SKRIPSI
SKRIPSI
i
Universitas Indonesia
yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Industri Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia maupun di
Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
ii
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
iii
Universitas Indonesia
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Papa, Mama, Vina, Nisa, dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang,
doa, dukungan, dan bantuan.
2. Ir. Fauzia Dianawati, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran didalam mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Ibu Ir. Betrianis MSi, selaku pembimbing akademis
4. Bapak Dachyar dan Ibu Erlinda selaku dosen penguji, yang telah memberikan
masukan pada penulis dalam seminar.
5. Bapak Akhmad selaku dosen mata kuliah manajemen risiko yang membantu
memahami mengenai manajemen risiko
6. Bapak Didi Bastari, Bapak Gampang Setiawan, Bapak Khamdani, Bapak Trio,
Bapak Supandi, dan Bapak Bejo yang telah membantu dalam proses
pengumpulan data.
7. Kebelasan ManRisk yang telah memberikan bantuan, saran, dan dukungan
dalam pembuatan skripsi. Diar, Nuri, Ipeh, Cinde, Fita, Thia, Fahmi yang
telah memberikan dukungan semangat, saran, dan pencerahan dalam
pembuatan skripsi ini dan juga seluruh rekan TI04.
8. Seluruh staf pengajar Teknik Industri UI dan seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap skripsi ini
dapat membawa manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
iv
Universitas Indonesia
v
Universitas Indonesia
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 24 Juni 2008
Yang menyatakan
vi
Universitas Indonesia
Salah satu unit yang menjadi fokus utama pemeliharaan peralatan medis adalah
Intensive Care Unit (ICU). ICU merupakan unit yang merawat pasien yang
memerlukan perawatan intensif dan monitoring intensif, oleh karena itu harus
selalu dipastikan peralatan di unit ini harus berjalan dan berfungsi dengan baik,
dan peran dari pemeliharaan sangat besar dalam menunjang lancarnya operasional
ICU. Namun dalam pelaksanaannya kegiatan pemeliharan tidak pernah lepas dari
risiko. Oleh karena itu manajemen risiko perlu dilakukan untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan kemudian menyusun strategi penanganan risiko.
vii
Universitas Indonesia
One of the units that become main focus of medical device maintenance activity is
Intensive Care Unit (ICU). ICU is a unit that has a function to take care patient
who needs care and monitoring intensively. Because of this reason, the medical
devices in this unit have to be guaranteed can function in good condition and can
be seen that maintenance activity plays a major role in this part. However, in the
operational of maintenance activity never free from risks that may happen,
therefore risk management is needed to identify, measure, and then prepare
strategy to manage risks as base to build risk management intact.
viii
Universitas Indonesia
ix
Universitas Indonesia
4. ANALISIS ............................................................................................... 71
4.1. Evaluasi Risiko ................................................................................ 71
4.1.1 Peringkat Risiko .................................................................... 71
4.1.2. Pemilihan Risiko................................................................... 76
4.2. Penanganan Risiko ........................................................................... 79
4.2.1. Identifikasi Strategi Penanganan Risiko ................................ 80
4.2.2. Pemilihan Alternatif Penanganan Risiko ............................... 87
4.2.3. Alokasi Biaya dengan Opt.Quest........................................... 88
5. KESIMPULAN ....................................................................................... 99
x
Universitas Indonesia
Gambar 4.4. Diagram lingkaran (pie chart) risiko kategori medium ........... 75
Gambar 4.5. Diagram lingkaran (pie chart) risiko kategori rendah ............. 75
xi
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Deskripsi kerja tiap personil pada tingkatan jabatan .................. 45
xii
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
xiv
Universitas Indonesia
xv
Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
rumah sakit itu sendiri yang walaupun tadinya tergolong bermutu baik jika tidak
memperhatikan pemeliharaan mutunya justru sebaliknya akan menjadi
ketinggalan dan tergeser ke golongan bermutu kurang baik, bahkan tidak mustahil
oleh sebab tertentu malah terjadi penurunan mutu pelayanan dan fasilitas medis
rumah sakit itu. Dalam iklim persaingan ketat antar rumah sakit, persaingan dapat
terjadi dalam banyak bentuk, sejauh pasien dapat merasa terpenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Hal ini harus dilihat sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup
usaha rumah sakit yang dikelola.
