Disusun oleh :
Nama :
1. Fauziah Nurhayani
2. Nia Karmilawati
3. Nur Khairiyah
Kelompok :2
Mata Kuliah : Ilmu Teknologi Pangan
Prodi/Kelas : D-III Gizi / 3B
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III Blok F3 Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan 12120
2017
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan Puji serta Syukur kita kepada Allah SWT yang telah
memberikan kita berbagai kenikmatan diantaranya nikmat sehat, nikmat panjang umur dan yang
paling penting adalah nikmat iman dan islam. Shalawat serta Salam tak lupa kita curahkan
kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya, semoga kita bias mendapatkan safa’at di Yaumil Akhir nanti. Amin…
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Harapan kami, Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman mengenai judul yang penulis bahas dan bermanfaat khususnya bagi penyusun
sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya, pada kehidupan saat ini maupun dimasa
yang akan iiating.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
A. Pendahuluan
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat produk pangan
memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia pangan.
Dalam melakukan pengawetan makanan perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu jenis
bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan yang dipilih dan
daya tarik produk pengawetan makanan.
Pengawetan bahan makanan secara kimia meliputi penambahan bahan kimia misalnya
gula, garam, asam sitrat. Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu
mempertahankan bahan makanan dari serangan mikroba pembusuk dan memberikan cita
rasa. Contoh beberapa jenis zat kimia : cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in-package
desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk melindungi buah
dan sayur dari ancaman kerusakan pasca panen untuk memperpanjang masa kesegaran.
Gula dapat digunakan sebagai bahan pengawet dalam pembuatan aneka ragam produk-
produk makanan. Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai adalah selai, jeli, marmalade,
sirup buah-buahan, manisan buah-buahan, buah dalam sirup, dan susu kental manis.
Penggaraman merupakan salah satu cara pengawetan yang sudah lama dilakukan orang.
Garam dapat bertindak sebagai pengawet karena garam akan menarik air dari bahan sehingga
mikroorganisme pembusuk tidak dapat berkembang biak karena menurunnya aktivitas air.
Dalam proses pengawetan dengan suhu tinggi, faktor keasaman menjadi sangat penting,
karena berkaitan dengan target mikroba yang harus dibunuh antara pangan yang
asam/diasamkan yang berasam rendah berbeda. Secara umum, bahan pangan
asam/diasamkan yang akan diawetkan dalam kemasan tertutup dapat dilakukan proses
pasteurisasi, sedangkan bahan pangan berasam rendah harus dilakukan proses sterilisasi
komersial. Namun demikian aktivitas air (Aw) harus dipertimbangkan, karena berpengaruh
pada peluang pertumbuhan Clostridium botulinum.
1
1. Penggulaan
Penggulaan adalah proses pengolahan dan pengawetan mengunakan gula pada
konsentrasi tinggi. Konsentrasi gula yang dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme bervariasi bergantung dari jenis dan kandungan zat yang terdapat pada
bahan makanan, tetapi pada umumnya 70% gula akan menghentikan pertumbuhan seluruh
mikroorganisme dalam makanan. Larutan gula dengan konsentrasi lebih rendah dari 70 %
masih efektif menghentikan kegiatan mikroorganisme tetapi hanya dalam jangka waktu yang
pendek, kecuali untuk makanan baru atau makanan yang bersifat asam.
Beberapa macam gula antara lain glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa,dan laktosa.
Setiap gula mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda misalnya dalam hal rasa
manis, kelarutan dalam air, energi yang dihasilkan, mudah tidaknya difermentasi oleh
mikroba tertentu, daya pembentukan karamel saat dipanaskan, dan pembentukan kristalnya.
Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi tinggi minimum
40 % padatan terlarut, sebagian air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan
mikroorganisme dan aktivitas air (aw) bahan pangan akan berkurang. Kemampuan gula
untuk mengikat air itulah yang menyebabkan gula dapat berfungsi sebagai pengawet. Hal
yang perlu diperhatikan adalah konsentrasi larutan gula yang digunakan untuk perendaman
tidak boleh terlalu tinggi. Jika buah direndam dalam larutan gula panas dengan konsentrasi
yang lebih tinggi dari 75 % akan menyebabkan air keluar dari dinding sel buah lebih cepat
dibandingkan dengan masuknya larutan gula ke dalam buah. Dengan adanya perbedaan yang
besar antara kecepatan keluarnya air dan masuknya gula menyebabkan struktur sel dan
tekstur buah menjadi keras dan berkerut. Selain itu, proses dehidrasi akan sulit mencapai
optimum karena daerah dengan konsentrasi gula rendah akan terbentuk di sekitar potongan
buah.
5) Pengeringan
Pengeringan manisan dilakukan secara alamiah dengan menggunakan sinar
matahari yang intensitas panasnya akan banyak berpengaruh terhadap manisan
yang dihasilkan, maka perlu diperhatikan kondisi cuaca. Selama proses
pengeringan yang diutamakan adalah penurunan kadar air sampai pada suatu
tingkat tertentu, jika manisan kurang kering makan mudah lengket dan mudah
berjamur dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Tetapi
semakin lama pengeringan dapat menyebabkan perubahan warna menjadi kusam
dan tidak menarik. Kebersihan alat yang kurang diperhatikan akan memungkinkan
MO yang tidak di inginkan tumbuh sehingga akan menurunkan keawetan manisan
yang dihasilkan.
3
b. Produk Hasil Penggulaan
Produk-produk pangan berkadar gula tinggi cenderung rusak oleh khamir dan
kapang, yaitu kelompok mmikroorganisme yang relative mudah dirusak oleh panas.
Monosakarida lebih efektif dalam menurunkan aW bahan pangan disbanding dengan
disakarida atau polisakarida pada konsentrasi yang sama dan digunakan dengan sukrosa
dalam beberapa produk seperti selai.
1. Manisan
Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering
dengan kadar air sekitar 25% dan kadar gula diatas 60%. Kondisi ini memungkinkan
manisan dapat disimpan lama karena kebanyakan mikroba tidak dapat tumbuh pada
konsentrasi gula yang tinggi.
Ada 2 jenis manisan, yaitu manisan basah dan manisan kering. Satu jenis buah
dapat dibuat menjadi manisan basah atau manisan kering atau keduanya. Manisan basah
adalah manisan yang diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula. Manisan basah
mempunyai kandungan air yang lebih banyak dan penampakan yang lebih menarik karena
serupa dengan buah aslinya. Manisan basah tidak dapat disimpan lama dan
penyimpanannya dianjurkan didalam lemari pendingin. Manisan basah biasanya dibuat
dari buah yang keras. Contohnya buah untuk manisan basah adalah : kolang kaling,
manga, kedondong, salak, papaya, ceremai, belimbing, jambu biji.
Manisan kering adalah manisan yang diperoleh setelah buah ditiriskan kemudian
dijemur sampai kering. Manisan kering memiliki daya simpan yang lebih lama, dapat
disimpan pada suhu ruang, kadar air yang lebih rendah, dan kadar gula yang tinggi.
Manisan kering biasanya dibuat dari buah yang teksturnya lunak. Contohnya buah untuk
manisan kering adalah kedondong, mangga, asam jawa, pala.
2. Dodol
Dodol adalah sejenis makanan yang dikategorikan dalam jenis makanan manis.
Untuk membuat dodol yang bermutu tinggi cukup sulit karena proses pembuatannya yang
lama dan membutuhkan keahlian.
Dodol diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dodol yang diolah dari buah-buahan dan
dodol yang diolah dari tepung-tepungan, antara lain tepung beras dan tepung ketan. Saat
ini dodol lebih dikenal dengan nama daerah asal seperti dodol garut, dodol kudus atau
jenang kudus, gelamai Sumatra barat dan Kalimantan, dodol buah-buahan seperti dodol
apel, dodol stroberi, dodol papaya, dan sebagainya. Dodol buah terbuat dari daging buah
matang yang dihancurkan, kemudian dimasak dengan penambahan gula dan bahan
makanan lainnya atau tanpa penambahan makanan lainnya. Sesuai dengan defenisi
tersebut maka dalam pembuatan dodol buah-buahan diperbolehkan penambahan bahan
lainnya, seperti tepung ketan, tepung tapioca, tepung hunkue, bahan pewarna, maupun
bahan pengawet. Bahan-bahan yang ditambahkan harus sesuai dan tidak boleh lebih dari
aturan yang telah ditentukan.
4
3. Permen
Permen adalah sejenis bahan pangan atau sering disebut gula-gula yang dibuat dari
gula. Perbedaan tingkat pemanasan menentukan jenis permen yang dihasilkan. Suhu
panas menghasilkan permen keras, suhu menengah menghasilkan permen lunak, dan suhu
dingin menghasilkan permen kenyal. Permen dinikmati karena rasa manisnya.
Jenis-jenis permen :
Fondant adalah larutan gula jenuh dimana kristal-krisral gula berukuran kecil terdispersi.
Contoh permen yang terbuat dari fondant adalah cream centers, crystallized cream dan
thin mints. Permen yang mengandung gula dengan bermacam-macam derajat kristalisasi
secara umum disebut “grained candies”.
Fudge merupakan salah satu jenis permen berkristal yang mengandung bahan pengontrol
kristal yang lebih banyak dibandingkan dengan fondant. Suhu pemasakan fudge sama
dengan fondant. Bahan pengontrol kristal yang digunakan dalam fondant adalah gula
invert, krim tartar dan sirup glukosa, sedangkan pada fudge disamping ketiga senyawa di
atas, ditambahkan juga coklat, padatan susu, dan lemak.
Penuche disebut juga fudge gula merah. Produk ini merupakan fudge yang bagian gula
pasirnya diganti gula merah dan tidak dilakukan penambahan coklat.
Divinity merupakan permen berkristal yang ringan dan bertekstur halus. Warnanya dapat
putih atau coklat tergantung apakah digunakan gula pasir atau gula merah. Dalam proses
pembuatannya campuran gula, air, sirup glukosa atau asam di didihkan pada suhu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan fondant atau fudge, juga ditambahkan putih telur dan
kadang-kadang kacang-kacangan.
Taffy merupakan jenis permen yang dalam pembuatannya dilakukan penarikan dan
pelipatan adonan, dimana udara akan terperangkap pada setiap lipatannya. Setelah
5
ketebalan yang dikehendaki tercapai, taffy dipotong-potong berdasarkan ukuran panjang
yang dikehendaki.
Karamel merupakan jenis permen non kristal yang lunak (chewy candies), dibuat dari
gula, sirup jagung, mentega dan krim atau susu evaporasi. Bahan-bahan tersebut
dipanaskan sampai suhu 118 – 121°C dimana campuran akan membentuk bola yang agak
keras jika ditempatkan dalam air dingin. Kadar air karamel sekitar 8 –22%
Toffee dibuat sama dengan karamel yaitu dari gula pasir, sirup glukosa, susu, lemak dan
kemudian dilakukan pemekatan campuran. Perbedaan antara karamel toffee terletak pada
kadar air (karamel lebih tinggi kadar airnya) dan kandungan lemak (karamel lebih tinggi
kadar lemaknya).
Permen jelly dibuat dengan memasak gula sampai mencapai padatan yang diinginkan,
kemudian dilakukan penambahan bahan-bahan pembentuk gel (gelatin, agar, pektin dan
karagenan) lalu ditambah cita rasa dan warna dan akhirnya dicetak. Permen jelly
umumnya dimasak sampai menghasilkan padatan 75 persen.
Marshmallow dan Nougat dibuat dengan penambahan gelatin, putih telur atau protein
nabati, yang dapat memperbaiki “whipping properties”. Aerasi dilakukan didalam suatu
mixer baik secara batch maupun kontinyu sebelum dilakukan pencetakan.
