Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

Di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang

Disusun Oleh :

Maharani Indriana Koli

P1337420215081

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pendahuluan
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di
hipotalamus. Demam terjadi pada oral temperature >37,20. Demam
biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit),
penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Kaneshiro & Zieve,
2010).
Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif
bermacam-macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari
banyak penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit
kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lainnya.
Salah satu penanganan demam adalah dengan memberikan obat-
obatan. Obat yang dapat mengatasi demam adalah obat anti pireutik, salah
satu diantara obat anti pireutik ini adalah parasetamol.

B. Definisi
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi
sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat
termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior. Suhu tubuh
normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena
adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur
keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh
otot dan hati, dengan panas yang hilang. Dalam keadaan febris,
keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu dalam
tubuh. (Ngastiyah, 2005)
Definisi demam (febris) adalah suhu rectal yang lebih dari 380C
(100,4 0F). suhu normal dapat berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara
36,1 0C-380C (970F-100,4oF).

Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal


380C. demam merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab,
buakan suatu penyakit dan tidak terjadi dengan sendirinya.

C. Klasifikasi Febris

Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain adalah:

1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan mengigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalamsatu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang etrus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit


tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas. (Nurarif & Kusuma, 2013)

Menurut beberapa definisi tentang febris di atas, dapat disimpulkan


bahwa febris adalah peningkatan abnormal suhu badan minimal 380C
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak
dalam hipotalamus anterior.

D. Etiologi
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain
yang menyertai demam. (aplikasi nanda)
Febris umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus,
atau sebaliknya dapat disebabkan oleh setiap gangguan berikut:
1. Penyebab umum febris pada bayi antara lain infeksi saluran pernapasan
atas dan bawah, faringitis, otitis media, dan infeksi virus umum dan
enteric. Reaksi vaksinasi dan pakaian yang terlalu tebal juga sering
menjadi penyebab demam pada bayi.
2. Penyebab febris yang lebih serius antara lain infeksi saluran kemih,
pneumonia, bakteremia, meningitis, osteomielitis, atritis septic, kanker,
gangguan imunologik, keracunan atau overdosis obat, dan dehidrasi.
(Muscari, 2001)

E. Manifestasi Klinis
1. Pasien gelisah (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

(Nurarif & Kusuma, 2013)

F. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set
point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas
berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point (Julia,2000)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
klien terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(noninfeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas sel makrofag dan sel limfosit T untuk memerangi zat
asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam
amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau system kekebalan
tubuh. Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau
krisis/flush.
Menggigil, bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari
tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari
kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya
memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.
Krisis/flush, bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan
mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada
pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Corwin,
2000)

G. Komplikasi
Menurut Julia (2000), komplikasi yang sering terjadi pada
penderita febris diantaranya adalah
1. Dehidrasi
2. Kejang demam
H. Pathway

Infeksi zat asing masuk ke Merangsang sistem Melapaskan


dalam tubuh pertahanan pirogen

Dari dalam tubuh Dari luar tubuh


(pirogen endogen)
(pirogen eksogen)

Reaksi menaikkan Dirangsang pelepasan asam


suhu tubuh arakidonat & produksi Membawa pesan ke
prostaglandin meningkat hipotalamus

Pembuluh di arteri sempit


&sekresi kelenjar keringat febris hipertermi Metabolisme basal meningkat
terhambat

Kekurangan volume Oksigen ke otak menurun Ketidakseimbangan nutrisi


cairan kurang dari kebutuhan
tubuh

Kejang demam TIK meningkat

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction.
I. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap
untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih
dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi
permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
anginografi, aortografi atau limfangiografi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit
perdarahan usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan
kreatinin harus dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi.
Hasil positif dinytakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative
palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah
mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang
dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan adanya
penyakit imunologik lain.
d. Urinalis
Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi
penyulit
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan
vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum
diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk.
Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin
diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan
untuk setiap penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan
perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan
DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman
yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan
(spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa
darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi (Soedarto,
2007)