Rumah Sakit X merupakan salah satu rumah sakit swasta yang begerak
dalam bidang pelayanan kesehatan umum. Rumah Sakit X melayani rawat jalan;
yang terdiri dari poliklinik spesialis, klink konsultasi; pelayanan kamar bedah,
penunjang medis, dan rawat inap Untuk menghadapi persaingan dengan rumah
sakit pemerintah dan swasta lainnya Rumah Sakit X sebaiknya selalu memastikan
mutu rumah sakit, dalam hal ini adalah mengenai fasilitas-fasilitas (sarana dan
prasarana) pendukung medis yang terdapat di tiap unit di rumah sakit. Fasilitas-
fasilitas pendukung medis di tiap unit ini harus dipastikan selalu berjalan dengan
baik, tidak ada yang rusak atau cacat, dan kebersihannya harus diperhatikan
dengan seksama agar tidak menyebabkan kerugian pada rumah sakit, dalam hal
biaya pemeliharaan, dan pasien, yang biasa disebut dengan medical error. Oleh
karena itu, pemeliharaan dan pengecekan terhadap semua sarana dan prasarana
medis harus menjadi perhatian rumah sakit. Pemeliharan dan pengecekan
peralatan medis menjadi sangat penting untuk ICU (Intensive Care Unit). ICU
merupkan sebuah unit yang merawat pasien yang memerlukan perawatan intensif
dan monitoring yang intensif. Peralatannya banyak dan sangat penting dalam
pemanfaatanya untuk memonitor keadaan pasien sehingga tidak boleh terjadi
kerusakan ataupun gangguan pada sarana medis yang terdapat di ICU tersebut.
Selain penting dalam penggunaannya, sarana medis yang terdapat di ICU tersebut
sangat sensitif terhadap kesalahan perawatan dan pemeliharaan sehingga harus
dirawat dengan baik. Pemeliharaan terhadap peralatan medis rumah sakit di ICU
merupakan salah satu cara untuk mendukung program patient safety yang sedang
diusung oleh World Health Organization (WHO). Inspeksi, pemeliharaan, dan
kalibrasi berkala peralatan medis ICU menjadi salah satu bagian dari pendekatan
Universitas Indonesia
3
Zurich, “Developing an Effective Maintenance Management Program”, 2001, hal 1
4
Kerzner, “Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling,
Eighth Edition “,John Wiley & Sons, 2003
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
"
"
# "
$
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1. Risiko
2.1.1. Definisi Risiko
Sebelum mendalami lebih jauh mengenai risiko ada baiknya didefinisikan
terlebih dahulu mengenai risiko itu tersendiri. Risiko didefinisikan sebagai
kesempatan untuk kegagalan, atau merupakan probabilitas kemunculan
kegagalan/kehilangan dikalikan dengan deviasinya 5 . Menurut Stevenson &
Siefring, risiko diartikan sebagai keadaan bahaya atau kemungkinan terjadinya
kerugian. Lowrance pun mendefinisikan risiko sebagai probabilitas dan dampak
dari kejadian yang merugikan.
Definisi lain risiko adalah sebuah pengukuran probabilitas dan
konsekuensi tidak meraih tujuan proyek yang diinginkan6.
Risiko dapat dihitung dengan mengkombinasikan antara konsekuensi
kejadian dan juga kemungkinan terjadinya kejadian tersebut 7 . Risiko tidak
selamanya menghasilkan pengaruh atau dampak yang negatif, namun juga dapat
membawa pengaruh yang positif.
Menurut AS/NZS 4360:2004 risiko didefinisikan sebagai kesempatan
untuk sesuatu terjadi yang akan mempunyai pengaruh terhadap organisasi dalam
meraih tujuan bisnisnya.
Risiko dihubungkan dengan cara dalam meramalkan atau mengestimasi
kemungkinan terjadinya kerugian. Risiko mempunyai dua komponen utama yang
menentukan dalam suatu kejadian, yaitu:
- Likelihood
Likelihood atau probabilitas adalah kemungkinan terjadinya hazard
event. Hazard itu sendiri dapat didefinisikan sebagai sumber potensial
terjadinya (accident). Dalam pendefinisian risiko menggunakan sudut
pandang likelihood, maka nilai probabilitas mendekati 1 (dengan rentang
nilai probabilitas antara 0 dan 1) merupakan risiko dengan kategori tinggi.
5
Ali Jaafari, “Management of risks, uncertainties and opportunities on projects: time for a
fundamental shift”, 2001, Hal 1
6
Ibid
7
Austin Health,”Risk Managemet Policy”,2005 hal 6
10 Universitas Indonesia
- Impact
Impact atau yang disebut juga sebagai konsekuensi merupakan
hasil dari terjadinya hazard event, yang meliputi kerusakan, kehilangan,
kerugian, atau luka pada seseorang. Dalam pendefinisian risiko dengan
menggunakan sudut pandang impact, maka risiko yang menghasilkan
impact terbesar dapat dikatakan sebagai risiko dengan kategori tertinggi.
