dari proses elektroforesis adalah fakta bahwa protein adalah
makromolekul yang terdiri dari asam amino yang terikat secara kovalen. Setiap
protein dibedakan dari muatan elektronnya yang berikatan secara kovalen atau
ionik. Hal inilah yang menyebabkan suatu larutan dengan pH tertentu dapat
mengandung protein dengan muatan listrik yang berbeda-beda. Sebab, susunan
dan jumlah asam amino setiap protein tidaklah sama (Holil ,2014)..
Apabila larutan protein diletakkan dalam suatu medan listrik, tiap protein
akan bermigrasi ke kutub yang berlawanan dari muatan yang dikandung protein
tersebut. Protein yang bermuatan negatif akan bergerak ke anode yang adalah
kutub positif. Sementara itu, protein yang tidak bermuatan tidak akan
bergerak.PAGE (Polyacrylamide Gel Electrophoresis) merupakan metode analisis
yang digunakan untuk memisahkan komponen campuran protein berdasarkan
ukurannya. Teknik ini berdasarkan prinsip bahwa molekul yang bermuatan akan
bermigrasi pada daerah elektrik ke elektroda yang berlawanan tandanya. Dengan
kata lain teknik ini menggunakan prinsip perbedaan kemampuan migrasi dari
setiap molekul (Holil ,2014)..
Teknik elektroforesis umum tersebut tidak bisa digunakan untuk menentukan
berat molekul dari molekul biologis karena pergerakan zat bergantung pada tidak
hanya ukuran tapi juga muatan. Untuk mengatasi ini, sampel biologis
membutuhkan perlakuan khusus yaitu penyeragaman muatan yang dapat
menyebabkan pergerakan zat bergantung hanya pada ukuran. Untuk protin-protein
yang memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda, harus didenaturasi terlebih
dahulu dengan menggunakan bantuan SDS (Sodium Dodecyl Sulphate(Holil
,2014).).
Bahan
1. Alumunium foil
2. PBS tween-PMSF
3. Etanol PA
4. Tris HCl
5. Acrilamid-bis 30%
6. Tris Cl 1,5 M pH 6,8
7. dH2O
8. SDS 10 %
9. Temed
10. Aquades
11. APS 10%
12. Tris Cl 1,5 pH 8,8
13. Sampel crude protein
14. RSB
15. Plastick wrap
16. Larutan destaining
E. PROSEDUR KERJA
1. Isolasi Protein Jaringan otot ikan
Organ otot
Untuk meratakan gel diberi akuades untuk membentuk permukaan yang lurus
Keterangan :
Unit : mg/ml
Protein conc : 14,886
A280 : 14886
260/280 : 1,26
Sampel type : 1 Abs ; 1 mg/ml
Gel hasil elektroforesis
Perhitungan Berat Molekul Protein
1) Ditentukan nilai b dan a (a1- a9) pada marker, yakni dengan menggunakan
penggaris, diukur mulai dari ujung sumuran sampai dengan RSB untuk
mendapatkan nilai b. Lalu untuk mendapatkan nilai a yakni diukur dari
ujung sumuran sampai dengan pita pertama. Lalu jarak dari sumuran ke
pita kedua merupakan nilai a2 dan seterusnya sampai a9
RSB
3) Gel hasil elektroforesis yang telah di scan selanjutnya dihitung berat
molekulnya dengan bantuan protein standart sebagai marker untuk
menghitung Rf (ratardakan factor) dari masing-masing pita dengan rumus
:
5) Di klik pada data view, sehingga muncul tampilan seperti gambar berikut :
6) Di klik tab analyze lalu dipilih regresion dan dipilih lagi untuk curve
estimation seperti yang namapk pada gambar:
7) Pada kolom dependent dipilih log BM, sedangkan untuk variabel dipilih
Rf lalu di klik ok
8) Didapatkan kuva linear seperti yang nampak pada gambar , pada tabel
coeficients terdapat nilai Rf yang digunakan sebagai nilai a dan (constant)
sebgai nilai b lalu dimasukkan kedalam persamaan y = ax + b
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Y = ax +b
Y = - 1864 x + 2,258
Setelah itu dihitung a,b dan Rf dari sampel (jaringan otot ikan ) dimana
nilai Rf yakni sama dengan x, lalu nilai X yang didapatkan disubtitusikan kedalam
persamaan yang telah didapatkan dari perhitungan yakni Y = - 1864 x + 2,258.
