Anda di halaman 1dari 130

ANALISIS RISIKO PEMELIHARAAN

PERALATAN MEDIS DI INTENSIVE CARE UNIT


RUMAH SAKIT X

SKRIPSI

Nadya Rathna Riestayati


0404070484

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2008

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Risiko Pemeliharaan Peralatan Medis


di Intensive Care Unit Rumah Sakit X

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana


teknik

Nadya Rathna Riestayati


0404070484

Departemen Teknik Industri


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok, 2008

i
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

Analisis Risiko Pemeliharaan Peralatan Medis


di Intensive Care Unit Rumah Sakit X

yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Industri Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia maupun di
Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Depok, 15 Juli 2008

Nadya Rathna Riestayati


NPM 04 04 07 0484

ii
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Nadya Rathna Riestayati
NPM : 0404070484
Program Studi : Teknik Industri
Judul Skripsi : Analisis Risiko Pemeliharaan Peralatan Medis
di Intensive Care Unit Rumah Sakit X

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana pada Program Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ir.Fauzia Dianawati, MSi.

Penguji : Ir. M. Dachyar, MSc

Penguji : Ir. Erlinda Muslim, MEE

Depok, 24 Juni 2008

(Ir. Fauzia Dianawati, MSi.)


NIP 132090913

iii
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Papa, Mama, Vina, Nisa, dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang,
doa, dukungan, dan bantuan.
2. Ir. Fauzia Dianawati, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran didalam mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Ibu Ir. Betrianis MSi, selaku pembimbing akademis
4. Bapak Dachyar dan Ibu Erlinda selaku dosen penguji, yang telah memberikan
masukan pada penulis dalam seminar.
5. Bapak Akhmad selaku dosen mata kuliah manajemen risiko yang membantu
memahami mengenai manajemen risiko
6. Bapak Didi Bastari, Bapak Gampang Setiawan, Bapak Khamdani, Bapak Trio,
Bapak Supandi, dan Bapak Bejo yang telah membantu dalam proses
pengumpulan data.
7. Kebelasan ManRisk yang telah memberikan bantuan, saran, dan dukungan
dalam pembuatan skripsi. Diar, Nuri, Ipeh, Cinde, Fita, Thia, Fahmi yang
telah memberikan dukungan semangat, saran, dan pencerahan dalam
pembuatan skripsi ini dan juga seluruh rekan TI04.
8. Seluruh staf pengajar Teknik Industri UI dan seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap skripsi ini
dapat membawa manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Depok, 24 Juni 2008


Penulis

iv
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nadya Rathna Riestayati


Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 April 1986
Alamat : Kompleks Eramas 2000 Kavling E6/7
Pulo Gebang, Jakarta Timur
Pendidikan :
a. SD : SD Paulus II, Bandung (1992-1998)
b. SLTP : SLTPN 13, Jakarta (1998-2001)
c. SMU : SMUN 70 Bulungan, Jakarta (2001-2004)
d. S-1 : Departemen Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Indonesia (2004-2008)

v
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
(Hasil Karya Perorangan)

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Nadya Rathna Riestayati


NPM/NIP : 0404070484
Program Studi : Teknik Industri
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif (Non-
exclusiveRoyalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Analisis
Risiko Pemeliharaan Peralatan Medis di Intensive Care Unit Rumah Sakit X
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Ekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),
mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta
dalam karya ilmiah ini menjadi tanggungjawab saya pribadi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 24 Juni 2008
Yang menyatakan

( Nadya Rathna Riestayati)

vi
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


ABSTRAK

Nama : Nadya Rathna Riestayati


Program studi : 0404070484
Judul : Analisis Risiko Pemeliharaan Peralatan Medis di Intensive Care
Unit Rumah Sakit X

Pemeliharaan merupakan aktivitas yag harus dilakukan untuk mempertahankan


kondisi peralatan seperti pada saat awal dan dapat terus berfungsi dengan baik.
Kalibrasi peralatan dan pengecekan peralatan medis secara berkala merupakan
salah satu pendekatan yang dilakukan rumah sakit dalam rangka melaksanakan
kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan merupakan salah satu faktor penting untuk
memastikan fasilitas dan peralatan medis di rumah sakit dapat berfungsi dengan
seharusnya dan tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan medical error
yang mengancam patient safety.

Salah satu unit yang menjadi fokus utama pemeliharaan peralatan medis adalah
Intensive Care Unit (ICU). ICU merupakan unit yang merawat pasien yang
memerlukan perawatan intensif dan monitoring intensif, oleh karena itu harus
selalu dipastikan peralatan di unit ini harus berjalan dan berfungsi dengan baik,
dan peran dari pemeliharaan sangat besar dalam menunjang lancarnya operasional
ICU. Namun dalam pelaksanaannya kegiatan pemeliharan tidak pernah lepas dari
risiko. Oleh karena itu manajemen risiko perlu dilakukan untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan kemudian menyusun strategi penanganan risiko.

Penelitian dilakukan dalam ruang lingkup pelaksanaan pemeliharaan peralatan


medis ICU di rumah sakit X. Item risiko akan dinilai berdasarkan survei lalu
disusun berdasarkan peringkat dari risiko kategori tinggi hingga risiko kategori
rendah. Risiko yang masuk ke dalam tahapan analisis alokasi biaya merupakan
risiko peringkat lima besar dan akan dilakukan simulasi dengan menggunakan
OptQuest. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh usulan penanganan
untuk setiap risiko yang terjadi dan optimalisasi alokasi biaya lima risiko
peringkat teratas terhadap 5 jenis skenario pengalokasian budget dengan jumlah
yang berbeda untuk tiap skenario. Hasil yang didapatkan dari simulasi adalah
optimasi alokasi biaya dengan asumsi ketersediaan dana untuk mengelola
penanganan risiko.

Kata kunci: Pemeliharaan, Peralatan Medis, Manajemen Risiko, OptQuest

vii
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


ABSTRACT

Name : Nadya Rathna Riestayati


Study Program: Industrial Engineering
Title : Risk Analysis of Medical Equipment Maintenance in Hospital
X’s Intensive Care Unit

Maintenance represent activity that should be done to maintain the condition of


medical device as build and its function can work properly. Medical device’s
scheduled calibration and periodical maintenance become part of maintenace-
focused approach that hospital does. Maintenance is one of the important factor s
to assure facility and medical devices can function properly in good condition and
to prevent broken device that can cause medical error and threat patient safety.

One of the units that become main focus of medical device maintenance activity is
Intensive Care Unit (ICU). ICU is a unit that has a function to take care patient
who needs care and monitoring intensively. Because of this reason, the medical
devices in this unit have to be guaranteed can function in good condition and can
be seen that maintenance activity plays a major role in this part. However, in the
operational of maintenance activity never free from risks that may happen,
therefore risk management is needed to identify, measure, and then prepare
strategy to manage risks as base to build risk management intact.

This research is conducted in the scope of medical device maintenance in Hospital


X. The risk items will be assessed by survey and then arranged based on its
position from high risk category to low risk category. Risks that enter cost
allocation analysis phase are risks that belong to five biggest risks. These risks
will be analyzed using OptQuest. The objectives of this research are to gain
response planning for each risk that will be mitigated and to get optimal budget
allocation for every risk mitigation plan according to five different budget
scenarios. The result from simulation is budget allocation with several available
budget assumptions to mitigate risks.

Keywords: Maintenance, Medical Devices, Risk Management, OptQuest

viii
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... iii
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... . v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. vi
ABSTRAK................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN............................................................................. xv
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2.Diagram Keterkaitan Masalah ........................................................... 4
I.3.Rumusan Masalah.............................................................................. 4
1.4.Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.5.Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 5
1.6.Metodologi Penelitian ....................................................................... 5
I.7.Diagram Alir Metodologi Penelitian .................................................. 7
1.8.Sistematika Penelitian ....................................................................... 8

2. LANDASAN TEORI ......................................................................................... 10


2.1. Risiko............................................................................................... 10
2.1.1. Definisi Risiko .................................................................................. 10
2.1.2. Risiko versus Ketidakpastian (Uncertainty) ................................. 11
2.1.3. Klasifikasi Risiko .................................................................... 12
2.2 Manajemen Risiko ............................................................................ 13
2.2.1 Pengertian Manajemen Risiko .................................................. 13
2.2.2 Tahapan Manajemen Risiko...................................................... 15
2.2.2.1 Menetapkan Konteks.................................................... 18
2.2.2.2 Identifikasi Risiko ........................................................ 20
2.2.2.3 Analisa Risiko.............................................................. 22
2.2.2.4 Evaluasi Risiko ............................................................ 33
2.2.2.5 Respon Risiko .............................................................. 34
2.2.2.6 Memonitor risiko ......................................................... 36
2.3 Maintenance...................................................................................... 37
2.3.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) ................................ 37
2.3.2 Preventive Maintenance......................................................... 39

ix
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


3. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ................................. 42
3.1. Profil Rumah Sakit ........................................................................... 42
3.2. Product Knowledge .......................................................................... 44
3.2.1. Divisi Sarana dan Prasarana.................................................. 44
3.2.2. Alur Proses di Seksi Sarana Fisik.......................................... 47
3.2.3. Intensive Care Unit............................................................... 48
3.3. Penetapan Konteks ........................................................................... 48
3.4. Identifikasi Risiko ............................................................................ 49
3.4.1. Tahapan Identifikasi Risiko .................................................. 49
3.4.2. Daftar Risiko ........................................................................ 52
3.5. Analisis Risiko ................................................................................. 56
3.5.1. Penyusunan Kuesioner.......................................................... 56
3.5.2. Penyebaran Kuesioner .......................................................... 59
3.5.3. Rekapitulasi Kuesioner ......................................................... 60
3.5.4. Pengolahan Kuesioner .......................................................... 64

4. ANALISIS ............................................................................................... 71
4.1. Evaluasi Risiko ................................................................................ 71
4.1.1 Peringkat Risiko .................................................................... 71
4.1.2. Pemilihan Risiko................................................................... 76
4.2. Penanganan Risiko ........................................................................... 79
4.2.1. Identifikasi Strategi Penanganan Risiko ................................ 80
4.2.2. Pemilihan Alternatif Penanganan Risiko ............................... 87
4.2.3. Alokasi Biaya dengan Opt.Quest........................................... 88

5. KESIMPULAN ....................................................................................... 99

REFERENSI ............................................................................................... 101

LAMPIRAN ................................................................................................ 103

x
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Diagram Keterkaitan Masalah................................................ 4

Gambar 1.2. Diagram alir metodologi penelitian........................................ 7

Gambar 2.1. Hubungan risiko, ketidakpastian dan level informasi


(Sumber: J. Davidson Frame hal 9) ....................................... 12

Gambar 2. 2. Salah satu metodologi manajemen risiko ............................... 16

Gambar 2. 3. Hubungan antar komponen manajemen risiko berdasarkan


COSO.................................................................................... 17

Gambar 2. 4. Tahapan manajemen risiko berdasarkan AS/NZ 4360:2004 ... 18

Gambar 2. 5. Hubungan antara jenis pemeliharaan...................................... 41

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit X ...................................... 43

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Divisi...................................................... 44

Gambar 3.3. Alur proses seksi sarana fisik ................................................. 47

Gambar 3.4. Contoh ID Risk...................................................................... 58

Gambar 3.5. Contoh pengisian kuesioner ................................................... 59

Gambar 4.1 Diagram batang peringkat risiko ............................................ 73

Gambar 4.2. Diagram lingkaran (pie chart) kategori risiko......................... 73

Gambar 4.3. Diagram lingkaran (pie chart) risiko tinggi ............................ 74

Gambar 4.4. Diagram lingkaran (pie chart) risiko kategori medium ........... 75

Gambar 4.5. Diagram lingkaran (pie chart) risiko kategori rendah ............. 75

xi
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penilaian Probabilitas dan Dampak........................................... 23

Tabel 2.2. Kriteria Risiko berdasarkan konsekuensinya ada pihak


yang terkait............................................................................... 24

Tabel 2.3. Matriks level risiko................................................................... 25

Tabel 2.4. Kategori Risiko......................................................................... 25

Tabel 2.5. Likelihood-Impact Matrix......................................................... 28

Tabel 2.6. Penilaian Probabilitas dan Dampak........................................... 29

Tabel 2.7. Perbandingan Analisa Kualitatif dan Analisa Kuantitatif........... 29

Tabel 2.8. Kelebihan dan Kekurangan Analisa Kualitatif dan Kuantitatif .. 33

Tabel 3.1 Deskripsi kerja tiap personil pada tingkatan jabatan .................. 45

Tabel 3.2. Daftar Peralatan Medis di ICU.................................................. 48

Tabel 3.3. Daftar Risiko ............................................................................ 53

Tabel 3.4. Kriteria Probabilitas.................................................................. 57

Tabel 3.5. Kriteria Dampak ....................................................................... 58

Tabel 3.6. Kode Responden....................................................................... 60

Tabel 3.7. Rekapitulasi Kuesioner ............................................................. 61

Tabel 3.8. Impact-Probability Matrix ........................................................ 65

Tabel 3.9. Kategori Risiko......................................................................... 65

Tabel 3.10. Pengolahan Kuesioner .............................................................. 66

Tabel 4.1. Peringkat Risiko ....................................................................... 72

Tabel 4.2. Frekuensi kejadian dan kerugian yang dialami.......................... 77

xii
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


Tabel 4.3. Jumlah kerusakan ringan dan kerusakan berat perbulan ............ 78

Tabel 4.4. Frekuensi kejadian risiko lamanya penggantian peralatan


yang rusak ................................................................................ 79

Tabel 4.5. Strategi Penanganan Risiko ...................................................... 84

Tabel 4.6 Kondisi Awal Alokasi Biaya..................................................... 93

Tabel 4.7. Alokasi biaya dengan asumsi budget Rp 700.000...................... 94

Tabel 4.8 Alokasi biaya dengan asumsi budget Rp 1.750.000................... 95

Tabel 4.9 Alokasi biaya dengan asumsi budget Rp. 3.500.000.................. 96

Tabel 4.10 Alokasi biaya dengan asumsi budget Rp. 5.500.000.................. 97

Tabel 4.11 Alokasi biaya dengan asumsi budget Rp. 6.300.000.................. 98

xiii
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 3.5 Kuesioner Penilaian Risiko................................................. 102

Lampiran 4.1.2 Data untuk simulasi ............................................................ 109

xiv
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


DAFTAR SINGKATAN

K3 Koordinator Kelompok Kerja

ICU Intensive Care Unit

xv
Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri rumah sakit merupakan industri jasa yang menyediakan pelayanan
dalam bidang kesehatan dan sedang berkembang pada saat ini. Rumah sakit
terdapat di setiap provinsi, kotamadya, kabupaten, bahkan di desa, walaupun
hanya dalam skala kecil. Di Indonesia sendiri jumlah rumah sakit sudah mencapai
1.292 rumah sakit yang terdiri dari rumah sakit swasta, rumah sakit
depkes/PEMDA, rumah sakit departemen lain/BUMN, dan rumah sakit
TNI/POLRI yang berada di setiap provinsi di Indonesia. Di provinsi DKI Jakarta
pun terdapat 28 rumah sakit pemerintah dan 76 rumah sakit swasta1.
Pada industri rumah sakit terdapat empat kekuatan yang dapat menjadi
ancaman bagi kelangsungan pelaksanaan rumah sakit, yaitu masyarakat/pasien
sebagai konsumen (Customers), Persaingan antar rumah sakit (Competition), dan
Biaya (Costs) 2 . Target utama dari suatu rumah sakit adalah ingin memenuhi
kebutuhan dan keinginan pasien akan pelayanan yang baik dan nyaman, fasilitas
yang memadai dan nyaman. Dengan semakin banyaknya jumlah rumah sakit saat
ini, yang juga berkeinginan dalam meningkatkan mutu rumah sakit, baik dalam
hal pelayanan ataupun fasilitas yang disediakan rumah sakit; sehingga hal ini
menimbulkan suatu keadaan persaingan yang ketat di antara rumah sakit. Bagi
rumah sakit yang tidak meningkatkan mutu pelayanan jasa dan fasilitas yang
nyaman dan tidak melakukan inovasi-inovasi baru,akan ditinggalkan oleh
pasien/masyarakat pengguna jasanya.
Munculnya begitu banyak rumah sakit merupakan bukti adanya sambutan
yang baik dari para investor dan usahawan terhadap pola kebijaksanaan
pemerintah yang menganjurkan partisipasi swasta dalam bidang kesehatan.
Mengingat sistem pelayanan kesehatan yang dianut pembiayaannya masih
sebagian besar ditanggung oleh masyarakat/pasien itu sendiri, dengan demikian
masyarakat pun mempunyai kebebasan untuk memilih rumah sakit yang disukai
atau diyakininya. Hal ini memicu adanya persaingan sebenarnya dimana dapat
memacu peningkatan mutu pelayanan di tiap unit di rumah sakit, tetapi bagi
1
Bagian Program dan Informasi Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI, 2006
2
Emmyr F. Moeis, Drg., MARS, “ Budaya Mutu Sebagai Bagian Integral Manajemen Rumah
Sakit” dalam Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994, hal 34

1 Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


2

rumah sakit itu sendiri yang walaupun tadinya tergolong bermutu baik jika tidak
memperhatikan pemeliharaan mutunya justru sebaliknya akan menjadi
ketinggalan dan tergeser ke golongan bermutu kurang baik, bahkan tidak mustahil
oleh sebab tertentu malah terjadi penurunan mutu pelayanan dan fasilitas medis
rumah sakit itu. Dalam iklim persaingan ketat antar rumah sakit, persaingan dapat
terjadi dalam banyak bentuk, sejauh pasien dapat merasa terpenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Hal ini harus dilihat sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup
usaha rumah sakit yang dikelola.
Rumah Sakit X merupakan salah satu rumah sakit swasta yang begerak
dalam bidang pelayanan kesehatan umum. Rumah Sakit X melayani rawat jalan;
yang terdiri dari poliklinik spesialis, klink konsultasi; pelayanan kamar bedah,
penunjang medis, dan rawat inap Untuk menghadapi persaingan dengan rumah
sakit pemerintah dan swasta lainnya Rumah Sakit X sebaiknya selalu memastikan
mutu rumah sakit, dalam hal ini adalah mengenai fasilitas-fasilitas (sarana dan
prasarana) pendukung medis yang terdapat di tiap unit di rumah sakit. Fasilitas-
fasilitas pendukung medis di tiap unit ini harus dipastikan selalu berjalan dengan
baik, tidak ada yang rusak atau cacat, dan kebersihannya harus diperhatikan
dengan seksama agar tidak menyebabkan kerugian pada rumah sakit, dalam hal
biaya pemeliharaan, dan pasien, yang biasa disebut dengan medical error. Oleh
karena itu, pemeliharaan dan pengecekan terhadap semua sarana dan prasarana
medis harus menjadi perhatian rumah sakit. Pemeliharan dan pengecekan
peralatan medis menjadi sangat penting untuk ICU (Intensive Care Unit). ICU
merupkan sebuah unit yang merawat pasien yang memerlukan perawatan intensif
dan monitoring yang intensif. Peralatannya banyak dan sangat penting dalam
pemanfaatanya untuk memonitor keadaan pasien sehingga tidak boleh terjadi
kerusakan ataupun gangguan pada sarana medis yang terdapat di ICU tersebut.
Selain penting dalam penggunaannya, sarana medis yang terdapat di ICU tersebut
sangat sensitif terhadap kesalahan perawatan dan pemeliharaan sehingga harus
dirawat dengan baik. Pemeliharaan terhadap peralatan medis rumah sakit di ICU
merupakan salah satu cara untuk mendukung program patient safety yang sedang
diusung oleh World Health Organization (WHO). Inspeksi, pemeliharaan, dan
kalibrasi berkala peralatan medis ICU menjadi salah satu bagian dari pendekatan

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


3

terhadap manajemen pemeliharaan terhdap peralatan medis yang dilakukan oleh


rumah sakit. Pemeliharaan dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang harus
dilakukan untuk mempertahankan kondisi fasilitas seperti pada saat awal (as-
build) dan dapat terus berproduksi sesuai dengan kapasitas aslinya3.
Namun dalam setiap pelaksanaan kegiatan operasional di industri apapun
tidak akan lepas dari resiko yang mungkin terjadi. Begitu juga dengan
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan di ICU terdapat berbagai macam risiko yang
berpotensi untuk terjadi. Oleh karena itu, rumah sakit perlu untuk melakukan
analisis risiko untuk mengidentifikiasi, mengukur, dan dari hasilnya tersebut dapat
menyusun strategi untuk membangun suatu sistem manajemen risiko yang utuh.
Manajemen risiko merupakan sebuah proses untuk menghadapi risiko, yang
meliputi pengidentifikasian dan penganalisaan risiko, mengembangkan strategi
penanganan risiko, dan memonitor risiko bagaimana mereka berubah 4 . Dalam
manajemen risiko terdapat proses prioritas, dimana risiko yang memiliki
efek/dampak probabilitas terbesar ditangani terlebih dahulu dan risiko yang
memiliki efek/dampak terkecil ditangani paling akhir.
Seperti yang telah diuraikan di atas, maka analisis risiko perlu untuk
dilakukan pada aktivitas pemeliharaan sarana dan prasarana medis di ICU di
rumah sakit. Hal ini dikarenakan kelancaran aktivitas pemeliharaan rumah sakit
akan mendukung kelancaran ativitas operasional yang tejadi. Jika terjadi
kerusakan pada salah satu peralatan medis yang diakibatkan kurang telitinya
pemeliharaan, maka rumah sakit harus mengeluarkan dana tambahan untuk
mengganti peralatan tersebut yang pastinya lebih menghabiskan dana yang lebih
besar, atau dalam situasi yang terburuk bisa saja terjadi kesalahan medis pada
pasien, sehingga dapat menghancurkan nama baik rumah sakit. Oleh karena itu
perlu diadakannya manajemen risiko terhadap pemeliharaan sarana dan prasarana
medis di rumah sakit.