Menurut Kaplan dan Garrick (Kaplan dan Garrick, 1981), semakin tinggi
dampak yang diakibatkan oleh suatu risiko maka probabilitas kemunculannya
akan semakin rendah. Sebaliknya risiko yang probabilitasnya semakin tinggi,
maka semakin kecil dampat yang diakibatkan oleh risiko tersebut8.
8
Michael J Penncok dan Yacov Y Haimes,” Principles and Guidelines for Project Risk
Management”, dalam System Engineering, Wiley Periodicals Inc., vol 5, No. 2, 2002, hal 91.
9
J. Davidson Frame, Managing Risk in Organization: A Guide for Manager, San Fransisco, 2002
hal 8.
Universitas Indonesia
10
J. Davidson Frame, Op. Cit., hal 9
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
11
Peyman Mestchian. Risk Intelligence – from compliance to performance, dalam Journal Risk
Inteligence, 2000, hal 5
12
Risk Management in Department of Family and Community Service, Risk Audit, and
Compliance Branch, Australia, 1999
Universitas Indonesia
13
Bernard L. Brown, Risk Management for Hospital,Aspen Systems Corporation, Maryland, 2002,
hal 2
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
14
Australian/New Zealand Standard, Risk Management, hal 12
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
17
Australian/New Zealand Standard, Opcit, hal 17
Universitas Indonesia
kemunculan yang rendah akan diperlakukan berbeda dengan risiko lain yang
potensi kerugiannya rendah namun sering terjadi (probabilitas tinggi).
Dalam menghindari atau mengurangi kesalahan pada penilaian risko, maka
tiap-tiap level dampak dan probabilitas harus dapat didefinisikan dengan jelas dan
dikonversikan ke dalam angka-angka tertentu. Definisi yang jelas dari setiap level
tersebut akan sangat membantu dalam menilai risiko-risiko yang ada.
Penilaian risiko terhadap dampak dan probabilitas dibuat berbeda atau
tidak linear dengan tujuan untuk merefleksikan keinginan organisasi untuk
cenderung menghindari risiko-risiko yang mempunyai dampak besar terhadap
aktivitas yang mereka lakukan.
Alokasi angka-angka kemungkinan dan dampak dari risiko yang biasanya
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dalam analisa risiko ada dua metode analisa yaitu analisa kualitatif dan
analisa kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan untuk menguji dampak dari suatu
risiko melalui aplikasi proses yang mendasar. Analisa kulitatif yang efektif
tergantung pada pengalaman, logika yang baik, dan pengambilan keputusan yang
tepat. Dengan adanya ketiga hal tersebut dapat memungkinkan seseorang
mengembangkan wawasannya. Sedangkan analisa kuantitatif, merupakan analisa
yang memungkinkan seseorang dalam mengembangkan pemahaman secara lebih
mendalam mengenai konsekuensi nyata akibat terjadinya suatu risiko.
Analisa kualitatif dapat dilaksanakan jika data-data yang dibutuhkan telah
terkumpul. Data-data tersebut sebelumnya digunakan dalam proses identifikasi
risiko. Adapun data-data tersebut dapat diperoleh melalui:
• Kuesioner
Informasi yang relevan dapat dikumpulkan melalui pembuatan
kuesioner yang berfokus pada masalah atau lingkup manajemen risiko
yang akan dianalisa. Kuesioner tersebut harus disebarkan pada
manajemen atau pihak-pihak yang sesuai dan dapat memberikan
penilaian terhadap risiko-risiko yang ada.
• Wawancara di lapangan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
karena sebenarnya tidak ada batasnya saat memformulasikan dampak dari risiko
secara kualitatif 18 . Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan dalam
analisa kuantitatif.
• Modelling risk
Dengan menggunakan model, seseorang dapat mensimulasikan
keadaan sebenarnya tanpa harus mengalaminya secara langsung. Simulasi
memungkinkan seseorang memprediksikan konsekuensi yang terjadi
dengan skenario yang berbeda-beda. Model tersebut dapat dibuat dalam
bentuk sederhana seperti spreadsheet budget atau kompleks seperti halnya
mathematical representation. Sederhana atau kompleksnya model
memberikan kesempatan pada analis untuk menentukan hasil dari kejadian
risiko berdasarkan asumsi yang berbeda. Metode ini dilakukan dalam
analisa sensitivitas untuk menentukan efek pada keseluruhan proyek dari
perubahan salah satu variabel risiko seperti keterlambatan desain atau
biaya material.
• Expected Value Analysis
Expected Value Analysis merupakan salah satu metode dalam
mathematical expectation yang kerap digunakan dalam analisa risiko.
Mathematical expectation memungkinkan seseorang menghitung expected
value dari suatu kejadian. Seperti diketahui nilai dari suatu hasil
berhubungan dengan kejadian dan probabilitas terjadinya.
• Benefit-Cost Ratio Analysis
Analisis ini biasanya digunakan saat membuat keputusan mengenai
investasi (termasuk keputusan pemilihan proyek), namun juga dapat
digunakan untuk mendukung analisa kuantitatif. Konsep dasar dari analisa
ini adalah menghitung nilai keuntungan yang akan diperoleh lalu
kemudian dibagi dengan biaya yang akan dikeluarkan. Hasil dari
pembagian ini (disebut sebagai rasio) nantinya akan dibandingkan dengan
rasio dari alternatif-alternatif yang ada. Metode ini juga dilakukan dalam
analisa sensitivitas.
• Monte Carlo Simulation
18
J. Davidson Frame, Op.Cit, hal 84
Universitas Indonesia
19
Crystal Ball 2000, User Manual, hal 2
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
20
Ted Heller, Australia/New Zealand Risk Management Guidline (ASNZ 4360:2004), hal 6
21
C. Noris, J. Perry, dan P. Simon, Project Risk Analysis and Management, The Association for
Project Management, Buckinghamshire, 2000, hal 10.
Universitas Indonesia
22
J. Davidson Frame, Op.Cit., hal 136
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Aktivitas monitoring ini biasanya terdiri dari dua elemen, yaitu kebijakan berisi
apa yang harus dilakukan dan prosedur untuk menjalankan kebijakan tersebut.Dua
bentuk sistem informasi untuk pengendalian dapat digunakan. Yang pertama
adalah pengendalian umum, yang digunakan untuk banyak sistem aplikasi dan
memastikan kelangsungan operasionalnya. Yang kedua adalah pengendalian
aplikasi, mencakup tahap-tahap komputerisasi dalam aplikasi software untuk
mengontrol penerapan teknologi. Kedua bentuk pengendalian memastikan
kelengkapan, keakuratan, dan validitas dari informasi yang pengaplikasiannya
dapat dikombinasikan dengan pengendalian manual jika dibutuhkan.
2.3 Maintenance
2.3.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)
Maintenance dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dibutuhkan untuk
menjaga suatu fasilitas atau asset agar tetap pada kondisi yang normal dan bekerja
dengan baik 23 . Kegiatan ini sangat penting karena jika tidak dilakukan akan
mengakibatkan masalah yang besar dengan biaya yang mahal. Pemeliharaan yang
dilakukan oeh suatu organisasi berdasarkan pada standar yang ditetapkan oleh
masing-masing organisasi. Standar ini berbeda-beda pada tiap organisasi dan jenis
industrinya. Kegiatan pemeliharaan sangat penting untuk memastikan bahwa
instalasi, konstruksi, dan operasional berada pada posisi yang aman sesuai dengan
standard24.
Tujuan dari pemeliharaan dapat didefinisikan sebagai berikut:
• Untuk memperpanjang usia kegunaan aset
• Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi (atau jasa) dan mendapatkan laba investasi (return on investment)
semaksimum dan seoptimal mungkin.
• Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluuh peralatan yang
dibutuhkan dalam keadaan darurat setiap waktu.
• Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut
• Untuk menjamin terpenuhinya jaminan pelayanan (service level)
23
Lawrence Mann, Maintenance Management, Lexington Books, 1978, hal 1
24
Zurich,” Developing an Effective Maintenance Management Program” 2001, hal 1
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
25
Ibid
Universitas Indonesia
26
Lawrence Mann, OpCit, hal 98
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
42 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tugas setiap personil pada tiap
jabatan di departemen sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut
ini:
Universitas Indonesia
!
" ! #
!
$
%
&' #
%
(
#
) #
!
!
*
*
! !
+
+
,
-% ,
,
" +
$ #
,
& *
( * !
) *
+
-% !
" *
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Deskripsi kerja tiap personil pada tingkatan jabatan (lanjutan)
!
!"
-%
"
$ *
Pemeliharaan Mesin
!
Pelaksana
! .
! +
" #
Pelaksana Instalasi Listrik
dan Genset
! .
" ! +
$ #
'
Pelaksana Instalasi dan
Distribusi Air Bersih
'
! .
" ! +
$ #
Pemeliharaan
Pelaksana
Bangunan
+ !
! .
! +
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tidak sampai mengakibatkan kerugian pada customer yang dalam hal ini adalah
pasien. Karena selama ini pihak rumah sakit belum pernah melakukan manajemen
risiko mengenai peralatan medis maka toleransi risiko diperoleh dari literatur yang
kemudian dikonsultasikan ke pihak rumah sakit.
Universitas Indonesia
- Kecelakaan personil
- Pemadaman listrik
- Kebocoran di dalam ruangan ICU
- Kekurangan budget maintenance
- Kesulitan mendapatkan dana dengan cepat
Dana yang dimaksud disini adalah dana untuk penggantian
peralatan medis yang rusak dan tidak dapat diperbaiki sehingga perlu
untuk membeli peralatan baru.
- Tidak adanya back up peralatan medis untuk penggantian sementara
peralatan medis yang sedang diperbaiki oleh supplier
Sistem perbaikan peralatan medis tidak menggunakan sistem sub
kontraktor melainkan menggunakan jasa yang ditawarkan oleh supplier
untuk memperbaiki peralatan medis yang rusak. Suplier yang memperbaiki
perlatan medis yang rusak tersebut merupakan supplier peralatan medis
tersebut. Saat peralatan medis diperbaiki oleh supplier, supplier
menyediakan peralatan medis pengganti sementara untuk digunakan di
rumah sakit dengan tujuan untuk memperlancar operasional unit di rumah
sakit.
- Keterlambatan pengiriman peralatan medis oleh supplier
- Lamanya proses perbaikan
- Kerusakan peralatan medis
- Kerusakan AC sehingga terjadi tetesan air
- Lamanya proses penggantian peralatan yang rusak
- Kekacauan operasional peralatan medik
• Studi Literatur
Selain dari wawancara, penulis juga mencari daftar risiko yang
berdasarkan literatur manajemen risiko. Literatur yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya adalah Project Management Handbook, Managing
Risk in Organization (J. Davidson, 2003). Dari hasil literatur diperoleh
beberapa item risiko yang telah dikelompokan ke dalam 5 item risiko sebagai
berikut:
- Risiko Personil
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
! %
! # "!
/ $ !# #% ! !
! !
* 0
&
!
" ! #" ! /
! & 0
*
" 1 !
% !
! &
Universitas Indonesia
$ # &
%
"
" " !!
!
!
!
$ ! !
+ *
# "
#
2 !
!
% !
%
"
-
3 %14 5'%14
* 6 !
# &
" !
Universitas Indonesia
* $ %
!
#
2 75 2 !
75 ! "
" 2
1 !
% !!
*
!
7 %
* $
! !
!!
$ ! "
& "
1 !
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
risiko dibagi ke dalam 5 tingkatan, yaitu sangat tinggi, tinggi, medium, rendah,
dan sangat rendah27. Dalam menentukan kriteria dari setiap tingkatan probabilitas,
penulis menggunakan panduan dari literatur yang kemudian dikonsultasikan ke
kepala seksi sarana fisik dan K3 Elektromedik. Pada tabel 3.4 ditunjukkan kriteria
dari setiap tingkatan probabilitas.
27
Patterson, Fiona & Kevin Neailey,” A Risk Register Database System to Aid The Management
of Project Risk”, 2002, hal 32
28
Caltrans,” Project Risk Management Handbook: Threat and Opportunities”, 2007, hal 40
Universitas Indonesia
Risiko Pemeliharaan
(Seksi Sarana Fisik) Nomor Risiko
RP 1 0 1
Kelompok Risiko
Personil
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
' * * *
* * "
! "
* *
* " * * " *
, + *
* % &
*
*
* * * " *
"
*
* * * *" * *
"
Universitas Indonesia
2 !
*
*
* * *
"
"
!
*
* * * " * *
"
, + *
* % &
* *
% * * * *
" "
*
*
* * * *
"
"
Universitas Indonesia
*
1 ! *
* * *
"
"
* * * * " * * *" *
75 *
*
* * * " * *
"
1 !
* *
* " * *
"
!
* * *
* * *
" "
Universitas Indonesia
Hasil dari rekapitulasi ini akan digunakan pada tahapan selanjutnya dari
fase analisis risiko, yaitu pengolahan kuesioner.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan dibahas mengenai fase selanjutnya dalam manajemen
risiko, yaitu fase evaluasi risiko. Selain akan membahas fase evaluasi risiko, pada
bab ini juga akan dibahas tahapan penanganan risiko, tahapan ini akan dimulai
setelah selesai dilakukannya fase evaluasi risiko. Tahapan penanganan risiko
merupakan tahapan dimana akan ditentukan strategi penanganan bagi risiko-risiko
yang telah dipilih, kemudian akan dilakukan simulasi pengalokasian biaya.
71 Universitas Indonesia
15,3 H
15,2 H
11,5 M
11,3 M
10 M
8,5 M
8,3 M
8 M
6,2 M
6 L
6 L
4,2 L
Universitas Indonesia
rendah. Sebagai informasi, jika risiko ini terjadi maka dampak yang dihasilkan
hanyalah delay waktu pelaksanaan pemeliharaan, tetapi tidak sampai mengganggu
operasional ICU. Untuk lebih jelasnya mengenai peringkat tiap item risiko dapat
dilihat pada grafik batang berikut ini:
Peringkat Risiko
Untuk lebih mengetahui proporsi atau persentase dari setiap kategori risiko
pada kegiatan pemeliharaan peralatan medis di ICU dapat dilihat pada gambar 4.2
23% 23%
Risiko Tinggi
Risiko Medium
Risiko Rendah
54%
Universitas Indonesia
Pada gambar 4.2 diketahui bahwa persentase kategori risiko yang paling
banyak adalah risiko dengan kategori risiko medium (54%), kemudian kategori
risiko tinggi (23%), dan risiko rendah (23%). Perhitungan persentase risiko ini
adalah dengan membagi jumlah item risiko pada suatu kategori dengan jumlah
item risiko secara keseluruhan (13 item risiko).
Untuk memperlihatkan proporsi setiap kelompok risiko pada setiap
kategori risiko, penulis juga membuatkan diagram yang menunjukkan presentase
tiap kelompok risiko. Pada gambar 4.3 dapat dilihat proporsi setiap kelompok
risiko pada kategori risiko tinggi.
Kelompok Kelompok
Eksternal Supplier
33% 34%
Kelompok
Operasional
33%
Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa ada tiga kelompok risiko yang
mendominasi kategori risiko tinggi yaitu, kelompok risiko operasional, kelompok
risiko supplier, dan kelompok risiko eksternal, dengan nilai masing-masing
sebesar 33%. Seimbangnya nilai ketiga risiko ini menjelaskan bahwa pada ketiga
kelompok risiko ini terdapat item-item risiko yang mempunyai probabilitas dan
dampak yang tinggi, yang mempunyai arti bahwa ketiga kelompok risiko ini
sangat mempunyai pengaruh langsung terhadap kelancaran operasional Intensive
Care Unit.
Universitas Indonesia
Kelompok
Eksternal
Kelompok
14%
Personil
29%
Kelompok
Finansial
0%
Kelompok
Kelompok
Operasional
Supplier
43%
14%
Kelompok
Personil
Kelompok
0%
Operasional
33%
Kelompok Kelompok
Supplier Finansial
0% 67%
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
penelitian. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa seksi sarana fisik secara umum
menggunakan strategi penanganan berupa pengurangan risiko (risk mitigation)
dan memindahkan tanggungjawab risiko (risk transfer). Tetapi untuk risiko-risiko
yang termasuk ke dalam risiko dengan kategori rendah, seksi sarana fisik
menggunakan cara menerima risiko (risk acceptable), dikarenakan dampaknya
yang tidak begitu mempengaruhi operasional pemeliharaan peralatan medis di
rumah sakit. Risk avoidance (menghindari risiko) tidak dapat dilakukan
dikarenakan tidak ada kegiatan pemeliharaan yang dapat dihilangkan ataupun
dihindari.
Berikut ini adalah strategi-strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh
seksi sarana fisik yang didapatkan dari wawancara responden yang dilakukan oleh
penulis.
• Pengurangan risiko (risk mitigation)
Strategi penanganan yang termasuk ke dalam kategori adalah:
- Meminta bantuan dari unit bagian yang lain yang ruang lingkup
kerjanya berdekatan
- Penentuan skala prioritas peralatan yang harus ditangani terlebih
dahulu
Penentuan prioritas peralatan yang perlu ditangani terlebih
dahulu dilakukan jika pada satu waktu ada dua peralatan yang harus
ditangani secara bersamaa
- Menambah anggota atau staff pemeliharaan peralatan medis dan
sarana pendukungnya
Penambahan staff pemeliharaan menjadi salah satu pertimbangan
yang perlu dilaksanakan agar tidak terjadinya beban kerja berlebih
pada personil.
- Menyediakan sarana kerja pendukung safety untuk seksi sarana fisik
- Berkoordinasi dengan unit K3RS dalam menyediakan peralatan safety
pemeliharaan medis
K3RS merupakan kependekan dari Kesehatan Keselamatan
Kerja Rumah Sakit. Merupakan sebuah unit yang bertugas dalam hal
mendukung keselamatan kerja karyawan di rumah sakit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
!&
" !
'
'
$
#
!
%
X X X
X X
X X
Universitas Indonesia
85
!&
" !
'
'
$
#
!
%
X X X
Universitas Indonesia
86
!&
" !
'
'
$
#
!
%
X X
X X X
X X
X X X
Universitas Indonesia
87
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai actual risk coverage sama
dengan nilai risk coverage. Hal ini disebabkan simulasi belum dimulai dan tabel
diatas juga menunjukkan keadaan dimana budget untuk treatment cost sebesar
100%. Kondisi jika tersedia budget 100% menunjukkan bahwa jika dana sejumlah
tersebut tersedia maka risiko yang terjadi akan dapat ditangani. Kolom actual risk
coverage dapat menunjukkan nilai risiko yang dapat dikurangi dengan penerapan
treatment. Nilai actual risk coverage akan berkurang jika treatment cost
berkurang.
Penulis dalam melakukan simulasi ini ditempatkan ke dalam beberapa
kondisi, yaitu kondisi budget untuk treatment cost yang tersedia hanya 10%, 25%,
50%, 75%, 90%. Dan dalam periode 3 bulan. Adanya pembatasan ini sesuai
dengan hasil wawancara dan konsultasi yang dihasilkan oleh pihak rumah sakit.
Dengan adanya skenario yang dilakukan melalui simulasi, dapat diketahui
risiko mana saja yang dapat dibiayai dengan keterbatasan budget, walaupun pada
akhirnya seluruh keputusan diserahkan kembali pada pihak rumah sakit. Berikut
ini akan ditampilkan simulasi alokasi biaya dengan kondisi budget seperti yang
telah disebutkan sebelumnya:
a. Asumsi budget yang tersedia Rp. 700.000
Asumsi yang pertama adalah jika dana (budget) yang tersedia untuk
membiayai treatment cost sebesar Rp 700.000 atau kira-kira sebesar 10% dari
Universitas Indonesia
total treatment cost. Pada tabel 4.7 dapat dilihat hasil optimasi dengan
menggunakan OptQuest.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan budget yang disediakan
oleh rumah sakit untuk treatment cost hanya Rp 700.000, treatment atau
penanganan yang dapat dilakukan sepenuhnya (100%) adalah treatment untuk
item risiko kerusakan peralatan medis. Sedangkan untuk penanganan risiko
pemadaman listrik dana yang dapat dialokasikan hanya sebesar 80%. Untuk
ketiga risiko yang lain; yaitu risiko kebocoran di dalam ruangan, risiko tidak
adanya back up peralatan medis, risiko lamanya proses penggantian peralatan
yang rusak; tidak mendapatkan alokasi dana sama sekali.
Dari budget yang disediakan rumah sakit sebesar Rp 700.000, risiko
yang dapat dikurangi rumah sakit adalah sebesar Rp 6.118.929 dengan
keuntungan sebesar Rp. 5.308.920.
b. Asumsi budget yang tersedia Rp. 1.750.000
Asumsi yang kedua adalah jika dana (budget) yang tersedia untuk
membiayai treatment cost sebesar Rp 1.750.000 atau kira-kira sebesar 25% dari
total treatment cost. Pada tabel 4.8 dapat dilihat hasil optimasi dengan
menggunakan OptQuest.
Universitas Indonesia
Dari tabel dapat dilihat bahwa jika rumah sakit menyediakan dana
sebesar Rp. 1.750.000, maka treatment yang dapat dilakukan sepenuhnya
(100%) adalah treatment terhadap risiko kebocoran di dalam ruangan, risiko
kerusakan peralatan medis, dan risiko pemadaman listrik. Untuk risiko lamanya
proses penggantian peralatan yang rusak hanya mendapatkan alokasi sebesar
49%, sedangkan untuk risiko tidak adanya back up peralatan medis hanya
mendapatkan alokasi sebesar 2%.
Dari budget yang disediakan rumah sakit sebesar Rp 1.750.000, risiko
yang dapat dikurangi rumah sakit adalah sebesar Rp 8.254.861 dengan
keuntungan sebesar Rp. 5.651.646.
c. Asumsi budget yang tersedia Rp. 3.500.000
Asumsi yang kedua adalah jika dana (budget) yang tersedia untuk
membiayai treatment cost sebesar Rp 3.500.000 atau kira-kira sebesar 50% dari
total treatment cost. Pada tabel 4.9 dapat dilihat hasil optimasi dengan
menggunakan OptQuest.
Universitas Indonesia
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jika rumah sakit menyediakan dana
sebesar Rp. 3.500.000, maka treatment yang dapat dilakukan sepenuhnya
(100%) adalah treatment terhadap risiko kerusakan peralatan medis, dan risiko
pemadaman listrik. Untuk risiko lamanya proses penggantian peralatan yang
rusak mendapatkan alokasi dana sebesar 94%, sedangkan untuk risiko tidak
adanya back up peralatan medis hanya mendapatkan alokasi sebesar 3%. Risiko
kebocoran di dalam ruangan tidak mendapatkan alokasi dana sama sekali.
Dari budget yang disediakan rumah sakit sebesar Rp 3.500.000, risiko
yang dapat dikurangi rumah sakit adalah sebesar Rp 9.571.383 dengan
keuntungan sebesar Rp. 5.830.275
d. Asumsi budget yang tersedia Rp. 5.500.000
Asumsi yang kedua adalah jika dana (budget) yang tersedia untuk
membiayai treatment cost sebesar Rp 5.500.000 atau kira-kira sebesar 75% dari
total treatment cost. Pada tabel 4.10 dapat dilihat hasil optimasi dengan
menggunakan OptQuest.
Universitas Indonesia
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa jika rumah sakit menyediakan dana
sebesar Rp. 5.500.000, maka treatment yang mendapatkan alokasi dana
sepenuhnya (100%) adalah treatment terhadap risiko kerusakan peralatan
medis, risiko lamanya proses penggantian peralatan yang rusak, dan risiko
pemadaman listrik. Sedangkan risiko tidak adanya back up peralatan medis
untuk penggantian sementara peralatan medis yang diperbaiki oleh supplier
mendapatkan alokasi dana sebesar 74% dan risiko kebocoran di dalam ruangan
tidak mendapatkan alokasi dana sama sekali.
Dari budget yang disediakan rumah sakit sebesar Rp 5.500.000, risiko
yang dapat dikurangi rumah sakit adalah sebesar Rp 12.319.141 dengan
keuntungan sebesar Rp. 6.187.575
e. Asumsi budget yang tersedia Rp. 6.300.000
Asumsi yang kedua adalah jika dana (budget) yang tersedia untuk
membiayai treatment cost sebesar Rp 6.300.000 atau kira-kira sebesar 90% dari
total treatment cost. Pada tabel 4.11 dapat dilihat hasil optimasi dengan
menggunakan OptQuest.
Universitas Indonesia
Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa jika rumah sakit menyediakan dana
sebesar Rp. 6.300.000, maka treatment yang mendapatkan alokasi dana
sepenuhnya (100%) adalah treatment terhadap risiko kerusakan peralatan
medis, risiko lamanya proses penggantian peralatan yang rusak, dan risiko
pemadaman listrik. Sedangkan risiko tidak adanya back up peralatan medis
untuk penggantian sementara peralatan medis yang diperbaiki oleh supplier
mendapatkan alokasi dana sebesar 90% dan risiko kebocoran di dalam ruangan
hanya mendapatkan alokasi dana sebesar 14%.
Dari budget yang disediakan rumah sakit sebesar Rp 6.300.000, risiko
yang dapat dikurangi rumah sakit adalah sebesar Rp 12.934.342 dengan
keuntungan sebesar Rp. 6.346.526
Universitas Indonesia
99
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
REFERENSI
Furst, E., Wang, B., & Cohen, Ted. (2006). Medical Eqipment Management
Strategie. Biomedical Instrumentation & Technology, 40, 3, 233.
Universitas Indonesia
Noris, C., Perry ,J., & P. Simon. (2000). Project Risk Analysis and Management.
The Association for Project Management. Buckinghamshire.
Penncok , Michael J., & Haime, Yacov Y s. (2002). Principles and Guidelines for
Project Risk Management. System Engineering (Vol. 5, No. 2).Wiley
Periodicals Inc.
Project Risk Management Handbook: Threat and Opportunities (2nd ed.). (2007).
Sacramento: Office of Statewide Project Management Improvement (OSPMI)
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENILAIAN RISIKO
Hormat saya,
Universitas Indonesia
DATA RESPONDEN
Nama :
Departemen :
Divisi :
Jabatan :
Pengalaman Kerja :
Alamat e-mail :
Tanda tangan :
!" # $%
Universitas Indonesia
LIKELIHOOD/
SKALA DESKRIPSI
PROBABILITAS
Universitas Indonesia
!" # $%
Universitas Indonesia
!" # $%
'
!" # $%
&
" # $% #
(
'
Universitas Indonesia
' '
!" # $%
! )% !
)%
)% !
*
)
+
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 2
+ ! $ (!
$ $ 1 .000.000
45 1 .,00.000
) $ 1 .,00.000
" 1 .000.000
) $ 1 .000.000
$ 1 *.000.000
Universitas Indonesia
$ ( ,
$ (! + ( *
" ( (
! 1 ,.000 1 6
/ 1 .000.000
9 / 1 .000.000
! 1 ,.000 1 6
! 1 00.000 1 6
45 + 1 ,.000.000
! 1 ,.000 1 6
/ 1 .000.000
! 1 0.000 1 6
! 1 0.000 1 6
! 1 Rp 120.000 1 6
# :: / 1 .,00.000
1 ,0.000 1 6
! 1 ,0.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
/ 1 .000.000
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
! 1 ,.000 1 6
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia