Dosen Pengampu:
Oleh:
2018
1
BAB III
PEMBAHASAN
A, DEFINISI PSIKOPATOLOGI
Seperti yang Kakar (1982) katakan, kesehatan mental adalah label yang
mencakup perspektif dan keprihatinan yang berbeda, seperti tidak adanya
1
Sri Astutik, Penanganan Psikopatologi Dengan Psikoterapi Islam (Jurnal Bimbingan Konseling Islam,
Vol. 02, No. 01, 2012) hlm. 75-87
2
Alessandra Lemma, Introduction To Psychopatology, (London: Sage Publication, 1997) hlm. 14
2
ketidakmampuan gejala, integrasi fungsi dan perasaan psikologis kesejahteraan etis
dan spiritual. Jelas, bagaimanapun, budaya itu akan ada memainkan peran penting
dalam menentukan baik persepsi maupun tingkat perhatian dalam kasus masing-
masing kualitas ini. Misalnya, Fernando (1991) telah menunjukkan bahwa dalam
budaya Asia, Afrika dan pre Columbian Amerika, berbeda dengan budaya Barat,
mungkin ada yang kurang keprihatinan tentang varietas pengalaman batin atau
keadaan yang berubah kesadaran, sedangkan di Barat ini akan dianggap tidak normal
pengalaman dan dalam beberapa kasus sebagai bukti penyakit.3
B. PENYEBAB PSIKOPATOLOGI
Pribadi yang menyimpang atau tidak normal (dengan tingkah laku
menyimpang dari norma-norma umum) itu merupakan hasil dari proses differensiasi
dan proses individuasi. Proses differensiasi terjadi ketika individu satu berbeda
dengan orang-orang kebanyakan yang lain, sejak lahiriah. Misalnya cacat bawaan,
seperti sumbing, kaki cacat dan sebagainya.
Ada juga yang berkembang di lingkungan deviant, maksudnya individu
berkembang secara normal, tetapi di lingkungan yang patologis, misalnya di
lingkungan pencuri, kebiasaan mengemis, melacur dan sebagainya. Sedangkan proses
individuasi terjadi pada diri anak dalam pengoperasian pola tingkah laku yang
menyimpang atau sosiopatik itu berlangsung secara progresif, tidak sadar, berangsur-
angsur dan kontinyu. Demikian banyak kasus juga terjadi ketika individu menjadi
deviant setelah dewasa, disebabkan karna pengalaman traumatic (kejutan emosional
karena suatu luka dalam). Pengalaman traumatis mempunyai arti dinamis yang sangat
besar dan tidak jarang perubahan secara drastic itu disertai dengan krisis-krisis jiwa
yang gawat. Pengalaman itu mempercepat proses transformasi tingkah laku normal
menjadi perilaku abnormal atau penyimpangan.4
3
Alessandra Lemma, Introduction To Psychopatology, ……………………….. hlm. 16
4
Imam Asyari, Patologi Sosial (Surabaya : Usaha Nasional, tt) hlm.64-65
3
Keadaan individu sangat ditentukan oleh beberapa factor berikut : 5
1. Kondisi dan konstitusi fisiknya, yang menjadi factor penentu herediter, seperti
: system persyarafan, system kelenjar, system otot dsb.
2. Kematangan taraf pertumbuhan dan perkembangannya, terutama factor
intelektual, kematangan social dan moral serta kematangan emosional
3. Determinan psikologis yaitu berupa : pengalaman, trauma, kesulitan belajar,
frustasi, konflik, situasi dan kebiasaan, maupun penentuan diri.
4. Kondisi lingkungan dan alam sekitar : misalnya keluarga, rumah tangga,
sekolah, lingkungan kerja, dll.
5. Faktor adat – istiadat, norma-norma social, religi dan kebudayaan.
Apabila individu gagal memenuhi salah satu dari ke enam factor diatas, maka
dapat dipastikan ketika ia mengalami tekanan dan ia tidak mampu untuk
menanganinya, tingkah laku abnormal atau gangguan mental akan muncul.
C. GEJALA PSIKOPATOLOGI
Syamsu Yusuf (2003) mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki pola
kepribadian yang tidak sehat antara lain6 :
5
Kartini Kartono Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual (Bandung: Mandar Maju, 1989)
hlm.16
6
Herri Zan Pieter dkk, Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan (Jakarta: Prenadna Media Group,
2011) hlm.43
4
7. Sering sakit kepala, namun factor penyebabnya bukan organis
8. Tidak memiliki kesadaran untuk taat pada ajaran agama
9. Pesimis menghadapi kehidupan dan sering bermuram durja
D. JENIS-JENIS PSIKOPATOLOGIS 7
1. Psikoneurosa/ Neurosis
Gangguan kepribadian hanya sebagian. Tanggapan individu terhadap
lingkungan social tidak terlalu terganggu. Masih ada kontak dengan
lingkungannya. Sifat symptom biasanya sementara. Tidak melakukan
tindakan yang berbahaya untuk diri sendiri maupun orang lain, hanya saja
tidak punya kemampuan untuk melakukan partisipasi social karna gangguan
bicara yang sangat kurang. Masih bisa menentukan arah atau tempat dengan
benar terhadap lingkungan dan orang lain. Masih memiliki wawasan terhadap
sifat dan tingkah laku diri sendiri. Ketika diberi treatmen, klien mudah diatur,
penurut dan kemungkinan untuk sembuh permanen sering terjadi.
2. Psikosa/ Psikosis
Gangguan kepribadiannya menyeluruh. Mengalami disorganisasi total
terhadap lingkungan social. Tidak ada kontak dengan lingkungannya. Sifat
symptom biasanya terus menerus dan penyakitnya semakin lama semakin
berkembang pesat. Partisipasi social sama sekali tidak ada. Sering kehilangan
arah atau tempat terhadap lingkungan dan orang lain. Sering tidak menyadari
perbuatannya. Melakukan tindakan yang berbahaya, melukai diri sendiri
maupun orang lain. Memerlukan perawatan di rumah sakit jiwa. Klien sukar
dikendalikan dan sulit untuk disembuhkan secara permanen.
7
Kartini Kartono Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual………………..,hlm. 137
5
Disorders (DSM-IV-TR,2004), Gambaran klinis gangguan kepribadian
(personality disorders) dibagi dalam 13 kategori yaitu sebagai berikut8 :
8
Dadang Hawari, Psikopat, Paranoid dan Gangguan Kepribadian Lainnya,(Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, 2005) hlm. 52-55
6
8. Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidant Personality Disorders)
adalah pola kepribadian yang didominasi oleh hambatan social, perasaan
tidak percaya diri dan sangat sensitive terhadap hal-hal negative
9. Gangguan Kepribadian Astenik (Dependent Personality Disorders) adalah
pola kepribadian yang di dominasi oleh ketidakmampuan untuk berdiri
sendiri, ketergantungan terhadap orang lain dan keinginan untuk selalu
dilayani.
10. Gangguan Kepribadian Anankastik (Obsessive-Compulsive Personality
Disorders) adalah pola kepribadian yang didominasi oleh pikiran yang
terpaku terhadap kebiasaan sehari-hari, control diri yang kuat dan serba
ingin sempurna.
11. Gangguan Kepribadian Siklotimik (Affective Personality Disorders)
adalah pola kepribadian yang didominasi gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai oleh gejala gembira yang berlebihan dan sedih
berlebihan.
12. Gangguan Kepribadian Eksplosif (Explossive Personality Disorders)
adalah pola kepribadian yang didominasi oleh hilangnya pengendalian
emosi (agresif) yang mengakibatkan tindak kekerasan dan kerusakan harta
benda.
13. Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif (Passive-Aggressive Personality
Disorders) adalah pola kepribadian yang didominasi oleh perilaku yang
tidak wajar terhadap pekerjaan maupun pergaulan social, misalnya
berlambat-lambat, mengulur waktu dengan alasan “lupa”.
7
Masochism Sexual, Incest, Pedofilia, Zoofilia, Homoseksual, Lesbian, dan lain
sebagainya.9
a. Mental
Yaitu yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses
yang berasosiasi dengan pikiran, akal, ingatan. Dalam kategori ini adalah
kondisi mudah lupa, malas berpikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, tidak
dapat mengambil keputusan dengan baik dan benar, bahkan tidak memiliki
kemampuan membedakan antara halal dan haram, yang bermanfaat dan
madlarat serta yang hak dan yang batil.10
Sehubungan dengan penyimpangan tersebut, Allah mengingatkan
melalui firman-Nya yang termaktub dalam surat al-Baqoroh ayat 42 dan ayat
44.
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan
janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui.11
9
Herri Zan Pieter dkk, Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan,……………………, hlm. 278-284
10
Sri Astutik, Penanganan Psikopatologi Dengan Psikoterapi Islam, …….....................hlm.81-82
11
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-Baqarah:42, (Semarang: Penerbit Asy-Syifa’, tt) hlm.7
12
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-Baqarah:44, ………………………………… hlm.7
8
Dalam kamus umum bahasa Indonesia dicantumkan bahwa moral
13
adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Menurut
tinjauan terminologis moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau
perbuatan secara layak dapat dikatakan, salah, baik, atau buruk
(Nata,1996:90). Sumber lain menyebutkan bahwa moral adalah nilai-nilai dan
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.14
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk menentukan batasan atas aktivitas manusia
dengan nilai baik atau buruk, benar atau salah. Tolak ukur yang digunakan
untuk menentukan baik atau buruknya moral seseorang ialah dengan norma-
norma, adat-istiadat dan kebiasaan yang tumbuh dan berkembang serta
berlangsung di masyarakat.
Sedangkan kata akhlak menurut pemikir Muslim, menunjuk pada
kondisi jiwa yang menimbulkan perbuatan atau perilaku spontan (halah
13
WJS Poewardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: Rajawali Pers, cet. 1, 1992), hlm. 8
14
Evita Yuliatul Wahidah, Psikoterapi Islami Terhadap Psikopatologi, (STIT Muhammadiyah
Bojonegoro, Vol.06, No. 02, 2016) hlm.228
15
A. Ilyas Ismail, True Islam : Moral, Intelektual, Spiritual, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) hlm.
31
9
menyimpang dari norma-norma agama yang akhirnya dapat membahayakan
dirinya dan orang lain.
Berdasarkan sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian16:
1. Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji) diantaranya adalah rida kepada Allah
SWT, beriman kepada Allah swt, malaikat, kitab, rasul, hari kiamat dan
takdir, taat beribadah, selalu menepati janji, melaksanakan amanah,berlaku
sopan dalam ucapan dan perbuatan, qanaah (rela terhadap pemberian Allah
SWT), tawakkal, sabar, syukur dan tawadlu’
2. Akhlak Mazmumah (akhlak tercela) diantaranya kufur, syirik, murtad, fasik,
riya’, takabbur, mengadu domba, dengki, hasud, kikir, dendam, khianat,
memutuskan silaturahmi, putus asa, segala perbuatan tercela menurut
pandangan islam.
16
Sri Astutik, Penanganan Psikopatologi Dengan Psikoterapi Islam, …….....................hlm.84
17
A. Ilyas Ismail, True Islam : Moral, Intelektual, Spiritual……………..,hlm.37-38
10
penyeimbang inilah yang dinamakan kecerdasan emosi (EQ) ternyata lebih
penting dan mendukung daripada kecerdasan intelektual (IQ).
Ketiga, menjaga kesucian kehormatan diri dengan tidak mengikuti
dorongan nafsu. Hawa nafsu yaitu kecenderungan atau keinginan buruk yang
ada dalam diri manusia untuk kepentingan diri sendiri. Mengikuti keinginan
hawa nafsu adalah akhlak yang tercela Oleh karena itu kemampuan
mengendalikan hawa nafsu menjadi kunci pengembangan kualitas moral
(akhlak).
Keempat, menjaga konsistensi antara rencana dengan tindakan.
Kebanyakan manusia hanya pendai membuat berbagai rencana namun kurang
pandai dalam merealisasikan rencana-rencana baik tersebut. Slogan Talk Less,
Do More sangat diperlukan disini untuk membangun konsistensi yang
memperlihatkan integritas kepaduan antara rencana dan tindakan.
Kelima, meningkatkan kualitas diri dengan mempelajari kelemahan-
kelemahan diri. Proses untuk mengetahui kelemahan-kelemahan ini dengan
belajar. Belajar tak lain adalah usaha sadar yang dilakukan terus menerus
untuk meningkatkan kompetensi diri.
c. Spiritual
Secara etimologis kata “spirit” berasal dari kata latin “spiritus” yang
diantaranya berarti ruh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan,
nafas hidup, nyawa hidup. Dalam perkembangan selanjutnya kata spirit
diartikan secara luas lagi, para filosuf, mengonotasian “spirit” dengan (1)
kekuatan yang menganimasi dan member energy pada cosmos, (2) kesadaran
yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi, (3) makhluk
immaterial, (4) wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas,
moralitas, kesucian atau keilahian)18
Selain itu dikutip pada buku yang sama, Sayyed Hosseein Nash salah
seorang spiritualis islam mendefinisikan spiritual sebagai sesuatu yang
mengacu pada apa yang terkait dengan dunia ruh, dekat dengan ilahi,
18
H.M. Ruslan, Menyingkap Rahasia Spiritualitas Ibnu ‘Arabi (Makassar: Al-Zikra, 2008), hlm. 16
11
mengandung kebatinan dan interioritas yang disamakan dengan yang hakiki.
Masuk dalam kategori ini misalnya patologis syirik, nifak, fasiq, kufur, lemah
keyakinan, kufur dan tertutupnya alam ruh, alam malaikat dan alam ghoib
yang kesemuanya itu akibat dari kedurhakaan dan pengingkaran terhadap
Allah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 67
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan sebagian dengan
sebagian lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan
melarang yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka
telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya
orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.19
d. Fisik (Jasmaniah)
Tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan kecuali atas izin
Allah SWT. Beberapa gangguan mental menunjukkan perkembangan fisik
yang tidak wajar dan mengalami hambatan-hambatan sehingga
pertumbuhannya menjadi abnormal. Kondisi ini disebabkan oleh factor
keturunan, suatu penyakit atau oleh luka-luka. Kelompok ini termasuk atas
Idiot, Imbisil, Debil, Cacat Moral dan Amentia Genetik.20
19
Al-Qur’an dan Terjemahnya, At-Taubah:67,…………….. hlm.
20
Kartini Kartono Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual………………..,hlm.44
12
DAFTAR PUSTAKA
13