J. Penatalaksanaan
1. Secara fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala
setiap 4-6 jam. Perhatikan apakan klien tidur gelisah, sering terkejut
atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata klien cenderung melirik
keatas atau apakah klien mengalami kejang-kejang. Demam yang
disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan
otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya
suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam
keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya
fungsi intelektual tertentu.
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan napas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai
oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
e. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh klien.
2. Obat-obatan antipiretik
Antipiretik bekerja secarasentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehingga set poin hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas di atas
normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi (Suriadi dan
Yuliani, R., 2001)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan febris adalah :
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala yang ditemukan pada kasus febris antara lain kelemahan,
malaise, kelelahan, merasa gelisah dan ansietas, cepat lelah dan
insomnia.
2. Sirkulasi
Tanda takikardi, kemerahan, tekanan darah hipotensi, kulit membrane
mukosa kotor, turgor buruk, kering dan lidah pecah-pecah akan
ditemukan pada pasien febris.
3. Integritas ego
Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta tanda
seperti menolak dan depresi juga akan ditemukan dalam pengkajian
integrits ego pasien.
4. Eliminasi
Pengkajian eiminasi akan menemukan gejala tekstur feses yang
bervariasi dari lunak sampai bau atau berair, perdarahan per rectal dan
riwayat batu ginjal dengan tanda menurunnya bising usus, tidak ada
peristaltik dan ada haemoroid.
5. Makanan dan cairan
Pasien akan mengalami anoreksia, mual, muntah, penurunan berat
badan dan tidak toleran terhadap diet. Dan tanda yang ditemukan
berupa penurunan lemak sub kutan, kelemahan hingga inflamasi
rongga mulut.
6. Hygiene
Pasien akan mengalami ketidakmampuan mempertahankan perawatan
diri dan bau badan.
7. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien dengan titik
nyeri yang dapat berpindah.
8. Keamanan
Pasien mengalami anemia hemolitik, vaskulotis, arthritis dan
peningkatan suhu tubuh dengan kemungkinan muncul lesi kulit.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d hipovolemia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan yang menurun.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan
dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi
yang tidak adekuat.
C. Analisa Data
Diagnosa yang muncul:
Dx Keperawatan & Batasan Karakteristik Fator yang
data focus berhubungan
Hipertermia (0007) 1. konvulsi 1. anastesia
Ds: Ibu klien 2. kulit kemerahan 2. penurunan
mengatakan 3. peningkatan suhu respirasi
kliennya panas tubuh di atas 3. dehidrasi
Do: normal 4. pemajanan
a. Suhu tubuh klien 4. kejang lingkugan yang
lebih dari 370C 5. takikardi panas
b. Kulit terasa 6. takipnea 5. penyakit
hangat 7. kulit terasa hangat 6. pemakaian pakaian
c. Kulit terlihat yang tidak sesuai
kemerahan dengan suhu
d. Kejang lingkungan
e. Takikardi 7. peningkatan laju
f. takipnea metabolism
8. medikasi
9. trauma
10. aktivitas
berlebihan
Ketidakseimbangan 1. Kram abdomen 1. Factor biologis
nutrisi kurang dari 2. Nyeri abdomen 2. Factor ekonomi
kebutuhan tubuh 3. Menghindari 3. Ketidakmampuan
(00002) makanan untuk
4. Berat badan 20 % mengabsorbsi
Ds
atau lebih dibawah nutrien
a. Ibu klien
berat badan ideal 4. Ketdakmampuan
mengatakan kliennya
5. Kerapuhan kapiler untuk mencerna
susah makan
b. Ibu Klien 6. Diare makanan
mengatakan kliennya 7. Kehilangan rambut 5. Ketidakmampuan
mengalami muntah berlebihan menelan makanan
Do 8. Bising usus 6. Factor psikologis
a. Klien tampak hiperaktif
lemas dan tak 9. Kurang makanan
memiliki stamina 10. Kurang informasi
b. Berat badan klien 11. Kurang minat pada
mengalami makanan
penurunan 12. Penurunan
c. Klien terlihat tidak beratbadan dengan
memilki nafsu makan asupan makanan
d. Membran mukosa adekuat
klien pucat 13. Kesalahan
e. Adanya sariawan konsepsi
f. Klien tampak 14. Kesalahan
menghindari informasi
makanan 15. Membrane mukosa
pucat
16. Ketidakmampuan
memakan makanan
17. Tonus otot
menurun
18. Mengeluh
gangguan sensasi
rasa
19. Mengeluh asupan
makanan berkurang
20. Cepat kenyang
setelah makan
21. Sariawan rongga
mulut

Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
(00204)
Ds:
a. Ibu klien
mengatakan
kliennya lemas
Do:
a. Kulit menjadi
kering
b. Capillary refill >3
detik
c. Terjadi peurunan
nadi

