Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah nasehat dan pesan yang datang dari Tuhan semesta alam
yang mengajari dan memberi petunjuk kepada manusia bagaimana menjalani
kehidupannya agar dapat berbahagia dan selamat di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an
menjadi penyembuh bagi penyakit yang paling berbahaya bagi manusia yaitu
penyakit hati dan memberikan solusi bagi semua permasalahan. Al-Qur’an
bagaikan air segar ditengah kekeringan, menjadi pelepas dahaga bagi orang-orang
yang kehausan spiritual dan bagaikan cahaya yang menuntun dalam kegelapan dan
kesesatan serta menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Membaca Al-Qur’an memang berpahala terlebih bila menghafalnya.


Rasululah saw mengajarkan para sahabatnya untuk rajin membaca dan menghafal
Al-Qur’an tapi sebenarnya tujuan utama Al-Qur’an diturunkan adalah untuk
difahami, diamalkan, dan diajarkan. Allah ungkapkan dalam Qs. Yusuf ayat 1-2
yang artinya:" Alif laam ra. Ini adalah ayat-ayat kitab (Al-Qur’an) yang nyata (dari
Allah). Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya". Dalam ayat lain Qs. az-Azukhruf ayat 1-3 yang
artinya; "Haa Miim. Demi kitab Al-Qur,an yang menerangkan. Sesungguhnya kami
menjadikan Al-Qur,an dalam bahasa Arab supaya kamu memahaminya".

Kenapa harus memahami Al-Qur’an karena Allah nyatakan dalam Qs. al-
Maidah ayat 16; "Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan. Dan dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan se izin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus".

Pentingnya memahami Al-Qur’an adalah agar hidup mendapatkan


keridhaan, keselamatan, cahaya dan jalan lurus dari Allah swt. Sering berdoa dalam
setiap rakaat sholat "Ya Allah tunjuki kami ke jalan yang lurus" sebenarnya jalan
yang lurus itu sudah ada , yaitu Al-Qur’an, seakan-akan Allah ingin mengatakan
dan mengingatkan terus menerus sehari semalam minimal 17 kali; "Pahamilah Al-

1|Page
Quran kalau engkau menginginkan keridhaan dan keselamatan, masuk kepada
cahaya yang terang benderang itulah jalan yang lurus.Jika dicermati generasi
terdahulu begitu kentalnya konsentrasi mereka mengkaji Al-Qur’an .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas,penulis merumuskan rumusan msalh


sebagai berikut.

1. Apa Nama-nama lain Al-Qur’an , Isi dari Dalam Al-Qur’an dan Fungsi Al-
Qur’an ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan penulisan Al-Qur’an ?
3. Apa Saja Cabang Ilmu-ilmu A;-Qur’an ?

C. Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendiskripsikan :

1. Mengetahui Nama-nama lain Al-Qur’an ,isi di dalam Al-Qur’an dan Fungsi


Al-Qur’an sebagai petunjuk terutama sebagai pedoman hidup Manusia.
2. Sejarah perkembangan penulisan Al-Qur’an.
3. Cabang ilmu-ilmu Al-Qur’an.

D. Manfaat

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik secara teoritis
maupun secara prktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengetahuna
mengenai Al-Qur’an , secara praktis makalah ini diharapkan bemanfaat bagi :

1. Penulis, sebagai penambahan pengetahuan mengenai Ikhwal Al-Qur’an dan


Ilmu-Ilmunya.
2. Pembaca, sebagai media iinformasi mengenai Ikhwal Al-Qur’an dan Ilmu-
Ilmunya

2|Page
BAB II PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an:Nama-namanya,Isi dan Fungsinya

Al-Quran adalah nasehat dan pesan yang datang dari Tuhan semesta alam yang
mengajari dan memberi petunjuk kepada manusia bagaimana menjalani
kehidupannya agar dapat berbahagia dan selamat di dunia dan di akhirat. Al-Quran
bagaikan air segar ditengah kekeringan, menjadi pelepas dahaga bagi orang-orang
yang kehausan spiritual dan bagaikan cahaya yang menuntun dalam kegelapan dan
kesesatan serta menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman.Adapun uraian
lebih lanjt mengenai nama-nama Al-Qur’an , isi dan fungsinya adalah sebagai
berikut :

1. Nama-nama Al-Qur’an

Banyak ulama yang mencoba mengumpulkan dan menghitung nama-nama


Al Quran dalam kitabnya. Namun demikian, tidak ada kesepakatan di antara para
ulama tersebut tentang berapa sebenarnya jumlah nama dari Al Quran.
Ketidaksepakatan mengenai jumlah nama Al Quran tersebut dikarenakan adanya
perbedaan pendapat mengenai pengelompokkan mana yang sebenarnya merupakan
nama Al Quran dan mana yang sebenarnya hanyalah sifat dari Al Quran. Sebagian
ulama menolak pendapat bahwa Al Quran memiliki banyak nama hingga berjumlah
puluhan dan mengatakan bahwa sebagian besar dari jumlah tersebut hanyalah sifat,
bukan nama. Sebagian ulama, semisal Al Mawardi, juga berpendapat bahwa nama
sebenarnya dari Al Quran hanya berjumlah lima, yaitu Al Quran, Al Kitab, Adz
Zikr, Al Furqon, dan At Tanzil.

Terlepas dari berbagai pendapat mengenai berapa jumlah sebenarnya dari


nama-nama Al Quran, hal yang perlu disepakati adalah bahwa nama dan sifat dari
Al Quran bersifat tauqiffiyah. Artinya, nama dan sifat yang disematkan kepada Al
Quran haruslah berdasarkan Al Quran dan hadis nabi, tidak dibenarkan untuk
dibuat-buat sendiri.