Setelah nilai disubtitusikan maka akan didapatkan nilai y , yakni sama dengan log
BM. Untuk mengetahui BM (berat molekul) maka nilai log BM di anti log
sehingga didapatkan hasil pada tabel sebagi berikut :
Protein adalah biopolimer yang terdiri dari banyak satuan asam Amino yg
dihubungkan oleh ikatan peptide. Beberapa protein merupakan komponen utama
dalam jaringan struktur (otot, rambut, kuku, kulit).Kata protein berasal dari bahasa
Mesir “proteus” yang terjemahan kasarnya berarti “yang utama”.Protein adalah
sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N ada pula
yang mengandung unsur S dan P.Protein tersusun dari beberapa asam amino yang
saling berikatan (mempunyai lebih dari 100 asam amino disebut protein) (Amin et
al. 2014).
Kebanyakan peptides dan protein yang diisolasi dari sel dan jaringan
tersusun antara 2 hingga 2000 asam amino. Diasumsikan rata-rata bobot molekul
dari semua amino adalah 110, bobot molekular kebanyakan peptide dan rantai
protein berkisar dari 220 hingga 220.000, walaupun banyak yang lebih besar telah
ditemukan. Tidak peduli berapa banyak asam amino dihubungkan oleh ikatan
peptide, selalu terdapat dua ujung rantai yang berbeda: suatu ujung amino
terminal (atau N-terminus) dan suatu ujung karboksil terminal (atau C-
terminus(Amin et al. 2014)).
Protein yang tersusun dari rantai asam amino akan memiliki berbagai
macam struktur yang khas pada masing-masing protein. Karena protein disusun
oleh asam amino yang berbeda secara kimiawinya, maka suatu protein akan
terangkai melalui ikatan peptida dan bahkan terkadang dihubungkan oleh ikatan
sulfida. Adapun struktur protein meliputi struktur :
Protein adalah salah satu komponen penyusun sel yang berperan dalam
membangun sel, menggantikan sel yang rusak, menjadi penyusun enzim, hormon,
dan lain-lain. Berdasarkan komponen penyusunnya maka protein tersusun atas
banyak asam amino hasil proses translasi yang dilakukan oleh sel. Oleh karena
protein merupakan makromolekul yang ada di dalam sel dan memiliki gugus asam
(COOH) dan dapat juga memiliki gugus basa (NH2), serta protein mudah rusak
maka ekstraksi protein harus memperhatikan agar struktur protein tidak rusak
(mengalami denaturasi) dengan cara melakukan proses isolasi pada suhu rendah
(0-4ºC) dalam buffer dan pH tertentu (tergantung pada jenis protein yang
dianalisis) (Holil 2014).
Langkah pertama dalam isolasi protein, atau biologis lainnya molekul,
adalah untuk membuatnya menjadi solut. Dalam beberapa kasus, seperti protein
serum darah, alam sudah dilakukan begitu. Namun, protein biasanya harus
dibebaskan dari sel yang berisi itu. Metode pilihan untuk prosedur ini tergantung
pada karakteristik mekanik dari jaringan sumber serta lokasi protein yang
dibutuhkan di dalam sel (Voet, dan Voet, 2011).
Proses isolasi protein secara umum sama dengan isolasi pada DNA
maupun RNA yaitu terdiri dari beberapa tahap yang meliputi tahap memisahkan
sel dari jaringan, tahap menghancurkan membran/dinding sel, tahap memisahkan
organel dari molekul penyusunnya serta tahap memisahkan protein dari molekul
penyusun yang lain. Jika protein diisolasi dari darah maka dapat menggunakan
jaringan, plasma atau serum yang ada dalam darah. Oleh karena itu darah terlebih
dahulu harus dipisahkan dari sel darah melalui proses sentrifugasi (Holil 2014).
Penghancuran se dapat dilakukan dengan cara kimiawi dan mekanik ,Ini
mungkin termasuk beberapa siklus Pembekuan dan pencairan, penggilingan
dengan pasir, alumina, atau manik-manik kaca, atau penggunaan blender
berkecepatan tinggi (serupa ke alat dapur yang sudah dikenal), homogenizer
(sebuah alat untuk menghancurkan jaringan antara piston yang erat dan lengan
yang bisa digerakkan secara manual atau mekanis), a Pers Prancis (perangkat
yang menggunting sel terbuka dengan menyemprotkan mereka pada tekanan
tinggi melalui lubang kecil), atau sonikator (yang memecahkan sel terbuka
melalui getaran ultrasonik. Begitu sel-sel telah terbuka, disentrifugasi untuk
menghilangkan partikulat puing sel, sehingga meninggalkan protein yang diminati
solusi supernatan Jika protein yang dibutuhkan adalah komponen rakitan
subselular seperti membran atau mitokondria, cukup besar Pemurnian protein
dapat dilakukan dengan pemisahan pertama rakitan subselular dari sisa materi
seluler Hal ini biasanya dilakukan dengan diferensial sentrifugasi, Jika protein
yang diminati terletak di sitosol sel, pembebasannya hanya membutuhkan
pemecahan terbuka (lisis) sel(Voet, dan Voet, 2011).