3
Zurich, “Developing an Effective Maintenance Management Program”, 2001, hal 1
4
Kerzner, “Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling,
Eighth Edition “,John Wiley & Sons, 2003

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


4

1.2. Diagram Keterkaitan Masalah

Gambar 1. 1. Diagram Keterkaitan Masalah

I.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan diagram keterkaitan masalah yang telah
dijelaskan pada poin-poin diatas maka perumusan masalah yang dibahas pada
penelitian ini adalah belum dilaksanakannya manajemen risiko pada pemeliharaan
sarana dan prasarana medis di ICU Rumah Sakit X sehingga belum diketahui
risiko-risiko yang mungkin terjadi pada pemeliharaan.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh usulan penanganan untuk
setiap risiko yang terjadi untuk membantu memberikan improvement pada
manajemen pemeliharaan dan optimalisasi alokasi biaya risiko-risiko prioritas
teratas terhadap skenario 5 jenis pengalokasian budget dengan jumlah yang
berbeda-beda.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Untuk membatasi penelitian pada pokok permasalahan, maka penulis
membatasi ruang lingkup penelitian. Batasan penelitian adalah sebagai berikut:
Manajemen risiko dilakukan dalam ruang lingkup pelaksanaan
pemeliharaan sarana dan prasarana medis rumah sakit di Intensive Care
Unit (ICU) Rumah Sakit X.
Analisa risiko pemeliharaan dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan
survei untuk menilai item risiko.
Responden kuesioner dan survei adalah seluruh staff dan manajer
departemen maintenance rumah sakit, serta staff ICU.

1.6. Metodologi Penelitian


Metodologi yang menggambarkan langkah-langkah penulis dari awal
sampai penelitian ini selesai dapat dilihat di Gambar 1.2. Berikut adalah
penjabarannya:
1. Penentuan Topik Penelitian
Pada fase ini penulis melakukan konsultasi bersama dengan
pembimbing untuk menentukan topik yang ingin diambil dan metode apa
yang ingin digunakan.
2. Penentuan landasan teori
Pada fase ini penulis menentukan, mencari, dan mempelajari
landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Landasan teori
ini kemudian akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan tugas akhir.
Adapun landasan teori yang terkait adalah mengenai manajemen risiko
secara umum, monte carlo dan manajemen pemeliharaan. Literatur yang
dipelajari meliputi: Manajemen Resiko, Manajemen Pemeliharaan, dan
simulasi Monte Carlo .
3. Mempelajari produk dan proses pemeliharaan di Rumah Sakit
Pada fase ini, produk yang dipelajari adalah peralatan medis yang
terdapat di ICU, baik dari sisi jenis-jenis peralatan medis dan fungsi dari
peralatan medis. Selain mempelajari produk, penulis juga mempelajari
pemeliharaan di ICU Rumah Sakit X termasuk diantaranya personil yang

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


6

terlibat, jenis-jenis pemeliharaan yang dilakukan, dan waktu pelaksanaan


pemeliharaan.
4. Pengidentifikasian faktor-faktor risiko dan subrisiko dalam pemeliharaan
- Wawancara dengan pihak Rumah Sakit yang merupakan expert dalam
bidang pemeliharaan mengenai masalah-masalah yang sering terjadi
pada peralatan medis.
- Membuat cheeksheet berdasarkan hasil wawancara dengan pihak
pemeliharaan rumah sakit.
5. Penilaian risiko
- Membuat kuesioner yang berisi daftar risiko dengan tujuan
mendapatkan peringkat prioritas dari tiap risiko yang ada.
- Menyebarkan kuesioner kepada pihak pemeliharaan rumah sakit dengan
mengisi frekuensi terjadinya suatu risiko dan besar dampak yang
diakibatkan suatu risiko.
- Mengumpulkan dan mengolah risiko dari kuesioner yang telah
didapatkan.
6. Memilih risiko-risiko yang menempati peringkat teratas.
Pada fase ini penulis memilih risiko dengan peringkat teratas
dengan memetakan dalam risk rating matrix. Risiko-risiko yang termasuk
peringkat teratas inilah yang nantinya akan dibahas lebih lanjut mengenai
penanganannya.
7. Melakukan wawancara dengan pihak rumah sakit untuk menentukan
strategi penanganan risiko beserta perhitungan biaya penanganan risiko
8. Memilih strategi penanganan risiko dengan metode wawancara yang akan
masuk dalam alokasi biaya.
9. Menganalisa biaya penanganan biaya risiko
Pada fase ini penulis menghitung alokasi biaya optimal yang
dibutuhkan untuk penanganan risiko di rumah sakit dengan menggunakan
simulasi Monte Carlo.
10. Membuat kesimpulan
Membuat kesimpulan dari keseluruhan penelitian yang telah
lakukan dan hasil dari penelitian tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


7

I.7. Diagram Alir Metodologi Penelitian

Gambar 1. 2. Diagram alir metodologi penelitian

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


8

"
"

# "
$

Gambar 1.2. Diagram alir metodologi penelitian (lanjutan)

1.8. Sistematika Penelitian


Dalam melakukan penelitian, penulis mengelompokkan dalam pembahasan
yang terdiri dari lima bab, yang meliputi pendahuluan, landasan teori,
pengumpulan dan pengolahan data, analisis, dan kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan.
Pada bab pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang
dilakukannya penelitian ini, diagram keterkaitan masalah, rumusan permasalahan,

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


9

tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika


penulisan.
Pada bab landasan teori akan membahas mengenai teori-teori yang
mendukung penelitian ini. Landasan teori yang akan dibahas meliputi manajemen
risiko secara umum, manajemen pemeliharaan, Intensive Care Unit (ICU) dan
monte carlo. Landasan teori ini didapatkan dari buku, jurnal, maupun artikel dari
internet.
Pada bab pengumpulan dan pengolahan akan membahas data yang
dibutuhkan dalam penelitian serta sumber-sumber dan cara untuk mendapatkan
dan mengolahnya. Proses pembuatan kuesioner dan penyebarannya termasuk ke
dalam bab ini.
Pada bab analisis akan menjelaskan mengenai analisis hasil pengolahan data
yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.
Bab kesimpulan berisi mengenai kesimpulan dari keseluruhan penelitian ini.
Kesimpulan yang diambil akan meliputi keseluruhan hasil penelitian dan saran
yang dapat digunakan untuk perbaikan untuk manajemen risiko maintenance di
Rumah Sakit X.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


10

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


2. LANDASAN TEORI

2.1. Risiko
2.1.1. Definisi Risiko
Sebelum mendalami lebih jauh mengenai risiko ada baiknya didefinisikan
terlebih dahulu mengenai risiko itu tersendiri. Risiko didefinisikan sebagai
kesempatan untuk kegagalan, atau merupakan probabilitas kemunculan
kegagalan/kehilangan dikalikan dengan deviasinya 5 . Menurut Stevenson &
Siefring, risiko diartikan sebagai keadaan bahaya atau kemungkinan terjadinya
kerugian. Lowrance pun mendefinisikan risiko sebagai probabilitas dan dampak
dari kejadian yang merugikan.
Definisi lain risiko adalah sebuah pengukuran probabilitas dan
konsekuensi tidak meraih tujuan proyek yang diinginkan6.
Risiko dapat dihitung dengan mengkombinasikan antara konsekuensi
kejadian dan juga kemungkinan terjadinya kejadian tersebut 7 . Risiko tidak
selamanya menghasilkan pengaruh atau dampak yang negatif, namun juga dapat
membawa pengaruh yang positif.
Menurut AS/NZS 4360:2004 risiko didefinisikan sebagai kesempatan
untuk sesuatu terjadi yang akan mempunyai pengaruh terhadap organisasi dalam
meraih tujuan bisnisnya.
Risiko dihubungkan dengan cara dalam meramalkan atau mengestimasi
kemungkinan terjadinya kerugian. Risiko mempunyai dua komponen utama yang
menentukan dalam suatu kejadian, yaitu:
- Likelihood
Likelihood atau probabilitas adalah kemungkinan terjadinya hazard
event. Hazard itu sendiri dapat didefinisikan sebagai sumber potensial
terjadinya (accident). Dalam pendefinisian risiko menggunakan sudut
pandang likelihood, maka nilai probabilitas mendekati 1 (dengan rentang
nilai probabilitas antara 0 dan 1) merupakan risiko dengan kategori tinggi.

5
Ali Jaafari, “Management of risks, uncertainties and opportunities on projects: time for a
fundamental shift”, 2001, Hal 1
6
Ibid
7
Austin Health,”Risk Managemet Policy”,2005 hal 6

10 Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


11

- Impact
Impact atau yang disebut juga sebagai konsekuensi merupakan
hasil dari terjadinya hazard event, yang meliputi kerusakan, kehilangan,
kerugian, atau luka pada seseorang. Dalam pendefinisian risiko dengan
menggunakan sudut pandang impact, maka risiko yang menghasilkan
impact terbesar dapat dikatakan sebagai risiko dengan kategori tertinggi.

Menurut Kaplan dan Garrick (Kaplan dan Garrick, 1981), semakin tinggi
dampak yang diakibatkan oleh suatu risiko maka probabilitas kemunculannya
akan semakin rendah. Sebaliknya risiko yang probabilitasnya semakin tinggi,
maka semakin kecil dampat yang diakibatkan oleh risiko tersebut8.

2.1.2. Risiko versus Ketidakpastian (Uncertainty)


Dalam management science, ahli terkadang membedakan antara konsep
risiko dengan konsep ketidakpastian. Saat membuat keputusan dibawah kondisi
risiko, ahli menyatakan bahwa seseorang mengetahui probabilitas dari risiko yang
mungkin terjadi. Sedangkan saat mengambil keputusan didalam kondisi
ketidakpastian, seseorang tersebut tidak memiliki informasi mengenai probabilitas
tersebut 9 . Jika seseorang mengetahui probabilitas sebuah kejadian, maka
seseorang tersebut mempunyai infomasi yang lebih dibandingkan jika tidak
mempunyai informasi sama sekali. Kemudian, dari probabiltas tersebut seseorang
dapat membuat keputusan dibawah kondisi risiko daripada ketidakpastian. Dapat
diambil kesimpulan bahwa risiko lebih memiliki informasi dibandingkan dengan
ketidakpastian. Dengan informasi risiko tersebut, seseorang dapat mengolahnya
secara statistik sehingga hasilnya dapat digunakan untuk mendukung keputusan
yang akan diambil. Sedangkan kondisi ketidakpastian akan membuat seseorang
mengambil keputusan hanya berdasarakan tebakan saja. Hubungan antara risiko
dengan ketidakpastian dapat dilihat pada Gambar 2.1.

8
Michael J Penncok dan Yacov Y Haimes,” Principles and Guidelines for Project Risk
Management”, dalam System Engineering, Wiley Periodicals Inc., vol 5, No. 2, 2002, hal 91.
9
J. Davidson Frame, Managing Risk in Organization: A Guide for Manager, San Fransisco, 2002
hal 8.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


12

Gambar 2.1. Hubungan risiko, ketidakpastian dan level informasi (Sumber: J.


Davidson Frame hal 9)

2.1.3 Klasifikasi Risiko


Menurut J. Davidson Frame, risiko dapat diklasifikasikan menjadi 6 jenis
risiko, yaitu10:
- Pure atau insurable risk (risiko murni)
Pure risk ditujukan pada kemungkinan terjadinya luka atau
kerugian. Risiko ini terfokus pada kejadian buruk yang terjadi. Biasanya
seseorang akan menggunakan jasa asuransi untuk melindungi dirinya dari
kerusakan atau kerugian yang akan terjadi.
- Business risk (risiko bisnis)
Business risk menunjukkan bahwa kemungkinan untuk
memperoleh keuntungan sama dengan kemungkinan terjadinya kerugian.
Oleh karena itu, seorang pengusaha harus senantiasa memperhatikan setiap
risiko yang akan diperoleh dari bisnis tersebut. Yang perlu diingat, semakin
besar risiko maka semakin besar pula prospek untuk mendapat keuntungan
atau kerugian (high risk high return)
- Project risk (risiko proyek)
Risiko yang biasanya yang terjadi dalam suatu proyek berhubungan
dengan estimasi, baik estimasi terhadap waktu ataupun biaya proyek. Risiko
yang mungkin terjadi dalam proyek misalnya saja waktu pengerjaan proyek
mengalami keterlambatan dari yang seharusnya, atau bisa juga biaya proyek
melebihi dana yang telah dianggarkan.
- Operational risk (risiko operasional)
Definisi risiko operasional adalah risiko kerugian yang berasal dari
ketidakcukupan atau kegagalan proses internal, orang, dan sistem, maupun

10
J. Davidson Frame, Op. Cit., hal 9

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


13

peristiwa-peristiwa eksternal. Risiko operasional juga dapat dikatakan


sebagai risiko yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan untuk
menjalankan suatu bisnis. Ada dua komponen pada risiko operasional, yaitu
risiko kegagalan operasional dan risiko strategi operasional.
- Technical risk
Biasanya ketika pertama kali, orang menetakan sesuatu menjadi
risiko atau tidak yaitu saat jadwal, budget, tidak sesuai dengan target awal.
Orang jarang mempertimbangkan risiko yang disebabkan karena masalah
teknis. Padahal risiko ini seharusnya juga harus diperhitungkan terutama
untuk proyek yang mengedepankan tekologi.
- Political risk
Risiko ini menunjukkan situasi yang terjadi saat pembuatan
keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor politik. Misalnya saja dalam
melakukan investasi pembangunan pabrik, pengusaha harus menyesuaikan
perencanaan investasi tersebut dengan kebijakan-kebijakan dari pemerintah
setempat.

2.2 Manajemen Risiko


2.2.1 Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah proses untuk pengidentifikasian risiko, penilaian
risiko, dan pengambilan langkah-langkah untuk mengurangi risiko sehingga
berada pada tingkat yang dapat diterima. Manajemen risiko merupakan proses
manajemen dimana pelung mendapatkan atau kehilangan terhubung dengan
sebuah kegiatan yang diidentifikasi, evaluasi, dan dikontrol. Manajemen risiko
berdasarkan Australian/New Zealand Risk Management Standard (AS/NZS
4360:2004) merupakan suatu budaya, proses-proses dan struktur yang diarahkan
menuju manajemen efektif dari peluang-peluang potensial dan efek-efek yang
tidak diharapkan. Proses manajemen risiko mencakup mengidentifikasi dan
melacak (tracking) area risiko, mengembangkan perencanaan pengurangan risiko
dalam rangka mengatasi risiko, memonitor risiko dan melakukan penilaian
terhadap risiko untuk menentukan bagaimana risiko dapat berubah.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


14

Ciri-ciri dari manajemen risiko adalah adanya proses, membutuhkan data


kualitatif dan kuatitatif, dimiliki oleh setiap orang dalam sebuah perusahaan, perlu
dukungan dari top management11. Manajemen risiko dapat diterapkan diberbagai
macam industri dan perusahan. Manajemen risiko dapat diaplikasikan di industri,
dalam hal misalnya:
- Manajemen risiko proyek
- Manajemen risiko safety dan health
- Manajemen risiko security
- Manajemen risiko keputusan
- Manajemen risiko keuangan (finansial)
- Manajemen risiko pemeliharaan (maintenance), dll
Dari beberapa contoh aplikasi manajemen risiko di perusahaan dapat
dilihat bahwa manajemen risiko memiliki manfaat, yaitu12:
• Menghindarkan dari kemungkinan hasil-hasil yang tidak dapat diterima
dan mengejutkan secara biaya
• Keterbukaan dan trasparansi yang lebih besar dalam pembuatan
keputusan dan proses-proses manajemen yang sedang berlangsung
• Proses yang lebih sistematis dan tepat, menyediakan pengertian yang
lebih baik mengenai suatu masalah yang berhubungan dengan suatu
aktivitas
• Struktur pelaporan yang lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan.
• Keluaran atau outcome yang lebih baik dalam bentuk efisiensi dan
efektivitas dari aktiitas-aktivitas suatu departemen.
• Penilaian yang tepat dari proses-proses inovatif untuk mengekspos
risiko sebelum risiko tesbeut benar-benar muncul dan mengijinkan
keputusan berdasarkan informasi pada nilai keuntungan dari biaya yang
mungkin

11
Peyman Mestchian. Risk Intelligence – from compliance to performance, dalam Journal Risk
Inteligence, 2000, hal 5
12
Risk Management in Department of Family and Community Service, Risk Audit, and
Compliance Branch, Australia, 1999

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


15

Penerapan manajemen risiko di suatu perusahaan dapat meningkatkan


kontrol terhadap kemungkinan risiko-risiko yang dapat terjadi di perusahaan.
Sehingga, secara logika dapat dikatakan dengan diterapkannya manajemen risiko
ini akan menyebabkan risiko mengalami kerugian akan semakin menurun seiring
dengan meningkatnya kontrol perusahaan. Tujuan dasar dari program manajemen
risiko adalah untuk menghindari penyebabnya suatu kerugian, mengurangi efek
finansial dan operasional yang disebabkan oleh kerugian yang terjadi yang tidak
dapt dihindarkan, dan untuk mengecilkan biaya sampai ke tahap yang dapat
diterima oleh perusahaan13.

2.2.2 Tahapan Manajemen Risiko


Pada manajemen risiko terdapat beberapa versi tahapan yang dilakukan di
dalam penerapannya. Misalnya saja tahapan manajemen risiko berdasarkan
Project Management Body of Knowledge (PMBOK) adalah:
1. Perencanaan risiko manajemen
2. Identifikasi risiko
3. Analisis risiko secara kualitatif
4. Analisis risiko secara kuantitatif
5. Perencanaan respon terhadap risiko
6. Kontrol dan pengawasan terhadap risiko

13
Bernard L. Brown, Risk Management for Hospital,Aspen Systems Corporation, Maryland, 2002,
hal 2

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


16

Gambar 2. 2. Salah satu metodologi manajemen risiko

Pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan manajemen


risiko di suatu perusahaan dapat berbeda-beda sesuai dengan kebijakan perusahan
terhdap risiko yang akan ditangani. Terdapat delapan komponen yang saling
berkaitan dalam manajemen risiko perusahaan yang didefinisikan oleh COSO
(The Comitee of Sponsoring The Treadway Comission), yaitu:
1. Internal enviroment
2. Objective setting
3. Event identification
4. Risk assessment
5. Risk response
6. Control activities
7. Information and communication
8. Monitoring

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


17

Gambar 2. 3. Hubungan antar komponen manajemen risiko berdasarkan COSO

Australia/New Zealand mempunyai standard yang membahas mengenai


permasalahan manajemen risiko yang lebih dikenal dengan Australia New
Zealand 4360:2004 (AS/NZ 4360:2004). Berikut ini adalah tahapan manajemen
risiko berdasarkan standard AS/NZ 4360:2004:

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


18

Gambar 2. 4. Tahapan manajemen risiko berdasarkan AS/NZ 4360:2004

2.2.2.1 Menetapkan Konteks


Menetapkan konteks merupakan tahap mendefinisikan parameter dasar
dimana risiko harus diatur dan menentukan ruang lingkup untuk proses
manajemen risiko. Konteks ini meliputi lingkungan internal dan eksternal
organisasi dan tujuan dari aktivitas manajemen risiko. Hal ini meliputi juga
pertimbangan adanya pemisah antara lingkungan internal dan eksternal. Hal ini
penting untuk meyakinkan bahwa tujuan yang didefinisikan untuk proses
manajemen risiko diperhitungkan pada organisasi dan lingkungan ekternal.
Konteks-konteks di dalam manajemen risiko antara lain adalah14:
1. Menetapkan konteks ekternal

14
Australian/New Zealand Standard, Risk Management, hal 12

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


19

Pada tahap ini mendefinisikan lingkungan eksternal dimana organisasi


beroperasi. Tahap ini juga menjelaskan mengenai hubungan antara
organisasi dan lingkungan eksternalnya, yang meliputi:
- bisnis, sosial, peraturan, budaya, kompetitif, finansial, dan lingkungan
politik
- kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman pada organisasi
- pihak yang berkepentingan namun dari eksternal perusahaan
- pendorong kunci bisnis
2. Menetapkan konteks internal
Sebelum memulai kegiatan/aktivitas manajemen risiko, pada tingkatan
manapun, ada pentingnya untuk mengerti tentang organisasi itu sendiri.
Hal-hal yang meliputi konteks internal adalah:
- budaya perusahaan
- pihak yang berkepentingan pada internal
- struktur
- kemampuan dalam hal sumsberdaya
3. Menetapkan konteks manajemen risiko
Tujuan, objektif, strategi, ruang lingkup, dan parameter dari kegiatan atau
bagian organisasi dimana proses manajemen risiko akan diaplikasikan
sebaiknya ditetapkan. Proses yang akan dilakukan sebaiknya ditangani
dengan konsiderasi penuh terhadap kebutuhan untuk menyeimbangkan
biaya, keuntungan, dan kesempatan. Menentukan ruang lingkup dan
batasan dari aplikasi manajemen risiko meliputi:
- mendefinisikan organisasi, proses, proyek atau kegiatan dan
menetapkan tujuannya dan objektif
- menentukan asal dari keputusan yang akan dibuat
- mendefinisikan kelanjutan dari aktivitas proyek atau fungsi dalam
hal waktu dan lokasi
- mendefinisikan kedalaman dan luas dari aktivitas manajemen
risiko yang kan dilakukan
Hasil dari tahap penetapan konteks ini adalah kriteria-kriteria yang nantinya akan
digunakan pada tahap evaluasi risiko.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


20

2.2.2.2 Identifikasi Risiko


Pada tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang akan
ditangani. Identifikasi yang teliti menggunakan proses yang terstruktur dan
sistematis adalah penting, karena risiko yang tidak diiidentifikasikan pada tahap
ini tidak akan dimasukkan pada analisa lebih lanjut. Identifikasi sebaiknya
memasukkan risiko walaupun risiko tersebut berada dalam kontrol perusahaan
atau tidak. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi diperlukan untuk
mengetahui penyebab-penyebab yang mungkin dan skenario. Banyak cara sebuah
kejadian dapat muncul. Oleh karena itu, sangat penting jika penyebab yang
signifikan tidak dihilangkan15.
Tujuan dari tahap identifikasi ini adalah untuk mengenali risiko yang
mungkin terjadi lebih awal sehingga dapat mengurangi atau mengeliminir
keterkejutan yang diakibatkan risiko tersebut. Kegiatan mengidentifikasi risiko
membutuhkan klasifikasi yang dapat mencakup semua jenis risiko secara detil.
Oleh karena itu sumber-sumber risiko dapat dikelompokkan menurut lingkungan
asalnya, misalnya saja lingkungan finansial.
Dalam melakukan identifikasi risiko ada beberapa tools yang dapat
digunakan, yaitu16:
- Checklist
Berisikan daftar hal-hal yang dibutuhkan atau yang harus dilakukan.
Checklist berguna dalam manajemen risiko terutama ketika kegiatan belum
dilaksanakan. Dengan menggunakan tool ini, seseorang dapat mendata hal-
hal apa saja yang dalam keadaan normal atau tidak normal.
- Brainstorming session
Brainstorming session merupakan sesi dalam mengemukakan ide
mengenai masalah yang terjadi. Dalam brainstorming, setiap orang diberi
kesempatan untuk mengemukakan ide-ide yang dimilikinya tanpa ada yang
berhak melakukan interupsi. Ide yang telah terkumpul tersebut kemudian
dibuat dalam bentuk list idea yang nantinya akan diklasifikasikan
berdasarkan analisa strength, weakness, opportunities, threat (SWOT).
Strength dan weakness merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam
15
Australian/New Zealand Standard, Opcit, hal 16
16
J. Davidson Frame, Op. Cit., hal 50

