Anda di halaman 1dari 13

PSIKOPATOLOGI KONSELI

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Terapi Islam BI

Dosen Pengampu:

Dra. Ragwsn Albaar, M.Fil. I

Oleh:

Afifah Wildan Ulya Permana ( B93215091 )

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2018

1
BAB III

PEMBAHASAN

A, DEFINISI PSIKOPATOLOGI

Patologi (phatology) adalah pengetahuan tentang penyakit atau gangguan.


Sedang psikopatologi (Psychopatology) adalah cabang psikologi yang
berkepentingan untuk menyelidiki penyakit atau gangguan mental dan gejala-gejala
abnormal lainnya. Psikopatologi atau sakit mental adalah sakit yang tampak dalam
bentuk perilaku dan fungsi kejiwaan yang tidak stabil. Istilah psikopatologi mengacu
pada sebuah sindroma yang luas, yang meliputi ketidaknormalan indra, kognisi dan
emosi. Asumsi yang berlaku pada bidang ini adalah bahwa sindrom psikopatologis
atau sebuah gejala tidak semata-mata berupa respon yang dapat diprediksi terhadap
gejala tekanan kejiwaan yang kusus, seperti kematian orang yang dicintai, tetapi lebih
berupa manifestasi psikologis atau disfungsi biologis seseorang.1

Istilah 'psikopatologi' umumnya mengacu pada pola maladaptif (melakukan


adaptasi dengan cara yang keliru) perilaku dan keadaan tertekan yang mengganggu
beberapa orang pada aspek adaptasi. Tersirat di American Psychiatric Association's
(1994) Definisi Diagnostik dan Statistik Manual (DSM-IV) 'gangguan mental' adalah
bahwa kondisi mental menyebabkan tekanan yang signifikan atau cacat (kerusakan
pada satu atau lebih area fungsi yang penting) dan bahwa hal itu tidak hanya
merupakan sanksi yang diharapkan dan disetujui secara kultural menanggapi
peristiwa tertentu efektivitas orang itu. Dengan demikian adaptasi tersirat dalam
definisi.2

Seperti yang Kakar (1982) katakan, kesehatan mental adalah label yang
mencakup perspektif dan keprihatinan yang berbeda, seperti tidak adanya
1
Sri Astutik, Penanganan Psikopatologi Dengan Psikoterapi Islam (Jurnal Bimbingan Konseling Islam,
Vol. 02, No. 01, 2012) hlm. 75-87
2
Alessandra Lemma, Introduction To Psychopatology, (London: Sage Publication, 1997) hlm. 14

2
ketidakmampuan gejala, integrasi fungsi dan perasaan psikologis kesejahteraan etis
dan spiritual. Jelas, bagaimanapun, budaya itu akan ada memainkan peran penting
dalam menentukan baik persepsi maupun tingkat perhatian dalam kasus masing-
masing kualitas ini. Misalnya, Fernando (1991) telah menunjukkan bahwa dalam
budaya Asia, Afrika dan pre Columbian Amerika, berbeda dengan budaya Barat,
mungkin ada yang kurang keprihatinan tentang varietas pengalaman batin atau
keadaan yang berubah kesadaran, sedangkan di Barat ini akan dianggap tidak normal
pengalaman dan dalam beberapa kasus sebagai bukti penyakit.3

B. PENYEBAB PSIKOPATOLOGI
Pribadi yang menyimpang atau tidak normal (dengan tingkah laku
menyimpang dari norma-norma umum) itu merupakan hasil dari proses differensiasi
dan proses individuasi. Proses differensiasi terjadi ketika individu satu berbeda
dengan orang-orang kebanyakan yang lain, sejak lahiriah. Misalnya cacat bawaan,
seperti sumbing, kaki cacat dan sebagainya.
Ada juga yang berkembang di lingkungan deviant, maksudnya individu
berkembang secara normal, tetapi di lingkungan yang patologis, misalnya di
lingkungan pencuri, kebiasaan mengemis, melacur dan sebagainya. Sedangkan proses
individuasi terjadi pada diri anak dalam pengoperasian pola tingkah laku yang
menyimpang atau sosiopatik itu berlangsung secara progresif, tidak sadar, berangsur-
angsur dan kontinyu. Demikian banyak kasus juga terjadi ketika individu menjadi
deviant setelah dewasa, disebabkan karna pengalaman traumatic (kejutan emosional
karena suatu luka dalam). Pengalaman traumatis mempunyai arti dinamis yang sangat
besar dan tidak jarang perubahan secara drastic itu disertai dengan krisis-krisis jiwa
yang gawat. Pengalaman itu mempercepat proses transformasi tingkah laku normal
menjadi perilaku abnormal atau penyimpangan.4