Firmer chewy centers merupakan jenis permen yang dicetak dengan menggunakan
ekstruder (dikeluarkan atau dipress melalui die berupa lubang kecil). Pada waktu keluar
dari die (ujung saluran keluaran ekstruder), langsung dipotong menurut ukuran panjang
tertentu dengan pisau pemotong yang sangat tipis dan ditaruh di atas suatu ban berjalan.
Selanjutnya dilapisi dengan coklat, yang akan memadat selama pendinginan.
Chocolate-Coated Round Candies merupakan round candy yang dilapisi coklat. Prosesnya
dapat dilakukan dalam suatu pan berputar seperti pada pembuatan “small and round
candies”, hanya pada proses ini diberikan udara dingin untuk memadatkan coklat yang
tadinya cair.
6
Komposisi berbagai jenis permen
Bentuk jam seperti selai. Perbedaannya terletak pada bahan yang digunakan. Jika
pada selai bahannya hanya berupa sari buah, tetapi bahan untuk jam berupa sari buah dan
buahnya. Buah dapat dijadikan jam jika mengandung pectin dan asam, misalnnya
belimbing, jambu, mangga, nanas, pisang dan strawberry.
Marmalade tidak jauh berbeda dengan selai dan jam. Bahan baku hanya berasal
dari buah beserta kulitnya. Contohnya buah jeruk
7
Semakin manis buah berarti penambahan gula bisa dikurangi sesuai dengan
tingkat kemanisan buah. Untuk buah yang pectin tinggi seperti jeruk, stroberi dan anggur,
tidak diperlukan penambahan bahan pengental seperti gelatin. Sedangkan untuk buah
yang pektinnya rendah namun airnya tinggi (melon, ceri,semangka, dll), perlu ditambah
bahan pengental agar tekstur selai yang dihasilkan lebih baik. Kristalisasi yang
disebabkan karena padatan terlarut yang berlebihan, inversi sukrosa yang tidak cukup atau
gula tidak cukup terlarut, keras, gel, yang kenyal akibat kurangnya gula atau pectin yang
berlebihan, kurang masak, gel yang berbentuk seperti sirup karena kelebihan gula,
meleleh karena asam yang berlebihan.
5. Sirup Buah-Buahan
Sari buah merupakan hasil perasan buah ditambah gula, tanpa penambahan zat
kimia, contohnya sari buah anggur, jeruk, nanas, markisa dan jambu. Untuk meningkatkan
kadar gula terlarut, biasanya sirup dipanaskan. Larutan sirup menjadi super jenuh.
6. Sari Buah
Sari buah merupakan hasil perasan buah ditambah gula, tanpa penambahan zat
kimia, contohnya sari buah anggur, jeruk, nanas, markisa, jambu.
8
mempertahankan warna (pencegahan terhadap pencoklatan nonenzimatik) dbukan untuk
stabilitasnya terhadap mikroorganisme.
2. Penggaraman
Secara umum pengertian penggaraman adalah suatu rangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk mengawetkan produk hasil perikanan dengan menggunakan garam. Garam
yang digunakan adalah jenis garam napur (NaCl), baik berupa kristal maupun larutan.
Mekanisme pengawetan ikan melalui proses penggaraman adalah sebagai berikut:
Garam menyerap air dari dalam tubuh ikan melalui proses osmosa. Akibatnya kandungan
air dalam tubuh ikan yang menjadi media hidup bakteri menjadi berkurang. Kekurangan
air di lingkungan tempat bakteri hidup mengakibatkan proses metabolisme dalam tubuh
bakteri menjadi terganggu. Dengan demikian proses kemunduran mutu ikan oleh bakteri
dapat dihambat atau dihentikan.
Selain menyerap kandungan air dari tubuh ikan, garam juga menyerap air dari dalam
tubuh bakteri sehingga bekteri akan mengalami plasmolisis (pemisahan inti plasma)
sehingga bakteri akan mati.