3|Page
1. Al-Kitab ( buku )

Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya,petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.( QS. Al-Baqarah [2]:2 ).

2.Al-Furqan ( pembeda benar salah )

Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba –
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. ( QS. Al-Furqaan
[25]:1).

3. Adz-Dzikr ( pemberi peringatan )

Sesungguhnya Kami–lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an) ,dan


sesungguhnya Kami benar–benar memeliharanya.( QS. Al Hijr [15]:9 ).

4. Al-Mau'idhah ( pelajaran atau nasihat )

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit – penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang – orang yang beriman. ( QS. Yunus [10]:57 ).

5. Asy-Syifa' ( obat atau penyembuh )

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit – penyakit ( yang berada ) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang – orang yang beriman. ( QS. Yunus [10]:57 ).

6. Al-Hukm ( peraturan atau hokum )

Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan ( yang
benar ) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka
setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali – kali tidak ada pelindung dan
pemelihara bagimu terhadap ( siksa ) Allah. ( QS. Ar Ra'd [13]:37 ).

4|Page
7. Al-Hikmah ( kebijaksanaan )

Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah


kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu
dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat
Allah). ( QS. Al Israa' [17]:39 ).

8. Al-Huda ( petunjuk )

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk ( Al-Qur'an ), kami beriman


kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan
pengurangan pahala dan tidak ( takut pula ) akan penambahan dosa dan kesalahan.
( QS. Al Jin [72]:13 ).

9. At-Tanzil ( yang diturunkan )

Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar – benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam, ( QS. Asy Syu’araa’ [26]:192 ).

10. Ar-Rahmat ( karunia )

Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar – benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang – orang yang beriman. ( QS. An Naml [27]:77 ).

11. Ar-Ruh ( ruh )

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah


Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan
tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu
cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba
– hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar – benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus. ( QS. Asy Syuura [42]:52 ).

5|Page
12. Al-Bayan ( penerang )

( Al-Qur'an ) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang – orang yang bertakwa. ( QS. Ali Imran [3]:138 ).

13. Al-Kalam ( ucapan atau firman )

Dan jika seorang di antara orang – orang musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah,
kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan
mereka kaum yang tidak mengetahui. ( QS. At Taubah [9]:6 ).

14. Al-Busyra ( kabar gembira )

Katakanlah: "Ruhul Qudus ( Jibril ) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu


dengan benar, untuk meneguhkan ( hati ) orang – orang yang telah beriman, dan
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang – orang yang berserah diri (
kepada Allah )". ( QS. An Nahl [16]:102 ).

15. An-Nur ( cahaya )

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
( Muhammad dengan mukjizatnya ) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya
yang terang benderang. ( Al-Qur'an ). ( QS. An Nisaa' [4]:174 ).

16. Al-Basha'ir ( pedoman )

Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini. ( QS. Al Jaatsiyah [45]:20 ).

17. Al-Balagh ( penyampaian atau kabar )

(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka
diberi peringatan dengan – Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia

6|Page
adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang – orang yang berakal mengambil
pelajaran. ( QS. Ibrahim [14]:52 )

18. Al-Qaul ( perkataan atau ucapan )

Dan sesungguhnya telah kami turunkan berturut – turut perkataan ini ( Al-Qur'an )
kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. ( QS. Al Qashash [28]:51 ).

2. Isi Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab suci agama Islam yang mempunyai fungsi


utama sebagai petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan
sebagai pedoman, sebagaimana dalam firman Allah: 2:185. (Beberapa hari yang
ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).”

Sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia, Ak-Qur’an memuat pesan-pesan


yang dapat dijadikan sebagai sandaran bagi manusia dalam segala aspek
kehidupannya. secara umum, kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dapat dipetakan
menjadi beberapa tema pokok dibawah ini :

1.Aqidah

Salah satu yang menjadi pokok pembahasan ayat-ayat Al-Qur’an adalah


masalah aqidah. Aqidah merupakan dasar penting dalam agama Islam. Secara
bahasa Aqidah berasal dari bahasa Arab: al-’aqdu (ikatan), at-tautsiq (kepercayaan
atau keyakinan yang kuat), al-qhkam (mengukuhkan atau menetapkan) dan ar-
rabthu bi quwwah (mengikat dengan kuat). Adapun secara istilah Aqidah dapat
didefinisikan sebagai iman yang teguh dan pasti yang tidak ada keraguan sedikitpun
bagi orang yang meyakininya. Jadi dapat dipahami bahwa aqidah merupakan ilmu
yang menjarkan kepada manusia mengenai kepercayaan yang wajib diyakini oleh
setiap orang. Al-Qur’an mengajarkan aqidah tauhid kepada manusia, yaitu
menanamkan keyakinan terhadap keesaan Allah swt.

7|Page
Selain kepercayaan dan keimanan kepada Allah swt, Al-Qur’an juga
mengajarkan manusia hal-hal yang ghaib, para rasul dan kepercayaan terhadap
kitab-kitab terdahulu sebagai bagian dari kesempurnaan keimanan seseorang.
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai pokok-pokok
aqidah yang harus diyakini setiap orang yang beriman. Allah berfirman:
35:3. Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain
Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari
ketauhidan)

2:177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

2.Ibadah

Tema pokok kandungan Al-Qur’an selanjutnya adalah ibadah. Secara


bahasa, ibadah berarti taat, tunduk dan ikut. Dalam bahasa syar’i ibadah diartikan
sesuatu yang diperintahkan Allah sebagai syariat islam, bukan karena adanya
keberlangsungan tradisi sebelumnya atau karena tuntutan logika atau akal manusia
dan adat istiadat. Ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau
dikerjakan untuk mendapatkan ridha dari Allah swt.