3
Alessandra Lemma, Introduction To Psychopatology, ……………………….. hlm. 16
4
Imam Asyari, Patologi Sosial (Surabaya : Usaha Nasional, tt) hlm.64-65

3
Keadaan individu sangat ditentukan oleh beberapa factor berikut : 5
1. Kondisi dan konstitusi fisiknya, yang menjadi factor penentu herediter, seperti
: system persyarafan, system kelenjar, system otot dsb.
2. Kematangan taraf pertumbuhan dan perkembangannya, terutama factor
intelektual, kematangan social dan moral serta kematangan emosional
3. Determinan psikologis yaitu berupa : pengalaman, trauma, kesulitan belajar,
frustasi, konflik, situasi dan kebiasaan, maupun penentuan diri.
4. Kondisi lingkungan dan alam sekitar : misalnya keluarga, rumah tangga,
sekolah, lingkungan kerja, dll.
5. Faktor adat – istiadat, norma-norma social, religi dan kebudayaan.

Apabila individu gagal memenuhi salah satu dari ke enam factor diatas, maka
dapat dipastikan ketika ia mengalami tekanan dan ia tidak mampu untuk
menanganinya, tingkah laku abnormal atau gangguan mental akan muncul.

C. GEJALA PSIKOPATOLOGI

Syamsu Yusuf (2003) mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki pola
kepribadian yang tidak sehat antara lain6 :

1. Mudah tersinggung, marah, menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan dan


sering tertekan (stress dan depresi)
2. Ketidak mampuan menghindari perilaku menyimpang sekalipun dia sudah
pernah dihukum
3. Bersikap kejam atau sering menggangu orang lain
4. Kebiasaan berbohong, hiperaktif, otoriter, dan bermusuhan
5. Suka mengkritik atau mencemooh orang lain
6. Sulit tidur dan kurang bertanggung jawab

5
Kartini Kartono Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual (Bandung: Mandar Maju, 1989)
hlm.16
6
Herri Zan Pieter dkk, Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan (Jakarta: Prenadna Media Group,
2011) hlm.43

4
7. Sering sakit kepala, namun factor penyebabnya bukan organis
8. Tidak memiliki kesadaran untuk taat pada ajaran agama
9. Pesimis menghadapi kehidupan dan sering bermuram durja

D. JENIS-JENIS PSIKOPATOLOGIS 7

1. Psikoneurosa/ Neurosis
Gangguan kepribadian hanya sebagian. Tanggapan individu terhadap
lingkungan social tidak terlalu terganggu. Masih ada kontak dengan
lingkungannya. Sifat symptom biasanya sementara. Tidak melakukan
tindakan yang berbahaya untuk diri sendiri maupun orang lain, hanya saja
tidak punya kemampuan untuk melakukan partisipasi social karna gangguan
bicara yang sangat kurang. Masih bisa menentukan arah atau tempat dengan
benar terhadap lingkungan dan orang lain. Masih memiliki wawasan terhadap
sifat dan tingkah laku diri sendiri. Ketika diberi treatmen, klien mudah diatur,
penurut dan kemungkinan untuk sembuh permanen sering terjadi.

2. Psikosa/ Psikosis
Gangguan kepribadiannya menyeluruh. Mengalami disorganisasi total
terhadap lingkungan social. Tidak ada kontak dengan lingkungannya. Sifat
symptom biasanya terus menerus dan penyakitnya semakin lama semakin
berkembang pesat. Partisipasi social sama sekali tidak ada. Sering kehilangan
arah atau tempat terhadap lingkungan dan orang lain. Sering tidak menyadari
perbuatannya. Melakukan tindakan yang berbahaya, melukai diri sendiri
maupun orang lain. Memerlukan perawatan di rumah sakit jiwa. Klien sukar
dikendalikan dan sulit untuk disembuhkan secara permanen.

