Anda di halaman 1dari 20

DINAS KETAHANAN PANGAN

DAN PERIKANAN KABUPATEN


SINTANG

PROGRAM
PENGEMBANGAN
BUDIDAYA PERIKANAN
KEGIATAN PENGEMBANGAN SARANA &
PRASARANA PRODUKSI PERIKANAN
BUDIDAYA (DAU)

SPESIFIKASI TEKNIS
TAHUN ANGGARAN 2017
SPESIFIKASI TEKNIS
I. PASAL 01 : LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Nama Kegiatan adalah : Pemgembangan Sarana dan Prasarana Produksi Perikanan
Budidaya (DAU)
1.2. Nama Pekerjaan
Nama Pekerjaan adalah :
 Pengembangan Sarana dan Prasarana Produksi Perikanan Budidaya (DAU)
1. Belanja Jasa Konsultasi Perencanaan Kegt. Pengembangan Sarana dan
Prasarana Perikanan Produksi Perikanan Budidaya (DAU)
2. Belanja Jasa Konsultasi Pengawasan (DAU dan DAK Perikanan)
3. Pembangunan Keramba Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan Jl.
Pangeran Kuning Kec. Sintang
4. Pengadaan Benih Ikan Nila Kec. Sintang
5. Pengadaan Benih Ikan Kec. Sintang
6. Pembangunan Keramba Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan
(Kec. Sintang)
7. Pengdaan Benih Ikan (Untuk Restocking Ikan Jelawat) (Danau Mensiku,
Padong, Semetung, Jemut, Tebing Raya)
8. Pembangunan Keramba Jaring Apung (KJA), Pengadaan Benih dan Pakan
Ikan (Kec. Sintang)
9. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat Desa Manter Kec. Sungai Tebelian
10. Pengadaan Benih Ikan (Desa Merarai I dan Desa Solam Raya) Kec. Sei
Tebelian
11. Pengadaan Benih Ikan Kec. Sei Tebelian
12. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat Desa Riam Kijang Kec. Sungai Tebelian
13. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat Desa Sejawak, Dsn Sungai Mali Kec. Ket.
Hulu
14. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat Desa Idai Kec. Ket. Hulu
15. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat Desa Sebetung Paluk, Dsn Sepan
Peturau Kec. Ket. Hulu
16. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat Desa Sebuluh Kec. Ket. Hulu
17. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat Desa Sejawak Kec. Ket. Hulu
18. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat Desa Riam Sejawak Kec. Ket. Hulu
19. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Ghut Jaya, Dsn Sungai Sambau)
Kec. Ket. Tengah
20. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Mungguk Lawang, Dsn Betung)
Kec. Ket. Tengah
21. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Kampung Baru, Luncuran) Kec.
Ket. Tengah
22. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Mungguk Lawak, Lun) Kec. Ket.
Tengah
23. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Kelapan, Dsn Lubuk Kedang) Kec.
Ket. Tengah
24. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Kelapan, Dsn Tanjung Lesung)
Kec. Ket. Tengah
25. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Semajau Mekar) Kec. Ket. Hilir
26. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Sungai Mali) Kec. Ket. Hilir
27. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Baung Sengatap) Kec. Ket. Hilir
28. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Semajau) Kec. Ket. Hilir
29. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Bukit Sidin Permai) Kec. Ket. Hilir
30. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Merkak Luncuran) Kec. Ket. Hilir
31. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Mangat Baru) Kec. Dedai
32. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Umin Jaya, Dsn Umin) Kec. Dedai
33. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Umin Jaya) Kec. Dedai
34. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Umin) Kec. Dedai
35. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Mangat, Dsn Mangat) Kec. Dedai
36. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Sengkubang) Kec. Sepauk
37. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Buluh Kuning) Kec. Sepauk
38. Pengadaan Benih Ikan (Desa Sinar Pekayau dan Desa Badayan) Kec.
Sepauk
39. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Kupan Jaya, Dsn Jengkuat) Kec. Tempunak
40. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Merpak) Kec. Kelam Permai
41. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Gemba Raya, Dsn Ransi Panjang) Kec. Kelam Permai
42. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Sungai Lais) Kec. Kelam Permai
43. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Pelimping A) Kec. Kelam Permai
44. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Sepan Lebang, Dsn Beririk) Kec.
Kelam Permai
45. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Sungai Maram A) Kec. Kelam
Permai
46. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Sungai Maram) Kec. Kelam
Permai
47. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Gemba Raya, Dsn Ransi Pendek)
Kec. Kelam Permai
48. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Gemba Raya) Kec. Kelam Permai
49. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Pelimping) Kec. Kelam Permai
50. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Landau Kodam, Dsn Endap) Kec.
Kelam Permai
51. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Gemba Raya, Dsn Lanjing Tuai)
Kec. Kelam Permai
52. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat (Desa Sungai Maram) Kec. Kelam
Permai
53. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Sungai Penga) Kec. Kayan Hilir
54. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Monbai Gerunik, Dsn Ubai) Kec. Kayan Hilir
55. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Tanjung Keliling) Kec. Kayan Hilir
56. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Kerapa Sepan) Kec. Kayan Hilir
57. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Ipoh Imang) Kec. Kayan Hilir
58. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Nyangkom) Kec. Kayan Hilir
59. Pembangunan Kolam Ikan Rakyat, Pengadaan Benih dan Pakan Ikan (Desa
Tanah Goneh) Kec. Kayan Hulu
60. Pengadaan Benih Ikan Untuk Stimulan di 6 Kecamatan (Sintang, Binjai
Hulu, Kelam.P, S. Tebelian, Tempunak, Dedai)
61. Pengadaan Benih Ikan Restocking Danau Parit Emas (Desa Baning Kota)
Kec. Sintang
62. Pengadaan Benih Ikan 3 Kecamatan (Kec. Sintang, Dedai, Kelam Permai)
63. Pengadaan Pakan Ikan 3 Kecamatan (Kec. Sintang, Dedai, Kelam Permai)
64. Belanja Modal Pengadaan Binatang Ikan (Calon Induk/Calon Induk Unggul
Ikan BBI Kebong)
65. Belanja Modal Pengadaan Binatang Ikan (Pellet/Pakan Ikan BBI Kebong)
 Pengembangan BBI Lokal (DAU)
1. Belanja Barang yang akan diserahkan kepada Masyarakat (Benih Ikan Nila
dan Lele)
2. Belanja Barang yang akan diserahkan kepada Masyarakat (Pengadaan
Pellet/Pakan Ikan)