Al-Qur’an menjelaskan bentuk-bentuk ibadah dasar yang harus dikerjakan


oleh setiap muslim, seperti mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat lima waktu,
membayar zakat, puasa pada bulan suci Ramadhan dan beribadah haji bagi yang
telah mampu menjalankannya. Namun Al-Qur’an tidak menjelaskan secara

8|Page
terperinci mengenai tata cara pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut. Al-Qur’an hanya
menjelaskan bahwa setiap ibadah harus benar-benar ikhlas ditujukan kepada Allah
swt.
Allah berfirman: 6:162. Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan
matiku hanya lah untuk Allah Tuhan semesta alam.

3.Akhlak

Tema pokok Al-Qur’an selanjutnya adalah mengajarkan akhlak. Dalam


bahasa Arab, akhlak bentuk jamak dari khulqu yang artinya perangai, tabiat dan
adab. Dalam agama Islam, akhlak merupakan tolak ukur derajat seseorang. Dalam
Al-Qur’an dikatakan bahwa keimanan seseorang tidaklah cukup hanya dengan
sekedar iman kepada Allah, Malaikat, Nabi-nabi dan lainnya Akan tetapi keimanan
harus disertai dengan akhlak dan perilaku yang baik. Allah berfirman:

6:90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.

16:91. Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang
kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

16:92. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan


benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu
menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan
adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang
lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya
di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan
itu.

9|Page
4.Hukum

Salah satu tema yang banyak dibahas dalam ayat-ayat Al-Qur’an adalah
hukum. Dalam Al-Qur’an termuat hukum-hukum yang mengatur tentang masalah-
masalah yang ada pada seluruh aspek kehidupan manusia, Misalnya, hukuman bagi
pembunuh, Allah berfirman:

17:33. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah


(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa
dibunuh secara lalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada
ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam
membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.
Namun tidak semua aturan hukum yang ada dalam Al-Qur’an sudah terperinci.
Kadang Al-Qur’an hanya menyebutkan prinsip-prinsip dasarnya saja. Misalnya
Allah menyatakan keharaman darah dan bangkai secara mutlak dan umum.

5:3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,…” Kemudian Nabi saw men-
taqyidkan (memberi persyaratan) kemutlakannya dan mentaksiskan (memberi
ketentuan khusus) atas keharamannya serta menjelaskan macam-macam bangkai
dan darah.

Sebagaimana sabda Nabi saw:“Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua
macam darah. Adapun macam bangkai itu adalah bangkai ikan dan bangkai
belalang sedang dua macam darah itu adalah hati dan limpa.” (H.R.Ibnu Majah dan
Hakim).

5.Tadzkir(Peringatan)

Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk juga berisi peringatan-peringatan kepada


manusia. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam salah satu ayatnya : 25:1. Maha
Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya,
agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam Mengenai isi peringatan-
peringatannya, Al-Qur’an misalnya memberikan peringatan berupa ancaman akan
siksa neraka bagi mereka yang mendustakan Allah dan utusannya. Allah berfirman:
5:33. Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan

10 | P a g e
Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau
disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang
dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan
untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
Selain pemberi peringatan Al-Qur’an juga memberikan kabar gembira bagi orang-
orang yang beriman kepada Allah swt dengan balasan berupa nikmat surga.

Allah berfirman : 19:97. Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al


Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al
Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan
dengannya kepada kaum yang membangkang.

6. Sejarah atau Kisah

Al-Qur’an juga berisi kisah-kisah mengenai orang-orang yang terdahulu


baik yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat kepada Allah swt ataupun kisah-
kisah orang yang mendapatkan kejayaan karena ketaatannya kepada Allah swt.
Kisah-kisah tersebut agar bisa menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
sesudahnya.Allah berfirman:

11:100. Itu adalah sebahagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan)
yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang
masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.

11:120. Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-
kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman.
20:99. Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat
yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami
suatu peringatan (Al Qur’an).

11 | P a g e
3. Fungsi Al-Qur’an

Fungsi utama Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia dan mukjizat
bagi kerasulan Muhammad saw. Al-Qur’an memberikan aturan-aturan keagamaan
yang menjadi petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Sebagai mukjizat, Al-Qur’an diturunkan oleh Allah untuk
menjadi bukti kebenaran kerasulan Muhammad saw terutama bagi para penentang
dakwah-dakwah beliau.

Fungsi Al-Qur’an sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Ia bukan


sekedar kitab bacaan biasa tetapi adalah buku suci yang menjadi pedoman dalam
segala urusan kehidupan umat Islam di dunia. Ia menjadi rujukan utama ketika umat
Islam ingin membangun formulasi hukum, etika, politik, sosial-kemasyarakatan
dan sebagainya. Untuk lebih mempermudah memahami fungsi-fungsi Al-Qur’an
berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan fungsinya bagi
kehidupan umat Islam.

1. Sebagai petunjuk dari Allah swt kepada manusia

Allah berfirman:
2:185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang batil)….”

2. Sebagai bukti (mukjizat) kebenaran risalah Nabi Muhammad saw.

Allah berfirman:
7:203. Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur’an kepada mereka,
mereka berkata: “Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?” Katakanlah:
Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku.
Al Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman.

