Anda di halaman 1dari 8

http://www.agroindustri.

id/perbedaan-karet-alami-dan-karet-sintetis/

Perbedaan mendasar dari kedua karet ini adalah dari asalnya. Karet alami didapat
dari getah pohon karet yang ditoreh dari batangnya langsung. Kemudian getahnya
itu akan membeku dan kemudian bisa dibuat menjadi beberapa barang-barang.

Sedangkan untuk karet buatan terbuat dari minyak bumi, batu bara, gas alam,
minyak. Dan atau acetylene. Sehingga karet ini bisa menggantikan keberadaan
karet alami untuk bahan baku membuat beberapa barang tertentu.

Berikut adalah perbedaan-perbedaan antara kedua jenis karet tersebut secara


detail:

1. Daya elastisitas
Berdasarkan daya elastisitasnya, karet alami ini memiliki daya elastisitas yang lebih
baik dan sempurna daripada karet buatan.

2. Daya plastisitas
Karet buatan memiliki daya plastisitas yang buruk, sehingga pengolahannya sulit.
Sedangkan untuk karet alami, daya plastisitasnya bagus sehingga pengolahannya
sangat mudah.

3. Daya aus
Karet alami memiliki daya aus yang tinggi, karena memang sifat karet yang asli.
Sehingga kita harus sering memperbarui benda-benda dari karet. Berbeda
dengan karet sintetis yang daya ausnya rendah, sehingga agak tahan lama. Tetapi
lama kelamaan juga akan aus dan tidak bagus lagi bentuknya.
4. Daya panas
Karet alami ini tidak mudah panas ketika diolah, sehingga kita akan memerlukan
waktu cukup lama agar karet menjadi panas. Sedangkan untuk karet buatan akan
sangat cepat panas, sehingga cepat sekali meleleh jika dipanaskan.

5. Daya tahan
Penggunaan karet yang sangat sering digunakan adalah pada ban kendaraan. Kita
bisa menilai daya tahannya bagus atau tidak dari kondisi ban kendaraan tersebut.
Ketika ban tersebut gampang retak-retak, maka karet yang digunakan pada ban
kendaraan tersebut adalah karet buatan.
Berbeda lagi jika ban tersebut tidak retak-retak atau tidak gampang retak. Berarti
ban kendaraan tersebut memakai bahan karet alami. Selain itu, daya tahan karet
dari alam ini juga bisa dilihat dari ketahanannya terhadap bahan-bahan kimia.

6. Daya beli
Daya beli konsumen terhadap karet dari alam ini masih tetap tinggi, karena memang
keaslian dari karet yang tidak bisa dibohongi. Walaupun harga karet selalu berubah,
tetapi tidak akan pernah kehilangan pelanggannya.
Demikianlah perbedaan karet alami dan buatan yang bisa kita ketahui. Jangan
sampai kita tertipu dengan karet buatan. Karena memakai yang asli dari alam itu
lebih baik dan bermanfaat.

Nah, setelah membahas tentang 6 hal dasar perbedaan karet alami dan karet
sintetis, di artikel berikutnya akan kami tampilkan contoh-contoh hasil olahan karet
Indonesia yang dipasarkan hingga keluar negeri. Semoga bermanfaat.

http://farof.blogspot.co.id/2016/11/perbedaan-karet-alam-dan-karet-sintetis.html

Karet Alam

Karet alam terbuat dari lateks kebun, lembar angin, lapisan (slab) tipis, dan gumpalan (lump)
segar yang berasal dari pohon karet. Sebelum diangkut ke pabrik, bahan-bahan ini telah
mengalami pengolahan yang secara minim oleh penyadap. Karet yang sudah diolah dari lateks
bisa digolongkan menjadi lembaran (sheet) dan lembaran tebal (crepe). Karakteristik yang
dimiliki karet alam antara lain memiliki daya elastis yang baik, daya lentur yang bagus, bersifat
plastis, tidak cepat panas, dan tidak gampang mengalami keretakan.

Karet Sintetis

Bahan baku pembuatan karet sintetis adalah minyak batubara, minyak gas alam, dan acetylene.
Menurut kegunaannya, karet sintetis bisa dibedakan menjadi karet sintetis untuk kegunaan
umum serta karet sintetis untuk kegunaan khusus. Contoh karet sintetis untuk kegunaan umum
yaitu IR (Isoprene Rubber), SBR (Styrene Butadiene Rubber), dan PR (Polybutadiene Rubber).
Sedangkan contoh-contoh karet sintetis untuk kegunaan khusus di antaranya EPR (Etylene
Propylene Rubber), IIR (Isobutene Isoprene Rubber), CR (Chloroprene Rubber), dan NBR
(Nytrite Butadine Rubber).