II. PASAL 02 : PERATURAN DAN PRASYARATAN


2.1. Acuan Harga Satuan Pekerjaan 2013 Pekerjaan Umum Sintang 2016
2.2. Tata cara Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan gedung SNI 1727-1989-F.
2.3. Tata cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung SNI 1728-1989-F.
2.4. Tata cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk rumah
dan gedung SNI 1734-1989-F.
2.5. Spesifikasi Bahan Bangunan SK SNIS-04-1989-F, SK SNIS-05-1989-F dan SK SNIS-
061989-F.
2.6. Tata cara pengecatan kayu SK SNI T-11-1990-F.
2.7. Pedoman Plumbing Indonesia
2.8. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) Tahun 1961 yang diterbitkan oleh Yayasan
Normalisasi Indonesia.
2.9. Pada prinsipnya semua material, semua tata cara pelaksanaan pekerjaan dan semua
peralatan kerja harus mendapat persetujuan direksi sebelum dipasang atau
digunakan dalam proyek ini.
2.10. Petunjuk – petunjuk dari Pemilik/Pengawas Lapangan.
III. PASAL 03 : PENGGUNA BARANG/JASA, PENYEDIA BARANG/JASA, DAN PENGGUNA
ANGGARAN
3.1. Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang disamakan
sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan
barang/jasa dalam lingkungan unit kerja/proyek tertentu.
3.2. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau perseorangan yang kegiatan usahanya
menyediakan barang/layanan jasa.
3.3. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD.

IV. PASAL 04 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR


4.1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan syarat – syarat (RKS)
termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwiizing).
4.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan syarat – syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah ketentuan yang berlaku dalam RKS. Bila suatu gambar tidak
cocok dengan gambar lain, maka gambar yang mempunyai skala besar yang berlaku.
4.3. Bila perbedaan – perbedaan tersebut menimbulkan keraguan – keraguan sehingga
dalam pelaksanaan menimbulkan kesalahan, maka kontraktor wajib menanyakan
kepada konsultan pengawas/Direksi dan kontraktor harus mengikuti keputusannya.

V. PASAL 05 : PERSIAPAN DILAPANGAN


5.1. Di lapangan Pekerjaan Kontraktor wajib menyediakan Bangsal Kerja tempat para staf
Konsultan Pengawas/Direksi melakukan tugasnya atas biaya kontraktor dengan
menggunakan bahan – bahan sederhana, pintu – pintu dapat dikunci dengan baik,
lantai papan, dinding papan/triplek dengan atap seng atau sejenisnya.
5.2. Perlengkapan Bangsal Kerja Konsultan Pengawas, terdiri dari kursi dan meja kerja
serta perlengkapan lainnya yang dibutuhkan.
5.3. Bangsal Kerja untuk kantor Kontraktor dan gudang penyimpanan bahan untuk
pekerjaan ditentukan sendiri oleh kontraktor, tetapi letaknya harus mendapat
persetujuan Direksi Lapangan/Pemberi Tugas. Pembuatan bangsal ini harus sesuai
dengan syarat konstruksi dan kesehatan.
5.4. Bahan bangunan yang sudah dipasang menjadi Bangsal kerja yang tertulis pada ayat
1 dan 3 tidak boleh lagi diambil untuk keperluan konstruksi. Bahan bangunan tersebut
menjadi milik proyek/pemberi tugas dan dibongkar oleh kontraktor setelah serah
terima pertama dan dibawa keluar lapangan.

VI. PASAL 06 : JADWAL PELAKSANAAN


6.1. Sebelum memulai pekerjaan yang nyata di lapangan pekerjaan, kontraktor wajib
membuat rencana pekerjaan dan pelaksanaan dan bagian – bagian pekerjaan berupa
Bar-chart dan Curve “S” yang telah mendapat persetujuan dahulu oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.
6.2. Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja 4 rangkap (empat) kepada
Direksi/Konsultan Pengawas. Satu salinan lapangan yang selalu diikuti dengan grafik
kemajuan pekerjaan (prestasi kerja) di lapangan.
6.3. Konsultan pengawas/Direksi akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan
rencana kerja tersebut.

VII. PASAL 07 : KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN


7.1. Di lapangan pekerjaan, kontraktor wajib menunjukkan seorang kuasa kontraktor atau
biasa disebut PELAKSANA LAPANGAN yang cakap untuk memimpin pelaksanaan
pekerjaan – pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor,
berpendidikan minimum STM jurusan bangunan yang berpengalaman minimal 5
tahun. Penunjukkan atau penugasan tenaga ahli yang bertugas di lapangan
ditunjukkan kepada Pemberi Tugas dan Pengelola Teknis serta Direksi sebagai
tembusannya.
7.2. Dengan adanya pelaksana lapangan, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung
jawab sebagai maupun keseluruhan kewajibannya.
7.3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada pengelola Teknis Proyek dan
Direksi, nama dan jabatan pelaksana untuk mendapat persetujuan.
7.4. Bila kemudian hari, menurut pendapat Pengelola Proyekdan Direksi pelaksana kurang
mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada
kontraktor secara tertulis untuk mengganti pelaksana lapangan tersebut.
7.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, kontraktor
harus sudah menunjuk pelaksana baru atau kontraktor sendiri (penganggung
jawab/direktur perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.

VIII. PASAL 08 : TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR


8.1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja di luar jam kerja (lembur) apabila
terjadi hal – hal yang mendesak, kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis
kepada Pengelola Proyek dan Direksi/Pengawas.
8.2. Alamat kontraktor atau pelaksana diharapkan tidak berpindah – pindah selama
pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, kontraktor/pelaksana wajib
memberitahukan secara tertulis.

IX. PASAL 09 : PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN


9.1. Kontraktor wajib menjaga keamanan di lapangan terhadap barang – barang milik
proyek, Direksi/Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada dilapangan.
9.2. Bila terjadi kehilangan bahan – bahan bangunan yang tehal dipasang atau belum,
menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan
tambahan.
9.3. Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya baik berupa
barang – barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor harus menyediakan
alat – alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang ditempatkan pada tempat yang
mudah dijangkau.
X. PASAL 10 : JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
10.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat obatan menurut syarat – syarat
pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap
digunakan di lapangan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua
petugas dan pekerja di lapangan.
10.2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat
– syarat kesehatan dan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua
petugas dan pekerja yang ada di lapangan membuat tempat penginapan didalam
lapangan pekerjaan untuk penjaga keamanan.
10.3. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan pada pekerja wajib
diberikan kontraktor sesuai dengan peraturan yang berlaku.

XI. PASAL 11 : SITUASI DAN UKURAN


11.1. Situasi
a. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah
bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal – hal lain yang dapat
mempengaruhi harga penawarannya.
b. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat
dijadikan alas an untuk mengajukan tuntutan.
11.2. Ukuran
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam meter
(m) atau centi meter (cm), kecuali ukuran – ukuran untuk baja yang
mungkin dinyatakan dalam inch atau ft.
b. Pedoman titik duga lantai (permukaan atas lantai) ± 0.00 bangunan
adalah sesuai dengan gambar kerja, atau ditentukan kemudian oleh
pengelola teknik dan Direksi atas persetujuan kontraktor.

XII. PASAL 12 : SYARAT – SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN


12.1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat – syarat yang
telah ditentukan.
12.2. Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan kontraktor wajib
memberitahukan.
12.3. Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan. Contoh –
contoh ini harus mendapat persetujuan dari pengawas.
12.4. Bahan bangunan yang telah didatangkan kontraktor di lapangan pekerjaan, tetapi
ditolak pemakaiannya oleh pengawas, harus segera dikeluarkan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu 2 x 24 jam, terhitung dari jam
penolakan.
12.5. Pekerja atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi ditolak oleh
pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang telah ditetapkan oleh pengawas.
XIII. PASAL 13 : PEMERIKSAAN PEKERJAAN
13.1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini telah selesai,
akan tetapi belum diperiksa oleh pengawas, kontraktor wajib meminta persetujuan
kepada pengawas. Baru apabila pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan
tersebut, kontraktor dapat meneruskan pekerjaan.
13.2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari diterima
Surat Permohonan pemeriksaan, tidak dihitung hari raya/libur) tidak dipenuhi oleh
pengawas, kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya
diperiksa dianggap telah setuju Pengawas minta perpanjangan waktu.
13.3. Bila melanggar ayat 1 pasal ini, pengawas berhak menyuruh membongkar bagian
pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan
pemasangan kembali menjadi tanggung jawab kontraktor.

XIV. PASAL 14 : PEKERJAAN TAMBAH KURANG


14.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis dalam
buku harian oleh pengawas serta persetujuan Pemberi Tugas.
14.2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata – nyata ada perintah
tertulis dari pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas.
14.3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar Harga Satuan
pekerjaan, yang dimasukkan oleh kontraktor sesuai AV 41 artikel 50 dan 51 yang
pembayarannya diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir.
14.4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan
yang dimasukkan dalam penawaran harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut
oleh pengawas bersama – sama kontraktor dengan persetujuan pemberi tugas.
14.5. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alas an penyebab kelambatan
penyerahan pekerjaan, tetapi pengawas dapat mempertimbangkan perpanjangan
waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.

XV. PASAL 15 : URAIAN PEKERJAAN


15.1. Pekerjaan Pendahuluan
15.2. Pekerjaan Galian
15.3. Pekerjaan Beton
15.4. Pekerjaan Kayu
15.5. Pekerjaan Lantai
15.6. Pekerjaan Plesteran
15.7. Pekerjaan Dinding Pasangan Batako

XVI. PASAL 16 : PEKERJAAN PENDAHULUAN


16.1. Pengukuran Tapak Kembali
a. Kontraktor harus menyediakan alat – alat ukur sepanjang masa
pelaksanaan, dan ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila
dianggap perlu siap untuk mengadakan pengukuran ulang.
b. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas untuk dimintakan kebenarannya.
c. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggungan
Kontraktor.
16.2. Pekerjaan Tugu Pematokan Dasar
a. Letak dan jumlah patom dasar ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
b. Tugu Patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurang 20
x 20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian
yang menonjol diatas muka tanah sekurang-kurangnya setinggi 40 cm di
atas tanah.
c. Tugu Patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda
yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari
Konsultan Pengawas untuk membongkarnya.
d. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan tugu patokan dasar
termasuk tanggungan Kontraktor.
e. Pada waktu pematokan peil dan setiap sudut – sudut perpindahan
kontraktor wajib membuat shop drawing dahulu sesuai keadaan
lapangan.
16.3. Memasang Bowplank
a. Pekerjaan pengukuran dan pemasangan bowplank, dilaksanakan setelah
pekerjaan perataan tanah dan pembersihan lokasi selesai dilaksanakan.
b. Pembuatan dan pemasangan bowplank termsuk pekerjaan kontraktor
dimana ketepatan letak bangunan diukur dibawah pengawasan Direksi
dengan titik patok yang dipancang kuat – kuat dan papan duga dari bahan
kayu kelas III dengan ketebalan 2 cm diketam rata bidang sisi atasnya yang
tidak berubah oleh cuaca. Pemasangan harus kuat dimana permukaamn
atasnya harus rata.
16.4. Pekerjaan pembersihan
a. Pembersihan, penebasan/pembabatan dan persiapan daerah yang akan
dikerjakan.
b. Syarat – syarat pelaksanaan
 Pada umumnya, tempat – tempat untuk bangunan dibersihkan.
Penebasan/pembabatan harus dilaksanakan terhadap semua
belukar, sampah yang tertanan dan material lain yang tidak
diinginkan, ditimbun dan dibakar atau dibuang dengan cara –cara
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
 Semua sisa – sisa tanaman seperti akar – akar, rumput – rumput
dan sebagainya, harus dihilangkan sampai kedalaman 0,50 m
dibawah tanah dasar/permukaan.

XVII. PASAL 17 : PEKERJAAN GALIAN


17.1. Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat – syarat yang
ditentukan menurut keperluan.
17.2. Terhadap kemungkinan adanya air dasar galian, baik pada waktu penggalian
maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air atau pompa yang
jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari tergenangnya air
pada dasar galian.
17.3. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar
tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang sementara
atau lereng yang cukup.
17.4. Kontraktor wajib memperhatikan pengamanan terhadap bangunan lain yang
berada dekat sekali dengan lubang galian yaitu dengan memberikan penunjang
sementara pada bangunan tersebut sehingga dapat dijamin bangunan tersebut tidak
akan mengalami kerusakan.
17.5. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapat
jumpah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat
yang dianggap perlu dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
17.6. Bagian – bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah yang bersih
bebas dari segala kotoran dan memenuhi syarat – syarat sebagai tanah urug.
Pelaksanaannya secara belapis – lapis diratakan dan dipadatkan.

XVIII. PASAL 18 : PEKERJAAN BETON


18.1. Lingkup Pekerjaan
Secara umum tahapan pekerjaan beton adalah sebagai berikut :
- Penyediaan semua material pekerjaan beton.
- Persiapan dan pemasangan bekisting.
- Pengadukan beton.
- Pengecoran beton.
- Pemeliharaan, perbaikan, penyelesaian dan pengerjaan semua pekerjaan
tambahan, sehingga menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan gambar
rencana.
18.2. Standard Pekerjaan
Semua bahan dan konstruksi apabila tidak diberi catatan khusus harus
memenuhi satndar yang berlaku dan dipakai di Indonesia. Untuk struktur
mutu beton K.225 sedangkan untuk rabat beton digunakan mutu beton
K.125. Dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat
melaksanakan pekerjaan cor beton dengan menggunakan sistem beton
dengan adukan molen (mix concrete) yang terlebih dahulu memberikan data
– data spesipikasi mutu beton kepada Konsultan Pengawas sebelum
pekerjaan pengecoran dilakukan.
18.3. Persyaratan Bahan
18.3.1. Portland Cement (PC)
1. Semen yang dipakai harus Portland semen yang telah disetujui oleh
Konsultan Perencana, dan memenuhi syarat menurut standar Semen
Indonesia (NI-8-1972).
2. Untuk sebuah pekerjaan beton harus menggunakan mutu semen
yang baik dari satu jenis merk atas persetujuan Direksi/Pengawas.
3. Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak
diperkenankan untuk dipergunakan.
4. Penyimpanan semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa
sehingga bebas dari kelembaban dimana gudang tempat
penyimpanan mempunyai ventilasi cukup dan tidak kena air,
diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari
lantai. Tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m sesuai
dengan syarat penumpukan semen dan setiap pengiriman semen
baru harus dipisahkan dari semen yang lama dan diberi tanda dengan
maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan
pengirimannya.
18.3.2. Split / Pasir
1. Pasir harus keras, tahan lama dan bersih dari bahan organis, lumpur,
zat – zat alkali dan substansi – substansi yang dapat memperlemah
kekuatan beton. Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi
tersebut lebih dari 5%.
2. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
3. Memenuhi SNIS 1798-1989-F.
4. Split harus memenuhi syarat – syarat pada SNI 1734-1989-F, atau
daftar berikut ini

Split Pasir
Ayakan % Lewat Ayakan Ayakan
% Lewat Ayakan
(mm) (Berat) (mm)
30 100 10 100
25 90 - 100 5 90 - 100
15 25 - 60 2.5 80 - 100
5 0 - 10 1.2 50 - 90
2.5 0-5 0.6 25 - 60
0.3 10 - 30
0.15 10

18.3.3. Air
Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam dan kotoran
lain dalam jumlah yang cukup besar. Sebaiknya dipakai air yang dapat
diminum.
18.4. Pekerjaan Penulangan Baja
18.4.1. Besi baja tulangan yang digunakan harus dari baja mutu U-24 menurut
persyaratan PBI 1971 atau Japaneese Standart Class SR-24 ataupun
British Standart, NI 785-1938.
18.4.2. Ukuran besi beton sesuai yang tersebut dalam gambar, bila terjadi
pergantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan
tertulis dari Konsultan Perencana.
18.4.3. Besi beton yang digunakan harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat,
serpihan, kulit giling serta bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat
terhadap beton.
18.4.4. Kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter
minimum 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu, dan tidak bersepuh
seng, tidak kaku maupun getas.
18.4.5. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu yang lama.
18.4.6. Penulangan harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan
diikat dengan kawat atau jepitan yang sesuai dengan persilangan dan
harus ditunjang dengan penumpu beton atau logam dan penggantung
logam. Jepitan atau penunggu logam tidak boleh ditekan menempel pada
bekisting. Kawat beton harus dibengkokkan ke arah dalam bekisting,
sehingga diperoleh beton tahu yang telah ditentukan.
18.4.7. Penulangan harus dipasang dengan celah untuk beton tahu sebagai
berikut :
1. Beton yang dicor pada tanah 8 cm
2. Semua bidang yang terkena air tanah 5 cm
3. Plat lantai, balok, kolom yang terkena tanah atau air 4 cm.
18.4.8. Penulangan baja tersebut harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas
terlebih dahulu sebelum di cor. Konsultan Pengawas harus diberitahu
apabila pemasangan penulangan baja sudah siap untuk diperiksa.
18.5. Pekerjaan Bekisting
18.5.1. Bekisting berupa suatu konstruksi yang didalamnya beton akan dicor.
Bekisting harus dibuat dari kayu atau bahan lain yang digunakan untuk
mencetak beton sehingga sesudah beton itu mengeras, beton akan sesuai
dengan ukuran – ukuran dan posisi seperti yang ditunjukkan pada
Gambar Rencana.
18.5.2. Bekisting untuk permukaan beton tanpa dirawat halus harus terdiri dari
hal – hal sebagai berikut :
1. Kayu bermutu baik, siap sesuai dengan keadaan untuk pelaksanaan
dan penyipanan seperti yang disebutkan dalam PKKI, sehubungan
dilaksanakan dengan lidah dan lubang dan diselesaikan halus
permukaan dalam.
2. Baja, dengan sambungan paku keling atau baut dibuat dengan kepala
tenggelam, halus rata dan kedap air.
3. Polywood dengan ukuran yang sesuai dan jarak ikatan perkuatan
sesuai dengan instruksi Direksi Teknik.
4. Kayu kasar dapat digunakan untuk permukaan yang tidak akan di-
expose pada konstruksi yang selesai.
18.5.3. Pelaksanaan :
1. Perencanaan
a. Semua bekisting harus dilaksanakan sesuai dengan instruksi –
instruksi yang diberikan oleh Direksi Teknik. Gambar Rencana
yang terinci yang menunjukkan bentuk Bekisting harus disetujui
oleh Direksi Teknik.
b. Bekisting harus direncanakan untuk menjamin bahwa
pembongkaran Bekisting Beton tidak akan merusak beton atau
perancah. Bekisting beton harus cukup kuat untuk menahan
getaran yang disebabkan oleh alat getar. Penurunan antar dua
peletakan tidak boleh melebihi satu pertiga ratus (1 / 100)
bentang, atau bagaimanapun juga penurunan tidak boleh lebih
dari 3 mm.
2. Pemasangan Bekisting
a. Permukaan bagian dalam Bekisting harus diberi lapis minyak,
atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Teknik sedemikian
sehingga permukaan Bekisting dapat dilepaskan dengan mudah
apabila beton telah mengeras. Material harus dari suatu type
yang tidak mempengaruhi mutu beton dan tidak menyebabkan
noda warna pada permukaan beton dikemudian hari.
b. Minyak Bekisting harus dilapisi sebelum pemasangan tulangan
untuk menjamin agar minyak tersebut tidak melekat pada
permukaan baja tulangan dan mengurangi ikatan antara baja dan
beton. Penggunaan kawat pengikat besi atau baja yang akan
tinggal tertanam pada beton harus disetujui oleh Direksi Teknik.
c. Bekisting untuk dinding vertikal/bagian konstruksi yang tipis yang
selama operasi pengecoran akan menyebabkan adukan tersebut
jatuh lebih tinggi dari satu setengah meter harus dilaksanakan
sesuai dengan salah satu dari metode – metode berikut :
 Salah satu dari sisi Bekisting harus dibuka dari bawah ke
atas yang akan ditutup berturut-turut mengikuti
kemajuan pengecoran dengan cara sedemikian sehingga
tinggi adukan beton yang jatuh selama pengecoran tidak
boleh melebihi dari 1.50 m.
 Bekisting harus terdiri dari bagian – bagian yang dapat
dibuka, ukurannya tidak lebih tinggi dari 1.50 m dan tidak
lebih dari 2 m.
 Semua Bekisting harus tertutup rapat dan beton dituang
melalui sebuah pipa/corong, dengan ujung dipegang
dekat dengan permukaan beton segar yang dituang.
Pipa/corong tersebut harus selalu dijaga agar penuh
dengan beton selama bekerja.
d. Segera sebelum pengerjaan pengecoran, Bekisting harus
dibersihkan dari semua kotoran/material lepas, serbuk gergaji,
debu dan lain – lain. Kerusakan – kerusakan seperti penurunan,
deformasi dan lain – lain harus diperbaiki segera. Apabila selama
pekerjaan pengecoran, ternyata diamati ada perubahan bentuk
Bekisting, beton pada tempat yang bersangkutan harus dibuang
dulu dan Bekisting diperkuat sesuai dengan instruksi Direksi
Teknis.
3. Pembongkaran Bekisting
Bekisting harus dibongkar dengan statis, tanpa goncangan, getaran
atau kerusakan pada beton. Pembongkaran Bekisting dapat dilakukan
setelah umur beton telah mencapai umur yang disyaratkan sesuai
dengan mutu beton rencana (dibuktikan dengan pengujian beton
pada umur tertentu) dan dengan persetujuan Konsultan Pengawas
secara tertulis, atau dengan pedoman sebagai berikut :