Secara tradisional, umumnya garam dibuat dengan cara mengalirkan air laut kedalam
petakan lahan tanah yang dasarnya sudah padat dan rata. Kemudian air laut dibiarkan terkena
sinar matahari dan menguap sampai habis. Penguapan air akan menghasilkan endapan kristal
garam.
Garam yang digunakan untuk mengawetkan ikan sebaiknya memakai garam murni
yaitu garam yang sebanyak mungkin mengandung NaCl dan sekecil mungkin mengandung
unsur lain seperti MgCl2, CaCl2, MgSO4, CaSO4, lumpur serta kotoran lainnya. Unsur selain
NaCl didalam garam mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
Garam yang baik dapat diperoleh dengan pengendalian waktu dalam proses
pengendapan garam. Tetapi cara ini sulit dilakukan untuk menghasilkan garam berkualitas
baik. Sehingga kristal garam hasil endapan biasanya diolah lagi di pabrik pengolahan garam
untuk menghilangkan unsur-unsur yang merugikan seperti yang telah disebutkan diatas.
Berdasarkan kandungan unsur kimianya, garam dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas
seperti dapat dilihat pada tabel berikut :
a. Prinsip Penggaraman
Mikroorganisme patogen termasuk Clostridium Botolinum kecuali Streptococcus
aureus dapat dihambat oleh konsentrasi garam sampai 10-12%. Beberapa mikrorrganisme
terutama jenis Leuconostoc dan Lactobacillus dapat tumbuh dengan cepat dengan adanya
garam. Garam juga mempengaruhi aktivitas air (aw) dan bahan sehingga dapat
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme.
Beberapa mikroorganisme seperti bakteri halofilik (bakteri yang tahan hidup pada
konsentrasi garam yang tinggi) dapat tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh,
tetapi membutuhkan waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi
pembusukan.
10
Osmosis : perpindahan air melalui semi permiabel dari tempat konsentrasi tinggi
ke rendah.
Plasmolisis : dampak dari osmosis
c. Metode Penggaraman
Penggaraman ikan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni :
11
dijemur dengan disusun diatas para-para yang sudah disiapkan.
12
3) Pengaraman kering tanpa wadah kedap air (kench salting)
Penggaraman kench pada dasarnya adalah penggaraman kering, tetapi
tidak menggunakan bak. Ikan dicampur dengan kristal garam seperti pada
penggaraman kering di atas lantai atau di atas geladak kapal. Larutan garam
yang terbentuk dibiarkan mengalir dan terbuang. Cara tersebut tidak
memerlukan bak, tetapi memerlukan lebih banyak garam untuk mengimbangi
larutan garam yang mengalir dan terbuang.
Proses penggaraman kench lebih lambat. Oleh karena itu, pada udara yang
panas seperti di Indonesia, penggaraman kench kurang cocok karena
pembusukan dapat terjadi selama penggaraman. Penggaraman kering mampu
memberikanhasil yang terbaik, karena daging ikan asin yang dihasilkan lebih
padat. Pada penggaraman basah, banyak sisik-sisik ikan yang terlepas dan
menempel pada ikan sehingga menjadikan ikan tersebut kurang menarik.
Selain itu dagingnya kurang padat.
2. Ikan Asin
Ikan asin merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat kita, salah satu
teknik pembuatannya adalah dengan penggaraman basah. Dengan proses penggaraman
basah dihasilkan ikan asin yang basah, biasa disimpan dilemari pendingin. Kerusakan
pada ikan asin dapat disebabkan oleh bakteri halofilik yang mampu mengubah tekstur
maupun rupa daging ikan.
3. Acar
Acar atau yang dikenal dengan pickle adalah sayur atau buah yang diberi garam
dan diawetkan dalam cuka baik diberi bumbu atau tidak. Proses penggaraman
dilakukan pada tahap awal pembuatan acar dengan cara fermentasi. Terkadang
dilakukan dengan penambahan gula sebanyak 1% apabila sayur atau buah yang
digunakan berkadar gula rendah.
