Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Hampir semua orang Islam sepakat akan pentingnya peranan hadis dalam berbagai disiplin
keilmuan Islam seperti tafsir, fiqh, teologi, akhlaq dan lain sebagainya. Sebab secara
struktural hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an, dan secara
fungsional hadis dapat berfungsi sebagai penjelas (bayan) terhadap ayat-ayat yang mujmal
atau global. Hal itu dikuatkan dengan berbagai pernyataan yang gamblang dalam al-
Qur’an itu sendiri yang menunjukkan pentingnya merujuk kepada hadis Nabi, misalnya
Q.S> al-Ahzab [33]: 21, 36, al-Hasyr [59]: 7.

Berita tentang prilaku Nabi Muhammad (sabda, perbuatan, sikap ) didapat dari seorang
sahabat atau lebih yang kebetulan hadir atau menyaksikan saat itu, berita itu kemudian
disampaikan kepada sahabat yang lain yang kebetulan sedang tidak hadir atau tidak
menyaksikan. Kemudian berita itu disampaikan kepada murid-muridnya yang disebut tabi’in
(satu generasi dibawah sahabat) . Berita itu kemudian disampaikan lagi ke murid-murid dari
generasi selanjutnya lagi yaitu para tabi’ut tabi’in dan seterusnya hingga sampai kepada
pembuku hadist (mudawwin).Pada masa Sang Nabi masih hidup, Hadits belum ditulis dan
berada dalam benak atau hapalan para sahabat. Para sahabat belum merasa ada urgensi
untuk melakukan penulisan mengingat Nabi masih mudah dihubungi untuk dimintai
keterangan-keterangan tentang segala sesuatu.

Kita sudah cukup mengetahui tentang pengertian tentang ilmu hadist, pembagian hadist
dan kedudukan hadist dalam alqur’an hingga perkembangan hadist tersebut dari masa ke
masa nya yang dimulai semenjak zaman Nabi Muhammad SAW sampai dengan
berkembangnya hadist kontemporer yang dikarang oleh banyak golongan syi’ah saat ini.
Dalam hal ini untuk menjaga keeksistensian para sahabat dalam meriwayatkan hadist Nabi
SAW baik secara langsung bertemu atau hanya melihat Nabi SAW saja ketika dalam
majelis sehingga dapat meriwayatkan banyaknya hadist-hadist hingga menkodifikasikan
hadist tersebut. Untuk itu dalam makalah ini kami ingin mengungkapkan secara ringkas
tentang arti dan peranan sahabat tersebut dalam periwayatan hadist dari NabiMuhammad
SAW, serta hal-hal yang berkaitan lainnya yang menyangkut tentang seputar sahabat Nabi
SAW dalam penyebarluasan serta penyampaian hadist ke sahabat
lainnya.

BAB II

Pembahasan

1. A. Pengertian Sahabat
Secara umum para ulama hadist mengatakan bahwa yang dikatakan sahabat adalah umat
islam yang pernah melihat Rasul Allah.

Para ulama mendefinisikan sahabat sebagai berikut :

1.Muhammad Nawawi al-Jawi berpendapat bahwa orang yang dinyatakan sahabat Nabi itu
adalah setiap mukmin yang berkumpul dengan Nabi setelah beliau diangkat menjadi Rasul,
meskipun belum ada perintah untuk berda’wah. Yakni, dengan pertemuan yang saling
mengenal walaupun dalam keadaan gelap, buta, belum baliqh, bahkan hanya sekedar
bertemu atau melihat atau dilihat Nabi kendatipun dengan jarak jauh, hal ini dinyatakan
tetap sebagai sahabat Nabi.

2.Al-Bukhari menyatakan yang disebut sahabat itu adalah orang yang menyertai Nabi atau
melihatnya sedangkan dia dari kalangan orang-orang islam, maka ia adalah sahabat.
3.Menurut Ibnu Hazm bahwa yang dinamakan sahabat Rasul itu adalah setiap orang yang
pernah bersama-sama dengan nabi dalam suatu majlis,walaupun sesaat dan dapat
mendengarkan pembicaraan Nabi walaupun sekalimat atau dapat melihat sesuatu yang ia
memahaminya dari Nabi itu.