Bagian Waktu Pengerasan


Kolom, dinding, dan sisi 4 hari
Plat 28 hari
Balok 28 hari
18.6. Pekerjaan Beton
18.6.1. Syarat pengadukan beton :
Semua beton harus memenuhi persyaratan – persyaratan umum untuk
perencanaan campuran seperti yang diberikan dalam tabel dibawah ini.

Ukuran maximum Jumlah Air


Kelas Total
Kelas Kelas Berat Perbandingan
K 350 425 25.00 19.00 180 0.42
K 275 400 25.00 19.00 170 0.42
K 225 350 37.00 25.00 160 0.46
K 175 300 37.00 25.00 150 0.50
Beton dalam 25.00 atau
400 37.50 210 0.525
air '19.00

Catatan : untuk beton mutu rendah (beton kurus) digunakan untuk


pekerjaan yang tidak structural, setiap campuran yang dapat diterima
digunakan atas persetujuan Direksi Teknis disediakan bahwa
perbandingan volume agregat campuran (halus dan kasar) dengan semen
tidak melebihi 6:1.

18.6.2. Komposisi Adukan


 Komposisi adukan beton dibuat bedasarkan pebandingan volume
dengan macam campuran dan penggunaan seperti tersebut di
bawah ini :

No. Perbandingan Penggunaan Keterangan

1 2 3 4
1 1 pc : 2 ps : 3 kr 1 a. Sloof Disesuaikan dengan
(1 zak pc : 0.064 m3 ps b. Kolom gambar
: 0.96 m3 kr)
c. Ring Balok
d. Plat Lantai
1 pc : 3 ps : 5 kr 2 a. Lantai Kerja

 Campuran Percobaan
Kontraktor harus menegaskan perbandingan campuran dan
material yang diusulkan dengan membuat dan melakukan
pengujian campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi
Teknik menggunakan tipe alat dan peralatan yang sama seperti
yang akan digunakan untuk pekerjaan. Percobaan campuran
dianggap dapat diterima asalkan hasil test memuaskan dan
memenuhi semua persyaratan – persyaratan proporsi campuran
yang ditetapkan.
18.6.3. Pengadukan Beton
1. Pencampuran adukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk
(beton molen). Kontraktor harus emnyediakan peralatan dan
perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan
dan mengawasi dari masing – masing bahan pembentuk beton.
Perlengkapan – perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya harus
mendapat persetujuan dari direksi lapangan.
2. Lama pengadukan beton dilakukan hingga campuran beton tersebut
benar – benar homogeny hingga menghasilkan adukan susunan
kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam
dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan Pengadukan
yang berlebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air
untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki, tidak
dibenarkan.
3. Pengangkutan adukan beton diolakukan dengan gerobak dorong atau
alat bantu lainnya ke tempat pengecoran harus diatur sedemikian
rupa, sehingga waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan
cermat sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak
lebih dari 1 jam dan tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang
menyolok antara beton yang sudah dicor dengan yang akan dicor.
18.6.4. Pengendalian Mutu Beton
Semua beton yang digunakan pada pekerjaan harus memenuhi
persyaratan kekuatan dan persyaratan tekanan dan persyaratan Slump
(pengujian-turun abrams) yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Pengujian Slump Beton
Metode persiapan dan pelaksanaan pengujian slump (slump test)
harus sesuai dengan spesifikasi PBI 1971 dan Bina Marga PC 0101-76.
Beton yang tidak memenuhi persyaratan “slump tidak boleh
digunakan dalam pekerjaan, kecuali Direksi Teknik dalam beberapa
hal menyetujui pemakaiannya secara terbatas beton semacam itu
dalam jumlah yang kecil pada bagian – bagian dengan tegangan
rendah pekerjaan – pekerjaan tertentu. Kemampuan untukmdapat
dikerjakan dan susunan campuran tersebut harus sedemikian
sehingga dapat dicorkan pada tempat pekerjaan tanpa ada formasi
ruang atau celah – celah yang kosong/berongga atau kosong udara
atau gelembung air, dan sedemikian sehingga pada pembongkaran
acuan dihasilkan suatu permukaan yang halus, seragam, dan padat.
2. Kuat Tekan Beton