Acar asin : acar yang dibuat melalui proses penggaraman dengan garam dapur (NaCl)
yang diikuti fermentasi , seperti ketiga cara diatas.
Acar bumbu : acar sayur/buah yang diberi bahan pewangi (aroma) tertentu, biasanya
rempah-rempah seperti bawang merah, dan bawang putih yang cara fermentasinya
berbeda dengan acar asin.
3. Pengasaman
a. Prinsip Pengasaman
Berdasarkan tingkat keasaman, produk pangan sering dikelompokkan menjadi
pangan asam atau acid food (Ph<4) dan Ph berasam rendah atau low acid food (Ph 5).
Disamping kedua jenis bahan pangan tersebut, ada yang disebut dengan bahan pangan
asam yang diasamkan (acidified food), yaitu produk pangan berasam rendah yang
diturunkan pHnya sehingga berada pada kisaran Ph untuk produk pangan asam.
Proses sterilisasi komersial diperlukan apabila Aw produk tinggi (>0,85), karena C.
Botulinum dapat tumbuh baik pada Aw yang tinggi. Tabel 1 memperlihatkan
14
pengelompokkan bahan pangan, resiko mikroorganisme yang dapat tumbuh dan proses
termal yang harus dilakukan, sedangkan Tabel 2 memperlihatkan tingkat resiko bahan
pangan berdasarkan Ph dan aktivitas air.
15
b. Produk Hasil Pengasaman
1. Kimchi
Kimchi adalah makanan tradisional Korea, salah satu jenis asinan sayur hasil
fermentasi yang dibuat dengan mencuci sayuran yang sudah digarami dan
membumbuinya dengan bahan-bahan seperti udang kriil, kecap ikan, bawang putih,
jahe dan bubuk cabai merah. Kimchi terdiri dari ratusan variasi dengan ciri khas
aroma yang keras, tajam, dan menyengat. Kimchi adalah makanan populer di
Tiongkok dan Jepang. Kimchi versi Jepang sudah disesuaikan dengan selera lokal,
kurang pedas dan lebih manis. Kimchi dibuat dari beraneka ragam bahan sesuai
dengan jenis kimchi dan selera orang yang membuat. Kimchi yang paling terkenal di
luar Bakteri Lactobacillus yang berperan dalam proses fermentasi kimchi
menghasilkan asam laktat dengan kadar yang lebih tinggi daripada yoghurt.
2. Acar
Acar adalah cara mengawetkan makanan dengan menggunakan cuka dan/atau
brine. Biasanya yang dibuat acar adalah timun, tapi juga cabai, bawang, tomat, dan
sebagainya. Acar disajikan sebagai hidangan sampingan, dimakan bersama dengan
hidangan utama. Berbagai daerah di dunia memiliki jenis acar tersendiri.
3. Pikel
Pikel adalah produk hasil fermentasi bahan nabati (buah, sayur dan umbi) di dalam
larutan garam 15-20%. Selama fermentasi mikroba tahan asam tumbuh menghasilkan
asam, rasa dan aroma yang khas pikel. Garam dilarutan akan berdifusi ke dalam
jaringan bahan sehingga jaringan menjadi asin, dan cairan di dalam jaringan akan
mengalir ke dalam larutan garam membawa berbagai nutrisi sehingga larutan garam
menjadi media tumbuh bagi mikroba tahan garam. Pikel bengkuang belum dikenal
oleh masyarakat, dan produk ini belum tersedia di pasaran. Walaupun demikian,
produksi produk ini merupakan alternatif usaha yang mungkin menguntungkan karena
cara pembuatannya sederhana, biaya tidak mahal, dan penampilan produk cukup
menarik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Marzuki, dkk. 2012. SERIAL BUKU AJAR GIZI, ILMU TEKNOLOGI PANGAN. Jakarta :
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II
TIM PENULIS PS. 2007. Agribisnis Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya
17