Pemberian obat cacing dapat dilakukan sejak sapi berumur 1-2 bulan
kemudian berulang 6 bulan kemudian (Pribadi 1991). Pemberian obat cacing
untuk mencegah kecacingan dapat menggunakan Albendazole, Nitroxynile,
Meniclopholan, Carbontetrachlorida, dan Bithionol. Pemberian Nitroxynil dengan
dosis 10mg/Kg berat badan dan Carbontetrachlorida dengan dosis 50mg/Kg berat
badan secara subcutan, Sedangkan Meniclopholan dengan dosis 50mg/Kg berat
badandan Albendazole dalam bentuk bolus yang pada berat badan tertentu (< 150
Kg: 1,5 bolus, 150-300 Kg: 3 bolus, 300-400 Kg: 4 bolus, dan >400: 5,5 bolus) di
berikan secara oral (Kurniasih 2007).
Pada praktikum kali ini dilakukan pemberian obat cacing albendazole cair
pada pedet dan sapi perah. Albendazole diberikan dengan dosis 75 mg/kg BB dan
diberikan secara per oral. Menurut Alexander (1985) albendazole cair pada ternak
sapi diberikan dengan dosis 10 mg/kg bb secara oral. Albendazole merupakan
anthelmintik berspektrum luas, efektif menyerang cacing saluran pencernaan,
cacing hati, cacing tambang dan beberapa cacing gilig. Pemberian piperazin pada
infeksi T. vitulorum bisa dilakukan pada pedet yang berumur antara 10-21 hari
(Satrija et al. 2011). Rekomendasi dari Estuningsih (2005), salah satu jenis
anthelmintik yang dapat digunakan untuk membunuh larva T. vitulorum adalah
Levamisol. Levamisol bisa membunuh larva T. vitulorum pada anak sapi 7 hari
setelah infeksi (Hossain et al. 1980).
Daftar Pustaka
Pribadi ES. 1991. Manajemen Kesehatan Ternak. Peternakan Indonesia Vol. 71.
Hossain MI, Dewan ML, Baki MA. 1980. Preliminary studies on the efficacy of
tetramisole hydrochloride (ICI) against transmammary migration of
Toxocara (Neoascaris) vitulorum larvae in buffalo cows. Bangladesh
Journal of Agricultural Sciences. 7(1):25-28.
Estuningsih SE. 2005. Toxocariasis Pada Hewan dan Bahayanya pada Manusia.
Wartazoa. 15(3):136-142.