Kuat tekan (kg/cm2)t1 bk


Kelas Beton Contoh kubus berisi 15 cm
7 hari 28 hari
K350 230 350
K 275 180 275
K 225 148 225
K 125 82 125
K175 115 175
Untuk test kuat tekan yang menggunakan
contoh silinder, syarat kekuatan dikurangi 17 %

Apabila hasil pengujian pada umur 7 hari kekuatannya dibawah angka


– angka yang ditentukan pada diatas, maka kontraktor tidak boleh
mengecor beton lebih jauh sampai penyebab hasil kekuatan yang
lebih rendah tersebut ditemukan dan ia telah mengambil langkah
yang akan menjamin produksi beton yang sesuai dengan spesifikasi
Direksi Teknik merasa puas.
Beton yang tidak memenuhi kekuatan tekan umur 28 hari yang telah
ditetapkan akan dianggap tidak memuaskan dan pekerjaan harus
dibetulkan seperti yang ditetapkan berikut ini. Kekuatan beton akan
dianggap memuaskan apabila :
1. Tidak melebihi dari satu hasil percobaan diantara 20 hasil
pemeriksaan benda uji kubus berturut – turut, dengan nilai
kurang dari kekuatan karakeristik yang diberikan pada tabel
diatas.
2. Tidak boleh satupun nilai rata – rata dari 4 hasil pemeriksaan
benda uji berturut – turut, terjadi dengan nilai kurang dari (bk +
0.82 Sr), bk adalah kekuatan karakeristik dan Sr adalah deviasi
standard.
3. Selisih antara nilai tetinggi dan terendah diantara 4 hasil
pemeriksaan benda uji berturut – turut, ialah lebih kecil dari 4.3
Sr adalah deviasi standard. Deviasi standard akan ditentukan oleh
Direksi Teknik berdasarkan data pekerjaan beton sebelumnya
yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor.
18.7. Pengecoran
o Pelaksanaan pengecoran menggunakan beton mixer yang diaduk
dengan molen.
o Pengecoran beton harus dengan ijin Konsultan Pengawas dan
dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas ada di tempat.
o Adukan yang tidak memenuhi syarat dengan spesifikasi yang
ditetapkan harus ditolak dan segera dikeluarkan dari tempat
pekerjaan dengan biaya kontraktor.
o Beton tidak boleh dicor bilamana keadaaan cuaca buruk.
o Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke
dalam papan bekisting yang tinggi/dalam, yang dapat menyebabkan
terlepasnya kerikil/split dari adukan beton.
o Beton tidak boleh dicor dalam bekisting yang dapat mengakibatkan
penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas beton yang
sudah dicor. Untuk hal tersebut diatas harus disiapkan corong untuk
pengecoran agar dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu
sama lain.
o Tinggi adukan beton tidak boleh melampaui 1.5 m dibawah ujung
corong saluran.
o Adukan beton harus dicor dengan merata.
o Tiap lapisan harus dicor pada waktu lapisan yang sebelumnya masih
lunak.
18.8. Pemadatan dan Penggetaran
o Setiap lapisan harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum
sehingga bebas dari kantong/sarang krikil dan menutup rapat pada
semua permukaan dari cetakan dan material yang melekat.
o Menggunakan alat penggetar (vibrator).
o Melakukan pengetukan pada dinding bekisting sampai betul – betul
mengisi pada bekisting atau lubang galian dan menutupi seluruh
pemukaan bekisting.
Penggunaan vibrator harus dilakukan dengan benar atau
dengan petunjuk dari konsultan pengawas dan tidak boleh
mengenai bekisting maupun pembesian.
18.9. Perawatan Beton
o Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama
sekurang – kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara
penyiraman air, karung goni basah atau cara – cara lain yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
o Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar
matahari langsung paling sedikit 3 hari setelah pengecoran.
o Beton yang mempunyai keadaan seperti di bawah ini :
 Rusak
 Sejak semula cacat
 Cacat sebelum penyerahan pertama
 Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah
ditetapkan
 Tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS).
 Harus diganti dengan beton baru dan semua biaya ditanggung
oleh Kontraktor.

XIX. PASAL 19 : PEKERJAAN KAYU


19.1. Lingkup Pekerjaan
Termasuk didalamnya adalah pekerjaan struktur bangunan yang
menggunakan kayu kelas II dengan spesifikasi sesuai dengan gambar kerja
yaitu pada pekerjaan rangka badan keramba dan dinding penutup keramba.
19.2. Persyaratan Bahan :
19.2.1. Rangka Kayu yang digunakan dalam pekerjaan struktur rangka badan
bangunan ini adalah :
1. Rangka Badan Keramba Kayu Kls II
2. Dinding Papan Kayu Kls II Lebar 15 cm
3. Kayu Reng 3/5
4. Rangka Penutup Keramba Kls II

Rangka kayu kelas II yang sumber material dan ukurannya telah diperiksa
direksi/pengawas.

19.2.2. Kayu cukup kuat dan tua.


19.2.3. Kayu harus mempunyai tekstur yang sama, serat – serat lurus.
19.2.4. Kayu bersih dari retakan – retakan, serangan jamur, pelapukan dan cacat
– cacat lain (mata bolong, bengkok, melintir dan sebagainya).
19.3. Syarat – syarat pelaksanaan
19.3.1. Pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standart spesifikasi dari bahan
yang digunakan sesuai dengan petunjuk dari pengawas/direksi.
19.3.2. Pekerjaan rangka badan kayu dapat dilaksanakan bilamana bidang yang
akan dikerjakan telah disetujui oleh pengawas/direksi. Dan dalam
melaksanakan pekerjaan ini harus mengikuti pula semua petunjuk dalam
gambar, terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal/tinggi peil dan bentuk profilnya.
19.3.3. Kayu yang menunjukkan rongga, lubang, keropos atau cacat sejenis yang
lain harus dibongkar dan diganti. Semua perbaikan dan penggantian
sebagaimana diuraikan disini harus dilaksanakan secepatnya oleh
kontraktor dengan biaya sendiri.
19.3.4. Semua perbaikan harus dilaksanakan dan dibentuk sedemikian rupa
sehingga pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan ketentuan dan tidak
mengganggu pengikatan, pengurangan kekuatan, penurunan dan
peretakan.

XX. PASAL 20 : PEKERJAAN LANTAI


20.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan lantai meliputi pekerjaan lantai cor padat tulangan praktis.
Juga menyediakan tenaga kerja, bahan, alat – alat bantu yang diperlukan,
sehingga pekerjaan lantai selesai dilaksanakan. Bagian pekerjaannya adalah :
20.1.1. Pekerjaan Bekisting
20.1.2. Pekerjaan Penulangan
20.1.3. Pekerjaan Pengecoran
20.2. Persyaratan Bahan :
20.2.1. Pekerjaan Bekisting, penulangan dan pengecoran harus sesuai dengan
syarat – syarat bahan pekerjaan beton.
20.3. Pedoman Pelaksanaan
20.3.1. Pekerjaan Bekisting, penulangan dan pengecoran harus sesuai dengan
syarat – syarat pekerjaan beton.
20.3.2. Lantai Cor Padat
o Lantai menggunakan cor beton padat dengan mutu K.125
o Pekerjaan lantai beton padat dengan memperhatikan pekerjaan
beton.
XXI. PASAL 21 : PEKERJAAN PLESTERAN
21.1. Lingkup Pekerjaan
Termasuk dalam pekerjaan plesteran dalam pasal ini yaitu terdiri dari :
(disesuaikan dengan gambar kerja) :
21.2. Persyaratan Bahan
1. Semen Portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk
seluruh pekerjaan)
2. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2
3. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10
21.3. Penggunaan Plesteran
Pemakaian plesteran (adukan) harus disesuaikan dengan jenis dan macam
pekerjaan sesuai dengan perbandingan campuran adukan, yaitu Pc : 4 Ps
21.4. Syarat – syarat Pelaksanaan
21.4.1. Pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standard spesifikasi dari bahan
dan campuran yang digunakan sesuai dengan petunjuk dari
pengawas/direksi lapangan.
21.4.2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana bidang yang akan
dikerjakan telah disetujui oleh pengawas. Dan dalam melaksanakan
pekerjaan ini harus mengikuti pula semua petunjuk dalam gambar
arsitektur, terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal/tinggi peil dan bentuk profilnya.
21.4.3. Semua jenis adukan tersebut, masing – masing harus disiapkan
sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum
mengering. Campuran adukan tersebut dapat diaduk memakai mesin
pengaduk atau secara manual sesuai dengan petunjuk pengawas dan
diusahakan agar jarak waktu percampuran dengan pemasangan tidak
melebihi 30 menit terutama untuk pencampuran kedap air.
21.4.4. Plesteran yang retak, bergelembung – gelembung, terjadi pengotoran
atau perubahan warna, tidak akan diterima. Plesteran harus dobersihkan
dan diganti dengan adukan plesteran yang sesuai dengan spesifikasi dan
mendapat persetujuan dari pengawas. Tambalan tersebut harus sesuai
dengan tekstur dan warna hasil pekerjaan yang ada semula.
21.4.5. Untuk plesteran dinding batako harus betul – betul rata dan rapi, untuk
rangka kayu/kosen yang kena plesteran harus diberi paku yang rapat
untuk menghindari keretakan plesteran. Tebal plesteran satu sisi minimal
1.5 cm.
21.4.6. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar dan tidak terlalu tiba – tiba, dengan membasahi permukaan
plesteran setiap kali kering dan melindungi dari terik panas matahari
langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air
secara cepat.
XXII. PASAL 22 : PENUTUP
22.1. Semua ketentuan yang belum tercantum di dalam persyaratan ini akan dijelaskan
kemudian.
22.2. Bahan – bahan yang dipergunakan harus berkualitas baik sesuai dengan
persyaratan.
22.3. Semua sisa – sisa bahan bangunan/alat – alat bantu harus dikerluarkan dari
kompleks/lokasi pekerjaan segera setelah pekerjaan selesai atas biaya kontraktor.

Demikian persyaratan Teknis/Bestek pekerjaan ini dibuat untuk diketahui dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya dengan penuh rasa tanggung jawab.

Mengetahui / Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :


Pejabat Pelaksana Konsultan Perencana
Teknis Kegiatan CV. DW KREASI KONSULTAN

RAMDALI, H.S.Pi WAHYU RAMADHAN, ST

NIP. 19730929 199903 1 003 Direktur

Disetujui Oleh,

Pejabat Pembuat Komitmen

Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan

JOKO SRI SADONO, SP, M.Si

NIP. 19640324 1986 03 1 016

Anda mungkin juga menyukai