Kerugian :
- Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama,
besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung. Dapat
menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta,
vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga
menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana
akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun
anoksia janin.
- Ibu mengalami gangguan untuk bernafas
- Buang air kecil terganggu
- Mobilisasi ibu kurang bebas
- Ibu kurang semangat
- Resiko laserasi jalan lahir bertambah
- Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung
- Rasa nyeri yang bertambah.
2. Posisi Miring
Ibu miring kiri atau kanan, salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki
lainnya diluruskan (posisi lateral). Dilakukan bila kepala bayi belum tepat.
Keuntungan :
- Peredaran darah balik ibu menjadi lancar
- Kontraksi uterus akan lancar
- Mempermudah bidan dalam menolong persalinan
- Persalinan berlangsung nyaman
3. Posisi merangkak
Kedua tangan ibu menyanggah tubuh, kedua kaki ditekuk dan dibuka
Keuntungan :
- Posisi paling baik ketika ibu mengalami nyeri pada punggung
- Dapat mengurangi rasa sakit
- Mengurangi keluhan hemoroid
- Mengurangi peregangan pada perenium
- Penurunan kepala janin lebih dalam ke panggul
4. Posisi jongkok
Keuntungan :
- Memperluas rongga panggul
- Proses persalinan lebih mudah
- Menggunakan gaya grafitasi
- Mengurangi trauma pada perenium
Keuntungan :
- Memudahkan melahirkan kepala bayi
- Membuat ibu nyaman
- Jika merasa lelah, ibu bisa beristirahat dengan mudah
Kerugian : rongga panggul menjadi sempit
CARA MENERAN
Beberapa cara meneran menurut berbagai somber yang dapat dilakukan
yaitu
1. Menurut Manuaba (2001), cara meneran yaitu :
Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama
kontraksi
Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran
Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi
Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih
muda untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan
dagu ke dada
Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.
3) Ekspulsi
Akhir kala II ditandai dengan kepala sudah didasar panggul, perineum
menonjol, vulva menganga dan anus membuka. Di puncak his, bagian kecil
dari kepala nampak dalam vulva tetapi hilang lagi waktu his terhenti. Maju
surutnya kepala berlangsung terus hinga lingkaran terbesar dari kepala
teregang oleh vulva, sehingga tidak dapat mundur. Saat kepala berada didasar
panggul terjadi ekstensi pada kepala janin, karena pintu bawah panggul
menghadap ke depan dan atas, agar kepala dapat melewatinya. Setelah kepala
lahir maka terjadi putaran paksi luar karena ukuran bahu menempati posisi
diameter antero posterior dari pintu bawah panggul.
Setelah putaran paksi luar maka bahu depan berada dibawah simpisis
dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Dengan sedikit
bantuan maka bahu depan akan menyusul dan selanjutnya badan anak akan
lahir seluruhnya sesuai jalan lahir.
PERUBAHAN FISIOLOGIS UMUM
b. Tekanan darah
- Tekanan darah dapat meningkat selama kontraksi hingga 15-25 mmHg
- Rata-rata, peninngkatan tekanan darah 10 mmHg diantara kontraksi ketika
wanita telah meneran
c. Metabolisme
- Upaya meneran pada ibu meningkatkan aktifitas otot-otot rangka sehingga
meningkatkan metabolisme
d. Denyut nadi
- Frekuensi nadi meningkat
- Tachicardi pada puncak persalinan
e. Suhu
- Peningkatan suhu normal pada persalinan sampai 10C
f. Pernafasan
- Terjadi peningkatan frekuensi nafas
g. Perubahan gastro intestinal
- Penurunan motilitas lambung dan absorbsi
- Normalnya muntah hanya sekali pada kala II
h. Perubahan ginjal
- Peningkatan filtrasi glomerulus
- Terjadinya poliuri
i. Perubahan haematologic
- Haemoglobin meningkat sampai 1,2 gr% ml
Asuhan kala II
1. Pemantauan ibu
tanda-tanda dan gejala kala II
lama kala II rata2 menurut Friedman adalah satu jam untuk primigravida dan 15
menit untuk multipara
pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida atau 1 jam bagi
multipara dianggap sudah abnormal oleh mereka yang setuju dengan pendapat
Friedman tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan perlunya melahirkan
bayi dengan forceps atau vacum ekstraksi.
kontraksi selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama, yaitu kira2 2
menit, yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin
ekspulsif sifatnya.
2. Pemantauan janin
a. denyut jantung janin (DJJ)
syok
dehidrasi
infeksi
preeklampsia/eklampsia
inersia uteri
gawat janin
penurunan kepala terhenti
adanya gejala dan tanda distosia bahu
pewarnaan mekonium pada cairan ketuban
kehamilan ganda(kembar/gemelli)
tali pusat menumbung/lilitan tali pusat
Asuhan Dukungan
pemberian rasa aman, dukungan dan keyakinan kepada ibu bahwa
ibu mampu bersalin
membantu pernafasan
membantu teknik meneran
ikut sertakan serta menghormati keluarga yang menemani
berikan tindakan yang menyenangkan
penuhi kebutuhan hidrasi
penerapan Pencegahan Infeksi (PI)
pastikan kandung kemih kosong
Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan
nyaman selama proses persalinan.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang
paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan
menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya
dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan
untuk keluarga saya yang sedang hamil?”
Kala II
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai
keluarnya bayi.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya
oleh suami dan anggota keluargayang lain.
2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain : (a)
Membantu ibu untuk berganti posisi. (b) Melakukan rangsangan taktil. (c)
Memberikan makanan dan minuman. (d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang
baik. (e) Memberikan dukungan dan semangat
selama persalinan sampaikelahiran bayinya.
3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran –
dengan cara : (a) Memberikandukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga.
(b) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan. (c) Melakukan pendampingan
selama proses persalinan dan kelahiran.
4. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara
memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk
meneran – dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
7. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara : (a) Mengurangi perasaan
tegang. (b) Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. (c)
Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuansetiap tindakan penolong. (d)
Menjawab pertanyaan ibu. (e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya. (f)
Memberitahu hasil pemeriksaan.
8. Pencegahan infeksi pada kala II dengan
membersihkan vulva dan perineum ibu.
9. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
2. Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan
tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang
tepat (dibahas di bagian selanjutnya) dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan
mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi
pada diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian
kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Bimbing ibu untuk meneran
dan beristirahat atau bernafas dengan cepat pada waktunya. Gambar 3-4
memperagakan bagaimana cara membimbing ibu untuk melahirkan kepala bayi.
Gambar 3-4: Bimbingan Saat Membantu Kelahiran Kepala Bayi
Disadur dari Beck, Buffington & Mc Dermot, 1998
3. Melahirkan Kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering
yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di
atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum
dengan satu tangan (dibawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah sisi
perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang
kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat
keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.
Jangan melakukan pengisapan lendir secara rutin pada mulut dan hidung bayi.
Sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir tersebut secara alamiah
pada dengan mekanisme bersin dan menangis saat lahir. Pada pengisapan lendir
yang terlalu dalam, ujung kanul pengisap dapat menyentuh daerah orofaring yang
kaya dengan persyarafan parasimpatis sehingga dapat menimbulkan reaksi vaso-
vagal. Reaksi ini menyebabkan perlambatan denyut jantung (bradikardia) dan/atau
henti napas (apnea) sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa bayi (Enkin,
et al, 2000). Dengan alasan itu maka pengisapan lendir secara rutin menjadi tidak
dianjurkan.
Selalu isap mulut bayi lebih dulu sebelum mengisap hidungnya. Mengisap hidung
lebih dulu dapat menyebabkan bayi menarik nafas dan terjadi aspirasi mekonium
atau cairan yang ada di mulutnya. Jangan masukkan kateter atau bola karet
penghisap terlalu dalam pada mulut atau hidung bayi. Hisap lendir pada bayi
dengan lembut, hindari pengisapan yang dalam dan agresif
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada
sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak
terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua
dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu.
Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara
kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan
selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti
dengan baik.
Gambar: Memotong Tali Pusat
Persiapan Alat
1. Meja instrumen yang dialasi doek steril berisi :
a. 6 klem Arteri/kocher
b. 1 gunting tali pusat
c. 1 pengikat tali pusat
d. 1 kateter nelaton
e. 1 gunting episiotomi
f. 1 pengukur meteran
g. 1 klem ½ kocher
h. 3 handscoen kanan
i. 2 handscoen kiri
j. 5 doek steril
k. kain kasa steril
l. 1 nald vodher
m. 1 pincet anatomis
n. 1 jarum jahit (1 bulat &1 runcing)
o. cat gut 3/0
2. Non steril
a. 1 penghisap lendir De Lee
b. 1 partograf
c. 1 stetoskop monoral
d. 1 pengukur waktu
e. 1 tensimeter
f. larutan klorin 0,5 % dalam wadah
g. larutan DTT dalam com
h. larutan deterjen dalam com
i. kapas sublimat
j. 1 Sikat kuku
k. 1 scort plastik
l. 1 perlak dan alasnya
m. 1 kantong plastik
n. 1 tempat sampah tajam
o. 1 tempat sampah kering
p. 1 ember tertutup
q. 1 timbangan bayi
5. Memasang perlak
6. Membawa alat-alat kedekat pasien
7. Memakai celemek
8. Penolong mencuci tangan