D. Intervensi

NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
1. Hipertermia(00007) NOC: NIC:
1. Hidration Temperature regulation
2. Adherence behavior (pengaturansuhu)
3. Immune status 1. Monitor suhu minimal
4. Risk control tiapdua jam
5. Risk detection 2. Rencklienan
Kriteriahasil: monitoring
1. Keseimbanganantarapro suhusecarakontinyu
duksipanas, panas yang 3. Monitor
diterima, tekanandarah,
dankehilanganpanas nadidanrespiratory
2. Seimbangantaraproduksi rate
panas, panas yang 4. Monitor
diterima, warnadansuhukulit
dankehilanganpanassela 5. Monitor tanda-
ma 28 tandahipertermidanhi
haripertamakehidupan potermi
3. Keseimbanganasambasa 6. Tingkatkan intake
bayibarulahir cairandannutrisi
4. Temperature stabil : 36,5 7. Selimutipasienuntukm
– 37,5°C encegahhilangnyakeh
5. Tidakadakejang angatantubuh
6. Tidakadaperubahanwarn 8. Ajarkanpada orang
akulit tuapasiencaramencega
7. Pengendalianrisiko: hkeletihklienibatpanas
hipertermia 9. Diskusikantentangpen
8. Pengendalianrisiko: tingnyapengaturansuh
hipotermia udankemungkinanefe
9. Pengendalianrisiko: k negative
proses menular darikedinginan
10. Pengendalianrisiko: 10. Beritahutentangindika
paparansinarmatahari siterjadinyakeletihand
anpenanganann
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkanindikasidarihi
potermiadanpenangan
an yang diperlukan
yang diperlukan
12. Berikan anti
piretikjikadiperlukan
2. Ketidakseimbangan NOC: NIC
nutrisi kurang dari 1. Nutritional status Weight Management
kebutuhan tubuh 2. Nutritional status: Food (1260)
(00002) and fluid intake 1. Binahubungandengan
3. Nutritional status: keluargaklien
nutrient intake 2. Jelaskankeluargaklien
4. Weight control mengenaipentingnyape
Kriteria Hasil: mberianmakanan,
1. Adanya peningkatan penambahanberatbada
berat badan sesuai ndankehilaganberatbad
dengan tujuan an
2. Berat badan ideal sesuai 3. Jelaskankelurgaklient
dengan tinggi badan entangkondisiberatba
3. Mampu mengidentifikasi danklien
kebutuhan nutrisi 4. Jelaskanresikodarikek
4. Tidak ada tanda uranganberatbadan
malnutrisi 5. Berikanmotivasikelua
5. Menunjukan rgaklienuntukmening
peningkatan fungsi katkanberatbadanklie
pengecapan dari menelan n
6. Tidak terjadi penurunan 6. Pantauporsimakanklie
berat badan yang berarti n
7. Anjurkanklienmakant
eratur

3. Ketidakefektifan NOC: NIC:


perfusi jaringan 1. Circulation Status Peripheral Sensation
perifer (00204) 2. Tussue Perfusion : Management
Cerebral
Kriteria Hasil: 1. Monitor adanya
Mendemonstrasikan status daerah tertentu yang
sirkulasi yang ditandai hanya peka terhadap
dengan: panas/dingin/tajam/tu
1. Tekanan systole dan mpul
diastole dalam rentang 2. Monitor adanya
yang diharapakan paretese
2. Tidak ada ortostatik 3. Instruksikan keluarga
hipertensi untukmengobservasi
3. Tidak ada tanda-tanda kulit jika ada lesi atau
peningkatan intrakranial laserasi
4. Gunakan sarung
tangan untuk proteksi
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
6. Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung

E. Implementasi
Setelah melakukan rencana tindakan (intervensi), maka selanjutnya
adalah melakukan implementasi. Implementasi untuk pasien dengan febris
antara lain seperti memberikan kompres, menganjurkan pasien untuk
memakai baju yang tipis, menganjurkan pasien untuk banyak minum air
putih, memonitor suhu tubuh pasien, dan kolaborasi pemberian antipiretik.

F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka pantau suhu tubuh
pasien, apakah sudah turun atau kembali normal. Jika belum maka lakukan
intervensi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. (2000). Hand Book Of Pathofisiologi. Jakarta:EGC

Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction

Johnson, M., et all. (2010). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Julia Klaartje Kadang, SpA (2015). Metode Tepat Mengatasi Demam. www.
Google. Com diakses tanggal 22 Januari 2018.

Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. (2010). Fever. University of Washington.


Available from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm. Diakses
pada tanggal 22 Januari 2018 pukul 22.00

Nanda. (2015). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.

Robert, (2007), Penyakit – Penyakit Tropis, Artikel diakses dari


ww.who_peditric.com

Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika.

Sinarty hartanto. (2003). Klien Demam Perlu Kompres. www. Pediatrik.


Com/knal.php. diakses tanggal 22 Januari 2018.

Soedarto, (2007), Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga Universitas


Press.

Anda mungkin juga menyukai