Perbedaan
Pada dasarnya, perbedaan antara karet alam dan karet sintetis terletak pada bahan bakunya.
Karet alam terbuat dari getah pohon karet, tetapi karet sintetis dibikin dari minyak batubara,
minyak gas alam, dan acetylene. Perbedaan pada bahan-bahan dasar pembuatan kedua karet
tersebut mengakibatkan karakteristik yang dimilikinya juga berbeda.

Karet alam mempunyai daya elastis/lenting yang sempurna, plastisitas yang baik, tidak mudah
panas, dan tidak gampang retak. Sayangnya bahan bakunya langka sehingga harganya pun
mahal. Berbeda dengan karet sintetis yang memiliki daya tahan yang bagus, anti hama,
harganya stabil, dan stoknya melimpah. Namun karet sintetis mempunyai tekstur yang kurang
kenyal dan kurang tahan terhadap gesekan

http://karetbuatan.blogspot.co.id/

INDUSTRI KARET BUATAN


 KARET BUATAN (SINTETIS)
Karet buatan (sintetis) sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi.
Pengembangan karet sintetis secara besar-besaran dilakukan sejak zaman perang dunia II.
Negara –negara industri maju merupakan pelopor berkembangnya jenis-jenis karet sintetis.
Sekarang banyak karet sintetis yang dikenal. Biasanya tiap jenis memiliki sifat tersendiri
yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh udara,
dan bahkan ada yang kedap air.

 SIFAT KARET BUATAN (SINTETIS)


1. Memiliki daya elastisitas atau daya lenting sempurna.
2. Memiliki plastisitas baik, sehingga mudah diolah.
3. Mempunyai daya aus tinggi
4. Tidak mudah panas (low heat build up)
5. Memiliki daya tahan tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance)
 KEGUNAAN KARET BUATAN (SINTETIS)
1. Karet sintetis untuk kegunaan umum
a) SBR ( styrena butadiene rubber )
Jenis SBR merupakan jenis karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan
digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang
ditimbulkan juga rendah.
b) IR ( isoprene rubber )
Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan polimer
isoprene. Dapat dikatakan, banyak sifat IR yang mirip sekali dengan karet alam, walaupun
tidak secara keseluruhannya. Jenis IR memiliki kelebihan lain dibanding karet alam, yaitu
lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih mantap.

http://www.industrikaret.com/karet-sintetis.html

Karet Sintetis | Karet Sintetik


Karet sintetis / karet sintetik mulai dikembangkan sejak permintaan karet alam sebagai
bahan baku tidak mampu lagi untuk memenuhi permintaan. Karet sintetis ini juga muncul
karena adanyakebutuhan karet dengan kualitas yang lebih tinggi serta kebutuhan harga
karet yang lebih kompetitif.

Menghadapi kebutuhan akan semakin meningkatnya kualitas produk jadi karet serta kondisi
persaingan yang semakin ketat, sebuah perusahaan dari Jerman yaitu Bayer & Co dengan
ahli kimia pada saat itu Fritz Hofman telah berhasil mengembangkan karet yang diproduksi
secara sintetis pada tahun 1909.

Fritz Hofman bersama dengan Bayer & Co. mulai dari tahun 1906 mulai melakukan
pengembangan sesuai dengan kebutuhan berbagai industri pada saat itu seperti kebutuhan
akan produk karet yang tahan panas, tahan minyak serta masih banyak lagi kelebihan yang
dibutuhkan, dan dalam waktu kurang dari tiga tahun yaitu tahun 1909 mereka telah
mempatenkan hasil penelitian dan rancangannya yaitu “Procedure for the manufacture of
synthetic rubber” / prosedur pembuatan karet sintetis. Dan 1 abad kemudian yaitu pada
tanggal 12 September ditetapkan sebagai Hari Karet sedunia.

Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetis / karet sintetik terdapat di pasaran dunia, terbuat
dari bahan baku yang berasal dari minyak bumi, batu bara, minyak, gas alam, dan
asetilena. Karet-karet sintetis ini biasa disebut dengan kopolimer, yaitu polimer yang terdiri
dari lebih dari satu ikatan monomer.
Dengan mengubah komposisi dari ikatan monomer yang ada akan memungkinkan untuk
mencapai sifat-sifat dan karakteristik tertentu, sesuai dengan yang diinginkan oleh
pelanggan untuk diaplikasikan atau digunakan secara khusus.

Karet sintetis / karet sintetik yang paling awal ditemukan adalah kopolimer stirena-
butadiena, Buna S dan SBR, yang memiliki sifat paling dekat dengan sifat-sifat dari karet
alam.

SBR adalah elastomer yang paling umum digunakan karena harganya yang agak murah dan
memiliki sifat dan karakteristik yang bagus. SBR digunakan terutama untuk ban.

Elastomer lain yang umum dipakai adalah -polybutadiene cis dan -polyisoprene cis,
keduanya juga memiliki sifat dan karakteristik yang mirip dengan karet alam.

Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga karet sangat bervariasi.


Pengetahuan tentang keuntungan dan kekurangan karet sangat membantu dalam
pemilihan karet termurah dan cocok dengan spesifikasi penggunaannya.

Sebelum perang dunia kedua, hanya karet alam tersedia dalam jumlah besar di pasaran
dunia.

Dengan semakin berkembangnya kebutuhan manusia dan seiring dengan berkembangnya


ilmu pengetahuan, makin dirasakan keterbatasan dari sifat dan karakteristik karet alam,
antara lain tidak tahan pada suhu tinggi, tidak tahan cuaca, tidak tahan bahan kimia dll.

Oleh karena itu riset dan pengembangan karet sintetis / karet sintetik sesudah perang dunia
semakin banyak dilakukan yang bertujuan untuk memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidak
dimiliki oleh karet alam.

Beberapa jenis karet sintetis / karet sintetik yang memiliki fungsi dan kelebihan tertentu
sebagai berikut:
 Butyl (IIR)
 Chlorosulfonated Polyethylene (CSM) - Hypalon®
 Epichlorohydrin (ECO)
 Ethylene Propylene (EPDM)
 Fluoroelastomer (FKM) - Viton®
 Fluorosilicone (FQ)
 Hydrogenated Nitrile (HNBR)
 Nitrile (NBR)
 Perfluoroelastomer (FFKM)
 Polyacrylic (ACM)
 Polychloroprene (CR) - Neoprene®
 Polyurethane (PU)
 Silicone (Q)
 Styrene Butadeine (SBR)


 CARA PRODUKSI KARET BUATAN

A. Polimerization
Polymerisasi ialah merupakan proses awal dari pembuatan karet sintetik, pada tahap ini ada
tiga motode yang digunakan yaitu emulsion, microemulsion, and suspension polymerization.
Proses ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar sekelas Du Pont, Dow, GE,
Ausimont, Daikin and Dyneon.
B. Isolation
Pada tahap ini, backbone polymers diisolasi, dikeringkan, dan dibersihkan. Setelah tahap ini,
maka polimer tersebut sudah siap untuk diolah oleh compounder.
C. Compounding (mixing)
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam menentukan sifat2 tambahan dari
suatu polimer/karet. Karena pada tahap inilah compounder meracik resepnya untuk
menghasilkan bahan baku yang sesuai keinginannya/pesanan. Pengalaman dan pengetahuan
compounder pada tahap ini sangat krusial untuk menghasilkan material yang berkualitas.
D. Extrusion/Forming/Premolding
Setelah selesai di mixing, maka material yang masih berbentuk lembaran dibentuk lagi
menyerupai produk akhir supaya dapat dengan mudah diproses pada molding nantinya.
misalnya untuk O-Ring, material tersebut dibentuk menyerupai kabel panjang.
E. Molding
Proses inilah yang menentukan akan berbentuk seperti apakah produk akhir. dengan
kombinasi panas dan tekanan yang sesuai, maka akan didapat produk akhir yang sempurna.
F. Flash Removal
Setelah dari proses molding, biasanya pada produk masih terdapat sisa-sisa material yang
menempel, pada tahap ini sisa-sisa tersebut dipisahkan sehingga didapat produk akhir yang
sesusai dengan cetakan.
G. Post Curing
Terkadang pada tahap molding tidak semua proses kimia dapat terjadi dengan sempurna,
sehingga untuk menghabiskan sisa-sisanya dilakukan proses curing.
H. Finishing & Inspection
Setelah selesai diproses, maka produk akhir hendaknya dibersihkan dan dilakukan pengetesan
apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak.
I. Cleaning
Semua proses telah selesai dan produk akhir yang didapat telah sempurna, maka produk
tersebut dicuci bersih dari kotoran-kotoran yang mungkin menempel pada proses produksi
sebelumnya.
J. Packaging
Setelah produk akhir sudah bersih, dan siap untuk dikirim/disimpan. sebaiknya dimasukan
kemasan agar tidak terkontaminasi dari lingkungan luar.

Semua proses diatas ialah teoritis, yang mana pada saat dilapangan seringkali prakteknya
tidak sesederhana demikian.

Anda mungkin juga menyukai