4.Ibnu al-Shalah dalam muqaddimah bukunya mengatakan bahwa menurut kalangan ulama
ahli hadist, seperti yang dinyatakan oleh Ibnu al-Mudhaffar al-sam’ani, bahwa yang
dinamakan sahabat nabi itu adalah orang-orang yang meriwayatkan hadist secara langsung
dari Nabi walaupun hanya satu buah saja.Bahkan menurut para ulama, orang yang hanya
melihat Nabi bias disebut sebagai sahabat.

Jadi, sahabat adalah orang yang menyertai Nabi selama beliau menyebarkan Risalah
kenabiannya. Di sini peranan sahabat dalam membantu nabi sangat berarti, baik ketika
Nabi hidup, maupun setelah wafatnya,terutama dalam menyebarkan da’wah Islam ke
seluruh jazirah Arab.Bahkan mereka berhasil menciptakan generasi yang lebih baik
setingkat berada dibawah mereka yaitu generasi tabi’in.

1. B. Sahabat dan Periwayatan Hadist

Periwayatan hadis pada masa sahabat terutama pada masa al-Khulafa’ al-Rosyidin sejak
tahun 11 H sampai 40 H, yang di sebut juga masa sahabat besar, belum begitu
berkembang. Pada satu sisi perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan
penyebaran al-qur’an dan mereka membatasi periwayatan hadis tersebut. Masa ini disebut
dengan masa pembatasan dan memperketat periwayatan. Pada sisi yang lain,meskipun
perhatian sahabat terpusat pada pemeliharaan dan penyebaran al-Qur’a, tidak berarti
mereka tidak memegang hadis sebagai mana halnya sebagaimana yang mereka diterima
secara utuh ketika nabi masih hidup. Mereka sangat berhati-hati dan mebatasi diri dalam
meriwayatkan hadis itu.

Cara-cara sahabat Nabi dalam meriwayatkan hadist ada dua:

1. Adakala dengan lafal asli, yakni manurut lafal yang merek terima dari Nabi yang mereka
hafal benar lafal dari nabi itu’
2. Adakala dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya bukan lafalnya,
karena mereka tidak hafal lafalnya yang asli dari Nabi SAW. Memang mereka meriwayatkan
hadis adakala dengan maknanya saja . yang penting hadis adalah : “isi”. Bahasa dan lafal
boleh disusun dengan kata-kata lain , asal isinya sudah ada sama.
Kesungguhan sahabat dalam menerima hadist, tampaknya lebih diperlihatkan Umar,
sehingga riwayat ini tersampaikan ke generasi berikutnya. Dan melihat periwayatan hadist
baik di zaman Rasul maupun sesudah Rasul seperti yang terdapat dalam riwayat-riwayat
dari sahabat Nabi,dimana para sahabat tidak sederajat dalam menerima periwayatan ini
bahkan dalam mengetahui keadaan Rasul itu sendiri. Ketidak sederajatan itu disebabkan
keadaan mereka tidak sama, seperti ada yang tinggal di kota, didaerah. Sibuk berdagang,
bertani, terus menerus beribadah dan tinggal dimesjid, sering bepergian, dan Nabi pun
tidak selalu mengadakan ceramah terbuka. Sementara periwayatan itu berlangsung dari
mulut ke mulut melalui kekuatan hafalan, yakni menerimanya dengan metode menghafal
pula meskipun ada sebagian kecil yang mencatatnya.Keadaan demikian menuntut orang di
kalangan sahabat yang berpikiran cemerlang, berotak brilian dan berkesempatan bergaul
dengan Rasul secara rutin, yang diperlukan untuk menjadi mediator atau penyampai hadist
yang diterimannya langsung dari Rasul untuk disampaikan kepada mereka sepertiyang
dilakukan Umar dan tetangganya.

