Penerapannya
Yeti Rafitasari
January 3, 2016
1
Gambar 1: Graphene
2
2,4 g. Zn kemudian bereaksi dengan GO sehingga menghasilkan gelembung-
gelembung gas karena terjadi reduksi gugus fungsi oksigen. Ketika gelembung
sudah berhenti berekasi, HCl kembali ditambahkan untuk menghilangkan ZnO
yang merupakan pengotor. Dari proses sintesis ini dihasilkan graphene oksida
tereduksi (rGO). Setelah proses sintesis ini, larutan rGO dicuci berulang kali
dengan aquades untuk menetralkan pH-nya. Setelah pH menjadi netral, laru-
tan rGO di-hydrothermal untuk membentuk struktur graphene yang lebih sta-
bil. Proses hydrothermal dilakukan selama 12 jam. Larutan rGO dimasukkan
ke dalam wadah teflon, yang kemudian dimasukkan ke dalam autoclave dan
dikencangkan dengan skrup agar benar-benar kedap udara. Air dalam larutan
rGO akan mencapai kondisi kritis dan memiliki tekanan tinggi akibat temper-
atur yang tinggi sehingga dapat berperan sebagai agen kristalisasi fasa [10].
Proses sintesis graphene dengan menggunakan Metode Reduksi Grafit Oksida
(GO) dianggap sebagai metode paling sesuai karena bersifat sederhana, sesuai
untuk produksi skala besar, dan murah.
Baru-baru ini tim peneliti dari Inggris dan Irlandia menemukan cara ter-
baru untuk mensintesis graphene yaitu dengan menuangkan bubuk graphite,
seperti yang digunakan di dalam pensil, ke dalam blender. Setelah itu mereka
menambahkan air dan cairan pembersih piring dan mencampurnya di dalam
blender dengan kecepatan tinggi. Proses tersebut menghasilkan graphene, ma-
terial paling tipis di dunia tetapi sangat kuat. Bahan graphene mempunyai
potensi mentransformasikan elektronik dan teknologi-teknologi lain. Tenaga
yang tercipta dari alat berputar dalam kecepatan tinggi di cairan, cukup
kuat untuk memisahkan lapisan-lapisan graphene yang membentuk butiran
graphene tanpa merusak struktur dua dimensi. Peneliti menyebut perkem-
bangan ini sebagai langkah penting menuju penggunaan graphene di berbagai
aplikasi komersial, termasuk pengolahan air, pembersihan tumpahan minyak
dan bahkan untuk memproduksi kondom lebih tipis. Temuan tim peneliti
dimuat di jurnal Nature. Sejauh ini masih sulit memproduksi graphene dalam
skala industri.
Semua sifat-sifat elektronik, optic,termal, dan magnetik yang menjadi kelebi-
han graphene diatas dapat digambarkan dengan jelas dengan mengkajinya mu-
lai dari bagian fundamental yaitu struktur pita elektronik (energi dispersi) juga
3
rapat keadaan material graphene. Graphene yang memiliki sifat semimetal
(pita valensi dan konduksi bertemu pada titik K yang simetri) dapat di-
modifikasi struktur pitanya sehingga terjadi celah diantara pita konduksi dan
valensinya diatas maupun dibawah aras tenaga Fermi. Berbagai model telah
dicoba untuk menggambarkan struktur pita elektronik graphene secara anal-
itik yang menggunakan model ikatan kuat, maupun numerik seperti Density
Functional Theory juga Tight Binding dengan penyelesaian Time Dependent
Schrodinger Equation.
Graphene merupakan material unik yang menjadi harapan bagi perkem-
bangan industri otomotif, medis, pesawat terbang, maupun industri elektronik
seperti transistor efek medan, Transparent Conductive Film,elektroda baterai
ramah lingkungan, komposit nano polimer,superkapasitor, dll.
Bahkan,baru-baru ini, Samsung Electronics telah mengembangkan tero-
bosan teknologi yang bisa menggandakan kapasitas baterai lithium-ion den-
gan lapisan graphene yang bebas silikon karbida. Pemerhati industri berharap
teknologi baru ini bisa membawa perubahan yang signifikan untuk memper-
panjang daya tahan baterai pada perangkat mobile dan mobil listrik. Tim
peneliti Samsung mengembangkan teknologi dari pertumbuhan graphene se-
cara langsung lewat silikon nanopartikel tanpa pembentukan silikon karbida.
Lapisan graphene yang berlabuh ke permukaan silikon mengakomodasi perlu-
asan volume silikon melalui proses pergeseran antara lapisan graphene yang
berdekatan. Ketika dipasangkan dengan lithium kobalt oksida katoda komer-
sial, lapisan graphene yang bebas silikon karbida memungkinkan sel penuh
untuk mencapai kepadatan energi volumetrik hampir dua kali lebih tinggi
daripada baterai lithium-ion komersial yang ada saat ini. ”Pengamatan ini
menunjukkan bahwa lapisan dua dimensi dari struktur graphene dan integrasi
bebas silikon karbida dengan silikon dapat berfungsi sebagai prototipe dalam
memajukan silikon anoda menjadi teknologi komersial[11].
4
References
[1] Nur,L., Susanti, D., Teknik, J., Industri, F. T., & Sepuluh, I. T. ” Pengaruh
Variasi Kadar Zn Dan Temperatur Hydrotermal Terhadap Struktur Dan
Nilai Konduktivitas Elektrik Material Graphene, 3(2)185–190. (2014)
[3] Zhu, Y.,Murali, Weiwei Cai,S., Li, X., Suk, J.W., Potts,J.R., dan Ruoff,
R.S. ” Graphene and Graphene Oxide: Synthesis, Properties and Applica-
tions,Adv. Mater., XX, 1–19 (2010)
[4] Kuzmenko, A.B., van Heumen, E., Carbone, F., dan van der Marel, D., ”
Universal Dynamical Conductance in Graphite, Phys. Rev. Lett 100, 117401
(2008)
[6] Novoselov, K.S., Geim, A.K., Morozov, S.V., Jiang, D., Zhang, Y., Dubon-
nos, S. V., Grigorieva, I. V., Firsov. A. A.,, ” Electric Field Effect in Atom-
ically Thin Carbon Films,Science 306, 666. (2004)
[7] Junaidi, M., dan D.Susanti, ” Pengaruh Variasi Waktu Ultrasonikasi dan
Waktu Tahan Hydrothermalterhadap Struktur dan Konduktivitas Listrik
Material Graphene,3(1). (2014)
[10] Faiz, R., dan D. Susanti, ” Analisis Pengaruh Massa Reduktor Zinc ter-
hadap Sifat Kapasitif Superkapasitor Material Graphene,4(1), 95–100 (2015)