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


21

organisasi (faktor internal), sedangkan opportunities dan threat merupakan


faktor-faktor yang berasal dari luar organisasi (faktor eksternal).
- Issues logs
Merupakan bagian dari mereview status proyek dan operasionalnya
setiap bulan. Issue logs merupakan daftar sederhana dari issues atau sesuatu
yang membutuhkan pertimbangan, biasanya issues ini mulai terlihat sejak
pertemuan sebelumnya. Dokumen ini terdiri dari 2 jenis yaitu pending issues
dan clossed issues. Pending issues merupakan issues yang perlu diperhatikan,
biasanya jangka waktunya singkat. Sedangkan closed issues merupakan
issues yang harus diatasi atau ditangani, biasanya jangka waktunya lebih
lama.
- Behavioral models
Tool ini digunakan oleh analis risiko untuk memprediksikan
kemungkinan terjadinya behavior dan dampak yang dihasilkannnya. Menurut
Eliyahu Goldratt (1997), ada dua tipe behavior model yaitu student syndrome
dan Parkinson Law. Student syndrome adalah kebiasaan orang dalam
menunda pekerjaan. Orang-orang yang memiliki tipe ini biasanya akan mulai
mengerjakan pekerjaannya bila telah mendekati batas waktu. Sedangkan
Parkinson Law menyebutkan bahwa ada tipe orang yang akan terus
melakukan pekerjaan sampai waktunya habis. Orang-orang dengan tipe ini
akan terus menerus memperbaiki pekerjaannya selama memiliki waktu untuk
melakukannya
- Diagramming techniques
Dalam teknik diagram ini ada dua tipe yang dapat digunakan, yaitu
fishbone dan process/environment diagram. Dengan menggunakan diagram
fishbone dapat didata sebab-sebab terjadinya suatu kejadian yang berdasarkan
kriteria material, machine, man, method. Sedangkan process/environment
diagram terfokus pada bagaimana proses inti membutuhkan interaksi dengan
lingkungan.
- Flowcharting project
Flowchart dapat menggambarkan proses dinamis dengan sederhana.
Tool ini dapat menggambarkan tahapan-tahapan yang dilakukan selama

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


22

proses berjalan. Dengan mereview flowchart, seseorang dapat melihat apakah


proses telah berjalan dengan lancar atau tidak, ketidakkonsistenan proses, dan
juga bottleneck proses.
- Regular meeting

2.2.2.3 Analisa Risiko


Penilaian dan pengukuran risiko adalah salah satu langkah dasar
manajemen risiko. Setelah risiko-risiko diidentifikasi, analisa yang lebih dalam
diperlukan untuk mengelola risiko-risiko tersebut dengan baik. Analisa risiko
merupakan sebuah aktivitas yang mengembangkan sebuah pengertian tentang
risiko. Analisa risiko menyediakan input untuk keputusan-keputusan apakah
risiko butuh untuk ditangani dan strategi penanganan risiko yang paling cocok dan
efektif secara biaya17. Analisa risiko melibatkan pertimbangan dari sumber risiko,
konsekuensi positif dan negatif dan probabilitas konsekuensi tersebut akan
muncul. Faktor-faktor yang menyebabkan konsekuensi dan kemungkinan
mungkin diidentifikasi. Risiko dianalisa dengan mengkombinasikan konsekuensi
dan probabilitasnya. Dalam beberapa situasi kontrol yang ada juga
diperhitungkan. Analisa awal dapat dilakukan sehingga risiko yang mirip
dikombinasikan atau risiko dengan dampak yang rendah dieliminasi dari
penelitian.
Penilaian risiko boleh jadi merupakan langkah yang paling penting dalam
proses manajemen risiko, sekaligus merupakan langkah yang paling sulit dan
dipengaruhi oleh tingkat kesalahan yang cukup tinggi. Setelah risiko diidentifikasi
dan selesai dinilai, langkah-langkah berikutnya lebih kepada proses programatis.
Bagian sulit dari manajemen risiko adalah bahwa pengukuran probabilitas
maupun dampak dari sebuah risiko sering tidak pasti. Risiko merupakan sebuah
fungsi yang salah satu variabelnya adalah kemungkinan dari penggunaan sumber
ancaman suatu kelemahan tertentu yang potensial. Variabel lain dari risiko adalah
dampak yang timbul dari peristiwa yang tidak menyenangkan dalam sebuah
organisasi. Sebuah risiko dengan potensi kerugian yang besar dan probabilitas

17
Australian/New Zealand Standard, Opcit, hal 17

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


23

kemunculan yang rendah akan diperlakukan berbeda dengan risiko lain yang
potensi kerugiannya rendah namun sering terjadi (probabilitas tinggi).
Dalam menghindari atau mengurangi kesalahan pada penilaian risko, maka
tiap-tiap level dampak dan probabilitas harus dapat didefinisikan dengan jelas dan
dikonversikan ke dalam angka-angka tertentu. Definisi yang jelas dari setiap level
tersebut akan sangat membantu dalam menilai risiko-risiko yang ada.
Penilaian risiko terhadap dampak dan probabilitas dibuat berbeda atau
tidak linear dengan tujuan untuk merefleksikan keinginan organisasi untuk
cenderung menghindari risiko-risiko yang mempunyai dampak besar terhadap
aktivitas yang mereka lakukan.
Alokasi angka-angka kemungkinan dan dampak dari risiko yang biasanya
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. 1 Penilaian Probabilitas dan Dampak

(Sumber: Managing Risk in Organization: A Guide for Manager, 2002)

Standard AS/NZ 4360:2004 mendeskripsikan hal-hal apa saja yang


kemungkinan mengalami konsekuensi akibat terjadinya risiko, yaitu orang,
resource, lingkungan, reputasi, kualitas, dan standar profesional.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


24

Tabel 2. 2. Kriteria Risiko berdasarkan konsekuensinya ada pihak yang terkait

(Sumber: Risk Management Policy and Framework, 2006)

Setelah mengetahui alokasi nilai untuk dampak dan probabilitas, maka


nilai risiko didapat dari hasil perkalian sebagai berikut:
R= (P x D x %R)
dengan:
R = Risiko
P = Probabilitas
D= Dampak
%R = Presentase jumlah responden yang memilih kombinasi jawaban dan
dampak tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


25

Tabel 2. 3. Matriks level risiko


Almost
5x1=5 5 x 2 =10 5 x 4 =20 5 x 8 = 40 5 x 1 = 80
Certain(5)
Likely
4x1=4 4x2=8 4 x 4 = 16 4 x 8 = 32 4 x 16 = 64
(4)
Possible
3x1=3 3x2=6 3 x 4 = 12 3 x 8 = 24 3 x 16 = 48
(3)
Unlikely
2x1=2 2x2=4 2x4=8 2 x 8 = 16 2 x 16 = 32
(2)
Rare
1x1=1 1x2=2 1x4=4 1x8=8 1 x 16 = 16
(1)
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
(1) (2) (4) (8) (16)

(Sumber: Project Risk Management Handbook, 2007)

Tabel matriks risiko di atas menunjukkan bagaimana tingkatan risiko


secara keseluruhan ditentukan berdasarkan hasil yang didapat dari tiap level
probabilitas dan dampak. Matriks tersebut dapat disesuaikan besarnya sesuai
dengan penilaian risiko yang diinginkan. Semakin besar proyek dan variasi
probabilitas dan dampak dari risiko yang mungkin terjadi maka semakin besar
pula matriks yang akan terbentuk.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap nilai risiko, maka risiko dapat
dikategorikan dalam tiga level atau tingkatan berdasarkan range berikut

Tabel 2. 4. Kategori Risiko

(Sumber: Project Risk Management Handbook, 2007)

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat tiga kategori


risk rating, yaitu:
• High
Risiko ini perlu koordinasi dengan pemerintah dan penanganannya
menjadi tanggungjawab top management. Perbedaannya terdapat pada

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


26

penanganannya yang mendesak dan bukannya sangat mendesak seperti


pada keadaan extreme.
• Medium/Moderate
Risiko yang masuk dalam area kuning ini memberikan risiko
dengan kategori medium terhadap organisasi dan membutuhkan
penanganan untuk mengurangi tingkatan risik sampai pada tingkat yang
bisa diteriman. Pengambilan keputusan dalam menangani risiko ini dapat
dilakukan lokal organisasi. Top management hanya sebatas mengetahui
saja risiko yang terjadi.
• Low
Risiko yang masuk dalam katetegori hijau ini dianggap risiko yang
diterima saja tanpa perlu ditangani segera mungkin tapi harus tetap
dimonitor secara regular.

Dalam analisa risiko ada dua metode analisa yaitu analisa kualitatif dan
analisa kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan untuk menguji dampak dari suatu
risiko melalui aplikasi proses yang mendasar. Analisa kulitatif yang efektif
tergantung pada pengalaman, logika yang baik, dan pengambilan keputusan yang
tepat. Dengan adanya ketiga hal tersebut dapat memungkinkan seseorang
mengembangkan wawasannya. Sedangkan analisa kuantitatif, merupakan analisa
yang memungkinkan seseorang dalam mengembangkan pemahaman secara lebih
mendalam mengenai konsekuensi nyata akibat terjadinya suatu risiko.
Analisa kualitatif dapat dilaksanakan jika data-data yang dibutuhkan telah
terkumpul. Data-data tersebut sebelumnya digunakan dalam proses identifikasi
risiko. Adapun data-data tersebut dapat diperoleh melalui:
• Kuesioner
Informasi yang relevan dapat dikumpulkan melalui pembuatan
kuesioner yang berfokus pada masalah atau lingkup manajemen risiko
yang akan dianalisa. Kuesioner tersebut harus disebarkan pada
manajemen atau pihak-pihak yang sesuai dan dapat memberikan
penilaian terhadap risiko-risiko yang ada.
• Wawancara di lapangan

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


27

Wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkepentingan


dengan manajemen risiko atau mempunyai pengetahuan tentang risiko-
risiko yang sedang dihadapi dapat menjadi sumber informasi yang
berguna.
• Peninjauan dokumen
Dokumentasi kebijakan, sistem, dan lain sebagainya dapat
menyediakan informasi-informasi yang diperlukan dalam
mengidentifikasikan atau menilai suatu risiko.
Dalam melakukan analisa risiko kualitatif ada beberapa metode yang dapat
digunakan yaitu:
• Analisa skenario
Analisa skenario adalah sebuah strategi kualitatif yang penting,
tujuannya adalah untuk menciptakan skenario yang jauh ke depan dan
melakukan analisa terhadap skenario-skenario tersebut. Dalam analisa
skenario, semua peristiwa yang mungkin terjadi di masa yang akan
datang dianalisa dengan mempertimbangkan keluaran alternatif yang
mungkin terjadi. Analisa tersebut didesain untuk meningkatkan proses
pembuatan keputusan dengan memasukkan pertimbangan keluaran yang
lebih lengkap dan implikasi-implikasi yang mungkin terjadi di
antaranya.
Dalam metode analisa skenario ada banyak pendekatan yang dapat
dilakukan, namun yang umum untuk dibahas adalah extrapolative dan
normative. Extrapolative menggunakan pendekatan sekarang untuk
menentukan tahapan-tahapan di depannya (projecting forward from
today). Sedankan normative adalah kebalikannya, pendekatan ini
menentukan tahapan-tahapan sebelumnya setelah mengetahui keadaan
masa depan (steeping backward from the future)
• Attribute analysis
Atribute analysis merupakan teknik penyelesaian masalah yang
kreatif. Metode ini biasanya digunakan dalam mengkonsepkan ide untuk
produk baru. Bila menggunakan cara ini, seseorang diajak untuk

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


28

menggambarkan produk yang diinginkan dan kemudian dibayangkan


apa yang akan terjadi jika attribut tersebut berubah secara dramatis.
• Delphi forecasting
Merupakan teknik yang dikembangkan oleh RAND Coorporation
pada tahun 1960. Namun teknik delphi baru kembangkan sebagai tools
untuk forecasting setelah jaman Greek Oracles. Tujuannya untuk
membantu grup ahli dalam mengembangkan konsensus tentang beberapa
kejadian. Teknik Delphi ini melibatkan sejumlah orang yang
merepresentasikan area tertentu, brsama dengan ahli-ahli. Mereka semua
dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk mengemukakan pendapat
mereka mengenai hal apa yang dapat menjadi masalah.
• Likelihood-Impact Matrix
Dua komponen dari risiko dapat dikombinasikan dalam sebuah
matriks yang disebut likelihood-impact matrix. Matrix ini menawarkan
jalan terbaik dalam mengkategorikan risiko jika dilihat dari konsekuensi
dan probabilitas terjadinya risiko. Berikut ini adalah penggambaran dari
likelihood-impact matrix:

Tabel 2. 5. Likelihood-Impact Matrix

(Sumber: Project Risk Management Handbook)

dengan nilai dari probabilitas dan dampak adalah sebagai berikut

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


29

Tabel 2. 6. Penilaian Probabilitas dan Dampak


NILAI Probabilitas NILAI Dampak
Almost
5 Certain 16 Catastrophic
4 Likely 8 Major
3 Moderate 4 Moderate
2 Unlikely 2 Minor
1 Rare 1 Insignificant
(Sumber: Project Risk Management Handbook, 2007)

Untuk memberikan alasan yang lebih akurat tentang konsekuensi yang


akan dialami bila risiko terjadi maka analisa kuantitif lebih tepat untuk digunakan.
Pada tabel 2.7 diperlihatkan perbandingan antara analisa kuantitatif dan analisa
kualitatif:

Tabel 2. 7. Perbandingan Analisa Kualitatif dan Analisa Kuantitatif


Faktor Pembanding Analisa Kualitatif Analisa Kuantitatif
Analisa Biaya/Manfaat Tidak Ya
Biaya Finansial Tidak Ya
Dapat diotomasikan Tidak Ya
Melibatkan penebakan Tinggi Rendah
Melibatkan perhitungan yang kompleks Tidak Ya
Jumlah dari informasi yang dibutuhkan Rendah Tinggi
Waktu untuk pekerjaan yang dilibatkan Rendah Tinggi
Kemudahan berkomunikasi Rendah Tinggi

(Sumber: Krutz and Vinez 2003, hal 24)

Analisa kuantitatif sering melibatkan teknik-teknik yang lebih rumit dan


canggih, dan pada umumnya membutuhkan software komputer. Teknik kuantitatif
dapat sangat berguna jika menggunakan statistik dan proyeksi aktual untuk
menciptakan angka, atau serangkaian angka yang merepresentasikan potensi
kerugian.
Seperti halnya analisa kualitatif, analisa kuantitatif pun memiliki beberapa
metode dalam menilai risiko. Metode atau pendekatan kuantitaif ini dilakukan
untuk melakukan investigasi mengenai dampak risiko yang biasa digunakan oleh
para analis risiko. Para analis risiko menggunakan metode-metode kuantitatif
bukan dengan tujuan menganalisa risiko secara komprehensif melainkan hanya
menyederhanakan pendekatan tersebut sehingga dapat digunakan oleh organisasi,

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


30

karena sebenarnya tidak ada batasnya saat memformulasikan dampak dari risiko
secara kualitatif 18 . Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan dalam
analisa kuantitatif.
• Modelling risk
Dengan menggunakan model, seseorang dapat mensimulasikan
keadaan sebenarnya tanpa harus mengalaminya secara langsung. Simulasi
memungkinkan seseorang memprediksikan konsekuensi yang terjadi
dengan skenario yang berbeda-beda. Model tersebut dapat dibuat dalam
bentuk sederhana seperti spreadsheet budget atau kompleks seperti halnya
mathematical representation. Sederhana atau kompleksnya model
memberikan kesempatan pada analis untuk menentukan hasil dari kejadian
risiko berdasarkan asumsi yang berbeda. Metode ini dilakukan dalam
analisa sensitivitas untuk menentukan efek pada keseluruhan proyek dari
perubahan salah satu variabel risiko seperti keterlambatan desain atau
biaya material.
• Expected Value Analysis
Expected Value Analysis merupakan salah satu metode dalam
mathematical expectation yang kerap digunakan dalam analisa risiko.
Mathematical expectation memungkinkan seseorang menghitung expected
value dari suatu kejadian. Seperti diketahui nilai dari suatu hasil
berhubungan dengan kejadian dan probabilitas terjadinya.
• Benefit-Cost Ratio Analysis
Analisis ini biasanya digunakan saat membuat keputusan mengenai
investasi (termasuk keputusan pemilihan proyek), namun juga dapat
digunakan untuk mendukung analisa kuantitatif. Konsep dasar dari analisa
ini adalah menghitung nilai keuntungan yang akan diperoleh lalu
kemudian dibagi dengan biaya yang akan dikeluarkan. Hasil dari
pembagian ini (disebut sebagai rasio) nantinya akan dibandingkan dengan
rasio dari alternatif-alternatif yang ada. Metode ini juga dilakukan dalam
analisa sensitivitas.
• Monte Carlo Simulation

18
J. Davidson Frame, Op.Cit, hal 84

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


31

Simulasi monte carlo biasanya digunakan dalam melakukan analisa


probabilistik yaitu analisa yang menspesifikasikan sebuah distribusi
probabilitas untuk tiap risiko dan kemudian mempertimbangkan efek dari
kombinasi risiko. Metode Monte Carlo digunakan dengan istilah sampling
statistik. Penggunaan nama Monte Carlo, yang dipopulerkan oleh para
pioner bidang tersebut (termasuk Stanislaw Marcin Ulam, Enrico Fermi,
John von Neumann dan Nicholas Metropolis), merupakan nama kasino
terkemuka di Monako. Penggunaan keacakan dan sifat pengulangan proses
mirip dengan aktivitas yang dilakukan pada sebuah kasino. Dalam
autobiografinya, Adventures of a Mathematician, Stanixlaw Marcin Ulam
menyatakan bahwa metode tersebut dinamakan untuk menghormati
pamannya yang seorang penjudi, atas saran Metropolis.
Dalam buku manual penggunaan software Crystal Ball19, simulasi
monte carlo diartikan sebagai sebuah sistem yang menggunakan sejumlah
sampel acak untuk mengukur dampak dari ketidakpastian dari sebuah
model spreadsheet. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh Crystal Ball antara
lain:
- Menggambarkan daerah dari nilai yang mungkin untuk setiap sel
yang berisi ketidakpastian di model spreadsheet. Semua asumsi
yang ada dan diketahui akan langsung digambarkan.
- Melalui proses monte carlo, Crystal Ball mampu memperlihatkan
hasil berupa diagram yang menggambarkan semua kejadian yang
mungkin beserta frekuensinya masing-masing.

Langkah-langkah dasar untuk membangun sebuah simulasi


OptQuest adalah:
1. Menentukan cakupan variabel dan menentukan distribusi
probabilitas yang paling sesuai untuk masing-masing model
2. Membangun model spreadsheet
3. Membuat asumsi untuk variabel probabilitas

19
Crystal Ball 2000, User Manual, hal 2

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


32

Masing-masing variabel di dalam daerahnya memilih nilai secara


acak, kemudian ditentukan distribusi probabilitas untuk kejadian
nilai variabel tersebut. Hal ini mungkin dicapai melalui kurva
frekuensi kumulatif untuk variabel dan memilih suatu nilai dari
nomor tabel secara acak.
4. Membuat peramalan dari sel yang merupakan variabel output
5. Mengulangi langkah ke-2 dan 3 untuk memperoleh distribusi
probabilitas atas suatu hasil. Banyaknya iterasi yang diperlukan
tergantung pada banyaknya variabel dan derajat tingkat kepercayaan
yang dibutuhkan, tetapi pada umumnya berada pada kisaran 100
sampai 1000.
6. Melakukan simulasi
7. Mengambil kesimpulan

Keputusan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari sering


melibatkan banyak alternatif keputusan. Sebuah model optimasi dapat
menganalisa keputusan yang akan diambil dan memberikan solusi yang
terbaik. Salah satu software yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut
adalah OptQuest yang merupakan bagian dari Crystal Ball. Masalah
optimasi dalam OptQuest dapat diselesaikan dengan mengevaluasi model,
menganalisa dan mengintegrasikannya dengan simulasi sebelumnya yang
telah dihitung di Crystall Ball.
Model optimasi OptQuest memiliki tiga elemen utama, yaitu
variabel keputusan, batasan, dan tujuan. Variabel keputusan adalah
variabel yang dapat dikontrol, seperti jumlah produk yang akan
diproduksi, besarnya investasi yang akan dilakukan, dan lain-lain. Batasan
adalah nilai yang menjadi batasan atas hubungan beberapa variabel
keputusan, seperti jumlah total investasi yang akan diberikan ke beberapa
proyek. Sedangkan tujuan adalah gambaran tujuan dari model secara
matematis, contohnya adalah untuk memaksimalkan laba atau
meminimalkan biaya.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


33

Penggunaan analisa baik kualitatif maupun kuantitatif tergantung pada


kebutuhan analis. Kedua jenis analisa ini pun dapat dikombinasikan dengan
terlebih dahulu melakukan analisa kualitatif baru dapat dilanjutkan analisa
kuantitatif. Analisa kualitatif dan analisa kuantitatif mempunyai kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Untuk masing-masing kelebihan dan kelemahan
dari kedua jenis analisa tersebut dapat dilihat pada tabel 2.8.

Tabel 2. 8. Kelebihan dan Kekurangan Analisa Kualitatif dan Kuantitatif


Jenis Analisa Kelebihan Kekurangan
Mudah dimengerti Subjektif
Tidak mahal Tergantung kepada keyakinan yang belum terjadi
tidak akan terjadi
Dapat digunakan bahkan tanpa adanya data yang Hasil tergantung kepada detail dari format peta
Kualitatif
bagus risiko
Dapat memberikan gambaran prioritas untuk risiko Terkadang bukan analisa yang bagus untuk faktor-
dalam jumlah yang besar faktor yang mengakibatkan risiko dan bagaimana
cara menguranginya
Dapat menunjukkan bahwa keyakinan berdasarkan Harus digunakan pada model yang belum tentu
intuisi biasanya tidak benar merupakan representasi kenyataan
Mengijinkan dasar komunikasi umum Individu boleh mempercayai angka tanpa mmbuat
allowance yang cukup untuk asumsi yang tidak
Kuantitatif pasti atau menolak seluruh analisa kuantitatif
dikarenakan metode statistik yang tidak dapat
dipercaya
Memaksa pertimbangan yang detail dari faktor-
faktor yang mengkibatkan terjadinya risiko

(Sumber: Managing Risk in Organization: A Guide for Manager, 2002)

2.2.2.4 Evaluasi Risiko


Evaluasi Risiko dapat diartikan sebagai proses untuk membandingkan
tingkatan risiko yang didapat dari tahapan analisa dengan kriteria yang ditentukan
oleh organisasi. Kriteria ini membantu dalam menentukan parameter untuk
tindakan yang akan dilakukan dan juga merefleksikan tingkatan risiko organisasi.
Kriteria ini seharusnya merefleksikan operasional, teknikal, finansial, legal, sosial,
dan humanitarian (AS/NZ 4360:2004). Tujuan dari tahapan evaluasi risiko adalah
membuat keputusan berdasarkan keluaran dari analisa risiko mengenai prioritas
dalam manajemen risiko.
Ouput dari tahapan evaluasi adalah daftar kejadian risiko yang dilengkapi
dengan tingkatan risiko. Prioritas terhadap risiko seharusnya dibuat berdasarkan
pertimbangan tipe analisa (baik kualitatif maupun kuantitif), seperti tujuan

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


34

organisasi, kesempatan yang akan diperoleh organisasi ketika mengambil risiko.


Baik sebelum atau sesudah merespon risiko, risiko-risiko tersebut akan dievaluasi
untuk menentukan sejauh mana treatment perlu dilakukan untuk menangani atau
mengurangi risiko sampai pada tingkatan yang bisa diterima20.
Jika risiko berada pada tahapan acceptable range, maka risiko-risiko
tersebut tidak memerlukan respon yang lebih jauh dari organisasi. Dalam kasus
ini, risiko-risiko tersebut hanya perlu dimonitor untuk memastikan bahwa risiko-
risiko tersebut memang dapat diterima oleh organisasi. Namun jika risiko tersebut
tidak berada pada acceptable range maka risiko tersebut harus direspon dengan
opsi lain yang akan dijelaskan pada sub-sub bab berikut.

2.2.2.5 Respon Risiko


Respon risiko juga dapat dikatakan sebagai perencanaan dalam penangan
risiko itu sendiri. Tujuan dari tahapan ini adalah mempersiapkan seseorang untuk
melakukan sesuatu bila risiko terjadi dan juga mengurangi risiko yang mungkin
terjadi
Terdapat dua tipe respon terhadap risiko, yaitu sebagai berikut21:
• Respon langsung (immediate respon)
Merupakan modifikasi terhadap rencana proyek sehingga
risiko yang teridentifikasi berkurang atau menghilang sama sekali
• Respon darurat (contingency respon)
Sebuah persiapan dalam perencanaan proyek untuk langkah-
langkah tindakan yang hanya akan diimplementasikan jika
konsekuensi yang tidak diinginkan dari risiko yang telah
diidentifikasi muncul.
Menurut standar manajemen risiko AS/NZ 4360:2004, strategi untuk
memperlakukan risiko dibagi menjadi dua kategori, yaitu tindakan mengurangi
atau mengontrol likelihood dan prosedur untuk mengurangi atau mengontrol
konsekuensi. Tindakan yang termasuk ke dalam kategori pertama contohnya
adalah audit, menstruktur kontrak secara efektif, preventive maintenance,

20
Ted Heller, Australia/New Zealand Risk Management Guidline (ASNZ 4360:2004), hal 6
21
C. Noris, J. Perry, dan P. Simon, Project Risk Analysis and Management, The Association for
Project Management, Buckinghamshire, 2000, hal 10.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


35

implementasi manajemen proyek secara efektif, training, dan mendesain


organisasi operasional secara efektif. Sedangkan untuk kategori kedua adalah
prosedur untuk mengimplementasikan contingency plans, menerbitkan kontrak
yang jelas, dan menerbitkan strategi public relation22.
Strategi atau metodologi yang dilakukan dalam merespon risiko bertujuan
untuk meminimalkan likelihood dan impact dari risiko yang terjadi. Strategi atau
metodologi yang digunakan dalam merespon risiko adalah:
• Mencegah risiko (Risk Avoidance)
Mencegah risiko berhubungan dengan upaya untuk mengurangi
kemungkinan seseorang atau sesuatu menderita kerugian akibat terjadinya
risiko.Oleh karena itu, seseorang memilih untuk tidak melakukan aktivitas
yang memicu terjadinya risiko tersebut. Terkadang suatu risiko mempunyai
dampak yang sangat parah sehingga harus dihindari. Dampak potensial yang
dimiliki suatu proyek berarti proyek tersebut sangat mungkin gagal. Untuk
mengetahui risiko-risiko apa saja yang harus dihindari, suatu organisasi harus
mempunyai pengetahuan mengenai toleransi dari risiko yang bersangkutan
terlebih dahulu. Risiko yang dapat diasuransikan sebaiknya dihindari jika
risiko tersebut mempunyai kemungkinan tinggi maupun dampak yang besar
jika muncul.
• Menerima risiko (Risk Acceptance)
Terkadang ada saatnya strategi terbaik adalah dengan menerima risiko.
Hal ini biasanya berlaku untuk kasus-kasus yang memiliki risiko dengan
kemungkinan munculnya adalah rendah hingga menengah, dan dampak yang
dihasilkan yang juga rendah hingga medium jika risiko tersebut muncul. Jika
menerima risiko adalah strategi yang akan digunakan maka manfaat yang
didapat dari menerima risiko tersebut harus seimbang dengan kerugiannya.
Cara yang paling umum digunakan dalam strategi menerima risiko ini adalah
dengan membuat rencana terhadap hal-hal yang mungkin terjadi (contingency
reserves) untuk mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi.
• Mengurangi risiko (Risk Mitigation)

22
J. Davidson Frame, Op.Cit., hal 136

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


36

Arti kata dari mitigate adalah pengurangan. Dalam pengurangan risiko,


organisasi mencoba mengurangi risiko dengan dua cara. Cara pertama adalah
pengurangan peluang terjadinya risiko. Cara kedua, yaitu pengurangan
dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu risiko. Perbedaan strategi
pengurangan risiko dengan penolakan risiko adalah pada strategi penolakan
risiko organisasi menghilangkan sumber risiko secara keseluruhan. Hal ini
dapat dilakukan dengan tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dianggap
berisiko. Dalam pengurangan risiko, organisasi tetap melakukan aktivitas
yang berisiko tersebut namun melakukan aktivitas yang dapat mengurangi
peluang terjadinya risiko dan dampak kerugian yang ditimbulkan.
• Memindahtangankan penanggungjawab risiko (Risk Transfer)
Risiko dapat dipindahkan kepada pihak lain, namun untuk strategi ini
risiko tidak dihilangkan melainkan hanya membuat pihak lain khawatir akan
risiko tesebut. Risiko dapat ditransfer dengan dua cara:
- Risiko-risiko dengan probabilitas kemunculan yang tinggi, tetapi dengan
dampak yang kecil jika benar-benar muncul, sering ditransfer pada pihak
kontraktor untuk dikelola. Kontraktor menerima risiko, mengatur
rencana untuk risiko tersebut, dan menambahkan margin keuntungan
untuk mengelolanya. Hal tersebut dapat dilakukan secara komersial jika
kontraktor mengetahui kemungkinan dan dampak dari tiap-tiap risiko.
- Risiko-risiko dengan probilitas kemunculan yang rendah, tetapi memiliki
dampak yang sangat besar jika terjadi, tindakan yang terbaik adalah
diasuransikan. Perusahaan asuransi menerima risiko dengan pembayaran
premi dan menyebarkan kontrak risiko pada sejumlah besar risiko-risiko
sejenis.

2.2.2.6 Memonitor risiko


Memonitor risiko dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengumpulkan
informasi yang ada mengenai situasi setelah risiko ditangani. Memonitor risiko
juga dapat dikatakan sebagai cara untuk memastikan bahwa proses berjalan lancar
dan semua asumsi mengenai risiko adalah valid. Jika ternyata saat proses berjalan,
asumsi yang ada tidak valid maka feedback perbaikan dapat segera dilakukan.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


37

Aktivitas monitoring ini biasanya terdiri dari dua elemen, yaitu kebijakan berisi
apa yang harus dilakukan dan prosedur untuk menjalankan kebijakan tersebut.Dua
bentuk sistem informasi untuk pengendalian dapat digunakan. Yang pertama
adalah pengendalian umum, yang digunakan untuk banyak sistem aplikasi dan
memastikan kelangsungan operasionalnya. Yang kedua adalah pengendalian
aplikasi, mencakup tahap-tahap komputerisasi dalam aplikasi software untuk
mengontrol penerapan teknologi. Kedua bentuk pengendalian memastikan
kelengkapan, keakuratan, dan validitas dari informasi yang pengaplikasiannya
dapat dikombinasikan dengan pengendalian manual jika dibutuhkan.

2.3 Maintenance
2.3.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)
Maintenance dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dibutuhkan untuk
menjaga suatu fasilitas atau asset agar tetap pada kondisi yang normal dan bekerja
dengan baik 23 . Kegiatan ini sangat penting karena jika tidak dilakukan akan
mengakibatkan masalah yang besar dengan biaya yang mahal. Pemeliharaan yang
dilakukan oeh suatu organisasi berdasarkan pada standar yang ditetapkan oleh
masing-masing organisasi. Standar ini berbeda-beda pada tiap organisasi dan jenis
industrinya. Kegiatan pemeliharaan sangat penting untuk memastikan bahwa
instalasi, konstruksi, dan operasional berada pada posisi yang aman sesuai dengan
standard24.
Tujuan dari pemeliharaan dapat didefinisikan sebagai berikut:
• Untuk memperpanjang usia kegunaan aset
• Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi (atau jasa) dan mendapatkan laba investasi (return on investment)
semaksimum dan seoptimal mungkin.
• Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluuh peralatan yang
dibutuhkan dalam keadaan darurat setiap waktu.
• Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut
• Untuk menjamin terpenuhinya jaminan pelayanan (service level)

23
Lawrence Mann, Maintenance Management, Lexington Books, 1978, hal 1
24
Zurich,” Developing an Effective Maintenance Management Program” 2001, hal 1

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


38

Untuk membuat sistem pemeliharaan yang baik, ada beberapa elemen


yang harus diperhatikan:
• Komitmen manajemen
Manajemen harus bersungguh-sungguh dalam mendukung kegiatan
pemeliharaan. Manajemen juga harus mengkomunikasikan setiap kebijakan
dan prosedurnya ke seluruh karyawan.
• Budget
Kegiatan pemeliharaan membutuhkan dana yang cukup untuk service
dan pengadaan part. Proses penentuan dana yang dibutuhkan sebaiknya
dilakukan langsung oleh departemen pemeliharaan.
• Management Review
Pastisipasi manajemen berlanjut dalam proses review dan audit. Hal
ini merupakan bagian yang penting untuk mem-follow up dan menentukan
tindakan perbaikan.
• Otoritas
Kebijakan perusahaan seharusnya mendelegasikan otoritas dan
memberikan tanggungjawab ke karyawan yang tepat. Tanggung jawab yang
spesifik dan standar performa seharusnya selalu dikomunikasikan secara
jelas. Proses ekalasi ini dapat dilakukan jika ternyata karyawan yang diberi
tanggungjawab tidak dapat atau mampu untuk mengatasi masalah yang
terjadi.
• Ability (Kemampuan)
Karyawan yang dipekerjakan dalam kegiatan pemeliharaan ini
diharapkan memiliki kemampuan sesuai dengan kriteria, baik dalam hal
kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan mengkomunikasikan
masalah, dan juga kemampuan kepemimpinan. Kemampuan, pengalaman,
dan keahlian merupakan salah satu hal yang dibutuhkan ketika melakukan
perbaikan dan servis.
• Skill dan Training (Kemampuan dan Pelatihan)
Untuk meningkatkan kemampuan teknikan akan peralatan dan fasilitas
yang baru, karyawan pemeliharaan perlu mengikuti pelatihan atau training.
• Inspeksi Fasilitas

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


39

Inspeksi yang dilakukan meliputi keamanan peralatan, building service


equipment, peralatan proses produksi, dan peralatan industri.
• Audit Pemeliharaan (Maintenance Audit)
Audit merupakan barometer kesuksesan kegiatan pemeliharaan. Audit
akan menunjukkan kesuksesan dalam operasional bila hasil audit
menggambarkan pengurangan biaya pemeliharaan, pengurangan downtime,
serta meningkatkan produksi
• Safety (Keamanan)
Prosedur keamanan atau keselamatan seharusnya dikembangkan untuk
semua kegiatan operasional pemeliharaan. Yang termasuk prosedur
keselamatan adalah peralatan untuk melindungi petugas, keamanan
peralatan, lockout atau logout, material handling.
Berdasarkan waktu, maintenance dapat dikategorikan menjadi25
1. emergency maintenance yaitu pemeliharaan yang harus segera dilakukan
dalam beberapa waktu ke depan.
2. routine maintenance yaitu pemeliharaan yang dilakukan dalam rentang
waktu tertentu
3. preventif maintenance yaitu pemeliharaan yang harus dilakukan sebagai
salah satu prosedur dalam sebuah rencana, biasanya untuk mencegah hal-
hal yang tidak diinginkan
Secara garis besar yang akan dibahas adalah jenis pemeliharaan preventive
maintenance.

2.3.2 Preventive Maintenance


Pemeliharaan secara ideal adalah pemeliharaan preventif, yaitu
pemeliharaan yang dilakukan sebelum terjadinya kerusakan pada fasilitas baik itu
kerusakan pada kualitas maupun kuantitas produk yang dihasilkan. Pemeliharaan
preventif dimulai bahkan ketika suatu fasilitas mulai dibangun atau dibeli dari
vendor, aktivitas awalnya adalah dengan memastikan bahwa pendesainan,
pembuatan dan pembelian (spesifikasi) fasilitas tidak menuntut banyak aktivitas
pemeliharaan yang diluar batas normal. Pemeliharaan pencegahan bertujuan untuk

25
Ibid

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


40

mencegah kegagalan peralatan yang parah dan juga untuk meningkatkan


produktivitas dengan mengurangi downtime yang tidak terencana dan juga
kerusakan peralatan. Pemeliharaan terencana ini memliki 4 fungsi utama, yaitu
- Membuat jadwal pemeliharaan secara periodik
- Membuat dan mengontrol dokumen yang berisi record service dan
perbaikan seluruh peralatan
- Menentukan daur hidup setiap peralatan
- Mengidentifikasi parts yang kritis, menentukan tingkat inventori dan
mengontrol setiap spare part.

Keuntungan yang berpotensi dihasilkan dari pengaplikasian program


pemeliharaan preventif adalah sebagai berikut26:
• Biaya pemeliharaan yang kecil karena perencanaan yang lebih matang
mengingat orientasi kerja bersifat pra-situasi
• Aktivitas pemeliharaan dapat dilakukan tanpa menggangu aktivitas operasi
dan pemeliharaan itu sendiri karena penyesuaian jadwal yang saling
menguntungkan
• Beberapa aktivitas pemeliharaan preventif adalah kegiatan standar yang
dapat ”dipaketkan” sehingga terbuka alternatif untuk outsourcing
• Downtime dapat diminimalisir karena aktivitas pemeliharaan diusahakan
dilakukan ketika fasilitas memang sedang menganggur
• Persediaan suku cadang untuk pemeliharaan dapat diminimalisir karena
dengan penjadwalan yang baik, supplier dapat mengantisipasi pengiriman
barang pada waktu yang tepat
• Kekisruhan yang seringkali bersumber dari pemeliharaan darurat dapat
diminimalisir karena pemeliharaan preventif merupakan kontra dari
pemeliharaan darurat (emergency) dan salah satu tujuan utamanya
memang untuk mencegah terjadinya aktivitas tersebut
• Kesiagaan peralatan untuk pemeliharaan juga dapat diminimalisir karena
jadwal sudah diantisipasi

26
Lawrence Mann, OpCit, hal 98

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


41

• Waktu lembur dapat dikurangi yang juga bersumber dari penjadwalan


yang baik
• Meningkatkan faktor keamanan karena berorientasi pada pencegahan
bukan penanggulangan
• Mengurangi polusi yang biasa timbul ketika terjadi masalah darurat

Pemeliharaan terencana dibagai menjadi dua aktivitas utama yaitu


pencegahan dan korektif. Bagian utama pemeliharaan pencegahan meliputi
pemeriksaan, penyetelan minor pada selang waktu yang telah ditentukan serta
penggantian komponen minor yang ditemukan pelu diganti pada saat
pemeriksaan. Pemeliharaan korektif meliputi reparasi minor, terutama untuk
jangka pendek, yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga overhaul
terencana (suatu perluasan yang direncanakan dalam rincian untuk jangka panjang
sebagai hasil pemeriksaan pencegahan) misalnya overhaul tahunan.
Berikut ini adalah penggambaran dari jenis-jenis pemeliharaan
berdasarkan pendeskripsian diatas:

Gambar 2. 5 Hubungan antara jenis pemeliharaan

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


42

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


42

3. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Profil Rumah Sakit


Rumah Sakit X didirikan pada tanggal 12 Desember 1986. Pada saat mulai
beroperasi Rumah Sakit X hanya memiliki fasilitas pelayanan rawat jalan saja,
yang terdiri dari Klinik Umum dan UGD, Klinik Gigi, Klinik Mata, Klinik
Penyakit Dalam, Klinik Kebidanan dan Klinik Bedah.
Pada tahun 1987 fasilitas rawat inap mulai dibuka dengan kapasitas 40
tempat tidur yang diperuntukkan bagi perawatan kebidanan, anak dan umum.
Selanjutnya tahun 1998 pembangunan fasilitas rawat inap bertambah menjadi 149
tempat tidur. Pembangunan fisik rumah sakit terus berkembang dengan
ditambahnya Unit Fisioterapi pada tahun 1994 dan kapasitas ruang perawatan
bertambah menjadi 149 tempat tidur. Perubahan dan pengembangan terus berjalan
diantaranya dengan dibangunnya sebuah masjid yang representatif pada tahun
1997 bersamaan dengan dibangunnya Ruang VIP dan Kelas I serta Unit High
Care.
Visi yang diemban oleh Rumah Sakit X adalah menjadi rumah sakit yang
mempunyai kualitas tinggi terutama untuk wanita Ibu dan Anak, serta pelayanan
gawat darurat dan penyakit infeksi tropik dan menjadi pusat pembentukan kader
persyarikatan dalam bidang kesehatan
Misi dari Rumah Sakit X adalah memberikan pelayanan kesehatan yang
profesional Islami.
Sedangkan tujuan dari Rumah Sakit X adalah untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, melalui pendekatan pemeliharaan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitas), yang dilakukan secara
menyeluruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta tuntutan ajaran
agama islam dengan tidak memandang agama, golongan dan kedudukan.
Rumah Sakit X memiliki 1 direktur utama yang membawahi empat
direktur yang mengurus bagian-bagian utama yang terdapat di rumah sakit.
Keempat direktur tersebut membawahi manajer-manajer yang mengurus bidang-
bidang yang lebih spesifik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.1.

42 Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


43

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit X

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


44

3.2. Product Knowledge


3.2.1. Departemen Sarana dan Prasarana
Penulis akan membahas departemen sarana dan prasarana karena
penelitian ini dilaksanakan di departemen ini, khususnya di seksi sarana fisik yang
mempunyai job desc salah satunya untuk melaksanakan maintenance gedung,
umum, dan peralatan medis yang menjadi fokus utama dalam penelitian.
Departemen sarana dan prasarana dikepalai oleh seorang Manajer Sarana
dan Prasarana yang membawahi Seksie Sarana Fisik dan Inventaris dan
Kendaraan. Seksi Sarana Fisiko, yang dikepalai oleh seorang Kepala Seksie,
membawahi tiga Koordinator Kelompok Kerja (K3), yaitu K3 Umum, K3
Bangunan dan Air, dan K3 Elektromedik. Berikut ini adalah struktur organisasi
dalam departemen sarana dan prasarana.

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Departemen

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tugas setiap personil pada tiap
jabatan di departemen sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut
ini:

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


45

Tabel 3.1 Deskripsi kerja tiap personil pada tingkatan jabatan

!
" ! #
!
$
%
&' #
%
(
#
) #
!

!
*

*
! !

+
+

,
-% ,

,
" +

$ #
,
& *

( * !

) *
+

-% !

" *

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


46

Tabel 3.1 Deskripsi kerja tiap personil pada tingkatan jabatan (lanjutan)

!
!"

-%
"
$ *
Pemeliharaan Mesin

!
Pelaksana

! .
! +

" #
Pelaksana Instalasi Listrik
dan Genset

! .
" ! +

$ #
'
Pelaksana Instalasi dan
Distribusi Air Bersih

'

! .
" ! +

$ #
Pemeliharaan
Pelaksana

Bangunan

+ !
! .
! +

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


47

3.2.2. Alur Proses di Seksi Sarana Fisik


Pada alur proses di seksi sarana fisik, terdapat dua alur yang penting, yaitu
alur pemeliharaan berkala dan alur pemeliharaan korektif. Untuk alur
pemeliharaan berkala, dimulai pada saat dimulainya pemeliharaan sesuai jadwal
pemeliharaan yang telah ditetapkan oleh seksi sarana fisik rumah sakit. Jadwal
pemeliharaan berkala peralatan medis di rumah sakit, berbeda-beda tergantung
jenis peralatan medisnya. Saat pemeliharaan dilakukan semua kegiatan
didokumentasikan, baik tidak terdapat temuan masalah pada peralatan tersebut
ataupun ditemukannya masalah. Jika ditemukan masalah pada peralatan medis
tersebut, maka perlu dilakukan pemeliharaan perbaikan. Pemeliharaan perbaikan
yang membutuhkan spare part dalam perbaikan peralatan perlu disesuaikan
dengan kondisi inventori spare part yang ada. Jika spare part yang diinginkan
ada, maka pemeliharaan perbaikan dapat langsung dilakukan, namun jika spare
part yang diperlukan tidak ada inventorinya, maka harus langsung menghubungi
supplier untuk meminta dikirimkan barang baru. Ataupun jika perbaikan peralatan
tidak dapat dilakukan sendiri oleh rumah sakit maka dapat meminta bantuan
supplier, yang bertindak sebagai subkontraktor. Alur proses pemeliharaan berkala
jika terdapat temuan bermasalah ini berlaku juga jika terhadap laporan kerusakan
peralatan medis di luar dari jadwal pemeliharaan yang seharusnya. Semua
kegiatan pemeliharaan, beserta ada atau tidaknya sparepart akan
didokumentasikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Alur proses seksi sarana fisik

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


48

3.2.3. Intensive Care Unit


Intensive Care Unit atau yang biasa juga disebut dengan Unit Perawatan
Intensif, merupakan sebuah unit yang merawat pasien yang membutuhkan
perawatan yang intensif. Di rumah sakit x, ICU juga dikenal dengan nama HCU
(High Care Unit). Pada unit ICU terdapat 6 tempat tidur (bed),dan 36 peralatan
medis dengan 19 jenis yang berbeda dan mempunyai fungsinya masing-masing
dalam menunjang kesehatan pasien. Pada Tabel 3.2 dapat dilihat daftar peralatan
yang terdapat di unit ICU.

Tabel 3.2. Daftar Peralatan Medis di ICU


NO Nama Peralatan Merk Tipe Jumlah
1 Tensimeter Riester Nova 1
2 Tensimeter Erka Erka Meter 1
3 Suction Pump Medela Basio-30 1
4 Suction Pump Eastern ES 700 1
5 Timbangan Pegas Tanita 120 1
6 Timbangan Pegas Tanita 20 1
7 ECG Kenz 106 1
8 Infusion Pump Terumo TE-112 4
9 Syringe Pump Terumo TE-311 8
10 Monitor GE Dash 2000 4
11 Servo Ventilator Siemen Servo-i 3
12 Patient Monitor Data Scope Parport 5 1
13 Sterilisator Memert M300 1
14 Monitor Mindray PM9000 3
15 Suction Pump Gabler FSE-700 1
16 DC Shock Nihon Kohden Cardiolife 1
17 Suction Pump Thomas Medi Pump 1
18 Bloodwarmer Animec AM-25-SA 1
19 X-Ray Mobile Horse Head SF-70A 1
TOTAL 36

3.3. Penetapan Konteks


Konteks manajemen risiko yang penulis tetapkan dalam skripsi ini adalah
manajemen risiko dalam departemen sarana dan prasarana. Departemen ini
merupakan departemen yang bertugas untuk melakukan pemeliharaan terhadap
gedung, umum, dan peralatan medis di setiap bagian dan unit di rumah sakit,
termasuk Intensive Care Unit. Suatu peralatan dinyatakan masuk ke dalam jadwal
pemeliharaan jika sudah tercatat ke dalam invetaris rumah sakit.
Manajemen risiko dalam departemen ini perlu dilakukan agar risiko-risiko
yang terdapat pada proses pemeliharaan berjalan dengan baik dan risiko tersebut

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


49

tidak sampai mengakibatkan kerugian pada customer yang dalam hal ini adalah
pasien. Karena selama ini pihak rumah sakit belum pernah melakukan manajemen
risiko mengenai peralatan medis maka toleransi risiko diperoleh dari literatur yang
kemudian dikonsultasikan ke pihak rumah sakit.

3.4. Identifikasi Risiko


Identifikasi risiko merupakan proses dalam menentukan apa, kenapa, dan
bagaimana suatu risiko dapat terjadi. Tujuan dari proses ini adalah untuk
mengidentifikasi atau mengenali risiko yang mungkin terjadi lebih awal sehingga
dapat mengurangi atau mengeliminasi dampak dari risiko tersebut. Output yang
diharapkan dari proses identifikasi risiko ini adalah daftar risiko yang nantinya
akan digunakan sebagai input dalam tahapan penilaian risiko.

3.4.1. Tahapan Identifikasi Risiko


Identifikasi risiko dilakukan dalam departemen sarana dan prasarana, seksi
sarana fisik Rumah Sakit X. Penulis melakukan dua tahapan dalam
mengidentifikasi risiko, yaitu wawancara dan studi literatur. Tahapan-tahapan
dalam identifikasi risiko yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
• Wawancara
Wawancara dilakukan pada pihak-pihak yang dianggap expert di seksi
sarana fisik Rumah Sakit X mengenai masalah-masalah yang sering terjadi
selama kegiatan pemeliharaan peralatan medis ICU di rumah sakit X.
Kegiatan pemeliharaan didefinisikan sebagai seluruh aktivitas atau kegiatan
pemeliharaan terhadap peralatan medis yang telah tercatat dan terjadwal dalam
jadwal pemeliharaan berkala seksi sarana fisik. Pihak-pihak yang menjadi
responden dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah Kepala Seksi
Sarana Fisik, K3 Elektromedik, K3 Bangunan dan Air, Pelaksana 1, Pelaksana
2, dan Pelaksana 3.
Dari hasil wawancara didapatkan beberapa item risiko yang pernah
terjadi pada saat kegiatan pemeliharaan peralatan medis ICU, yaitu sebagai
berikut:
- Beban tugas personil yang berlebihan

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


50

- Kecelakaan personil
- Pemadaman listrik
- Kebocoran di dalam ruangan ICU
- Kekurangan budget maintenance
- Kesulitan mendapatkan dana dengan cepat
Dana yang dimaksud disini adalah dana untuk penggantian
peralatan medis yang rusak dan tidak dapat diperbaiki sehingga perlu
untuk membeli peralatan baru.
- Tidak adanya back up peralatan medis untuk penggantian sementara
peralatan medis yang sedang diperbaiki oleh supplier
Sistem perbaikan peralatan medis tidak menggunakan sistem sub
kontraktor melainkan menggunakan jasa yang ditawarkan oleh supplier
untuk memperbaiki peralatan medis yang rusak. Suplier yang memperbaiki
perlatan medis yang rusak tersebut merupakan supplier peralatan medis
tersebut. Saat peralatan medis diperbaiki oleh supplier, supplier
menyediakan peralatan medis pengganti sementara untuk digunakan di
rumah sakit dengan tujuan untuk memperlancar operasional unit di rumah
sakit.
- Keterlambatan pengiriman peralatan medis oleh supplier
- Lamanya proses perbaikan
- Kerusakan peralatan medis
- Kerusakan AC sehingga terjadi tetesan air
- Lamanya proses penggantian peralatan yang rusak
- Kekacauan operasional peralatan medik
• Studi Literatur
Selain dari wawancara, penulis juga mencari daftar risiko yang
berdasarkan literatur manajemen risiko. Literatur yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya adalah Project Management Handbook, Managing
Risk in Organization (J. Davidson, 2003). Dari hasil literatur diperoleh
beberapa item risiko yang telah dikelompokan ke dalam 5 item risiko sebagai
berikut:
- Risiko Personil

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


51

Risiko personil merupakan risiko yang berasal dari personil


departemen pemeliharaan itu sendiri. Yang termasuk ke dalam risiko
personil adalah beban tugas personil yang berlebihan dan kecelakaan
personil.
- Risiko Supplier
Risiko supplier merupakan risiko yang berasal dari supplier. Item
risiko yang termasuk ke dalam kategori ini adalah tidak adanya back up
peralatan medis untuk penggantian sementara peralatan medis yang sedang
diperbaiki supplier dan keterlambatan pengiriman peralatan medis oleh
supplier.
- Risiko Finansial
Risiko finansial merupakan risiko-risiko yang akan berdampak
secara langsung terhadap biaya. Item risiko yang termasuk ke dalam
kategori risiko ini adalah kekurangan budget maintenance dan kesulitan
mendapatkan dana dengan cepat.
- Risiko Operasional
Risiko operasional dapat dideskripsikan sebagai risiko-risiko yang
terjadi selama kegiatan pemeliharaan (baik pemeliharaan rutin maupun
pemeliharaan korektif) berlangsung. Item risiko yang termasuk ke dalam
kategori ini adalah kerusakan peralatan medis, lamanya proses perbaikan
peralatan, kerusakan AC sehingga terjadi tetesan air, lamanya proses
penggantian peralatan yang rusak, dan kekacauan operasional peralatan
medik.
- Risiko Eksternal
Risiko eksternal dapat dideskripsikan sebagai risiko yang berasal
dari pihak luar. Yang termasuk ke dalam kategori risiko ini adalah
pemadaman listrik yang dilakukan oleh PLN dan kebocoran di dalam
ruangan yang diakibatkan oleh hujan lebat.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


52

3.4.2. Daftar Risiko


Berdasarkan wawancara dan studi literatur, penulis memperoleh daftar
risiko yang akan menjadi output dari tahap identifikasi risiko. Daftar risiko ini
akan digunakan sebagai input pada tahapan penilaian risiko (analisis risiko).
Item risiko yang didapatkan dari hasil wawancara dikonfirmasikan ke
perusahaan. Setelah dikonfirmasikan, item-item risiko ini kemudian
dikelompokkan ke dalam lima kategori yang didapatkan dari hasil studi literatur,
yaitu risiko personil, risiko eksternal, risiko operasional, risiko finansial, dan
risiko supplier. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3. Sebagai
tambahan untuk memperjelas setiap item risiko, penulis juga mencantumkan
penyebab risiko (cause) dan dampak dari terjadinya risiko tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


53

Tabel 3.3. Daftar Risiko

$ # # ' " ( )) &

! %
! # "!
/ $ !# #% ! !
! !
* 0

&

$ # # ' " ( )) &

!
" ! #" ! /
! & 0
*

" 1 !
% !
! &

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


54

Tabel 3.3. Daftar Risiko (lanjutan)

$ # # ' " ( )) &

$ # &
%
"
" " !!
!
!
!
$ ! !
+ *
# "

#
2 !
!
% !
%
"

$ # # ' " ( )) &

-
3 %14 5'%14

* 6 !
# &
" !

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


55

Tabel 3.3 Daftar Risiko (lanjutan)

$ # # ' " ( )) &

* $ %
!
#
2 75 2 !
75 ! "

" 2
1 !
% !!
*
!
7 %
* $
! !
!!
$ ! "

& "
1 !

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


56

Setelah membuat daftar risiko yang dikelompokkan ke dalam lima


kategori risiko, penulis mengkonfirmasikan ulang item-item risiko yang ada.
Konfirmasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa daftar risiko sudah mencakup
semua risiko yang mungkin terjadi dalam departemen maupun kegiatan
pemeliharaan (maintenance). Dari hasil konsultasi, pihak rumah sakit yang
diwakili oleh K3 Elektromedik dan Kepala Seksi Sarana Fisik, merasa bahwa
daftar risiko yang telah dibuat sudah mencakup semua risiko sehingga tidak perlu
dilakukan penambahan item risiko.
Selain kepada pihak rumah sakit, penulis juga telah mengkonfirmasikan
daftar risiko ini kepada pembimbing untuk meminta saran maupun kritik. Sama
halnya dengan pihak rumah sakit, pembimbing juga telah menyetujui daftar risiko
yang penulis buat.
Kedua pernyataan ini dapat dijadikan bentuk validasi dari pihak ahli
terhadap hasil dari tahapan identifikasi manajemen risiko. Dengan adanya validasi
ini, penulis menganggap tahapan identifikasi risiko telah selesai.

3.5. Analisis Risiko


Analisis risiko merupakan tahapan selanjutnya setelah dilakukannya
identifikasi risiko. Analisis risiko adalah fase ketika setiap risiko yang telah
teridentifikasi dinilai dengan dua cara, yaitu arti dari probabilitas kemunculan
risiko dan kemudian estimasi dampak dari risiko yang spesifik jika risiko tersebut
muncul. Input pada tahapan analisis risiko ini adalah daftar risiko yang didapatkan
dari tahapan identifikasi risiko. Sedangkan output yang diharapkan dari tahapan
ini adalah tingkatan atau level dari setiap risiko. Metode yang digunakan pada fase
analisis risiko ini adalah dengan metode kuesioner untuk para ahli.

3.5.1. Penyusunan Kuesioner


Untuk dapat memperoleh peringkat risiko atau level dari setiap risiko,
penulis menggunakan kuesioner yang akan disebarkan kepada responden di dalam
seksi sarana fisik. Kuesioner tersebut berisi daftar risiko (yang diperoleh dari
tahapan identifikasi risiko), penilaian terhadap probabilitas terjadinya risiko, dan
juga penilaian terhadap dampak dari risiko tersebut. Untuk probabilitas terjadinya

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


57

risiko dibagi ke dalam 5 tingkatan, yaitu sangat tinggi, tinggi, medium, rendah,
dan sangat rendah27. Dalam menentukan kriteria dari setiap tingkatan probabilitas,
penulis menggunakan panduan dari literatur yang kemudian dikonsultasikan ke
kepala seksi sarana fisik dan K3 Elektromedik. Pada tabel 3.4 ditunjukkan kriteria
dari setiap tingkatan probabilitas.

Tabel 3.4. Kriteria Probabilitas

PROBABILITAS SKALA DESKRIPSI

Risiko terjadi hanya pada saat atau keadaan tertentu saja.


Sangat Rendah 1
Probabilitas terjadinya risiko sebesar 0-5%
Risiko ini mungkin akan terjadi tetapi tidak diperkirakan akan
Rendah 2
terjadi. Probabilitas terjadinya risiko sebsar 6-20%
Risiko ini diperkirakan mungkin terjadi pada suatu waktu.
Medium 3
Probabilitas terjadinya item risiko sebesar 21-50%
Risiko ini pasti akan terjadi minimal satu kali dalam satu bulan.
Tinggi 4
Probabilitas terjadinya risiko sebesar 51-90%
Risiko ini pasti akan sering terjadi dalam satu bulan. Probabilitas
Sangat Tinggi 5
terjadinya risiko sebesar 91-100%

(Sumber: A Risk Register Database System to Aid The Management of Project


Risk)

Penilaian terhadap dampak juga dibagi ke dalam 5 tingkatan yaitu


Insignificant, Minor, Medium, Medium, Major, dan Catastrophic 28 . Dalam
menentukan kriteria untuk tingkatan dampak penulis kembali mengkombinasikan
antara studi literatur dengan pendapaat dari pihak seksi sarana fisik. Berikut ini
merupakan tingkatan dampak:

27
Patterson, Fiona & Kevin Neailey,” A Risk Register Database System to Aid The Management
of Project Risk”, 2002, hal 32
28
Caltrans,” Project Risk Management Handbook: Threat and Opportunities”, 2007, hal 40

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


58

Tabel 3.5. Kriteria Dampak

IMPACT SKALA DESKRIPSI

Jika item risiko berdampak sangat kecil terhadap penambahan


Insignificant 1
waktu dan biaya dan dianggap masih dalam batas toleransi
Jika item risiko berdampak pada penambahan waktu dan biaya
Minor 2 sebesar 0-5% dari perencanaan. Dampak yang dihasilkan tidak
mempengaruhi operasional ICU
Jika item risiko berdampak penambahan waktu dan biaya
Moderate 4 sebesar 6-10% dari perencanaan. Dampak yang dihasilkan
mempengaruhi operasional ICU
Jika item risiko berdampak penambahan waktu dan biaya
Major 8 sebesar 11-20% dari perencanaan. Dampak yang dihasilkan
sangat mempengaruhi operasional ICU
Jika item risiko berdampak penambahan waktu dan biaya lebih
dari 20% dari perencanaan dan dampak yang dihasilkan sangat
Catastrophic 16
mempengaruhi operasional ICU dan dapat mengancam
keselamatan pasien (patient safety )
(Sumber: Kombinasi Literatur dan Pihak Rumah Sakit)

Adapun tujuan dibuatnya panduan kriteria ini adalah untuk menyamakan


persepsi dari setiap responden ketika mengisi penilaian sehingga gap yang
dihasilkan dari setiap jawaban responden tidak terlalu besar, yang jika hal ini
terjadi akan membiaskan hasil dari kuesioner tersebut. Selain membuat kriteria
untuk penilaian risiko, penulis juga membuatkan ID Risk untuk setiap item risiko.
Pembuatan ID Risk ini bertujuan untuk mempermudah pengenalan dan
pengontrolan risiko. ID Risk ini memuat kelompok risiko dan nomor risiko.
Sebagai contoh adalah ID Risk RP101, menunjukkan Risiko Pemeliharaan dari
kelompok personil (angka 1 di awal) dan jenis risikonya adalah beban tugas
personil yang berlebihan (nomor risiko 01). Gambar 3.4 menunjukkan contoh
penggambaran ID Risk

Risiko Pemeliharaan
(Seksi Sarana Fisik) Nomor Risiko

RP 1 0 1

Kelompok Risiko
Personil

Gambar 3.4. Contoh ID Risk

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


59

Penulis mengklasifikasikan risiko ke dalam 5 kelompok risiko besar.


Berikut merupakan kode untuk setiap kelompok risiko:
1. Kelompok Risiko Personil
2. Kelompok Risiko Finansial
3. Kelompok Risiko Supplier
4. Kelompok Risiko Ekternal
5. Kelompok Risiko Operasional
Dalam pembuatan kuesioner, penulis menampilkan contoh pengisian
kuesioner. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengisian kuesioner oleh
responden. Contoh dari pengisian kuesioner dapat dilihat pada Gambar 3.5 di
bawah ini.

Gambar 3.5. Contoh pengisian kuesioner

Contoh dari kuesioner yang disebarkan, penulis melampirkannya di bagian


lampiran pada skripsi ini.

3.5.2. Penyebaran Kuesioner


Kuesioner yang telah dibuat kemudian dibagikan kepada responden yang
diwawancarai pada tahap identifikasi. Untuk mempermudah pada tahapan
pengolahan kuesioner, penulis menggunakan kode berupa nomor sebagai identitas
dari tiap responden. Berikut ini adalah kode dan responden yang mengisi
kuesioner.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


60

Tabel 3.6. Kode Responden


KODE Jabatan Responden
1 Kepala Seksie Sarana Fisik
2 K3 Teknik Medik
3 K3 Bangunan
4 Pelaksana 1
5 Pelaksana 2
6 Pelaksana 3

Semua responden ini dianggap kompeten dalam mengisi kuesioner ini


dikarenakan telah memiliki pengalaman yang cukup lama dalam maintenance
peralatan medis ini, yaitu minimal 2 tahun pengalaman kerja. Untuk melakukan
penilaian yang objektif dibutuhkan minimal empat orang pakar, sedangkan jumlah
responden yang mengisi kuesioner ini ada 6 orang. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah responden expert yang mengisi kuesioner ini telah mencukupi standar
yang diberikan dan ditentukan.
Walaupun pengisian kuesioner bersifat self assessment, penulis tetap
melakukan pendampingan pada saat pengisian kuesioner oleh responden. Hal ini
bertujuan untuk memberikan penjelasan dan arahan ketika responden
membutuhkannya. Diharapkan dengan adanya pendampingan pengisian kuesioner
ini, gap kombinasi jawaban antar tiap responden dapat diminimalisir.

3.5.3. Rekapitulasi Kuesioner


Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, kuesioner tersebut dikumpulkan
dan dilakukan pengolahan terhadapnya. Pengolahan kuesioner merupakan tahap
yang penting dalam suatu penelitian. Hasil dari pengolahan kuesioner ini
merupakan dasar dalam menentukan peringkat risiko yang nantinya akan
digunakan sebagai input pada tahap selanjutnya, yaitu untuk analisis
permasalahan dan penentuan strategi penananganan risiko.
Sebelum melakukan pengolahan risiko penulis melakukan rekapitulasi
hasil kuesioner terlebih dahulu. Dari hasil rekapitulasi ini akan diketahui jumlah
responden yang memilih tiap kombinasi probabilitas-dampak. Rekapitulasi dari
kuesioner tersebut dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


61

Tabel 3.7. Rekapitulasi Kuesioner


, + *
* % &

' * * *
* * "
! "

* *
* " * * " *

, + *
* % &

*
*
* * * " *
"

*
* * * *" * *
"

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


62

Tabel 3.7. Rekapitulasi Kuesioner (lanjutan)


, + + *
* % &

2 !

*
*
* * *
"
"
!

*
* * * " * *
"

, + *
* % &

* *
% * * * *
" "
*
*
* * * *
"
"

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


63

Tabel 3.7. Rekapitulasi Kuesioner (lanjutan)


, + *
* % &

*
1 ! *
* * *
"
"

* * * * " * * *" *

75 *
*
* * * " * *
"

1 !
* *
* " * *
"
!

* * *
* * *
" "

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


64

Hasil dari rekapitulasi ini akan digunakan pada tahapan selanjutnya dari
fase analisis risiko, yaitu pengolahan kuesioner.

3.5.4. Pengolahan Kuesioner


Pengolahan kuesioner merupakan tahapan selanjutnya setelah rekapitulasi
kuesioner. Input yang digunakan adalah hasil dari rekapitulasi kuesioner yang
telah dilakukan sebelumnya, yaitu kombinasi jawaban dari tiap responden.
Pengolahan kuesioner bertujuan untuk memperoleh nlai risiko untuk setiap
itemnya. Berdasarkan penjelasan di Bab 2, perhitungan nilai risiko didapatkan
dengan menggunakan rumus:
R= (P x D x %R)
dimana:
R = Risiko
P = Probabilitas
D = Nilai Dampak
%R = Persentase jumlah responden yang memilih kombinasi jawaban
Persentase responden merupakan persentase perbandingan antara
responden yang memilih suatu kombinasi jawaban dengan jumlah keseluruhan
responden yang mengisi kuesioner tersebut.
Hasil dari perhitungan nilai risiko ini akan digunakan dalam
pengkategorian risiko. Pengkategorian risiko ini bertujuan untuk menentukan
prioritas penanganan risiko yang akan dilakukan pada langkah selanjutnya dalam
manajemen risiko. Secara garis besar, peringkat risiko dibagi ke dalam tiga
tingkatan yaitu tinggi (high), menengah (moderate), rendah (low). Tingkatan atau
level risiko tersebut dapat dilihat pada Impact-Probability Matrix berikut ini:

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


65

Tabel 3.8. Impact-Probability Matrix


Sangat Tinggi
(5)
Tinggi
(4)
Medium
(3)
Rendah
(2)
Sangat Rendah
(1)
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
(1) (2) (4) (8) (16)

(Sumber: Project Risk Management Handbook, 2007)

Sebagai keterangan tambahan dan untuk mempermudah pembaca dalam


menentukan kategori risiko, maka ditetapkan range nilai risiko untuk tiap
tingkatan atau kategori risiko sebagai berikut:

Tabel 3.9. Kategori Risiko

(Sumber: Project Management Handbook, 2007)

Hasil pengolahan kuesioner beserta pengkategorian risiko dapat dilihat


pada tabel 3.9 di bawah ini.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


66

Tabel 3.10. Pengolahan Kuesioner

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


67

Tabel 3.10. Pengolahan Kuesioner (lanjutan)

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


68

Berikut adalah penjelasan mengenai simbol-simbol dan singkatan-


singkatan kombinasi jawaban responden yang terdapat pada tabel pengolahan
kuesioner:
- SRI (Sangat Rendah-Insignficant), merupakan risiko dengan probabilitas
Sangat Rendah dan dampak Insignicant, dengan nilai 1.
- SRMn (Sangat Rendah-Minor), merupakan risiko dengan probabilitas Sangat
Rendah dan dampak Minor, dengan nilai 2.
- SRMo (Sangat Rendah-Moderate), merupakan risiko dengan probabilitas
Sangat Rendah dan dampak Moderate, dengan nilai 4.
- SRMj (Sangat Rendah-Major), merupakan risiko dengan probabilitas Sangat
Rendah dan dampak Major, dengan nilai 8.
- SRC (Sangat Rendah-Catastrophic), merupakan risiko dengan probabilitas
Sangat Rendah dan dampak Catastrophic, dengan nilai 16.
- RI (Rendah-Insignificant), merupakan risiko dengan probabilitas Rendah dan
dampak Insignificant, dengan nilai 2.
- RMn (Rendah-Minor), merupakan risiko dengan probabilitas Rendah dan
dampak Minor, dengan nilai 4.
- RMo (Rendah-Moderate), merupakan risiko dengan probabilitas Rendah dan
dampak Moderate, dengan nilai 8.
- RMj (Rendah-Major), merupakan risiko dengan probabilitas Rendah dan
dampak Major, dengan nilai 16.
- RC (Rendah-Catastrophic), merupakan risiko dengan probabilitas Rendah dan
dampak Catastrophic, dengan nilai 32.
- MI (Medium-Insignificant), merupakan risiko dengan probabilitas Medium dan
dampak Insignificant, dengan nilai 3.
- MMn (Medium-Minor), merupakan risiko dengan probabilitas Medium dan
dampak Minor, dengan nilai 6.
- MMo (Medium-Moderate), merupakan risiko dengan probabilitas Medium dan
Moderate, dengan nilai 12.
- MMj (Medium-Major), merupakan risiko dengan probabilitas Medium dan
dampak Major, dengan nilai 24.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


69

- MC (Medium-Catastrophic), merupakan risiko dengan probabilitas Medium


dan dampak Catastrophic, dengan nilai 48.
- TI (Tinggi-Insignificant), merupakan risiko dengan probabilitas Tinggi dan
dampak Insignificant, dengan nilai 4.
- TMn (Tinggi-Minor), merupakan risiko dengan probabilitas Tinggi dan dampak
Minor, dengan nilai 8.
- TMo (Tinggi-Moderate), merupakan risiko dengan probabilitas Tinggi dan
dampak Moderate, dengan nilai 16.
- TMj (Tinggi-Major), merupakan risiko dengan probabilitas Tinggi dan dampak
Major, dengan nilai 32.
- TC (Tinggi-Catastrophic), merupakan risiko dengan probabilitas Tinggi dan
dampak Catastrophic, dengan nilai 64.
- STI (Sangat Tinggi-Insignificant), merupakan risiko dengan probabilitas Sangat
Tinggi dan dampak Insignificant, dengan nilai 5.
- STMn (Sangat Tinggi-Minor), merupakan risiko dengan probabilitas Sangat
Tinggi dan dampak Minor, dengan nilai 10.
- STMo (Sangat Tinggi-Moderate), merupakan risiko dengan probabilitas Sangat
Tinggi dan dampak moderate, dengan nilai 20.
- STMj (Sangat Tinggi-Major), merupakan risiko dengan probabilitas Sangat
Tinggi dan dampak Major, dengan nilai 40.
- STC (Sangat Tinggi-Catastrophic), merupakan risiko dengan probabilitas
Sangat Tinggi dan dampat Catastrophic, dengan 80.

Pada form pengolahan kuesioner dapat terlihat terdapat angka di dalam


salah satu kolom kombinasi, misalnya angka 1 pada kolom SRI pada risiko
keterlambatan pengiriman peralatan medis oleh supplier. Terdapatnya angka 1 ini
menunjukkan bahwa ada 1 orang responden yang memilih kombinasi probabilitas
Sangat Rendah dan dampak Insignificant. Begitupula jika ada angka lain yang
terdapat pada setiap kolom kombinasi. Angka-angka ini menandakan jumlah
responden yang memilih kombinasi probabilitas dan dampak yang terdapat pada
kolom kombinasi untuk suatu risiko.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


70

Perhitungan nilai risiko yang merupakan perkalian dari kombinasi


dampak-probabilitas dengan jumlah reponden yang memilihnya ini akan
menentukan kategori tingkatan dari setiap risiko; high, moderate, atau low risk,
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya untuk setiap kategori.
Hasil dari pengkategorian ini merupakan output dari fase analisis risiko, yang
akan menjadi input bagi fase selanjutnya yaitu evaluasi risiko dan sebagai dasar
untuk alokasi analisa biaya.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


4. ANALISIS

Pada bab ini akan dibahas mengenai fase selanjutnya dalam manajemen
risiko, yaitu fase evaluasi risiko. Selain akan membahas fase evaluasi risiko, pada
bab ini juga akan dibahas tahapan penanganan risiko, tahapan ini akan dimulai
setelah selesai dilakukannya fase evaluasi risiko. Tahapan penanganan risiko
merupakan tahapan dimana akan ditentukan strategi penanganan bagi risiko-risiko
yang telah dipilih, kemudian akan dilakukan simulasi pengalokasian biaya.

4.1. Evaluasi Risiko


Setelah dilakukan pengkategorian risiko sebelumnya, maka fase
selanjutnya adalah evaluasi risiko. Output dari fase evaluasi ini adalah penentuan
prioritas penanganan, dalam arti risiko mana yang akan mendapat tindakan
penanganan dan risiko mana yang tidak mendapatkan penanganan. Hal yang perlu
diingat adalah manajemen risiko bertujuan untuk mengurangi risiko sampai pada
level atau tingkatan yang dapat diterima dan bukannya menghilangkan risiko
sama sekali.

4.1.1 Peringkat Risiko


Fase evaluasi risiko dimulai dengan membuat peringkat dari risiko yang
telah dikategorikan pada fase sebelumnya. Pada tabel 3.9, pada bab sebelumnya,
telah dilakukan pengolahan kuesioner yang hasilnya adalah pengkategorian
kuesioner beserta nilai risikonya masing-masing. Pada tabel 4.1 ditunjukkan
peringkat risiko yang berdasarkan hasil pengolahan kuesioner pada tabel 3.9, dari
nilai risiko paling tinggi sampai ke yang paling rendah.

71 Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


72

Tabel 4.1. Peringkat Risiko


Kategori
Risiko
17 H

15,3 H

15,2 H

11,5 M

11,3 M

10 M

8,5 M

8,3 M

8 M

6,2 M

6 L

6 L

4,2 L

Tujuan dari dibuatnya pengurutan peringkat ini adalah agar pembaca


mengetahui secara pasti posisi dari sebuah item risiko. Dari tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa item risiko yang memiliki nilai risiko tertinggi adalah risiko kebocoran di
dalam ruangan ICU, dengan nilai 17. Dampak yang dihasilkan dengan adanya
kebocoran di dalam ruangan dapat merusak peralatan medis di ICU dan dapat
mengancam keselamatan pasien. Sedangkan risiko dengan nilai terendah adalah
risiko kekurangan budget maintenance dengan nilai 4,2. Hal ini menunjukkan
bahwa probabilitas terjadinya risiko ini kecil dan dampak yang dihasilkannya pun

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


73

rendah. Sebagai informasi, jika risiko ini terjadi maka dampak yang dihasilkan
hanyalah delay waktu pelaksanaan pemeliharaan, tetapi tidak sampai mengganggu
operasional ICU. Untuk lebih jelasnya mengenai peringkat tiap item risiko dapat
dilihat pada grafik batang berikut ini:

Peringkat Risiko

Kekurangan budget m aintenance 4,2

Lam anya proses perbaikan 6


Kesulitan mendapatkan dana dengan
6
cepat
Keterlambatan pengirim an peralatan
6,2
medis oleh supplier
Kekacauan operasional peralatan m edik 8

Kecelakaan personil 8,3


Kerusakan AC sehingga terjadi tetesan
8,5
air
Beban tugas personil yang berlebihan 10
Lam anya proses penggantian peralatan
11,3
yang rusak
Pemadam an listrik 11,5

Kerusakan peralatan m edis 15,2


Tidak adanya back up peralatan medis
15,3
untuk penggantian sem entara peralatan
Kebocoran di dalam ruangan 17

Gambar 4.1 Diagram batang peringkat risiko

Untuk lebih mengetahui proporsi atau persentase dari setiap kategori risiko
pada kegiatan pemeliharaan peralatan medis di ICU dapat dilihat pada gambar 4.2

PERSENTASE KATEGORI RISIKO

23% 23%

Risiko Tinggi
Risiko Medium
Risiko Rendah

54%

Gambar 4.2. Diagram lingkaran (pie chart) kategori risiko

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


74

Pada gambar 4.2 diketahui bahwa persentase kategori risiko yang paling
banyak adalah risiko dengan kategori risiko medium (54%), kemudian kategori
risiko tinggi (23%), dan risiko rendah (23%). Perhitungan persentase risiko ini
adalah dengan membagi jumlah item risiko pada suatu kategori dengan jumlah
item risiko secara keseluruhan (13 item risiko).
Untuk memperlihatkan proporsi setiap kelompok risiko pada setiap
kategori risiko, penulis juga membuatkan diagram yang menunjukkan presentase
tiap kelompok risiko. Pada gambar 4.3 dapat dilihat proporsi setiap kelompok
risiko pada kategori risiko tinggi.

RISIKO KATEGORI TINGGI


Kelompok Kelompok
Finansial Personil
0% 0%

Kelompok Kelompok
Eksternal Supplier
33% 34%

Kelompok
Operasional
33%

Gambar 4.3. Diagram lingkaran (pie chart) risiko tinggi

Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa ada tiga kelompok risiko yang
mendominasi kategori risiko tinggi yaitu, kelompok risiko operasional, kelompok
risiko supplier, dan kelompok risiko eksternal, dengan nilai masing-masing
sebesar 33%. Seimbangnya nilai ketiga risiko ini menjelaskan bahwa pada ketiga
kelompok risiko ini terdapat item-item risiko yang mempunyai probabilitas dan
dampak yang tinggi, yang mempunyai arti bahwa ketiga kelompok risiko ini
sangat mempunyai pengaruh langsung terhadap kelancaran operasional Intensive
Care Unit.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


75

RISIKO KATEGORI MEDIUM

Kelompok
Eksternal
Kelompok
14%
Personil
29%

Kelompok
Finansial
0%
Kelompok
Kelompok
Operasional
Supplier
43%
14%

Gambar 4.4. Diagram lingkaran (pie chart) risiko kategori medium

Pada gambar 4.4 ditunjukkan persentase setiap kelompok risiko pada


kategori risiko medium. Dapat dilihat bahwa kelompok risiko operasional
mendominasi kategori risiko ini dengan nilai 43%, diikuti dengan kelompok risiko
personil (29%), kelompok risiko ekternal dan kelompok risiko supplier dengan
nilai persentase masing-masing sebesar 14%. Dengan mendominasinya kelompok
risiko operasional ini menunjukkan bahwa kelompok operasional mempunyai
pengaruh terhadap operasional Intensive Care Unit.

RISIKO KATEGORI RENDAH


Kelompok
Eksternal
0%

Kelompok
Personil
Kelompok
0%
Operasional
33%

Kelompok Kelompok
Supplier Finansial
0% 67%

Gambar 4.5. Diagram lingkaran (pie chart) risiko kategori rendah

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


76

Dari diagram pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa kelompok risiko


finansial sangat mendominasi risiko kategori rendah, yaitu dengan presentase
67%, diikuti dengan kelompok risiko operasional, dengan persentase 33%.
Mendominasinya kelompok risiko finansial ini menunjukkan bahwa kelompok
risiko ini tidak terlalu mempunyai pengaruh terhadap operasional Intensive Care
Unit.

4.1.2. Pemilihan Risiko


Pemilihan risiko bertujuan untuk memilih risiko yang akan masuk ke
dalam tahapan analisa biaya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
jumlah risiko yang akan masuk ke dalam tahapan analisa biaya adalah lima risiko,
kelima risiko ini merupakan risiko yang masuk ke dalam peringkat lima besar
pada peringkat risiko pada tabel 4.1. Untuk risiko-risiko lainnya yang tidak masuk
ke dalam tahapan analisa biaya hanya akan disebutkan strategi penanganannya
saja.
Berikut ini penulis akan menjelaskan mengenai kelima risiko yang akan
masuk ke dalam tahapan analisa biaya:
1. Risiko kebocoran di dalam ruangan
Risiko kebocoran ruangan dapat disebabkan oleh dua hal, yang
pertama adalah kebocoran atap dan kebocoran lantai. Kebocoran atap
merupakan kebocoran yang diakibatkan oleh atap gedung sudah ada yang
rusak sehingga jika terjadi hujan deras maka akan mengakibatkan
kebocoran di dalam ruangan di rumah sakit, salah satunya adalah ICU.
Sedangkan kebocoran lantai adalah kebocoran yang diakibatkan adanya
pipa yang bocor atau rusak, sehingga air merembes ke lantai dan
mengakibatkan bocor ke ruangan.
Kebocoran di dalam ruangan ini dapat mengakibatkan rusaknya
peralatan-peralatan medis yang terdapat di ruangan tersebut. Kerusakan
peralatan medis yang diakibatkan oleh kebocoran ini dapat mencapai
empat buah peralatan.
Frekuensi kejadian kebocoran peralatan medis dalam periode 1
tahun terjadi 3 kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


77

Tabel 4.2. Frekuensi kejadian dan kerugian yang dialami


Bulan Frekuensi Kerugian
April 1 Rp 1.272.500
Juni 1 Rp 1.404.923
September 1 Rp 1.455.162

2. Risiko tidak adanya back up peralatan medis untuk penggantian sementara


peralatan medis yang sedang diperbaiki supplier
Untuk peralatan medis yang tidak dapat diperbaiki oleh pihak
rumah sakit sendiri, yang dikarenakan tidak terdapatnya peralatan yang
memadai untuk perbaikan, rumah sakit meminta bantuan kepada supplier
peralatan medis tersebut untuk bertindak sebagai subkontraktor bagi
rumah sakit. Saat perbaikan peralatan medis dilakukan oleh supplier, pihak
supplier sudah seharusnya memberikan peralatan medis pengganti untuk
menjaga agar operasional unit yang membutuhkan peralatan medis
tersebut tetap berjalan. Namun dalam pelaksanaannya terjadi beberapa kali
tidak adanya back up peralatan medis yang mengakibatkan kerugian,
dalam hal pendapatan bagi rumah sakit. Terjadinya risiko tidak adanya
back up peralatan medis dalam kurun waktu 1 tahun terjadi sebanyak 5
kali.
3. Risiko kerusakan peralatan medis
Pada risiko kerusakan peralatan medis terdaapat tiga hal yang dapat
menyebabkan terjadinya risiko ini, yaitu kesalahan penggunaan peralatan,
terkena cipratan air yang diakibatkan oleh AC rusak dan kebocoran di
dalam ruangan, serta umur peralatan yang sudah mencapai batasnya
sehingga harus diganti. Jenis kerusakan peralatan medis terdapat dua
macam, yaitu kerusakan ringan dan kerusakan berat. Jumlah peralatan
yang rusak per bulan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


78

Tabel 4.3. Jumlah kerusakan ringan dan kerusakan berat perbulan


Jumlah Kerusakan
Bulan
Ringan Berat
Januari 1 -
Februari 2 -
Maret 2 -
April 1 2
Mei 3 2
Juni 2 -
Juli 2 -
Agustus 2 1
September 2 -
Oktober 2 1
November 2 -
Desember 2 -

4. Risiko pemadaman listrik


Untuk risiko pemadaman listrik disebabkan oleh adanya jadwal
dari PLN, untuk mengantisipasinya rumah sakit telah menyediakan genset.
Namun dalam perpindahan beban ke genset membutuhkan rentang waktu
beberapa detik. Dalam rentang waktu putusnya aliran listrik ke peralatan
medis yang singkat ini dapat menyebabkan kacaunya operasional peralatan
medis. Dalam kurun waktu 1 tahun (periode Januari-Desember 2007),
kejadian pemadaman listrik ini terjadi sebanyak 17 kali. Dimana dalam 1
bulan dapat terjadi pemadaman listrik sebanyak 1-3 kali. Kejadian
pemadaman listrik ini terjadi setiap bulannya dalam 1 tahun.
5. Risiko lamanya proses penggantian peralatan yang rusak
Risiko lamanya proses penggantian peralatan yang rusak
merupakan risiko yang muncul yang disebabkan oleh lamanya pengiriman
peralatan oleh supplier. Lamanya pengiriman peralatan medis yang
dipesan untuk menggantikan peralatan yang rusak ini dalam 1 tahun
(periode Januari-Desember 2007) terjadi tiap bulannya. Dan frekuensi
kejadian dalam 1 bulan, risiko ini dapat terjadi sebanyak 1-3 kali.untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


79

Tabel 4.4. Frekuensi kejadian risiko lamanya penggantian


peralatan yang rusak
Frekuensi
Bulan
kejadian
Januari 3
Februari 1
Maret 1
April 1
Mei 1
Juni 2
Juli 1
Agustus 2
September 1
Oktober 1
November 2
Desember 2

4.2. Penanganan Risiko


Penanganan risiko juga dapat dikatakan sebagai strategi atau perencanaan
dalam menghadapi atau menangani risiko itu sendiri. Tujuan dari tahapan ini
adalah untuk menyiapkan individu ataupun seksi sarana fisik untuk melakukan
sesuatu bila suatu risiko terjadi dan juga untuk mengurangi risiko yang mungkin
terjadi. Keuntungan adanya rencana penanganan risiko adalah memungkinkan
bagi individu, unit, atau perusahaan yang terkena dampak risiko tersebut dapat
merespon dengan cepat sehingga dapat meminimalkan dampak atau kerusakan
yang mungkin terjadi.
Tujuan lain dari penanganan risiko adalah untuk meminimalkan likelihood
dan impact dari risiko yang terjadi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2,
terdapat 4 cara dalam menangani risiko, yaitu:
• Menerima risiko (risk acceptable)
Jika cara yang dilakukan dalam menangani risiko adalah menerima
risiko, maka manfaat yang didapat dari menerima risiko tersebut harus
seimbang dengan kerugiannya.
• Mencegah risiko (risk avoidance)
Terkadang suatu risiko mempunyai dampak yang sangat parah
sehingga strategi yang terbaik adalah menghindarinya dengan cara tidak
melakukan suatu kegiatan yang dapat memicu terjadinya risiko tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


80

• Mengurangi risiko (risk mitigation)


Dengan pengurangan risiko, suatu organisasi mencoba mengurangi
risiko dalam dua cara. Pertama, pengurangan peluang terjadinya suatu
risiko, dan kedua, pengurangan dampak negatif yang dihasilkan oleh risiko
tersebut.
• Memindahkan penanggungjawab risiko (risk transfer)
Risiko dapat dipindahtangankan tanggungjawabnya dengan dua cara:
- Risiko-risiko dengan probabilitas kemunculan yang tinggi, tetapi
dengan dampak yang kecil, jika benar-benar sering terjadi,
biasanya perusahaan akan mentransfer kepada kontraktor untuk
dikelola
- Risiko-risiko dengan probabilitas kemunculan yang rendah, tetapi
memiliki dampak yang sangat besar jika terjadi, strategi yang
terbaik adalah diasuransikan

Dalam penentuan strategi penanganan risiko ada beberapa tahapan yang


dilakukan, yaitu mengidentifikasi pilihan penanganan, menilai setiap pilihan
risiko tersebut, menentukan strategi penanganan yang dipilih, dan yang terakhir
adalah analisis biaya penanganan risiko.

4.2.1. Identifikasi Strategi Penanganan Risiko


Perlu diingat bahwa strategi penanganan risiko ditujukan untuk membuat
setiap item risiko pada keadaan dan tingkat yang dapat diterima oleh pihak rumah
sakit (acceptable level).
Tujuan dari identifikasi pilihan penanganan adalah untuk mengetahui
alternatif-alternatif penanganan risiko apa saja yang dapat dilakukan untuk
menangani setiap item risiko. Dengan adanya alternatif penanganan ini,
diharapkan rumah sakit dapat menentukan strategi penanganan apa saja yang
sesuai untuk diterapkan di rumah sakit. Output yang dari proses identifikasi ini
adalah alternatif penanganan risiko.
Proses identifikasi penanganan risiko dilakukan dengan metode
wawancara dengan kepada pihak-pihak yang telah menjadi responden sejak awal

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


81

penelitian. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa seksi sarana fisik secara umum
menggunakan strategi penanganan berupa pengurangan risiko (risk mitigation)
dan memindahkan tanggungjawab risiko (risk transfer). Tetapi untuk risiko-risiko
yang termasuk ke dalam risiko dengan kategori rendah, seksi sarana fisik
menggunakan cara menerima risiko (risk acceptable), dikarenakan dampaknya
yang tidak begitu mempengaruhi operasional pemeliharaan peralatan medis di
rumah sakit. Risk avoidance (menghindari risiko) tidak dapat dilakukan
dikarenakan tidak ada kegiatan pemeliharaan yang dapat dihilangkan ataupun
dihindari.
Berikut ini adalah strategi-strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh
seksi sarana fisik yang didapatkan dari wawancara responden yang dilakukan oleh
penulis.
• Pengurangan risiko (risk mitigation)
Strategi penanganan yang termasuk ke dalam kategori adalah:
- Meminta bantuan dari unit bagian yang lain yang ruang lingkup
kerjanya berdekatan
- Penentuan skala prioritas peralatan yang harus ditangani terlebih
dahulu
Penentuan prioritas peralatan yang perlu ditangani terlebih
dahulu dilakukan jika pada satu waktu ada dua peralatan yang harus
ditangani secara bersamaa
- Menambah anggota atau staff pemeliharaan peralatan medis dan
sarana pendukungnya
Penambahan staff pemeliharaan menjadi salah satu pertimbangan
yang perlu dilaksanakan agar tidak terjadinya beban kerja berlebih
pada personil.
- Menyediakan sarana kerja pendukung safety untuk seksi sarana fisik
- Berkoordinasi dengan unit K3RS dalam menyediakan peralatan safety
pemeliharaan medis
K3RS merupakan kependekan dari Kesehatan Keselamatan
Kerja Rumah Sakit. Merupakan sebuah unit yang bertugas dalam hal
mendukung keselamatan kerja karyawan di rumah sakit.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


82

- Mengadakan kas kecil untuk seksi sarana fisik


Pengadaan kas kecil ini untuk mempercepat proses pencairan
dana kas kcil untuk kegiatan pemeliharaan.
- Adanya pengaturan aliran kas
- Pengadaan atau penambahan peralatan medis baru yang akan berfungsi
sebagai cadangan
Pengadaan peralatan medis baru ini dimaksudkan untuk
peralatan yang sangat kritis keberadaannya untuk opersional ICU
- Pemasangan UPS (baterai) di peralatan yang kritikal
Pemasangan UPS ini hanya di peralatan yang sangat
berpengaruh dalam menunjang kehidupan pasien di ICU. Fungsi dari
UPS ini adalah untuk menjaga agar peralatan medis ini tetap hidup,
saat rentang waktu menunggu generator menyala
- Penambahan jadwal pemeliharaan dan pengecekan fasilitas gedung
(atap dan lantai) untuk dapat mendeteksi kerusakan pada atap atau
lantai lebih awal, sehingga kebocoran tidak terjadi
- Perbaikan secara menyeluruh terhadap gedung, meliputi atap dan
lantai, dengan dibuatnya proyek khusus (proyek besar)
- Pembuatan Standar Operational Procedure (SOP) terhadap
penggunaan peralatan medis
Adanya pembuatan SOP ini untuk menghindari kerusakan
peralatan medis yang diakibatkan kesalahan pengguna oleh user.
- Pengadaan training yang dilakukan oleh seksi sarana fisik mengenai
penggunaan peralatan yang baik dan benar ke semua unit yang terkait.
Pengadaan training besar dan training kecil yang rutin diadakan
diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan penggunaan oleh
user. User disini adalah user yang baru bekerja secara khusus.
- Penyesuaian jadwal pemeliharaan AC untuk antisipasi kerusakan AC
- Pembelian AC baru
AC yang lama dan yang dianggap sudah mencapai batas umur
operasional peralatan ada baiknya diganti, hal ini untuk menghindari
kerugian yang lebih besar.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


83

• Pemindahan penanggung jawab risiko (risk transfer)


Kegiatan yang termasuk dalam kategori risiko ini adalah
- Melakukan evaluasi atau analisa supplier
Evaluasi dan analisa supplier ini dilakukan oleh rumah sakit
dengan tujuan untuk memastikan bahwa supplier yang telah dipilih
merupakan supplier yang kompeten dan dapat dipercaya.
- Membuat service contract kepada supplier
Pembuatan service contract ini untuk mengikat supplier dengan
perjanjian-perjanjian yang diajukan oleh rumah sakit. Hal ini
dimaksudkan agar supplier yang juga bertindak sebagai sub kontraktor
tidak dapat berbuat seenaknya karena telah terikat oleh kontrak yang
ada. Dan harus bertanggung jawab terhadap isi kontrak

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


84

Tabel 4.5. Strategi Penanganan Risiko


RISK MITIGATION TRANSFER

!&

" !
'

'

$
#

!
%

X X X

X X

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


X X

X X

Universitas Indonesia
85

Tabel 4.5. Strategi Penanganan Risiko (lanjutan)


RISK MITIGATION TRANSFER

!&

" !
'

'

$
#

!
%

X X X

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


X X

Universitas Indonesia
86

Tabel 4.5. Strategi Penanganan Risiko (lanjutan)


RISK MITIGATION TRANSFER

!&

" !
'

'

$
#

!
%

X X

X X X

X X

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


X X

X X X

Universitas Indonesia
87

4.2.2. Pemilihan Alternatif Penanganan Risiko


Tahapan pemilihan alternatif penanganan risiko merupakan tahapan untuk
memilih alternatif penanganan risiko yang akan digunakan pada tahapan alokasi
biaya. Alternatif penanganan risiko yang dipilih merupakan alternatif yang
berfungsi untuk menangani item risiko dalam peringkat 5 besar yang telah dipilih
sebelumnya pada tahapan selanjutnya.
Berikut ini penulis akan mendeskripsikan penjelasan mengenai
penanganan risiko untuk kelima risiko teratas tersebut:
• Kebocoran di dalam ruangan
Strategi penanganan risiko untuk risiko kebocoran di dalam
ruangan adalah penambahan jadwal pemeliharaan dan pengecekan fasilitas
gedung dan perbaikan secara menyeluruh terhadap gedung (proyek besar).
Tindakan penanganan yang masuk ke dalam tahapan analisis biaya
adalah penambahan jadwal pemeliharaan dan pengecekan fasilitas gedung.
• Tidak adanya back up peralatan medis untuk penggantian sementara
peralatan medis yang sedang diperbaiki supplier
Strategi penanganan yang digunakan untuk menangani risiko tidak
adanya back up peralatan medis untuk penggantian sementara peralatan
medis yang diperbaiki supplier adalah dengan pengadaan atau
penambahan peralatan medis yang sering rusak untuk cadangan peralatan,
melakukan evaluasi atau analisa supplier, dan membuat service contract
kepada supplier
Tindakan penanganan yang masuk ke dalam tahapan analisis biaya
adalah pembuatan service contract kepada supplier dan melakukan analisa
supplier. Pembuatan service contract dikhususkan kepada peralatan medis
yang memiliki dampak risiko kerusakan yang dihasilkan tinggi dan sulit
untuk diperbaiki sendiri.
• Kerusakan peralatan medis
Untuk penanganan risiko kerusakan peralatan medis tindakan yang
dilakukan adalah dengan membuat SOP penggunaan peralatan medis dan
mengadakan training mengenai peralatan medis dari segi penggunaan
serta fungsinya. Tujuan dari pengadaan training ini adalah untuk

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


88

memberikan informasi mengenai penggunaan peralatan sehingga tidak


terjadi kesalahan pemakaian oleh user yang dapat menyebabkan kerusakan
peralatan medis.
Jenis training yang dilakukan dapat berupa training seluruh unit
secara bersama-sama ataupun training kecil yang dengan cara mendatangi
langsung unit yang bersangkutan.
• Pemadaman listrik
Penanganan risiko yang dilakukan untuk mengantisipasi dampak
yang dihasilkan oleh pemadaman listrik adalah pemasangan UPS (baterai)
di peralatan medis yang dianggap penting (critical).
Berdasarkan hasil konsultasi dengan pihak seksi sarana fisik rumah
sakit, dalam mengurangi dampak negatif yang dihasilkan oleh risiko
pemadaman listrik maka pemasangan UPS (baterai) pada peralatan medis
yang dianggap penting (critical) merupakan strategi penanganan risiko
yang cocok. UPS merupakan baterai cadangan atau baterai internal yang
tedapat di dalam peralatan medis yang akan langsung aktif saat listrik
padam, sehingga peralatan tidak akan mati walaupun sesaat kehilangan
arus listrik. UPS merupakan alat bantu yang akan mempertahankan
aktifitas peralatan agar tidak mati saat jeda pergantian fungsi ke genset.
• Lamanya proses penggantian peralatan yang rusak
Untuk mengantisipasi risiko lamanya proses penggantian peralatan
yang rusak tindakan penanganan yang dilakukan adalah penambahan staf
pemeliharaan peralatan medis, pengadaan atau penambahan peralatan
medis yang sering rusak untuk cadangan peralatan, melakukan evaluasi
atau analisa supplier, dan membuat service contract kepada supplier.
Untuk risiko ini strategi penanganan yang masuk ke dalam tahapan
analisis biaya adalah pembuatan service contract. Adanya persamaan
strategi penanganan ini dikarenakan unsur penyebab risiko ini dapat terjadi
adalah dari sisi supplier.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


89

4.2.3. Alokasi Biaya dengan Opt.Quest


Setelah dilakukan pemilihan alternatif untuk setiap risiko yang termasuk
ke dalam peringkat risiko 5 besar. Maka kelima risiko tersebut memasuki kedalam
tahapan alokasi biaya dengan OptQuest. OptQuest merupakan salah satu aplikasi
yang terdapat di dalam software Crystall Ball. Tujuan dari alokasi biaya ini adalah
untuk menentukan alokasi biaya yang menghasilkan advantage optimal dengan
kendala rumah sakit mengalami keterbatasan budget untuk menangani risiko
tersebut.
Yang perlu diperhatikan dalam simulasi ini adalah tidak adanya prioritasi
risiko. Hal ini disebabkan kelima risiko tersebut merupakan risiko yang masuk ke
dalam peringkat lima besar risiko dan memberikan dampak kepada pasien jika
risiko ini sampai terjadi.
Sebelum memulai simulasi, ada beberapa istilah yang harus didefinisikan
oleh penulis terlebih dahulu. Hal ini ditujukan untuk mempermudah pembaca
dalam memahami simulasi yang dilakukan. Istilah-istilah yang digunakan dalam
simulasi ini adalah risk cost, risk coverage, target risk coverage, treatment cost,
go/no go, dan advantage.
Risk cost dapat didefinisikan sebagai biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan jika suatu risiko terjadi. Untuk menentukan risk cost dari setiap item
risiko, penulis harus terlebih dahulu mengumpulkan data biaya yang berhubungan
dengan risiko tersebut. Setiap nilai risk cost akan memiliki nilai distribusi yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan nilai distribusi ini
diakibatkan oleh adanya perbedaan data historis untuk setiap item risiko.
Risk coverage dapat didefinisikan sebagai nilai risiko yang dapat dikurangi
dengan adanya penerapan penanganan risiko. Risk coverage didapatkan dengan
cara terlebih dahulu menentukan %target risk coverage. %target risk coverage
dapat didefinisikan sebagai persentase besarnya nilai risiko yang ingin dikurangi
oleh rumah sakit. Penulis menetapkan %target risk coverage untuk setiap risiko
adalah 95% dan telah dikonsultasikan ke pihak rumah sakit. Angka 95% ini
berarti bahwa dengan diterapkannya strategi penanganan, maka risiko dapat
berkurang sebesar 95% dari nilainya semula.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


90

Actual risk coverage adalah risiko yang benar-benar dapat dikurangi


dengan adanya penerapan treatment cost hasil simulasi. Rumus untuk menghitung
actual risk coverage adalah dengan mengalikan risk coverage dengan nilai Go/No
Go.
Treatment cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit
ketika menerapkan suatu strategi penanganan risiko. Dalam pelaksanaan simulasi,
penulis perlu menetapkan batas atas dan batas bawah untuk treatment cost. Nilai
dari treatment cost juga didapatkan dari data historis dari penanganan yang
dilakukan oleh rumah sakit.
Go/No Go menunjukkan nilai perbandingan antara treatment cost
perencanaan dengan treatment cost yang diperoleh dari hasil simulasi. Dibuatnya
perhitungan nilai Go/No Go ini dilakukan sebagai dampak yang ditunjukkan dari
keterbatasan dana yang dimiliki oleh rumah sakit. Jika dana yang dimiliki oleh
perusahaan cukup maka nilai Go/No Go nya pasti 1.
Nilai advantage merupakan keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan
jika menerapkan treatment. Nilai advantage diperoleh dari selisih actual coverage
cost dengan treatment cost. Nilai actual coverage cost didapatkan dari perkalian
antara risk coverage dengan Go/No Go.
Setelah dijelaskan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam
OptQuest., selanjutnya penulis akan mendeskripsikan biaya-biaya apa saja yang
menjadi risk cost dan treatment cost untuk setiap risikonya:
• Risiko kebocoran di dalam ruangan Intensive Care Unit
Untuk risiko kebocoran di dalam ruangan Intensive Care Unit,
biaya-biaya yang akan dimasukkan sebagai risk cost adalah rata-rata biaya
perbaikan atap dan lantai (sudah termasuk biaya pembelian material
pengganti dan ongkos kerja). Data ini didapatkan dari data historis. Rata-
rata biaya perbaikan akan didapatkan dari hasil simulasi.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, strategi penanganan
risiko kebocoran di dalam ruangan ini adalah penambahan penambahan
jadwal pemeliharaan dan pengecekan fasilitas gedung. Jadi, biaya
treatment (treatment cost) untuk risiko ini didapatkan dari biaya

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


91

penambahan jadwal pemeliharaan (baik biaya operasional seksi sarana


fisik maupun biaya pemeliharaan)
• Risiko tidak adanya back up peralatan medis oleh supplier
Untuk risiko tidak adanya back up peralatan medis oleh supplier,
risk cost didapatkan dari opportunity cost yang hilang yang diakibatkan
tidak bisa beroperasinya peralatan tersebut. Jika tidak ada back up
peralatan medis di rumah sakit, maka salah satu bed di ICU tidak dapat
digunakan, sehingga mengurangi pendapatan rumah sakit dalam hal jika
bed tersebut dapat digunakan (opportunity cost). Informasi tersebut
didapatkan dari data historis kegiatan pemeliharaan. Dari biaya ini akan
dicari nilai rata-ratanya (dari hasil simulasi) yang nantinya akan menjadi
nilai risk cost.
Treatment cost untuk item risiko tidak adanya back up peralatan
medis oleh supplier didapatkan dari biaya service contract yang dilakukan
oleh perusahaan terhadap peralatan yang dianggap sering terjadi tidak
adanya back up.
• Risiko kerusakan peralatan medis
Risk cost untuk risiko kerusakan peralatan medis didapatkan dari
biaya yang dikeluarkan oleh seksi sarana fisik untuk perbaikan peralatan
medis, yang terdiri dari ongkos kerja, biaya perbaikan ke supplier, dan
biaya pembelian spare part. Informasi ini akan diperoleh dari data historis
kegiatan pemeliharaan, yang akan dicari rata-ratanya (dari hasil simulasi)
yang nantinya akan menjadi nilai risk cost untuk risiko kerusakan
peralatan medis.
Treatment cost untuk item risiko kerusakan peralatan medis adalah
biaya penyelenggaraan training untuk mensosialisasikan mengenai
standar operational procedur suatu peralatan.
• Risiko pemadaman listrik
Risk cost untuk risiko kerusakan peralatan medis didapatkan dari
rata-rata (dari hasil simulasi) penjumlahan biaya perbaikan peralatan yang
rusak (biaya pembelian spare part dan ongkos kerja), biaya perbaikan ke
supplier, dan biaya setup peralatan. Untuk informasi mengenai biaya

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


92

perbaikan peralatan yang rusak dan biaya perbaikan supplier didapatkan


dari data historis. Sedangkan untuk biaya set up peralatan didapatkan dari
waktu untuk set up program pada peralatan medis (jika kerusakan yang
terjadi hanyalah kerusakan ringan, dalam hal ini kekacauan program)
dikalikannya dengan gaji karyawan per hari. Biaya set up peralatan ini
tidak terdapat data historisnya, yang terdapat adalah data lamanya set up
program peralatan medis.
Treatment cost untuk risiko pemadaman listrik adalah dengan
pemasangan baterei intern (UPS) pada peralatan yang dinilai penting
(critical).
• Risiko lamanya proses penggantian peralatan yang rusak
Risk cost untuk risiko lamanya proses penggantian peralatan yang
rusak didapatkan dari opportunity cost yang diakibatkan oleh peralatan
yang rusak tersebut. Opportunity cost ini didapatkan dari kerugian yang
dihasilkan dikarenakan belum adanya alat pengganti untuk peralatan yang
rusak tersebut. Data historis yang ada untuk risiko lamanya proses
penggantian peralatan yang rusak ini adalah data frekuensi terjadinya
risiko yang mengakibatkan opportunity cost. Dari data yang ada tersebut
dicari rata-ratanya. Untuk mendapatkan kuantifikasi dalam bentuk biaya,
penulis mengalikan data frekuensi tersebut dengan kerugian yang
didapatkan per hari dengan tidak beroperasinya peralatan tersebut.
Treatment cost didapatkan dari biaya yang dikeluarkan oleh rumah
sakit untuk pembuatan service contract kepada pihak supplier.

Agar pembaca mengetahui biaya dari setiap risikonya, maka penulis


menyajikan dalam tabel 4.6. Tabel 4.6 juga menunjukkan kondisi awal sebelum
dilakukan optimasi alokasi biaya dengan simulasi.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


93

Tabel 4.6 Kondisi Awal Alokasi Biaya


%TARGET
RISK ACTUAL RISK TREATMENT GO/NO
NO RISIKO RISK COST RISK ADVANTAGE
COVERAGE COVERAGE COST GO
COVERAGE
Kebocoran di dalam
1 Rp 238.594 95% Rp 226.664 Rp 226.664 Rp 200.000 1,0 Rp 26.664
ruangan
Tidak adanya back up
peralatan medis untuk
2 penggantian sementara Rp 3.780.000 95% Rp 3.591.000 Rp 3.591.000 Rp 3.000.000 1,0 Rp 591.000
peralatan medis yang
diperbaiki
Kerusakan peralatan
3 Rp 5.444.115 95% Rp 5.171.909 Rp 5.171.909 Rp 300.000 1,0 Rp 4.871.909
medis
4 Pemadaman listrik Rp 1.252.428 95% Rp 1.189.806 Rp 1.189.806 Rp 500.000 1,0 Rp 689.806
Lamanya proses
5 penggantian peralatan Rp 3.478.333 95% Rp 3.304.417 Rp 3.304.417 Rp 3.000.000 1,00 Rp 304.417
yang rusak
TOTAL Rp 14.193.470 Rp 13.483.797 Rp 13.483.797 Rp 7.000.000 Rp 6.483.797

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai actual risk coverage sama
dengan nilai risk coverage. Hal ini disebabkan simulasi belum dimulai dan tabel
diatas juga menunjukkan keadaan dimana budget untuk treatment cost sebesar
100%. Kondisi jika tersedia budget 100% menunjukkan bahwa jika dana sejumlah
tersebut tersedia maka risiko yang terjadi akan dapat ditangani. Kolom actual risk
coverage dapat menunjukkan nilai risiko yang dapat dikurangi dengan penerapan
treatment. Nilai actual risk coverage akan berkurang jika treatment cost
berkurang.
Penulis dalam melakukan simulasi ini ditempatkan ke dalam beberapa
kondisi, yaitu kondisi budget untuk treatment cost yang tersedia hanya 10%, 25%,
50%, 75%, 90%. Dan dalam periode 3 bulan. Adanya pembatasan ini sesuai
dengan hasil wawancara dan konsultasi yang dihasilkan oleh pihak rumah sakit.
Dengan adanya skenario yang dilakukan melalui simulasi, dapat diketahui
risiko mana saja yang dapat dibiayai dengan keterbatasan budget, walaupun pada
akhirnya seluruh keputusan diserahkan kembali pada pihak rumah sakit. Berikut
ini akan ditampilkan simulasi alokasi biaya dengan kondisi budget seperti yang
telah disebutkan sebelumnya:
a. Asumsi budget yang tersedia Rp. 700.000
Asumsi yang pertama adalah jika dana (budget) yang tersedia untuk
membiayai treatment cost sebesar Rp 700.000 atau kira-kira sebesar 10% dari

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


94

total treatment cost. Pada tabel 4.7 dapat dilihat hasil optimasi dengan
menggunakan OptQuest.

Tabel 4.7. Alokasi biaya dengan asumsi budget Rp 700.000


%TARGET
ACTUAL RISK TREATMENT GO/NO
NO RISIKO RISK COST RISK RISK COVERAGE ADVANTAGE
COVERAGE COST GO
COVERAGE
Kebocoran di dalam
1 Rp 238.594 95% Rp 226.664 Rp - Rp - 0,0 Rp -
ruangan
Tidak adanya back up
peralatan medis untuk
2 penggantian sementara Rp 3.780.000 95% Rp 3.591.000 Rp - Rp - 0,0 Rp -
peralatan medis yang
diperbaiki
Kerusakan peralatan
3 Rp 5.444.115 95% Rp 5.171.909 Rp 5.171.909 Rp 300.000 1,0 Rp 4.871.909
medis
4 Pemadaman listrik Rp 1.252.428 95% Rp 1.189.806 Rp 947.019 Rp 397.972 0,8 Rp 437.011
Lamanya proses
5 penggantian peralatan Rp 3.478.333 95% Rp 3.304.417 Rp - Rp - 0,00 Rp -
yang rusak
TOTAL Rp 14.193.470 Rp 13.483.797 Rp 6.118.929 Rp 616.763 Rp 5.308.920

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan budget yang disediakan
oleh rumah sakit untuk treatment cost hanya Rp 700.000, treatment atau
penanganan yang dapat dilakukan sepenuhnya (100%) adalah treatment untuk
item risiko kerusakan peralatan medis. Sedangkan untuk penanganan risiko
pemadaman listrik dana yang dapat dialokasikan hanya sebesar 80%. Untuk
ketiga risiko yang lain; yaitu risiko kebocoran di dalam ruangan, risiko tidak
adanya back up peralatan medis, risiko lamanya proses penggantian peralatan
yang rusak; tidak mendapatkan alokasi dana sama sekali.
Dari budget yang disediakan rumah sakit sebesar Rp 700.000, risiko
yang dapat dikurangi rumah sakit adalah sebesar Rp 6.118.929 dengan
keuntungan sebesar Rp. 5.308.920.
b. Asumsi budget yang tersedia Rp. 1.750.000
Asumsi yang kedua adalah jika dana (budget) yang tersedia untuk
membiayai treatment cost sebesar Rp 1.750.000 atau kira-kira sebesar 25% dari
total treatment cost. Pada tabel 4.8 dapat dilihat hasil optimasi dengan
menggunakan OptQuest.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


95

Tabel 4.8 Alokasi biaya dengan asumsi budget Rp 1.750.000


%TARGET
RISK ACTUAL RISK TREATMENT GO/NO
NO RISIKO RISK COST RISK ADVANTAGE
COVERAGE COVERAGE COST GO
COVERAGE
Kebocoran di dalam
1 Rp 238.594 95% Rp 226.664 Rp 226.664 Rp 200.000 1,0 Rp 26.664
ruangan
Tidak adanya back up
peralatan medis untuk
2 penggantian sementara Rp 3.780.000 95% Rp 3.591.000 Rp 67.820 Rp 56.658 0,02 Rp 211
peralatan medis yang
diperbaiki
Kerusakan peralatan
3 Rp 5.444.115 95% Rp 5.171.909 Rp 5.171.909 Rp 300.000 1,0 Rp 4.871.909
medis
4 Pemadaman listrik Rp 1.252.428 95% Rp 1.189.806 Rp 1.182.121 Rp 496.771 1,0 Rp 680.924
Lamanya proses
5 penggantian peralatan Rp 3.478.333 95% Rp 3.304.417 Rp 1.606.346 Rp 1.458.363 0,49 Rp 71.938
yang rusak
TOTAL Rp 14.193.470 Rp 13.483.797 Rp 8.254.861 Rp 1.703.573 Rp 5.651.646

Dari tabel dapat dilihat bahwa jika rumah sakit menyediakan dana
sebesar Rp. 1.750.000, maka treatment yang dapat dilakukan sepenuhnya
(100%) adalah treatment terhadap risiko kebocoran di dalam ruangan, risiko
kerusakan peralatan medis, dan risiko pemadaman listrik. Untuk risiko lamanya
proses penggantian peralatan yang rusak hanya mendapatkan alokasi sebesar
49%, sedangkan untuk risiko tidak adanya back up peralatan medis hanya
mendapatkan alokasi sebesar 2%.
Dari budget yang disediakan rumah sakit sebesar Rp 1.750.000, risiko
yang dapat dikurangi rumah sakit adalah sebesar Rp 8.254.861 dengan
keuntungan sebesar Rp. 5.651.646.
c. Asumsi budget yang tersedia Rp. 3.500.000
Asumsi yang kedua adalah jika dana (budget) yang tersedia untuk
membiayai treatment cost sebesar Rp 3.500.000 atau kira-kira sebesar 50% dari
total treatment cost. Pada tabel 4.9 dapat dilihat hasil optimasi dengan
menggunakan OptQuest.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


96

Tabel 4.9 Alokasi biaya dengan asumsi budget Rp. 3.500.000


%TARGET
RISK ACTUAL RISK TREATMENT GO/NO
NO RISIKO RISK COST RISK ADVANTAGE
COVERAGE COVERAGE COST GO
COVERAGE
Kebocoran di dalam
1 Rp 238.594 95% Rp 226.664 Rp - Rp - 0,0 Rp -
ruangan
Tidak adanya back up
peralatan medis untuk
2 penggantian sementara Rp 3.780.000 95% Rp 3.591.000 Rp 109.116 Rp 91.158 0,03 Rp 546
peralatan medis yang
diperbaiki
Kerusakan peralatan
3 Rp 5.444.115 95% Rp 5.171.909 Rp 5.171.909 Rp 300.000 1,0 Rp 4.871.909
medis
4 Pemadaman listrik Rp 1.252.428 95% Rp 1.189.806 Rp 1.189.806 Rp 500.000 1,0 Rp 689.806
Lamanya proses
5 penggantian peralatan Rp 3.478.333 95% Rp 3.304.417 Rp 3.100.551 Rp 2.814.915 0,94 Rp 268.013
yang rusak
TOTAL Rp 14.193.470 Rp 13.483.797 Rp 9.571.383 Rp 3.444.019 Rp 5.830.275

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jika rumah sakit menyediakan dana
sebesar Rp. 3.500.000, maka treatment yang dapat dilakukan sepenuhnya
(100%) adalah treatment terhadap risiko kerusakan peralatan medis, dan risiko
pemadaman listrik. Untuk risiko lamanya proses penggantian peralatan yang
rusak mendapatkan alokasi dana sebesar 94%, sedangkan untuk risiko tidak
adanya back up peralatan medis hanya mendapatkan alokasi sebesar 3%. Risiko
kebocoran di dalam ruangan tidak mendapatkan alokasi dana sama sekali.
Dari budget yang disediakan rumah sakit sebesar Rp 3.500.000, risiko
yang dapat dikurangi rumah sakit adalah sebesar Rp 9.571.383 dengan
keuntungan sebesar Rp. 5.830.275
d. Asumsi budget yang tersedia Rp. 5.500.000
Asumsi yang kedua adalah jika dana (budget) yang tersedia untuk
membiayai treatment cost sebesar Rp 5.500.000 atau kira-kira sebesar 75% dari
total treatment cost. Pada tabel 4.10 dapat dilihat hasil optimasi dengan
menggunakan OptQuest.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


97

Tabel 4.10 Alokasi biaya dengan asumsi budget Rp. 5.500.000


%TARGET
ACTUAL RISK TREATMENT GO/NO
NO RISIKO RISK COST RISK RISK COVERAGE ADVANTAGE
COVERAGE COST GO
COVERAGE
Kebocoran di dalam
1 Rp 238.594 95% Rp 226.664 Rp - Rp - 0,00 Rp -
ruangan
Tidak adanya back up
peralatan medis untuk
2 penggantian sementara Rp 3.780.000 95% Rp 3.591.000 Rp 2.654.248 Rp 2.217.417 0,74 Rp 322.879
peralatan medis yang
diperbaiki
Kerusakan peralatan
3 Rp 5.444.115 95% Rp 5.171.909 Rp 5.171.909 Rp 300.000 1,0 Rp 4.871.909
medis
4 Pemadaman listrik Rp 1.252.428 95% Rp 1.189.806 Rp 1.188.567 Rp 499.479 1,0 Rp 688.370
Lamanya proses
5 penggantian peralatan Rp 3.478.333 95% Rp 3.304.417 Rp 3.304.417 Rp 3.000.000 1,00 Rp 304.417
yang rusak
TOTAL Rp 14.193.470 Rp 13.483.797 Rp 12.319.141 Rp 5.437.938 Rp 6.187.575

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa jika rumah sakit menyediakan dana
sebesar Rp. 5.500.000, maka treatment yang mendapatkan alokasi dana
sepenuhnya (100%) adalah treatment terhadap risiko kerusakan peralatan
medis, risiko lamanya proses penggantian peralatan yang rusak, dan risiko
pemadaman listrik. Sedangkan risiko tidak adanya back up peralatan medis
untuk penggantian sementara peralatan medis yang diperbaiki oleh supplier
mendapatkan alokasi dana sebesar 74% dan risiko kebocoran di dalam ruangan
tidak mendapatkan alokasi dana sama sekali.
Dari budget yang disediakan rumah sakit sebesar Rp 5.500.000, risiko
yang dapat dikurangi rumah sakit adalah sebesar Rp 12.319.141 dengan
keuntungan sebesar Rp. 6.187.575
e. Asumsi budget yang tersedia Rp. 6.300.000
Asumsi yang kedua adalah jika dana (budget) yang tersedia untuk
membiayai treatment cost sebesar Rp 6.300.000 atau kira-kira sebesar 90% dari
total treatment cost. Pada tabel 4.11 dapat dilihat hasil optimasi dengan
menggunakan OptQuest.

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


98

Tabel 4.11 Alokasi biaya dengan asumsi budget Rp. 6.300.000


%TARGET
RISK ACTUAL RISK TREATMENT GO/NO
NO RISIKO RISK COST RISK ADVANTAGE
COVERAGE COVERAGE COST GO
COVERAGE
Kebocoran di dalam
1 Rp 238.594 95% Rp 226.664 Rp 32.097 Rp 28.322 0,14 Rp 535
ruangan
Tidak adanya back up
peralatan medis untuk
2 penggantian sementara Rp 3.780.000 95% Rp 3.591.000 Rp 3.236.227 Rp 2.703.615 0,90 Rp 479.993
peralatan medis yang
diperbaiki
Kerusakan peralatan
3 Rp 5.444.115 95% Rp 5.171.909 Rp 5.171.909 Rp 300.000 1,0 Rp 4.871.909
medis
4 Pemadaman listrik Rp 1.252.428 95% Rp 1.189.806 Rp 1.189.691 Rp 499.952 1,0 Rp 689.673
Lamanya proses
5 penggantian peralatan Rp 3.478.333 95% Rp 3.304.417 Rp 3.304.417 Rp 3.000.000 1,00 Rp 304.417
yang rusak
TOTAL Rp 14.193.470 Rp 13.483.797 Rp 12.934.342 Rp 6.240.425 Rp 6.346.526

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa jika rumah sakit menyediakan dana
sebesar Rp. 6.300.000, maka treatment yang mendapatkan alokasi dana
sepenuhnya (100%) adalah treatment terhadap risiko kerusakan peralatan
medis, risiko lamanya proses penggantian peralatan yang rusak, dan risiko
pemadaman listrik. Sedangkan risiko tidak adanya back up peralatan medis
untuk penggantian sementara peralatan medis yang diperbaiki oleh supplier
mendapatkan alokasi dana sebesar 90% dan risiko kebocoran di dalam ruangan
hanya mendapatkan alokasi dana sebesar 14%.
Dari budget yang disediakan rumah sakit sebesar Rp 6.300.000, risiko
yang dapat dikurangi rumah sakit adalah sebesar Rp 12.934.342 dengan
keuntungan sebesar Rp. 6.346.526

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


5. KESIMPULAN

Untuk menjawab tujuan penelitian yang pada bab pendahuluan telah


disebutkan oleh penulis, maka berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis
yang telah dilakukan, beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
1. Strategi penanganan untuk mengatasi risiko-risiko pada pemeliharaan
adalah berupa pengurangan risiko (risk mitigation) dan memindahkan
tanggungjawab risiko (risk transfer) untuk risiko dengan kategori tinggi.
Tetapi untuk risiko-risiko yang termasuk ke dalam risiko dengan kategori
rendah, seksi sarana fisik menggunakan cara menerima risiko (risk
acceptable). Penjabaran strategi penanganan untuk setiap risiko untuk
lebih lengkapnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5.
2. Risiko-risiko dalam pemeliharaan yang termasuk ke dalam peringkat lima
besar adalah:
• Risiko kebocoran di dalam ruangan
• Risiko tidak adanya back up peralatan medis untuk peralatan medis
yang sedang diperbaiki oleh supplier
• Risiko kerusakan peralatan medis
• Risiko pemadaman listrik
• Risiko lamanya proses penggantian peralatan yang rusak
3. Alokasi biaya dengan dengan adanya 5 skenario keterbatasan budget yang
disediakan oleh pihak rumah sakit untuk treatment risiko, adalah sebagai
berikut:
• Jika budget yang disediakan oleh rumah sakit sebesar Rp 700.000,
treatment atau penanganan yang dapat dilakukan sepenuhnya
(100%) adalah treatment untuk item risiko kerusakan peralatan
medis. Sedangkan untuk penanganan risiko pemadaman listrik
dana yang dapat dialokasikan pada risiko sebesar 80%. Untuk
ketiga risiko yang lain; yaitu risiko kebocoran di dalam ruangan,
risiko tidak adanya back up peralatan medis, risiko lamanya proses

99

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


100

penggantian peralatan yang rusak; tidak mendapatkan alokasi dana


sama sekali.
• Jika disediakan dana sebesar Rp. 1.750.000, maka treatment yang
dapat dilakukan sepenuhnya (100%) adalah terhadap risiko
kebocoran di dalam ruangan, risiko kerusakan peralatan medis, dan
risiko pemadaman listrik. Untuk risiko lamanya proses penggantian
peralatan yang rusak hanya mendapatkan alokasi sebesar 49%,
sedangkan untuk risiko tidak adanya back up peralatan medis
hanya mendapatkan alokasi sebesar 2%.
• Jika rumah sakit menyediakan dana sebesar Rp. 3.500.000, maka
treatment yang dapat dilakukan sepenuhnya (100%) adalah
terhadap risiko kerusakan peralatan medis, dan risiko pemadaman
listrik. Untuk risiko lamanya proses penggantian peralatan yang
rusak mendapatkan alokasi dana sebesar 94%, sedangkan untuk
risiko tidak adanya back up peralatan medis hanya mendapatkan
alokasi sebesar 3%. Risiko kebocoran di dalam ruangan tidak
mendapatkan alokasi dana sama sekali.
• Jika rumah sakit menyediakan dana sebesar Rp. 5.500.000, maka
treatment yang dapat dilakukan sepenuhnya adalah terhadap risiko
kerusakan peralatan medis, risiko lamanya proses penggantian
peralatan yang rusak, dan risiko pemadaman listrik. Risiko tidak
adanya back up peralatan medis untuk penggantian sementara
peralatan medis yang diperbaiki oleh supplier mendapatkan alokasi
dana sebesar 74%, sedangkan risiko kebocoran di dalam ruangan
tidak mendapatkan alokasi dana sama sekali.
• Jika rumah sakit menyediakan dana sebesar Rp. 6.300.000, maka
treatment yang dapat dilakukan sepenuhnya (100%) adalah
terhadap risiko kerusakan peralatan medis, risiko lamanya proses
penggantian peralatan yang rusak, dan risiko pemadaman listrik.
Sedangkan risiko tidak adanya back up peralatan medis untuk
penggantian sementara peralatan medis yang diperbaiki oleh
supplier mendapatkan alokasi dana sebesar 90%, dan risiko

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


101

kebocoran di dalam ruangan mendapatkan alokasi dana sebesar


14%.
4. Skenario yang diterapkan dalam simulasi dan hasil dari simulasi dapat
berubah sesuai dengan kondisi dan keputusan pihak rumah sakit

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


102

REFERENSI

Brown, Bernard L. (2002). Risk Management for Hospital. Maryland: Aspen


Systems Corporation

Crystal Ball 2000, User Manual

Departement of Health, Government of South Australia. (2006). Risk


Management: Policy and Framework. 2003.

Frame, J. Davidson. (2002). Managing Risk in Organization: A Guide for


Manager. San Fransisco.

Furst, E., Wang, B., & Cohen, Ted. (2006). Medical Eqipment Management
Strategie. Biomedical Instrumentation & Technology, 40, 3, 233.

Joint Standards Australia/Standards New Zealand Commiittee B-007. (2006).


Australian/New Zealand Standard: Risk Management (AS/NZ 4360:2004).
Sydney, Wellington: Author.

Kerzner. (2003). Project Management: A Systems Approach to Planning,


Scheduling, and Controlling (8th ed.). John Wiley & Sons.

Mann, Lawrence. (1978). Maintenance Management. Toronto: Lexington Books.

Mestchian, Peyman. (2000). Risk Intelligence – from Compliance to Performance.


Journal Risk Inteligence, hal 3-6

Moeis, Emmyr F. (1994). Budaya Mutu Sebagai Bagian Integral Manajemen


Rumah Sakit. Cermin Dunia Kedokteran, 34

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


103

Noris, C., Perry ,J., & P. Simon. (2000). Project Risk Analysis and Management.
The Association for Project Management. Buckinghamshire.

Penncok , Michael J., & Haime, Yacov Y s. (2002). Principles and Guidelines for
Project Risk Management. System Engineering (Vol. 5, No. 2).Wiley
Periodicals Inc.

Patterson, Fiona & Kevin Neailey.(2002). A Risk Register Database System to


Aid The Management of Project Risk. International Journal of Project
Management, 20, 365-374.

Project Risk Management Handbook: Threat and Opportunities (2nd ed.). (2007).
Sacramento: Office of Statewide Project Management Improvement (OSPMI)

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


104

LAMPIRAN 1
KUESIONER PENILAIAN RISIKO

Bapak / Ibu / Sdr / i yang saya hormati,


Saya, Nadya Rathna Riestayati, adalah mahasiswa tingkat akhir program Sarjana
Teknik Industri Universitas Indonesia dengan NPM 0404070484.
Pada saat ini, saya sedang melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian skripsi
dengan topik “Analisa Risiko Pemeliharaan Peralatan Medis di Intensive Care Unit
Rumah Sakit X”.
Kuesioner ini merupakan bagian dari penelitian tugas akhir yang dilakukan peneliti
dari Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Adapun tujuan
dari kuesioner ini adalah untuk menilai risiko itu sendiri. Penilaian terhadap risiko perlu
dilakukan untuk mengetahui tingkatan atau level dari suatu risiko. Penilaian risiko ini
mencakup penilaian terhadap probabilitas terjadinya risiko dan juga penilaian terhadap
dampak yang dihasilkan jika risiko itu terjadi.
Dengan pengisian kuesioner ini, diharapkan dapat menilai item risiko dalam
pemeliharaan peralatan medis yang benar-benar merupakan pendapat para ahli
Oleh karena itu, saya mengharapkan partisipasi dari Bapak/ Ibu untuk mengisi
kuesioner berikut. Apabila ada pertanyaan mengenai kuesioner ini, Bapak / Ibu/ Sdr/ i
dapat menghubungi :

Mahasiswa: Dosen Pembimbing:


Nadya Rathna R Ir. Fauzia Dianawati, Msi.
Departemen Teknik Industri Departemen Teknik Industri
Fakultas Teknik Atau Fakultas Teknik
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
Kampus UI Depok 16424 Kampus UI Depok 16424
Telp. 08158870883 Telp. 021-788 88805
Email: nadya_rathna@yahoo.com Email:
Atas bantuan dan partisipasi Bapak / Ibu/ Sdr/ i, peneliti mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Nadya Rathna Riestayati

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


105

DATA RESPONDEN
Nama :
Departemen :
Divisi :
Jabatan :
Pengalaman Kerja :
Alamat e-mail :
Tanda tangan :

CARA PENGISIAN KUESIONER

Berilah tanda check ( ) di setiap kolom yang mempresentasikan penilaian


Bapak/Ibu terhadap tiap item risiko. Contoh, jika Bapak/Ibu merasa bahwa
probabilitas terjadinya beban tugas personil yang berlebihan pada personil
mencapai 60% maka Bapak/Ibu dapat memberi tanda check pada kolom keempat
pada bagian likelihood.
Kemudian jika Bapak/Ibu merasa bahwa risiko tersebut akan memberikan
dampak yang biasa saja tidak terlalu tinggi pada operasional ICU maka pada
kolom impact Bapak/ Ibu dapat memberi tanda check pada kolom 3. Pada gambar
di bawah ini merupakan contoh dari kuesioner yang telah diisi:

!" # $%

Sebagai panduan dalam menentukan likelihood dan impact, setiap nilainya


dapat dideskripsikan dalam tabel berikut ini:

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


106

Tabel 1. Kriteria untuk probabilitas

LIKELIHOOD/
SKALA DESKRIPSI
PROBABILITAS

Risiko terjadi hanya pada saat atau keadaan tertentu saja.


Sangat Rendah 1
Probabilitas terjadinya risiko sebesar 0-5%
Risiko ini mungkin akan terjadi tetapi tidak diperkirakan
Rendah 2
akan terjadi. Probabilitas terjadinya risiko sebsar 6-20%

Risiko ini diperkirakan mungkin terjadi pada suatu waktu.


Medium 3
Probabilitas terjadinya item risiko sebesar 21-50%

Risiko ini pasti akan terjadi minimal satu kali. Probabilitas


Tinggi 4
terjadinya risiko sebesar 51-90%
Risiko ini pasti akan sering terjadi. Probabilitas terjadinya
Sangat Tinggi 5
risiko sebsar 91-100%

Tabel 2. Kriteria untuk dampak (impact)


IMPACT SKALA DESKRIPSI
Jika item risiko berdampak sangat kecil terhadap
Insignificant 1 penambahan waktu dan biaya dan dianggap masih dalam
batas toleransi
Jika item risiko berdampak pada penambahan waktu dan
Minor 2 biaya sebesar 0-5% dari perencanaan. Dampak yang
dihasilkan tidak mempengaruhi operasional ICU
Jika item risiko berdampak penambahan waktu dan biaya
Moderate 4 sebesar 6-10% dari perencanaan. Dampak yang
dihasilkan mempengaruhi operasional ICU
Jika item risiko berdampak penambahan waktu dan biaya
Major 8 sebesar 11-20% dari perencanaan. Dampak yang
dihasilkan sangat mempengaruhi operasional ICU

Jika item risiko berdampak penambahan waktu dan biaya


lebih dari 20% dari perencanaan dan dampak yang
Catastrophic 16
dihasilkan sangat mempengaruhi operasional ICU dan
mengancam keselamatan pasien (patient safety)

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


107

!" # $%

& ' '


!" # $%

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


108

!" # $%

'
!" # $%

&
" # $% #

(
'

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


109

' '
!" # $%

! )% !
)%

)% !
*

)
+

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


110

LAMPIRAN 2

DATA KEBOCORAN DI DALAM RUANGAN


(PERIODE JANUARI- DESEMBER 2007)
(! ) * +
- & ! 1 . / .,00
$ 1 .+0+.2 *
1 $ & 1 .+,,. 3

DATA TIDAK ADANYA BACKUP PERALATAN MEDIS


(PERIODE JANUARI- DESEMBER 2007)

+ ! $ (!
$ $ 1 .000.000
45 1 .,00.000
) $ 1 .,00.000
" 1 .000.000
) $ 1 .000.000
$ 1 *.000.000

DATA PEMADAMAN LISTRIK


(PERIODE JANUARI- DESEMBER 2007)
$
, $!" (!
+ ! &( # + (
*
" (
" * * 1 + 0.000 +
6 * 1 * 0.000
$ 1 20.000
) 1 / .000
$ * * 1 * 2.000
" 1 *0.000
" 1 *,.,00
) 1 7 .000
1 / .,00
& 1 2*.000
# 8 1 2*.000
( * 1 * 0.000

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


111

DATA KERUSAKAN PERALATAN


(PERIODE JANUARI- DESEMBER 2007)

$ ( ,
$ (! + ( *
" ( (
! 1 ,.000 1 6
/ 1 .000.000
9 / 1 .000.000
! 1 ,.000 1 6
! 1 00.000 1 6
45 + 1 ,.000.000
! 1 ,.000 1 6
/ 1 .000.000
! 1 0.000 1 6
! 1 0.000 1 6
! 1 Rp 120.000 1 6
# :: / 1 .,00.000
1 ,0.000 1 6
! 1 ,0.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
/ 1 .000.000
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008


112

DATA LAMANYA PROSES PENGGANTIAN PERALATAN


(PERIODE JANUARI- DESEMBER 2007)
$
+ !
(!
$ 1 .000.000
, ( ! Rp -
Rp -
& ( ( 45 1 .000.000
( 1 *.,00.000
'%(! $ Rp -
& 1 .000.000
$ 1 ;
,
1 .,00.000
,! # :: Rp -
! 1 ;
'*
1 .000.000
% $ ( 1 *.000.000
( 1 ;
$ 1 *.000.000
$ (
& 1 ;
& 1 .000.000
- $ (
! 1 ;

Universitas Indonesia

Analisis risiko..., Nadya Rathna Riestayati, FT UI, 2008

Anda mungkin juga menyukai