1. C. Cara Sahabat Menerima Hadis Pada Masa Nabi Muhammad Saw.


Banyak terdapat berbagai macam hadis yang terhimpun di dalam kitab-kitab hadis. Yang
kita lihat sekarang ini adalah berkat kegigihan dan kesungguhan para sahabat dalam
menerima dan memelihara hadis pada masa dahulu.Cara para sahabat menerima hadis
pada masa Rasulullah Saw berbeda dengan cara yang dilakukan oleh generasi setelah itu.
Cara para sahabat menerima hadis dimasa Nabi Muhammad Saw yaitu dilakukan oleh
sahabat yang dekat dengan beliau, seperti Khaula Faurra Syidan, dimasa Nabi
parasahabat mempunyai minat yang besar untuk memperoleh hadis dari pada Nabi
Muhammad Saw. oleh karena itu mereka berusaha keras mengikuti Nabi Muhammad Saw
agar perkataan, perbuatan atau taqrir beliau dapat mereka terima atau mereka lihat secara
langsung. Jika diantara para sahabat ada yang berhalangan maka dicari sahabat yang lain
untuk dapat mendengar dan melihat apa yang disampaikan. Nabi Muhammad Saw
pokoknya setiap Nabi menyampaikan sesuatu hukum atau melakukan ibadah apapun
jangan sampai tidak ada sahabat yang melihatnya. Siapa diantara sahabat yang bertugas
menemui dan mengikuti Nabi serta mendapatkan hadis dari beliau, maka ia segera
menyampaikan untuk sahabat-sahabat yang lain.

Dalam hal ini ada empat cara yang ditempuh oleh para sahabat untuk mendapatkan hadis
dari Nabi Muhammad Saw.

1.Para sahabat selalu mendatangi pengajian-pengajian yang disampaikan oleh Rasulullah


Saw. Rasulullah selalu menyediakan waktu bagi para sahabat untuk menyampaikan
berbagai ajaran agama Islam. Para sahabatpun selalu berusaha mengikuti berbagai majelis
yang disitu disampaikan berbagai pesan-pesan keagamaan walaupun mereka mengikuti
secara bergiliran.Jika ada sahabat yang tidak bisa hadir maka disampaikan oleh sahabat-
sahabat yang hadir.

2.Rasulullah Muhammad Saw sendiri yang mengalami berbagai persoalan yang Nabi
sendiri yang menyampaikan persoalantersebut kepada para sahabat, jika sahabat yang
hadir jumlahnya banyak maka apa yang disampaikan oleh Nabi dapat tersebar luas.
3.Diantara para sahabat mengalami berbagai persoalan kemudian mereka menanyakan
langsung kepada Rasulullah Saw tentang bagaimana hukumnya terhadap persoalan
tersebut. Kemudian Rasulullah Muhammad Saw segera memberikan fatwa atau penjelasan
hokum tentang peristiwa tersebut. Kasus yang dialamisahabat apakah kasus yang terjadi
pada diri sahabat itu sendirimaupun terjadi pada sahabat yang lain.Pokoknya jika
diantara para sahabat mengalami satu-satu masalah, para sahabat tidak merasa malu-malu
untuk datang secara langsung menanyakan pada Rasulullah Saw. Jika ada juga para
sahabat yang malu bertanya langsung pada Rasulullah maka sahabat mengutus sahabat
yang lain yang berani menanyakan secara langsung tentang peristiwa apa yang dialami
sahabat pada waktu itu, sehingga tidak ada persoalan yang tidak jelas hukumnya..

4.Kadang-kadang ada juga sahabat yang melihat secara langsung Rasulullah


Saw melakukan satu-satu perbuatan, hal ini berkaitan dengan ibadah seperti shalat, zakat,
puasa, dan ibadah haji serta ibadah-ibadah lainnya. Para sahabat yang menyaksikan hal
tersebut segera menyampaikan untuk sahabat yang lain atau generasi sesudahnya,
diantaranya yaitu peristiwa yang terjadi antaraRasulullah dengan malaikat Jibril mengenai
masalah iman, Islam,ikhsan dan tanda-tanda hari kiamat.

D. Masa Penyebarluasan Hadist Ke Sahabat Lain

Para sahabat selalu berusaha agar periwayatan hadis bisa tersebar luas keberbagai
pelosok daerah.Hal ini terwujud setelah Rasulullah wafat.Yang nampak sekali terjadi pada
masa Usman Ibnu Affan, karena mereka memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada
para sahabat untuk menyebarluaskan periwayatan hadis ke daerah-daerah lain yang
dimulai dengan penyebaran syiar agama Islam mengikuti pula dengan penyebaranhadis-
hadis.
beberapa kota yang banyak terdapat para sahabat dan aktifitas periwayatan hadis,
antaranya :

1.Madinah.Dikota ini banyak terdapat para sahabat yang mempunyai ilmu agamayang
mendalam, terutama bidang hadis diantaranya, Disyar r.a, AbdullahIbnu Sabid dan banyak
sahabat- sahabat lainnya.
2. Mekkah Dikota ini perkembangan hadis juga mengalami kemajuan hampir sama dengan
kota Madinah. Disana ditunjuk Muaz Jabal sebagai guru yangmengajar penduduk setempat
tentang halal dan haram.Peranan kotaMekkah dalam hal penyebaran hadis pada masa
selanjutnya adalah sangat signifikan terutama pada musim-musim haji, dimana pada waktu
itu merupakan sangat tepat. Dimana para sahabat saling bertemu satu sama lainnya,
terutama para tabi’in. Waktu itu terjadi penukaran informasi tentang hadis yang kemudian
mereka bawa pulang ke daerah masing-masing.

3. Kufah danBasrahSetelah Irak ditaklukkan pada masa Khalifah Umar Ibnu Al-Khattab
dikota Keffah tinggallah sejumlah para sahabat yang terkenal seperti Ali IbnuAbi Thalib,
Sa’ad Zaid Amru Ibnu Nufail dan sahabat-sahabat yang lain.Begitu juga di kota Basrah
banyak terdapat sahabat-sahabat, sepertiAnas Ibnu Malik yang dikenal sebagai Imam Fi Al-
Hadis diBasrah, AbuMusa Al-Asyari, Abdullah Ibnu Abbas dan sahabat-sahabat yang
lain.Periwayatan hadis pada masa tabi’in umumnya masih bersifat dari mulut ke mulut,
bagaikan seorang murid mendengar hadis pada gurunya, lalu disimpan didalam hatinya
dengan menghafalkan hadis-hadis tersebut.Sedangkan pada sahabat, tabi’in dan tabi’in
tabi’in tradisi itulah makin berkembang dan terarah pada kegiatan-kegiatan mencari hadis
sampai mereka harus pergi ke tempat yang jauh untuk mencari dan menelitiva liditas dari
hadis tersebut, atau hanya untuk bersilaturrahmi dengan sahabat-sahabat yang lain.
Disitulah mereka bisa memperolehhadis.Cara yang seperti ini umumnya dilakukan oleh para
tabi’in karena dengan yang demikian terjadilah pertukaran riwayat antara satu dengan yang
lainnya.

1. D. Sahabat Yang Meriwayatkan Hadist Nabi SAW


Penting untuk diketahui, bahwa para sahabat telah dianggap banhyak meriwayatkan hadis
bila ia sudah meriwayatkan lebih dari 1000 hadis.Mereka itu adalah Abu Hurairah, Abdullah
bin Umar, Anas bin Malik,Sayyidah Aisyah, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah, dan
Abu Said al-Hudri.

1. 1. Abu Hurairah

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis di antara tujuh
orang tersebut.Baqi bin Mikhlad mentahrijkan hadis Abu Hurairah sebanyak 5374 Hadis. Di
antara jumlah tersebut 352 hadis disepakati oleh Bukhori Muslim, 93 hadis diriwayatkan
oleh Bukhori sendiri dan 189 hadis diriwayatkan oleh Muslim sendiri.Menurut keterangan
Ibn Jauzi dalam Talqih Fuhumi al Atsar bahwa hadis yang diriwayatkannya sebanyak 5374,
tapi menurut al Kirmani berjumlah 5364 dan barada dalam Musnad Ahmad terdapat 3848
buah hadis.

1. 2. Abdullah bin Umar

Hadis yang beliau riwayatkan sebanyak 2630 hadis. Di antara jumlah tersebut yang
muttafaq alaihi sebanyak 170 hadis, yang dari Bukhori sebanyak 80 hadis dan yang dari
Muslim sebanyak 31 hadis.Abdullah bin Umar adalah putra kholifah ke dua yaitu kholifah
Umar bin Khottob dan saudara kandung sayyidah Hafsah ummul mukminin.

1. 3. Anas bin Malik

Hadis yang beliau riwayatkan sebanyak 2286 hadis. Di antara jumlah tersebut yang
muttafaq alaihi sebanyak 168 hadis yang diriwayatkan Bukhori sebanyak 8 hadis dan yang
diriwayatkan Muslim sebanyak 70hadis. Nama lengkap Anas bin Malik adalah Anas ibn
Malik ibn an Nadzor ibn Damdam ibn Zaid ibn Harom Ibn Jundub ibn Amir ibnGonam ibn
Addi ibn an Najar al anshori. Ia dikenal juga dengan sebutan Abu Hamzah. Anas bin Malik
lahir pada tahun 10 sebelum hijrah dan wafat pada tahun 93 h di basrah.Beliau adalah
sahabat yang paling akhir meninggal di basroh.

1. 4. Aisyah binti Abu Bakar Al-shiddiq (w. 58 H.)


Hadis yang beliau riwayatkan 2.210 Hadis.

1. 5. Abdullah Ibn Abbas (3 SH – 68 H.)


Hadis yang beliau riwayatkan 1.660 Hadis.

1. 6. Jabir Ibn Abdullah (16 SH – 78 H)


Hadis yang beliau riwayatkan 1.540 Hadis.

1. 7. Abu Sa’id Al-khudri (w. 74 H.)


Hadis yang beliau riwayatkan 1.170 Hadis.

BAB III

PENUTUP

1. A. KESIMPULAN

Dari uraian yang terdapat pada bab pembahasan dapat disimpulkan:


1.Sahabat adalah orang yang menyertai Nabi selama beliaumenyebarkan Risalah
kenabiannya. Di sini peranan sahabat dalammembantu nabi sangat berarti, baik ketika Nabi
hidup, maupun setelah wafatnya, terutama dalam menyebarkan da’wah Islam ke
seluruh jazirah Arab.

2.Periwayatan dilakukan secara berlangsung dari mulut ke mulut melalui kekuatan hafalan,
yakni menerimanya dengan metode menghafal pula meskipun ada sebagian kecil yang
mencatatnya.

3.Penyebaran hadist Nabi SAW pada waktu itu telah mencangkup didaerah Mekkah,
Madinah, Kufah danBusrah.

.4.Sahabat-sahabat yang paling banyak meriwayatkannya adalah : AbuHurairah, Abdullah


Ibn Umar Ibn Khattab, Anas Ibn Malik, AisyahAshshiddiqiyyah, Abdullah Ibn Abbas, jabir
Ibn, AbuSaid Al-Khudri. Tak ada dalam kalangan sahabat meriwayatkan hadis lebih dari
seribu, selain mereka ini.

1. B. SARAN

Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yangterdapat dalam makalah
ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dansaran dari teman-teman semua agar
makalah ini dapat dibuat dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Mustafa ‘Azami, Metodologi Kritik Hadis, ter.A.Yamin ( Jakarta: Pustaka


Hidayah, 1996), 52.

Muhammad Mustafa ‘Azami, The Place of Hadith in Islam (Maryland: International Graphich
Printing Service, 1980, hlm. 35.

Anda mungkin juga menyukai