12 | P a g e
3. Sebagai pemisah antara yang Haq dan yang Bathil

Allah berfirman:
2:185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang batil)….”

4. Sebagai obat bagi penyakit-penyakit hati

Allah berfirman:

10:57. Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

5. Sebagai nasihat bagi orang-orang bertaqwa

Allah berfirman:

3:138. (Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

6. Sebagai pembenar kitab-kitab terdahulu

Allah berfirman:

35:31. Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur’an)
itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan)
hamba-hamba-Nya.

13 | P a g e
B. Sejarah Perkembangan Penulisan Al-Qur’an

Sejarah penulisan dan penyusunan dan penyebaran Al-Quran telah bermula


dari zaman Rasulullah SAW. Pada zaman ini, penyusunan telah mula dilakukan
oleh para sahabat Rasulullah SAW. Baginda menyuruh sahabat-sahabat agar
menulis ayat-ayat Al-Quran pada tulang, pelepah-pelepah, batu, kulit-kulit binatang
dan sebagainya. Rasulullah SAW juga menghafal ayat-ayat tersebut dan meminta
para sahabat yang lain menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
Prektik yang biasa berlaku dikalangan para sahabat tentang penulisan Al-
qur’an,menyebabkan nabi Muhammad melarang orang-orang menulis sesuatu
darinya kecuali alqur’an, “ dan siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al-
qur’an maka ia harus menghapusnya.
Sahabat-sahabat yang menjadi para penulis wahyu pada masa itu ialah Umar
bin Al-Khattab, Uthman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Muawiyyah bin Abi Suffian,
Zaid bin Thabit dan sebagainya.
Rasulullah SAW melarang para sahabat menulis selain dari pada ayat Al-
Quran karena khawatir akan bercampur aduk. Walau bagaimanapun pengumpulan
Al-Quran di zaman Rasulullah bukan dalam bentuk mashaf seperti di zaman
Saidina Utsman bin Affan karena jika terjadi kekeliruan, ia dapat diatasi langsung
oleh Rasulullah.SAW.Pada masa kehidupan Beliau ( Rosulullah ) seluruh Al-qur’an
sudah tersedia dalam bentuk tulisan.
Selepas Rasulullah SAW wafat, Saidina Abu Bakar dilantik menjadi
khalifah yaitu pada tahun ke-11 hijrah. Pada zaman ini terjadi peperangan Riddah
antara tentera Islam dan golongan yg murtad. Tidak sedikit tentera Islam yg hafaz
Al-Quran telah gugur dalam perang .
Menurut sebuah Riwayat jumlah yang wafat dari kalangan muslim yang
syahid sebanyak 1.000 orang diantara yang syahid terdapat 70 orang Qori’ dan
hafizh al-qur’an dan ada yang berpendapat lebih dari itu. Dan ini menimbulkan
kekhawatiran di hati Saidina Abu Bakar akan hilangnya Al-Quran.
Atas saran dan desakan Saidina Umar bin Al-Khattab, Khalifah Abu Bakar
mengambil keputusan untuk mengumpulkan/menyusun Al-Quran. Beliau telah

14 | P a g e
memerinthkan Zaid bin Thabit, Ubay bin Kaab, Ali bin Abi Talib dan Utsman bin
Affan untuk menjalankan tugas ini.
Khalifah Abu Bakar juga menetapkan bahawa penulisan Al-Quran harus
berdasarkan sumber tulisan Al-Quran yg terdapat pada Rasulullah dan sumber
hafalan para sahabat. Ayat yg ditulis harus disaksikan oleh dua orang saksi.
Pengumpulan Al-Quran selesai dilakukan pada tahun ke-13 hijrah dan dinamakan
mushaf. Setelah kematian Khalifah Abu Bakar, Mushaf Al-Quran disimpan oleh
Khalifah Umar dan kemudian oleh Hafsah.
Di masa pemerintahan Khalifatur Rasul Abu Bakar ash-Shiddiq R.A, terjadi
perang Yamamah yang mengakibatkan banyak sekali para qurra’/ para huffazh
(penghafal al-Qur`an) terbunuh. Akibat peristiwa peperangan tersebut, Umar bin
Khaththab merasa khawatir akan hilangnya sebagian besar ayat-ayat al-Qur`an
yang ada pada hafalan para suhada’ ( akibat wafatnya para huffazh ). Maka beliau
berpikir tentang pengumpulan al-Qur`an yang masih ada di lembaran-lembaran,
batu, pelapah kurma,tulang dan pada tempat lain.
Pada dialog dibawah ini mengambarkan proses awal pembukuan Al-qur’an.
Zaid bin Tsabit berkata : Abu Bakar telah mengirim berita kepadaku tentang korban
Perang Ahlul Yamamah. Saat itu Umar bin Khaththab berada di sisinya.Abu Bakar
ra berkata: bahwa Umar telah datang kepadanya lalu ia berkata: “Sesungguhnya
peperangan sengit terjadi di hari Yamamah dan menimpa para qurra’ (para
huffazh). Dan aku merasa khawatir dengan sengitnya peperangan terhadap para
qurra (sehingga mereka banyak yang terbunuh) di negeri itu. Dengan demikian akan
hilanglah sebagian besar al-Qur`an.” Abu Bakar berkata kepada Umar: “Bagaimana
mungkin aku melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasul saw?”
Umar menjawab: “Demi Allah ini adalah sesuatu yang baik.” Umar selalu
mengulang-ulang kepada Abu Bakar hingga Allah memberikan kelapangan pada
dada Abu Bakar tentang perkara itu. Lalu Abu Bakar berpendapat seperti apa yang
dipandang oleh Umar.Zaid bin Tsabit melanjutkan kisahnya. Abu Bakar telah
mengatakan kepadaku, “Engkau laki-laki yang masih muda dan cerdas. Kami
sekali-kali tidak pernah memberikan tuduhan atas dirimu, dan engkau telah menulis
wahyu untuk Rasulullah saw sehingga engkau selalu mengikuti al-Qur`an, maka

15 | P a g e
kumpulkanlah ia.”Demi Allah seandainya kalian membebaniku untuk
memindahkan gunung dari tempatnya, maka sungguh hal itu tidaklah lebih berat
dari apa yang diperintahkan kepadaku mengenai pengumpulan al-Qur`an. Aku
bertanya: “Bagaimana kalian melakukan perbuatan yang tidak pernah dilakukan
oleh Rasulullah saw?” Umar menjawab bahwa ini adalah sesuatu yang baik. Umar
selalu mengulang-ulang perkataaannya sampai Allah memberikan kelapangan pada
dadaku seperti yang telah diberikannya kepada Umar dan Abu Bakar ra. Maka aku
mulai menyusun Al-Qur`an dan mengumpulkannya dari pelepah kurma, tulang-
tulang, dari batu-batu tipis, serta dari hafalan para sahabat, hingga aku dapatkan
akhir surat at-Taubah pada diri Khuzaimah al-Anshari yang tidak aku temukan dari
yang lainnya.
surat at-Taubah ayat: 9 .
Artinya:
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olenya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin. (QS. At-Taubah [9]: 128)
Pengumpulan al-Qur`an yang dilakukan Zaid bin Tsabit ini tidak
berdasarkan hafalan para huffazh saja, melainkan dikumpulkan terlebih dahulu apa
yang tertulis di hadapan Rasulullah saw. Lembaran-lembaran Al-Qur`an tersebut
tidak diterima, kecuali setelah disaksikan dan dipaparkan di depan dua orang saksi
yang menyaksikan bahwa lembaran ini merupakan lembaran yang ditulis di
hadapan Rasulullah saw. Tidak selembar pun diambil kecuali memenuhi dua syarat:
1. Harus diperoleh secara tertulis dari salah seorang sahabat.
2. Harus dihafal oleh salah seorang dari kalangan sahabat.
Bukti ketelitiannya, hingga pengambilan akhir Surat at-Taubah sempat
terhenti karena tidak bisa dihadirkannya dua orang saksi yang menyaksikan bahwa
akhir Surat at-Taubah tsb ditulis di hadapan Rasululllah saw, kecuali kesaksian
Khuzaimah saja. Para sahabat tidak berani menghimpun akhir ayat tersebut, sampai
terbukti bahwa Rasulullah telah berpegang pada kesaksian Khuzaimah, bahwa

16 | P a g e
kesaksian Khuzaimah sebanding dengan kesaksian dua orang muslim yang adil.
Barulah mereka menghimpun lembaran yang disaksikan oleh Khuzaimah tersebut.
Demikianlah, walaupun para sahabat telah hafal seluruh ayat al-Qur`an,
namun mereka tidak hanya mendasarkan pada hafalan mereka saja. Akhirnya,
rampung sudah tugas pengumpulan al-Qur`an yang sangat berat namun sangat
mulia ini. Perlu diketahui, bahwa pengumpulan ini bukan pengumpulan al-Qur`an
untuk ditulis dalam satu mushhaf, tetapi sekedar mengumpulkan lembaran-
lembaran yang telah ditulis di hadapan Rasulullah saw ke dalam satu tempat.
Lembaran-lembaran al-Qur`an ini tetap terjaga bersama Abu Bakar selama
hidupnya. Kemudian berada pada Umar bin al-Khaththab selama hidupnya.
Kemudian bersama Ummul Mu`minin Hafshah binti Umar ra sesuai wasiat Umar.
Setelah Umar bin khotob wafat jabatan Kholifah digantikan Amirul
Mu`minin Utsman bin Affan ra. Di wilayah-wilayah yang baru dibebaskan, sahabat
nabi yang bernama Hudzaifah bin al-Yaman terkejut melihat terjadi perbedaan
dalam membaca al-Qur`an. Hudzaifah melihat penduduk Syam membaca al-Qur`an
dengan bacaan Ubay bin Ka’ab. Mereka membacanya dengan sesuatu yang tidak
pernah didengar oleh penduduk Irak. Begitu juga ia melihat penduduk Irak
membaca al-Qur`an dengan bacaan Abdullah bin Mas’ud, sebuah bacaan yang tidak
pernah didengar oleh penduduk Syam. Implikasi dari fenomena ini adalah adanya
peristiwa saling mengkafirkan di antara sesama muslim. Perbedaan bacaan tersebut
juga terjadi antara penduduk Kufah dan Bashrah.
Hudzaifah pun marah. Kedua matanya merah. Hudzaifah berkata,
“Penduduk Kufah membaca qiraat Ibnu Mas’ud, sedangkan penduduk Bashrah
membaca qiraat Abu Musa. Demi Allah jika aku bertemu dengan Amirul
Mu`minin, sungguh aku akan memintanya untuk menjadikan bacaan tersebut
menjadi satu.” Sekitar tahun 25 H, datanglah Huzaifah bin al-Yaman menghadap
Amirul Mu`minin Utsman bin Affan di Madinah.
Hudzaifah berkata, “Wahai Amirul Mu`minin, sadarkanlah umat ini
sebelum mereka berselisih tentang al-Kitab (al-Qur`an) sebagaimana perselisihan
Yahudi dan Nasrani.”

17 | P a g e
Utsman kemudian mengutus seseorang kepada Hafshah agar Hafshah
mengirimkan lembaran-lembaran al-Qur`an yang ada padanya kepada Utsman
untuk disalin ke dalam beberapa mushhaf, dan setelah itu akan dikembalikan
lagi.Hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran al-Qur`an itu kepada Utsman.
Utsman lalu memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin
al-‘Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalinnya ke dalam
beberapa mushhaf.
Saat proses penyalinan mushhaf berjalan, mereka hanya satu kali
mengalami kesulitan, yakni adanya perbedaan pendapat tentang penulisan kata “at-
Taabut”.
Seperti diketahui, yang mendiktekannya adalah Said bin al-Ash dan yang
menuliskannya adalah Zaid bin Tsabit. Semua dilakukan di hadapan para sahabat.
Ketika Said bin al-Ash mendiktekan kata at-Taabuut maka Zaid bin Tsabit
menuliskannya sebagaimana ditulis oleh kaum Anshar yaitu at-Taabuuh, karena
memang begitulah menurut bahasa mereka dan begitulah mereka menuliskannya.
Tetapi anggota tim lain memberitahukan kepada Zaid bahwa sebenarnya kata itu
tertulis di dalam lembaran-lembaran al-Qur`an dengan Ta` Maftuhah, dan mereka
memperlihatkannya ke Zaid bin Tsabit. Zaid bin Tsabit memandang perlu untuk
menyampaikan hal itu kepada Utsman supaya hatinya menjadi tenang dan semakin
teguh. Utsman lalu memerintahkan mereka agar kata itu ditulis dengan kata seperti
dalam lembaran-lembaran al-Qur`an yaitu dengan Ta` Mahtuhah. Sebab hal itu
merupakan bahasa orang-orang Quraisy, lagi pula al-Qur`an diturunkan dengan
bahasa mereka. Akhirnya ditulislah kata tersebut dengan Ta` Maftuhah.
Demikianlah, mereka tidak berbeda pendapat selain dari perkara itu, karena
mereka hanya menyalin tulisan yang sama dengan yang ada pada lembaran-
lembaran al-Qur`an, dan bukan berdasarkan pada ijtihad mereka.
Tertib atau urutan ayat-ayat Al-qur’an adalah Tauqifi,ketentuan dari
Rosulullah,sebagian ulama’ meriwayatkan bahwa pendapat ini adalah ijma’.
Setelah mereka menyalin lembaran-lembaran tersebut ke dalam mushhaf,
Utsman segara mengembalikannya kepada Hafshah.

18 | P a g e
Utsman kemudian mengirimkan salinan-salinan mushhaf ke seluruh
wilayah negeri Islam agar orang-orang tidak berbeda pendapat lagi tentang al-
Qur`an. Jumlah salinan yang telah dicopy sebanyak tujuh buah.
Tujuh salinan tersebut dikirimkan masing-masing satu copy ke kota
Makkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah dan Madinah. Mushhaf inilah
yang kemudian dikenal dengan nama Mushhaf Utsmani.
Utsman kemudian memerintahkan al-Qur`an yang ditulis oleh sebagian
kaum muslimin yang bertentangan dengan Mushhaf Utsmani yang mutawatir
tersebut untuk dibakar. Ali Bin Abi tholib berkata :Demi Allah ,dia tidak melakukan
apa-apa dengan pecahan-pecahan ( Mushaf ) kecuali dengan persetujuan kita
semua”.Pada masa pemerintahan Sayidina Ali bin Abi Tolib tidak ada perubahan
dan tetapseperti zaman Usman Bin Affan.
Pada masa berikutnya kaum muslimin menyalin mushhaf-mushhaf yang
lain dari mushhaf Utsmani tersebut dengan tulisan dan bacaan yang sama hingga
sampai kepada kita sekarang.
Pada masa pemerintahan Mu’awiyah ( 60 H/679 M ),dia menerima perintah
untuk melaksanakan tanda titik kedalam naskah mushaf, yang kemungkinan dapat
terselesaikan pada tahun 50 H/670 M.
Adapun pembubuhan tanda syakal berupa fathah, dhamah, dan kasrah
dengan titik yang warna tintanya berbeda dengan warna tinta yang dipakai pada
mushhaf yang terjadi di masa Khalifah Muawiyah dilakukan untuk menghindari
kesalahan bacaan bagi para pembaca al-Qur`an yang kurang mengerti tata bahasa
Arab.
Pada masa Daulah Abbasiyah, tanda syakal ini diganti. Tanda dhamah
ditandai dengan dengan wawu kecil di atas huruf, fathah ditandai dengan alif kecil
di atas huruf, dan kasrah ditandai dengan ya` kecil di bawah huruf. Begitu pula
pembubuhan tanda titik di bawah dan di atas huruf di masa Khalifah Abdul Malik
bin Marwan dilakukan untuk membedakan satu huruf dengan huruf lainnya.
Dengan demikian, al-Qur`an yang sampai kepada kita sekarang adalah sama
dengan yang telah dituliskan di hadapan Rasulullah saw. Allah SWT telah

19 | P a g e
menjamin terjaganya al-Qur`an. Tidak ada orang yang berusaha mengganti satu
huruf saja dari al-Qur`an kecuali hal itu akan terungkap.
Allah SWT berfirman:
Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur`an dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9)
Awal mula belajar menulis diantara orang Arab ialah Basyir bin Abdul
Malik saudara Ukaidar daumah, ia belajar pada orang Al-Anbar, Harb dan anaknya
Sufyan belajar menulis padanya, kemudian Harb mengajar Umar bin Khattab.
Mu’awiyyah belajar pada Sufyan Bapak kecilnya tulisan orang Al-Anbar,
kemudian diperbaiki (disempurnakan)oleh Ulama Kufah.
Tulisan itu tiada berbaris dan tiada bertitik. kemudian bentuk tulisan itu
diperbaiki oleh Abu Ali Muhamad bin Ali bin Muqlah dan kemudian diperbaiki
lagi oleh Ali bin Hilal Al Bagdady yang terkenal dengan nama Ibnu Bawab.
Setelah banyak yang bukan orang arab masuk islam, mulailah ada
kecederaan dalam pembacaan Alquran, Maka timbullah kakhawatiran para ulama
bahwa Alquran akan mengalami kecederaan-kecederaan. Ketika itu Ziyad bin
Abihi meminta kepada Abul Aswad Ad-Duali salah seorang ketua tabi’in untuk
membuat tanda-tanda bacaan. Lalu Abul aswad Ad-Duali memberi baris huruf dan
penghabisan dari kalimah saja dengan memakai titik di atas sebagai baris di atas,
titik di bawah sebagai tanda baris di bawah dan titik di samping sebagai tanda di
depan dan dua titik sebagai tanda baris dua.
Usaha menberi titik huruf Alquran itu dikerjakan oleh Nashar bin Ashim
atas perintah Al-Hajjaj. Urusan memberi baris dikerjakan oleh Khalil bin Ahmad.
Khalil Bin ahmad memberi sistem baris Abul Aswad Ad-Duali dengan menjadikan
alif yang dibaringkan di atas huruf, tanda baris di atas dan yang dibawah huruf tanda
baris di bawah, dan wau tanda baris di depan dan membuat tanda mad (panjang
bacaan) dan tsdyd (tanda huruf ganda).
Setelah itu barulah penghafal-penghafal Alquran membuat tanda-tanda
ayat, tanda tanda wakaf (berhenti) dan ibtida (mulai) serta menerangkan di pangkal-
pangkal surat, nama surat dan tempat tempat turunnya di Mekah atau Madinah dan
menyebutkan bilangan ayat nya.

20 | P a g e
Selain itu ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa yang mula mula
memberi titik dan baris ialah Al-Hasan Al-Bishry dengan suruhan Abdul Malik bin
Marwan. Abdil Malik bin Warwan memerintahkan kepada Al-hajjaj dan Al-
hajjaj menyuruh Al-Hasan Al-Bishry dan Yahya bin Ya’mura,murid Abul Aswad
Ad- Duali
Permulaan Al-Qur’an dicetak menurut sejarah Al-Qur’an pertama kali Al-
Qur’an dicetak dan diterbitkan di Vinece sekitar tahun 1530 M, kemudian di Basel
pada 1543, tetapi kemudian dimusnahkan atas perintah penguasa gereja. Pada
tahun 1694 M atau sekita tahun 1106 H, seorang jerman yang bernama
Hinckelmann telah berhasil mencetak Alquran pertama di kota Hamburg.

C. CABANG-CABANG ILMU AL QUR’AN


Al-Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad
saw.Sebagai risalah yang universal .Dan merupakan sebuah petunjuk bagi semua
manusia yang lengkap dan komprehensif. Al-Qur’an memperkenalkan dirinya
dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan
kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah swt., dan ia adalah kitab yang
senantiasa dipelihara oleh Allah sampai hari akhir nanti. Untuk memahami al-
Qur’an dengan benar perlu didukung oleh ilmu-ilmu yang berbicara khusus tentang
persoalan al-Qur’an dari segi asbab al-nuzul, cara pengumpulan Al-Qur’an, cara
membaca (ilmu qira’at), ayat-ayat muhkam dan mutasyabih, I’rab al-Qur’an, kisah-
kisah dalam al-Qur’an, tafsir al-Qur’an dan lain sebagainya. Semua itu dibahas
tuntas dalam Ulumul Qur’an. Ilmu al-Qur'an atau 'Ulumul Qur'an adalah
pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur'an. Sebagian pokok-pokok
pembahasan ilmu al-Qur'an dapat ditinjau dari segi turunnya ayat, urut-urutan ayat,
pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan ayat, tafsir ayat, i'jaz, nasikh dan
mansukh, atau bantahan terhadap hal yang menyebabkan keraguan terhadap al-
Qur'an.Berikut adalah cabang Ilmu-ilmu Al-Qur’an :
1. Ilmu Mawathin al-Nuzul
Ilmu ini menerangkan tempat-tempat turun ayat, masanya, awalnya, dan
akhirnya.

21 | P a g e
2. Ilmu tawarikh al-Nuzul
Ilmu ini menjelaskan masa turun ayat dan urutan turunnya satu persatu,
dari permulaan sampai akhirnya serta urutan turun surah dengan sempurna.
3. Ilmu Asbab al-Nuzul Ilmu ini menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat.
4. Ilmu Qiraat Ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan Al-Qur'an yang
telah diterima dari RasulSAW. Ada sepuluh Qiraat yang sah dan beberapa
macam pula yang tidak sah.
5. Ilmu Tajwid Ilmu ini menerangkan cara membaca Al-Qur'an dengan baik.
Ilmu ini menerangkandi mana tempat memulai, berhenti, bacaan panjang
dan pendek, dan sebagainya.
6. Ilmu Gharib Al-Qur'an Ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil
dan tidak terdapat dalam kamus-kamus bahasa Arab yang biasa atau tidak
terdapat dalam percakapan sehari-hari. Ilmuini berarti menjelskan makna
kata-kata yang pelik dan tinggi.
7. Ilmu I'rab Al-Qur'an Ilmu ini menerangkan baris kata-kata Al-Qur'an dan
kedudukannya dalam susunankalimat.
8. Ilmu Wujuh wa al-Nazair Ilmu ini menerangkan kata-kata Al-Qur'an yang
mengandung banyak arti danmenerangkan makna yang dimaksud pada
tempat tertentu.
9. Ilmu Ma'rifah al-Muhkam wa al-Mutasyabih Ilmu ini menjelaskan ayat-ayat
yang dipandang muhkam (jelas maknanya) dan yangmutasyabihat (samar
maknanya, perlu ditakwil).
10. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh Ilmu ini menerangkan ayat-ayat yang dianggap
mansukh (yang dihapuskan) olehsebagian mufassir.
11. Ilmu Badai' Al-Qur'an Ilmu ini bertujuan menampilkan keindahan-
keindahan Al-Qur'an dari sudut kesusastraan, keanehan-keanehan, dan
ketinggian balaghahnya
12. Ilmu I'jaz Al-Qur'an Ilmu ini menerangkan kekuatan susunan dan
kandungan ayat-ayat Al-Qur'an sehingga dapat membungkam para
sastrawan Arab.

22 | P a g e
13. Ilmu Tanasub Ayat Al-Qur'an Ilmu ini menerangkan persesuaian dan
keserasian antara suatu ayat dan ayat yang didepan dan yang dibelakangnya.
14. Ilmu Aqsam Al-Qur'an Ilmu ini menerangkan arti dan maksud-maksud
sumpah Tuhan yang terdapat dalam Al-Qur'an.
15. Ilmu Amtsal Al-Qur'an Ilmu ini menerangkan maskud perumpamaan-
perumpamaan yang dikemukan Al-Qur'an.
16. Ilmu Jidal Al-Qur'an Ilmu ini membahas bentuk-bentuk dan cara-cara debat
dan bantahan Al-Qur'an yang dihadapkan kepada kamu Musyrik yang tidak
bersedia menerima kebenaran dari Tuhan.
17. Ilmu Adab Tilawah Al-Qur'an Ilmu ini memaparkan tata-cara dan
kesopanan yang harus diikuti ketika membaca Al-Qur'an.

Ramli Abdul Wahid menambahkan ilmu tafsir sebagai bagian dari Ulumul
Qur'an .Ilmu tafsir berfungsi sebagai alat untuk mengungkap isi dan pesan yang
terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Menurunya, Ulumul Qur'an lebih umum
dari ilmu tafsir karena Ulumul Qur'an ialah segala ilmu-ilmu yang mempunyai
hubungan dengan Al-Qur'an. Ilmu tafsir tidak kurang penting dari ilmu-ilmu
tersebut di atas, terutamasetelah berkembang dengan menampilkan berbagai
metodologi, corak, dan alirannya.Pintu ilmu ini selalu terbuka kepada setiap ulama
yang datang kemudian untuk memasuki persoalan-persoalan yang belum terjamah
para ulama terdahulu karenafaktor-faktor tertentu

23 | P a g e
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Al-Quran bagaikan air segar ditengah kekeringan, menjadi pelepas dahaga


bagi orang-orang yang kehausan spiritual dan bagaikan cahaya yang
menuntun dalam kegelapan dan kesesatan serta menjadi rahmat bagi orang-
orang yang beriman.Al-Qur’an memiliki nama-nama lain dengan makna
yang luar biasa .Dalam Al-Qur’an terdapat kandungan isi yang mencakup
segala sendi kehidupan . Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk atau
pedoman hidup umat Islam dan sebagai obat hati.
2. Dalam sejarah perkembangan penulisan Al-Qur’an penuh dengan
perjalanan yang berliku-liku hingga menjadi sebuah mushaf yang ada
sekarang ini.
3. Ulumul Qur’an atau cabang ilmu Al-Qur’an adalah salah satu jalan yang
bisa membawa dalam memahami al-Qur’an. Kita juga perlu mengetahui
pengertian Ulumul Qur’an, pokok pembahasan dan perkembangan Ulumul
Qur’an serta siapa saja tokoh-tokoh penting yang berperang dalam
mendongkrak munculnya ilmu ini.

24 | P a g e
B. Saran

Sejalan dengan Kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut:

1. Sebagai Umat Islam Hendaknya sadar bahwa Al-Qur’an adalah pedoman


dan petunjuk bagi kehidupan dan mampu memahami makna yang
terkandung dalam isi kandungan Al-Qur’an . Memahami Nama-nama lain
Al-Qur’an dan mengetahui fungsi Al-Qur’an .
2. Mengetahui proses dan perkembangan penulisan Al-Qur’an yang penuh
dengan lika-liku .
3. Dalam proses memahami hendaknya di dukung dengan ulumul Al-Qur’an
atau cabang ilmu Al-Qur’an . karena beberapa cabang ilmu Al-Qur’an adalah salah
satu jalan yang bisa membawa dalam memahami al-Qur’an dengan baik.

25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’anul Karim.
2. Manna Kholil al-Qur’an : STUDI ILMU-ILMU QUR’AN, Jakarta, Inter Masa
(Lintera Antar Nusa ),1996
3. Prof.Dr.M.M.Al-A’zami : THE HISTORY THE QUR’ANIC TEXT( from
relevationto compilation ). Jakarta, Gema Insani, 2005
4. https://almanhaj.or.id/

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai