Anda di halaman 1dari 11

[Type text]

MAKALAH
GANGGUAN SEXUAL DISFUNGSI EREKSI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Dasar Keperawatan dengan dosen
pembimbing bc. Yeti Murhayati., M.Kes

Disusun oleh:
1. Abdul Ghoni
2. Ahmad Anwarullah
3. Anniza Rahma Dwi Yanti
4. Dewi Nur Afriyani
5. Karmelia Tuto Lanang
6. Maria Fulgensia B.N.
7. Monika Dyah Dewanti
8. Rizka Adila Wardhani
9. Rizky Wulan Primadhani
10. Siti Fathimah

PROGRAM TRANSFER S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017/ 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami dalam menyelesaikan makalah yang berjudul
“Disfungsi Ereksi”

Makalah ini kami susun untuk membantu mahasiswa mempermudah dan memperdalam
pengetahuannya dalam bidang penyakit disfungsi ereksi dan bagaimana pengobatan terapi
terhadap penyakit ini.

Namun, kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih kurang sempurna
dan terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun dari segi materi yang kami tuliskan.
Oleh karena itu,segala pendapat,kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan,untuk lebih menyempurnakan tugas ini.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dalam rangka melengkapi materi pelajaran


pada program pendidikan serta sekaligus melatih mahasiswa untuk terampil dalam
memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi.

Surakarta, 26 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

BAB I LATAR BELAKANG .....................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................

2.1 Pengertian ....................................................................................

2.2 Etiologi ........................................................................................

2.3 Patofisiologi ................................................................................

BAB 3 PENUTUP ........................................................................................

3.1 Kesimpulan .................................................................................

3.2 Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Disfungsi ereksi atau impotensi adalah ketidakmampuan yang persisten dalam
mencapai atau mempertahankan fungsi ereksi untuk aktivitas seksual yang memuaskan.
Batasan tersebut menunjukkan bahwa proses fungsi seksual laki-laki mempunyai dua
komponen yaitu mencapai keadaan ereksi dan mempertahankannya. Hal ini sangat
penting bagi laki-laki sebab disfungsi ereksi dapat menimbulkan depresi bagi penderita
yang berujung terganggunya hubungan suami istri serta menyebabkan masalah dalam
kehidupan rumah tangga. Secara garis besar, penyebab disfungsi ereksi terdiri dari faktor
organik, psikis, dan andropause. Umumnya laki-laki berumur lebih dari 40 tahun
mengalami penurunan kadar testosteron secara bertahap. Saat mencapai usia 40 tahun,
laki-laki akan mengalami penurunan kadar testosteron dalam darah sekitar 1,2 % per
tahun. Bahkan di usia 70, penurunan kadar testosteron dapat mencapai 70% .
Penelitian National Institutes of Health 2002 menunjukkan kurang lebih 15 juta
sampai 30 juta laki-laki di Amerika mengalami disfungsi ereksi. Insidensi terjadinya
gangguan bervariasi dan meningkat seiring dengan usia. Pada usia 40 tahun, terdapat
kurang lebih 5% laki-laki mengalami keadaan disfungsi ereksi, pada usia 65 tahun,
terdapat kurang lebih 15-25% (Handriadi Winaga, 2006). Prevalensi disfungsi ereksi di
Indonesia belum diketahui secara tepat, diperkirakan 16 % laki-laki usia 20 – 75 tahun di
Indonesia mengalami disfungsi ereksi.
Disfunsi ereksi (DE) merupakan masalah yang signifikan dan umum di bidang
medis, merupakan kondisi medis yang tidak berhubungan dengan proses penuaan
walaupun prevelensinya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.Pria dengan
diabetes,penyakit jantung iskemik dan penyakit vaskuler perifer lebih banyak mendrita
DE.
Walaupun di Indonesia tidak terdapat survei yang cukup besar, namun gambaran
penderita DE yang datang ke klinik impotensi di perkirakan hasilnya tidak jauh berbeda.
Banyak cara yang dilakukan dalam mengatasi keluhan DE ini, salah satunya adalah
dengan obat-obatan. Salah satu obat yang terbaru dan dapat dikonsumsi secara oral
adalah sidenfil sitrat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Disfungsi Ereksi atau erectile dysfunction adalah disfungsi sexsual yang ditandai
dengan ketidakmampuan atau mempertahankan ereksi pada pria untuk mencapai
kebutuhan sexsual dirinya sendiri maupun pasangannya. Disfungsi ereksi (DE)
merupakan masalah yang signifikan dan umum di bidang medis, merupakan kondisi
medis yang tidak berhubungan dengan proses penuaan walaupun prevalensinya
meningkat sejalan dengan bertambahnya usia

2.2 Etiologi
Banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya DE ini. Walaupun secara garis
besar faktor penyebabnya dibagi menjadi penyebab fisik (organik), psikologis
(psikogenik), tetapi belum tentu salah satu faktor tersebut menjadi penyebab tunggal DE.
Faktor fisik menyebabkan sekitar 60-80% kasus DE. Yang termasuk penyebab fisik
adalah
1 penyakit kronik (misalnya aterosklerosis, diabetes dan penyakit jantung)
2 obat-obatan, contoh antihipertensi (terutama diuretik thiazid dan penghambat beta),
antiaritmia (digoksin), antidepresan dan antipsikotik (terutama neuroleptik),
antiandrogen, antihistamin II (simetidin), (alkohol atau heroin), obat penenang, litium
3 pembedahan/ operasi misal operasi daerah pelvis dan prostatektomi radikal
4 trauma (misal spinal cord injury)
5 radioterapi pelvis.
6 Inflamasi prostat (prostatitis)
7 Penyakit parah (anemia, tuberkulosis, pneumonia, dll)
8 Gangguan hormonal
9 Multiple sclerosis dan penyakit saraf lainnya

Di antara sekian banyak penyebab fisik, gangguan vaskular adalah penyebab yang
paling umum dijumpai. Faktor psikologis dapat menyebabkan cacat fisik ringan menjadi
DE. Banyak pria merasa gagal sebagai lelaki ketika daya seksual mereka
melemah.Kegagalan awal mempertahankan ereksi menimbulkan kecemasan dan stress
yang pada gilirannya justru memperburuk DE. Hal tersbut menjadi lingkaran setan.
Beberapa masalah psikologis yang dapat menyebabkan DE antara lain:
1 Kurangnya kepercayaan diri
2 Gangguan hubungan personal
3 Kurangnya hasrat seksual
4 Cemas, depresi, stress, kepenatan, kehilangan, kemarahan
5 Konflik rumah tangga

Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia,
sedangkan masalah psikologis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Pada pria
muda, faktor psikologis ini menjadi penyebab tersering dari DE intermiten Semakin
bertambah umur seorang pria, maka impotensi semakin sering terjadi, meskipun
impotensi bukan merupakan bagian dari proses penuaan tetapi merupakan akibat dari
penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan
75% pria berusia 80 tahun mengalami impotensi.
Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit
pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi. Impotensi juga
bisa terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang
menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis.

2.3 Patofisiologi
Ereksi terjadi melalui 2 mekanisme:
1 Pertama, adalah reflex ereksi oleh sentuhan pada penis (ujung batang dan sekitarnya).
2 Kedua, ereksi psikogenik karena rangsangan erotis. Keduanya menstimulir sekresi nitric
oxide yang memicu relaksasi otot polos batang penis (corpora cavernosa), sehingga
aliran darah ke area tersebut meningkat dan terjadilah ereksi. Disamping itu, produksi
testosteron (dari testis) yang memadai dan fungsi hipofise (pituitary gland) yang bagus,
diperlukan untuk ereksi.
Ereksi merupakan hasil dari suatu interaksi yang kompleks dari faktor psikologik,
neuroendokrin dan mekanisme vaskular yang bekerja pada jaringan ereksi penis. Organ
erektil penis terdiri dari sepasang korpora kavernosa dan korpus spongiosum yang
ditengahnya berjalan urethra dan ujungnya melebar membentuk glans penis. Korpus
spongiosum ini terletak di bawah kedua korpora kavernosa. Ketiga organ erektil ini
masing-masing diliputi oleh tunika albuginea, suatu lapisan jaringan kolagen yang padat,
dan secara keseluruhan ketiga silinder erektil ini di luar tunika albuginea diliputi oleh
suatu selaput kolagen yang kurang padat yang disebut fasia Buck. Di bagian anterior
kedua korpora kavernosa terletak berdampingan dan menempel satu sama lain di bagian
medialnya sepanjang 3/4 panjang korpora tersebut. Pada bagian posterior yaitu pada
radix krura korpora kavernosa terpisah dan menempel pada permukaan bawah kedua
ramus iskiopubis. Korpora kavernosa ini menonjol dari arkus pubis dan membentuk pars
pendularis penis. Permukaan medial dari kedua korpora kavernosa menjadi satu
membentuk suatu septum inkomplit yang dapat dilalui darah. Radix penis
bulbospongiosum diliputi oleh otot bulbokavernosus sedangkan korpora kavernosa
diliputi oleh otot iskhiokavernosus.

Jaringan erektil yang diliputi oleh tunika albuginea tersebut terdiri dari ruang-ruang
kavernus yang dapat berdistensi. Struktur ini dapat digambarkan sebagai trabekulasi otot
polos yang di dalamnya terdapat suatu sistim ruangan yang saling berhubungan yang
diliputi oleh lapisan endotel vaskular dan disebut sebagai sinusoid atau rongga lakunar.
Pada keadaan lemas, di dalam korpora kavernosa terlihat sinusoid kecil, arteri dan
arteriol yang berkonstriksi serta venula yang yang terbuka ke dalam vena emisaria. Pada
keadaan ereksi, rongga sinusoid dalam keadaan distensi, arteri dan arteriol berdilatasi
dan venula mengecil serta terjepit di antara dinding-dinding sinusoid dan tunika
albuginea. Tunika albuginea ini pada keadaan ereksi menjadi lebih tipis. Glans penis
tidak ditutupi oleh tunika albuginea sedangkan rongga sinusoid dalam korpus
spongiosum lebih besar dan mengandung lebih sedikit otot polos dibandingkan korpus
kavernosus.

Penis dipersarafi oleh sistem persarafan otonom (parasimpatik dan simpatik) serta
persarafan somatik (sensoris dan motoris). Serabut saraf parasimpatik yang menuju ke
penis berasal dari neuron pada kolumna intermediolateral segmen kolumna vertebralis
S2-S4. Saraf simpatik berasal dari kolumna vertebralis segmen T4–L2 dan turun melalui
pleksus preaortik ke pleksus hipogastrik, dan bergabung dengan cabang saraf
parasimpatik membentuk nervus kavernosus, selanjutnya memasuki penis pada
pangkalnya dan mempersarafi otot-otot polos trabekel. Saraf sensoris pada penis yang
berasal dari reseptor sensoris pada kulit dan glans penis bersatu membentuk nervus
dorsalis penis yang bergabung dengan saraf perineal lain membentuk nervus pudendus.
Kedua sistem persarafan ini (sentral/psikogenik dan periferal/ refleksogenik) secara
tersendiri maupun secara bersama-sama dapat menimbulkan ereksi.

Sumber pendarahan ke penis berasal dari arteri pudenda interna yang kemudian
menjadi arteri penis komunis dan kemudian bercabang tiga menjadi arteri kavernosa
(arteri penis profundus), arteri dorsalis penis dan arteri bulbouretralis. Arteri kavernosa
memasuki korpora kavernosa dan membagi diri menjadi arteriol-arteriol helisin yang
bentuknya seperti spiral bila penis dalam keadaan lemas. Dalam keadaan tersebut arteriol
helisin pada korpora berkontraksi dan menahan aliran darah arteri ke dalam rongga
lakunar. Sebaliknya dalam keadaan ereksi, arteriol helisin tersebut berelaksasi sehingga
aliran darah arteri bertambah cepat dan mengisi rongga-rongga lakunar. Keadaan
relaksasi atau kontraksi dari otot-otot polos trabekel dan arteriol menentukan penis dalam
keadaan ereksi atau lemas. Selama ini dikenal adrenalin dan asetilkolin sebagai
neurotransmiter pada sistem adrenergik dan kolinergik, tetapi pada korpora kavernosa
ditemukan adanya neurotransmiter yang bukan adrenergik dan bukan pula kolinergik
(non adrenergik non kolinergik = NANC) yang ternyata adalah nitric oxide/NO. NO ini
merupakan mediator neural untuk relaksasi otot polos korpora kavernosa. NO
menimbulkan relaksasi karena NO mengaktifkan enzim guanilat siklase yang akan
mengkonversikan guanosine triphosphate (GTP) menjadi cyclic guanosine
monophosphate (cGMP). cGMP merangsang kalsium keluar dari otot polos korpora
kavernosa, sehingga terjadi relaksasi. NO dilepaskan bila ada rangsangan seksual. cGMP
dirombak oleh enzim phosphodiesterase (PDE) yang akan mengakhiri/ menurunkan
kadar cGMP sehingga ereksi akan berakhir. PDE adalah enzim diesterase yang
merombak cyclic adenosine monophosphate (cAMP) maupun cGMP menjadi AMP atau
GMP. Ada beberapa isoform dari enzim ini, PDE 1 sampai PDE7. Masing-masing PDE
ini berada pada organ yang berbeda. PDE5 banyak terdapat di korpora kavernosa.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Disfungsi Ereksi adalah salah satu penyakit sexsual pada pria yaitu,
ketidakmampuan untuk mencapai atau menjaga ereksi tetap pada waktu penentrasi.

3.2 Saran
Saran kami yaitu jagalah baik-baik alat reproduksi anda terutama pada pria, jangan
terlalu keseringan menggunakan obat-obatan dan hindarilah yang namanya gangguan
psikologis contohnya,stress,pusing dll.
DAFTAR PUSTAKA

Boolell M, Gepi-Attee S, Gingel JC, Allen MJ. Sildenafil : a novel effective oral therapy for
male erectile dysfucntion. Br J Urol 1996;78:257-61.

Feldman HA, Goldstein I, Hatzichrictou DG, Krane RJ, McKinley JB. Impotence and its
medical and psychosocial correlates : results of the Massachusetts male aging study. J Urol
1994;151:54-61.

Garbett R. “New generation ED treatment” in pipeline. Asian Medical News 2000;22:5.

Henwood J. Sildenafil for erectile dysfunction. Medical Progress 1999;26:37-9.

Shah PK, Schwartz I, Mc Carthy D, Saldana MJ, Villaran C, Alholel B. et al. Sildenafil in the
treatment of erectile dysfunction. N Engl J Med 1998;339:699-702.

Taher A, Karakata S, Adimoelya A, Pangkahila W, Kakiailatu F. Penatalaksanaan disfungsi


ereksi. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan;10 Juli 1999;Jakarta: Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia.

http://srirahayumanjja.blogspot.com/2013/04/makalah-impotensi_28.html

Anda mungkin juga menyukai