Dalam metode yang paling sederhana dan paling lembut untuk
melakukannya, yang dikenal sebagai lisis osmotik, sel-sel ditangguhkan solusi
hipotonik; yaitu solusi di mana total Konsentrasi molar zat terlarut kurang dari
yang ada di dalam sel dalam keadaan fisiologis normalnya. Dibawah pengaruh
Kekuatan osmotik, air berdifusi menjadi lebih terkonsentrasi larutan intraselular,
sehingga menyebabkan sel membengkak dan ledakan. Metode ini bekerja dengan
baik dengan sel hewan, namun dengan Sel yang memiliki dinding sel, seperti
bakteri atau sel tumbuhan, memang begitu biasanya tidak efektif. Penggunaan
enzim, seperti lisozim, yang secara kimia menurunkan dinding sel bakteri (Voet,
dan Voet, 2011).
Begitu protein telah dikeluarkan dari lingkungan alami, itu menjadi
terkena banyak agen yang bisa ireversibel merusaknya Pengaruh ini harus
dikontrol dengan hati-hati pada semua tahap proses pemurnian atau hasil dari
Protein yang dikehendaki bisa sangat berkurang atau bahkan dihilangkan.
Integritas struktural banyak protein sensitif terhadapnya pH sebagai konsekuensi
dari banyak kelompok asam basa. Untuk mencegah kerusakan bahan biologis
karena variasi dalam pH, mereka secara rutin dilarutkan dalam larutan penyangga
efektif dalam kisaran pH di mana bahan stabil. Protein mudah didenaturasi dengan
suhu tinggi. Meskipun Stabilitas termal protein sangat bervariasi, banyak dari
mereka perlahan denatur di atas 25 ° C. Oleh karena itu, pemurnian protein
biasanya dilakukan pada suhu dekat 0 ° C. Namun, ada banyak protein yang
dibutuhkan suhu yang lebih rendah, beberapa bahkan lebih rendah dari -100 ° C,
untuk stabilitas Sebaliknya, beberapa protein labil tidak stabil di bawah suhu
karakteristik (Voet, dan Voet, 2011).
Sel mengandung protease (enzim yang mengkatalisis hidrolitik
pembelahan ikatan peptida) dan degradatif lainnya enzim yang, pada lisis sel,
dibebaskan menjadi di larutan. Enzim degradasi sering dapat dianggap tidak aktif
pada pH dan suhu itu tidak berbahaya bagi protein yang diminati. Kalau tidak,
Enzim ini seringkali dapat dihambat secara khusus oleh agen kimia tanpa
mempengaruhi protein yang diinginkan. Tentu saja, karena pemurnian protein
berkembang, lebih banyak lagi dan lebih banyak enzim degradatif ini dieliminasi
(Voet, dan Voet, 2011).
Banyak protein didenaturasi dengan kontak dengan antarmuka air-air, dan,
pada konsentrasi rendah, signifikan Fraksi protein yang ada mungkin hilang
akibat adsorpsi permukaan. Oleh karena itu, larutan protein harus ditangani
sedemikian rupa untuk meminimalkan buih dan harus dijaga tetap terkonsentrasi.
Tentu saja ada faktor lain yang menjadi protein mungkin sensitif, termasuk
oksidasi sistein residu untuk membentuk ikatan disulfida; kontaminan logam
berat, yang mungkin secara ireversibel mengikat protein; dan konsentrasi garam
dan polaritas larutan, yang harus disimpan dalam kisaran stabilitas protein.
Akhirnya, Banyak mikroorganisme menganggap protein menjadi lezatLarutan
protein harus disimpan dalam kondisi itu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme [misalnya, di kulkas dan / atau dengan sejumlah kecil zat beracun
yang terjadi tidak bereaksi dengan protein, seperti sodium azide (NaN3)] (Voet,
dan Voet, 2011).
Protein hasil isolasi dengan menggunakan buffer ekstrak dan reagen lain
perlu diukur kadar protein yang terkandung di dalamnya. Pengukuran kadar
protein dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kandungan protein yang
terdapat dalam sampel yang diisolasi. Selain itu pengukuran dilakukan juga
dengan tujuan untuk mengecek proses isolasi yang dilakukan apakah berhasil atau
tidak. (Holil 2014)
Setelah itu dihitung a,b dan Rf dari sampel (jaringan otot ikan ) dimana nilai Rf
yakni sama dengan x, lalu nilai X yang didapatkan disubtitusikan kedalam
persamaan yang telah didapatkan dari perhitungan yakni Y = - 1864 x + 2,258.
Setelah nilai disubtitusikan maka akan didapatkan nilai y , yakni sama dengan log
BM. Untuk mengetahui BM (berat molekul) maka nilai log BM di anti log.
H. SIMPULAN
Amin, M., Lukiati, B., Maslikah, A., I., dan balqis. 2014. Bahan Ajar Biokimia.
Malang : Universitas Negeri Malang (tidak diterbitkan)
Bollag, D.M. and Edelstein, S.J. 2009. Protein Methods. New York: A John
Wiley and Sons Inc
Campbell, Neil A., dkk2009. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1 . Jakarta: Erlangga
Murray, R., K., Granner, D., K. Dan Rodwell, V., W. 2009. Biokimia Harper.
Jakarta : EGC
Seidman, L.A. & C.J. Moore. 2000. Basic laboratory for biotechnology:
Textbook and laboratory reference. Prentice Hall, Inc. : New Jersey
Voet, D and Voet, J., G. 2011.Biochemistry 4 th. USA : JOHN WILEY & SONS
, INC.
2. SDS Memebrikan
ikatan negatif
pada protein
sehingga
membentuk linear
3. Tris HCl Sebagai larutan
penyangga
4. Acrilamid-bis 30% Menghasilkan
Separating Gel Tris Cl 1,5 M pH 6,8 profil pita protein
dH2O dengan berat
SDS 10 % molekul 6-200
Temed kDa
Aquades
APS 10%
5. Stacking Gel Tris Cl 1,5 pH 8,8 Mengelompokkan
Acrilamid-bis 30% protein dengan
dH2O berat molekul
SDS 10 % yang berbeda
Temed
Aquades
APS 10%
6. APS Iniasiator
akrilamida agar
bereaksi dengan
akrilamida yang
lain membentuk
poliakrilamida
7. Bis-akrilamida Sebagai cross
linking agen yang
membentuk kisi-
kisi bersama
polimer
akrilamida
8. Temed Katalisator reaksi
polimerisai
akrilamid mnjadi
apoliakrilamid
9. Aquades Melepas gel
akrilamid
10. Protein standar Mengidentifikasi
(marker) berat molekul dari
campuran
polypeptida
proteinyang
digunakan
memiiki rentang
berat molekul 15
kDa-250 kDa
11. Bromo Fenol Blue Sebagai pewarna
molekul protein
12. RSB -0,3 M Tris HCL pH 4,8 Membantu
-Gliserol 25 % memecah ikatan
-SDS 10 % protein
-β Mercaptoetanol
- Digunakanuntukmencampurkanba
handengankecepatandanwaktu
yang dibutuhkan.
- Dalamelektroforesis protein
alatinidigunakandalampewarnaan
gel
13
poliakrilamiddalamlarutanpewarn
.
Shaker acommasie brilliant blue.
Spring - Jenis shaker yang satu ini
Shaking dilengkapi dengan sebuah papan
Plate meja horizontal sebagai alas untuk
MMS- meletakan berbagai wadah berisi
TRAY L cairan yang akan dihomogenkan.
Dengan permukaan yang datar,
larutan yang akan dihomogenkan
harus diletakan dalam wadah
dengan alas datar seperti
erlenmeyer, gelas kimia atau
kumpulan tabung reaksi yang
berada dalam sebuah wadah
dengan alas datar.
- Mikropipet adalah alat untuk
memindahkan cairan yang
bervolume cukup kecil, biasanya
kurang dari 1000 μl. Banyak
pilihan kapasitas dalam
mikropipet, misalnya mikropipet
yang dapat diatur volume
pengambilannya (adjustable
volume pipette) antara 1μl sampai
20 μl, atau mikropipet yang tidak
14 Mikropip
bisa diatur volumenya, hanya
. et
tersedia satu pilihan volume (fixed
volume pipette) misalnya
mikropipet 5 μl.
- Mikropipet EPPENDORF
autoclavabledengankapasitas 0,5-
10 µl, mikropipet ACURA 825
autoclavabledengankapasitas 100-
1000 µl.
- Alatinidigunakanuntukmengambil
larutandalam volume kecil.