Menurut buku Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa


Indonesia (PPDGJ, 1983) dan Diagnostic Statistical Manual of Mental

7
Kartini Kartono Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual………………..,hlm. 137

5
Disorders (DSM-IV-TR,2004), Gambaran klinis gangguan kepribadian
(personality disorders) dibagi dalam 13 kategori yaitu sebagai berikut8 :

1. Gangguan Kepribadian Psikopatik (Psychopathic/Antisosial Personality


Disordes) adalah pola gangguan kepribadian yang didominasi oleh
ketidakpedulian dan pelanggaran terhadap tata tertib, norma, etika dan
hukum yang berlaku
2. Gangguan Kepribadian Paranoid (Paranoid Personality Disorders) adalah
pola kepribadian yang didominasi oleh ketidakpercayaan dan kecurigaan
terhadap orang lain disertai rasa dengki
3. Gangguan Kepribadian Skizoid (Schizoid Personality Disordes) adalah
pola kepribadian yang didominasi oleh pemisahan diri dari pergaulan
social dan menyempitnya ekspresi emosional (dingin)
4. Gangguan kepribadian Schizotipal (Schizotipal Personality Disorders)
adalah pola kepribadian yang di dominasi oleh rasa tidak nyaman dalam
hubungan dengan orang lain, penyimpangan pola piker atau persepsi dan
perilaku yang eksentrik (aneh)
5. Gangguan Kepribadian Ambang (Boderline Personality Disorders) adalah
pola kepribadian yang didominasi oleh ketidak stabilan dalam hubungan
pergaulan social, citra diri, alam perasaan dan tindakan yang tiada terduga
serta menyolok.
6. Gangguan Kepribadian Histerik (Histrionic Personality Disorders) adalah
pola kepribadian yang didominasi oleh emosi yang berlebihan dan
mencari perhatian.
7. Gangguan Kepribadian Narsistik (Narcissistic Personality Disorders)
adalah pola kepribadian yang di dominasi oleh perasaan dirinya hebat,
senang dipuji, dan dikagumi, serta tidak ada rasa empati (tidak punya
perasaan)

8
Dadang Hawari, Psikopat, Paranoid dan Gangguan Kepribadian Lainnya,(Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, 2005) hlm. 52-55

6
8. Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidant Personality Disorders)
adalah pola kepribadian yang didominasi oleh hambatan social, perasaan
tidak percaya diri dan sangat sensitive terhadap hal-hal negative
9. Gangguan Kepribadian Astenik (Dependent Personality Disorders) adalah
pola kepribadian yang di dominasi oleh ketidakmampuan untuk berdiri
sendiri, ketergantungan terhadap orang lain dan keinginan untuk selalu
dilayani.
10. Gangguan Kepribadian Anankastik (Obsessive-Compulsive Personality
Disorders) adalah pola kepribadian yang didominasi oleh pikiran yang
terpaku terhadap kebiasaan sehari-hari, control diri yang kuat dan serba
ingin sempurna.
11. Gangguan Kepribadian Siklotimik (Affective Personality Disorders)
adalah pola kepribadian yang didominasi gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai oleh gejala gembira yang berlebihan dan sedih
berlebihan.
12. Gangguan Kepribadian Eksplosif (Explossive Personality Disorders)
adalah pola kepribadian yang didominasi oleh hilangnya pengendalian
emosi (agresif) yang mengakibatkan tindak kekerasan dan kerusakan harta
benda.
13. Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif (Passive-Aggressive Personality
Disorders) adalah pola kepribadian yang didominasi oleh perilaku yang
tidak wajar terhadap pekerjaan maupun pergaulan social, misalnya
berlambat-lambat, mengulur waktu dengan alasan “lupa”.

Kemudian ada beberapa patologi seks yang memuaskan dorongan seksual


kedalam cara-cara yang abnormal. Seperti Prostitusi, Perzinahan, Frigiditas,
Impotensi, Anorgasme, Ejakulasi Prematur dan lain sebagainya. Adapula kelompok
abnormal yang tertarik dengan keterangsangan seksual kepada objek-objek yang tidak
semestinya misalnya: Fetisisme, Voyeurisme (Mengintip), Ekshibionisme
(mempertontonkan alat kelamin kepada orang lain), Sadisme Seksual (menyakiti),

7
Masochism Sexual, Incest, Pedofilia, Zoofilia, Homoseksual, Lesbian, dan lain
sebagainya.9

E. PSIKOPATOLOGI PRESPEKTIF ISLAM

Berdasarkan analisis terhadap berbagai macam psikopatologi baik menurut


tinjauan psikologi kontemporer maupun tujuan islam maka sasaran atau obyek yang
menjadi focus penyembuhan, perawatan atau pengobatan dalam psikoterapi islam
adalah manusia secara utuh, yakni berkaitan dengan gangguan pada mental, spiritual,
moral dan akhlak serta fisik (jasmaniah).

a. Mental
Yaitu yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses
yang berasosiasi dengan pikiran, akal, ingatan. Dalam kategori ini adalah
kondisi mudah lupa, malas berpikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, tidak
dapat mengambil keputusan dengan baik dan benar, bahkan tidak memiliki
kemampuan membedakan antara halal dan haram, yang bermanfaat dan
madlarat serta yang hak dan yang batil.10
Sehubungan dengan penyimpangan tersebut, Allah mengingatkan
melalui firman-Nya yang termaktub dalam surat al-Baqoroh ayat 42 dan ayat
44.
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan
janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui.11

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu


melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-kitab (Taurat)? Maka
tidakkah kamu berpikir?.12
b. Moral dan Akhlak

9
Herri Zan Pieter dkk, Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan,……………………, hlm. 278-284
10
Sri Astutik, Penanganan Psikopatologi Dengan Psikoterapi Islam, …….....................hlm.81-82
11
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-Baqarah:42, (Semarang: Penerbit Asy-Syifa’, tt) hlm.7
12
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-Baqarah:44, ………………………………… hlm.7

8
Dalam kamus umum bahasa Indonesia dicantumkan bahwa moral
13
adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Menurut
tinjauan terminologis moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau
perbuatan secara layak dapat dikatakan, salah, baik, atau buruk
(Nata,1996:90). Sumber lain menyebutkan bahwa moral adalah nilai-nilai dan
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.14
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk menentukan batasan atas aktivitas manusia
dengan nilai baik atau buruk, benar atau salah. Tolak ukur yang digunakan
untuk menentukan baik atau buruknya moral seseorang ialah dengan norma-
norma, adat-istiadat dan kebiasaan yang tumbuh dan berkembang serta
berlangsung di masyarakat.
Sedangkan kata akhlak menurut pemikir Muslim, menunjuk pada
kondisi jiwa yang menimbulkan perbuatan atau perilaku spontan (halah

li al-nafs tashdur `anha af`al


bisuhulah). Dikatakan orang yang memiliki mental penolong, ketika
melihat kesuliatan-kesulitan yang dialami orang lain, ia akan memberikan
pertolongan secara spontan, tanpa banyak mempertimbangan atau memikirkan
untung rugi. Jadi akhlak menunjuk pada hubungan sikap batin dan perilaku
secara konsisten15 Selain itu akhlak atau tingkah laku merupakan ekspresi
yang tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa. Perbuatan dan tingkah laku
tersebut kadang-kadang bahkan sering tidak disadari seseorang telah berbuat

13
WJS Poewardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: Rajawali Pers, cet. 1, 1992), hlm. 8
14
Evita Yuliatul Wahidah, Psikoterapi Islami Terhadap Psikopatologi, (STIT Muhammadiyah
Bojonegoro, Vol.06, No. 02, 2016) hlm.228
15
A. Ilyas Ismail, True Islam : Moral, Intelektual, Spiritual, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) hlm.
31

9
menyimpang dari norma-norma agama yang akhirnya dapat membahayakan
dirinya dan orang lain.
Berdasarkan sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian16:
1. Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji) diantaranya adalah rida kepada Allah
SWT, beriman kepada Allah swt, malaikat, kitab, rasul, hari kiamat dan
takdir, taat beribadah, selalu menepati janji, melaksanakan amanah,berlaku
sopan dalam ucapan dan perbuatan, qanaah (rela terhadap pemberian Allah
SWT), tawakkal, sabar, syukur dan tawadlu’
2. Akhlak Mazmumah (akhlak tercela) diantaranya kufur, syirik, murtad, fasik,
riya’, takabbur, mengadu domba, dengki, hasud, kikir, dendam, khianat,
memutuskan silaturahmi, putus asa, segala perbuatan tercela menurut
pandangan islam.

Penyimpangan-penyimpangan yang terdapat pada akhlak mazmumah


diatas merupakan psikopatologis yang menjangkit masyarakat modern saat
ini. Dalam konteks pendidikan dan pembiasaan pada perilaku konstruktif dan
akhlak terpuji, Ibn Maskawaih, dalam buku Tahdzib Al-Akhlaq, mengusulkan
metode perbaikan akhlak yang dapat menjadi penyembuhan terapi islam
melalui lima cara sebagai berikut ini.17

Pertama, mencari teman yang baik. Ini memperlihatkan kuatnya


pengaruh lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat secara luas.
Dalam kehidupan modern pun, sudah umum diketahui, bahwa pergaulan
menentukan kualitas hidup seseorang.
Kedua, olah pikir. Kegiatan ini perlu untuk kesehatan jiwa, akal tak
hanya berfungsi sebagai alat berpikir, tetapi juga sebagai kekuatan
penyeimbang dan pengendali berbagai kecenderungan yang ada dalam diri
manusia yang saling berlawanan. Daniel Gulemann mengatakan kekuatan

16
Sri Astutik, Penanganan Psikopatologi Dengan Psikoterapi Islam, …….....................hlm.84
17
A. Ilyas Ismail, True Islam : Moral, Intelektual, Spiritual……………..,hlm.37-38

10
penyeimbang inilah yang dinamakan kecerdasan emosi (EQ) ternyata lebih
penting dan mendukung daripada kecerdasan intelektual (IQ).
Ketiga, menjaga kesucian kehormatan diri dengan tidak mengikuti
dorongan nafsu. Hawa nafsu yaitu kecenderungan atau keinginan buruk yang
ada dalam diri manusia untuk kepentingan diri sendiri. Mengikuti keinginan
hawa nafsu adalah akhlak yang tercela Oleh karena itu kemampuan
mengendalikan hawa nafsu menjadi kunci pengembangan kualitas moral
(akhlak).
Keempat, menjaga konsistensi antara rencana dengan tindakan.
Kebanyakan manusia hanya pendai membuat berbagai rencana namun kurang
pandai dalam merealisasikan rencana-rencana baik tersebut. Slogan Talk Less,
Do More sangat diperlukan disini untuk membangun konsistensi yang
memperlihatkan integritas kepaduan antara rencana dan tindakan.
Kelima, meningkatkan kualitas diri dengan mempelajari kelemahan-
kelemahan diri. Proses untuk mengetahui kelemahan-kelemahan ini dengan
belajar. Belajar tak lain adalah usaha sadar yang dilakukan terus menerus
untuk meningkatkan kompetensi diri.
c. Spiritual
Secara etimologis kata “spirit” berasal dari kata latin “spiritus” yang
diantaranya berarti ruh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan,
nafas hidup, nyawa hidup. Dalam perkembangan selanjutnya kata spirit
diartikan secara luas lagi, para filosuf, mengonotasian “spirit” dengan (1)
kekuatan yang menganimasi dan member energy pada cosmos, (2) kesadaran
yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi, (3) makhluk
immaterial, (4) wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas,
moralitas, kesucian atau keilahian)18
Selain itu dikutip pada buku yang sama, Sayyed Hosseein Nash salah
seorang spiritualis islam mendefinisikan spiritual sebagai sesuatu yang
mengacu pada apa yang terkait dengan dunia ruh, dekat dengan ilahi,

18
H.M. Ruslan, Menyingkap Rahasia Spiritualitas Ibnu ‘Arabi (Makassar: Al-Zikra, 2008), hlm. 16

11
mengandung kebatinan dan interioritas yang disamakan dengan yang hakiki.
Masuk dalam kategori ini misalnya patologis syirik, nifak, fasiq, kufur, lemah
keyakinan, kufur dan tertutupnya alam ruh, alam malaikat dan alam ghoib
yang kesemuanya itu akibat dari kedurhakaan dan pengingkaran terhadap
Allah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 67
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan sebagian dengan
sebagian lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan
melarang yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka
telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya
orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.19
d. Fisik (Jasmaniah)
Tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan kecuali atas izin
Allah SWT. Beberapa gangguan mental menunjukkan perkembangan fisik
yang tidak wajar dan mengalami hambatan-hambatan sehingga
pertumbuhannya menjadi abnormal. Kondisi ini disebabkan oleh factor
keturunan, suatu penyakit atau oleh luka-luka. Kelompok ini termasuk atas
Idiot, Imbisil, Debil, Cacat Moral dan Amentia Genetik.20

19
Al-Qur’an dan Terjemahnya, At-Taubah:67,…………….. hlm.
20
Kartini Kartono Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual………………..,hlm.44

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Penerbit Asy-Syifa’, tt.


Astutik, Sri. Penanganan Psikopatologi Dengan Psikoterapi Islam. Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, Vol. 02, No. 01, 2012.
Asyari, Imam. Patologi Sosial. Surabaya : Usaha Nasional, tt.
Hawari, Dadang. Psikopat, Paranoid dan Gangguan Kepribadian Lainnya. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, 2005.
Ismail, A. Ilyas. True Islam : Moral, Intelektual, Spiritual. Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013
Kartini Kartono. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar
Maju, 1989.
Lemma, Alesandra. Introduction To Psychopatology. London: Sage Publication,
1997.
Pieter, Herri Zen dkk, Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Prenada
Media Group, 2011.
Poewardaminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, cet.
1, 1992
Ruslan, H.M. Menyingkap Rahasia Spiritualitas Ibnu ‘Arabi. Makassar: Al-Zikra,
2008.
Wahidah, Yuliatul Evita. Psikoterapi Islami Terhadap Psikopatologi. Jurnal STIT
Muhammadiyah Bojonegoro, Vol. 06, No. 02, 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai