Anda di halaman 1dari 5

Metode Sintesis Graphene dan Teknologi

Penerapannya
Yeti Rafitasari
January 3, 2016

Perkembangan teknologi dewasa ini begitu pesat. Adanya tuntutan dari


konsumen yang semakin membutuhkan perangkat elektronik yang efisien, ringan
dan tentunya dengan performa tinggi, menuntut perkembangan ilmu material
untuk menemukan sebuah material baru yang dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Salah satu tuntutan material tersebut adalah material yang da-
pat diaplikasikan pada rancangan perangkat elektronik yang futuristik dan
setipis mungkin. Kendala yang dialami oleh produsen perangkat elektronik
sekarang adalah belum adanya sebuah material yang fleksibel dengan konduk-
tivitas elektrik yang tinggi yang dapat diaplikasikan pada perangkat elektronik
seperti pada layar LCD, baterai lithium-ion, transistor, superkapasitor, dll [1].
Graphene adalah material yang dapat menjawab kebutuhan hal tersebut. Per-
masalahan yang kemudian muncul adalah proses sintesis massal yang masih
menjadi kendala.
Material graphene merupakan material yang tersusun atas atom-atom kar-
bon monolayer yang membentuk struktur heksagonal seperti sarang lebah dua
dimensi. Graphene memiliki sifat-sifat yang khas antara lain Dirac Fermion,
ballistic electron transport, efek Hall kuantum dan chiral tunneling[2]. Graphene
juga memiliki luas permukaan yang spesifik (2630 m2 g −1 ), mobilitas elektrik
sebesar 2 × 106 cm2 V −1 s−1 , konduktivitas termal sebesar 5000 W m−1 K −1
dan transitansi optik 97,7% [3]. Pada daerah energi 0,1 eV sampai dengan 0,6
eV graphene monolayer memiliki konduktansi universal ±6, 08 × 10−5 Ω−1 [4]
dan memiliki nilai regangan yang bersifat reversible serta memiliki kekuatan
tekanan terhadap pseudo-medan magnet masing-masing sebesar 20% dan 300
Tesla[5], sedangkan graphene multilayer memiliki mobilitas carrier pada suhu
3000 K sebesar 1500 cm2 V −1 s−1 dan pada suhu 40 K sebesar 6000 cm2 V −1 s−1
[6] (Lihat gambar 1).

Berbagai metode sintesis telah dikembangkan untuk proses sintesis graphene


diantaranya adalah (a) Mechanical exfoliation graphene menggunakan metode
peel-of dengan Scotch-tape, (b) CVD lapisan Graphene, (c) Metode Hummer,
(d) Sintesis Graphene dengan metode Reduksi Grafit Oksida (GO)[7].
Mechanical exfoliation graphene merupakan metode yang mudah digu-
nakan akan tetapi hanya dapat menghasilkan graphene dalam jumlah sedikit,
karena metodenya menggunakan pengelupasan secara mekanik pada grafit.

1
Gambar 1: Graphene

Grafit yang berupa padatan, ditempeli dengan menggunakan selotip, kemu-


dian selotip tersebut dilepas. Setelah dilepas selotip tersebut direkatkan kem-
bali sampai pada akhirnya diperoleh graphene. Pengelupasan mekanik dapat
menghasilkan lembaran graphene sampai 1 mm2 dengan sifat elektronik yang
amat bagus. Lembaran ini dapat menghasilkan efek Hall kuantum dan mem-
punyai mobilitas bersuhu rendah sampai dengan 20.000cm2 /Vs.
Metode CVD merupakan metode sintesis graphene dengan menggunakan
substrat SiO2 sebagai media pertumbuhan graphene. Metode ini menggu-
nakan peralatan penunjang dengan teknologi tinggi sehingga membutuhkan
biaya relatif mahal. Namun metode ini dapat menghasilkan lebih banyak
graphene dibandingkan menggunakan metode mechanical exfoliation.
Metode Hummer untuk mensintesis graphene berhasil dilakukan pada tahun
2014 dengan melakukan variasi waktu ultrasonikasi dan waktu tahan proses
hydrothermal dengan diperolehnya hasil graphene yang memiliki konduktifi-
tas listrik terbaik (0,00021S/cm) dengan waktu ultrasonikasi 120 menit dan
waktu tahan hydrothermal 12 jam[8].Pada tahun yang sama, graphene juga
berhasil disintesis dengan metode Hummer dan reduksi Zn dengan melakukan
variasi pada waktu ultrasonikasi dan temperatur Hidrotermal terhadap sifat
kapasitif graphene. Hasil yang didapatkan adalah sifat kapasitansi tertinggi
diperoleh pada waktu ultrasonikasi 90 menit dan temperatur hydrotermal 160
yaitu sebesar 491,36 F/gr[9].
Metode Reduksi Grafit Oksida (GO) inti metode ini adalah mengoksidasi
grafit sehingga menjadi grafit oksida. Metode yang digunakan untuk mensin-
tesis grafit oksida dalam penelitian ini adalah modifikasi Metode Hummer.
Proses ini dilakukan dengan melarutkan 40 mg grafit oksida ke dalam 40 ml
aquades hingga larutan menjadi homogen. Setelah larutan menjadi homogen,
larutan diultrasonikasi dengan ultrasonic cleaner yang memiliki kemampuan
memancarkan gelombang ultrasonik sebesar 50/60 Hz. Ultrasonikasi dilakukan
dalam waktu 90 menit. Akibat gelombang ultrasonik, maka grafit oksida akan
terkelupas menjadi graphene oksida (GO). Lalu ditambahkan 10 ml HCl 37%
ke dalam larutan GO untuk membentuk suasana asam dan dihomogenkan
dengan proses stirring. Selanjutnya ditambahkan serbuk Zn ke dalam laru-
tan GO yang telah memiliki suasana asam dengan variasi 0,8 g, 1,6 g, dan

2
2,4 g. Zn kemudian bereaksi dengan GO sehingga menghasilkan gelembung-
gelembung gas karena terjadi reduksi gugus fungsi oksigen. Ketika gelembung
sudah berhenti berekasi, HCl kembali ditambahkan untuk menghilangkan ZnO
yang merupakan pengotor. Dari proses sintesis ini dihasilkan graphene oksida
tereduksi (rGO). Setelah proses sintesis ini, larutan rGO dicuci berulang kali
dengan aquades untuk menetralkan pH-nya. Setelah pH menjadi netral, laru-
tan rGO di-hydrothermal untuk membentuk struktur graphene yang lebih sta-
bil. Proses hydrothermal dilakukan selama 12 jam. Larutan rGO dimasukkan
ke dalam wadah teflon, yang kemudian dimasukkan ke dalam autoclave dan
dikencangkan dengan skrup agar benar-benar kedap udara. Air dalam larutan
rGO akan mencapai kondisi kritis dan memiliki tekanan tinggi akibat temper-
atur yang tinggi sehingga dapat berperan sebagai agen kristalisasi fasa [10].
Proses sintesis graphene dengan menggunakan Metode Reduksi Grafit Oksida
(GO) dianggap sebagai metode paling sesuai karena bersifat sederhana, sesuai
untuk produksi skala besar, dan murah.

Gambar 2: Sintesis GO dari graphite

Baru-baru ini tim peneliti dari Inggris dan Irlandia menemukan cara ter-
baru untuk mensintesis graphene yaitu dengan menuangkan bubuk graphite,
seperti yang digunakan di dalam pensil, ke dalam blender. Setelah itu mereka
menambahkan air dan cairan pembersih piring dan mencampurnya di dalam
blender dengan kecepatan tinggi. Proses tersebut menghasilkan graphene, ma-
terial paling tipis di dunia tetapi sangat kuat. Bahan graphene mempunyai
potensi mentransformasikan elektronik dan teknologi-teknologi lain. Tenaga
yang tercipta dari alat berputar dalam kecepatan tinggi di cairan, cukup
kuat untuk memisahkan lapisan-lapisan graphene yang membentuk butiran
graphene tanpa merusak struktur dua dimensi. Peneliti menyebut perkem-
bangan ini sebagai langkah penting menuju penggunaan graphene di berbagai
aplikasi komersial, termasuk pengolahan air, pembersihan tumpahan minyak
dan bahkan untuk memproduksi kondom lebih tipis. Temuan tim peneliti
dimuat di jurnal Nature. Sejauh ini masih sulit memproduksi graphene dalam
skala industri.
Semua sifat-sifat elektronik, optic,termal, dan magnetik yang menjadi kelebi-
han graphene diatas dapat digambarkan dengan jelas dengan mengkajinya mu-
lai dari bagian fundamental yaitu struktur pita elektronik (energi dispersi) juga

3
rapat keadaan material graphene. Graphene yang memiliki sifat semimetal
(pita valensi dan konduksi bertemu pada titik K yang simetri) dapat di-
modifikasi struktur pitanya sehingga terjadi celah diantara pita konduksi dan
valensinya diatas maupun dibawah aras tenaga Fermi. Berbagai model telah
dicoba untuk menggambarkan struktur pita elektronik graphene secara anal-
itik yang menggunakan model ikatan kuat, maupun numerik seperti Density
Functional Theory juga Tight Binding dengan penyelesaian Time Dependent
Schrodinger Equation.
Graphene merupakan material unik yang menjadi harapan bagi perkem-
bangan industri otomotif, medis, pesawat terbang, maupun industri elektronik
seperti transistor efek medan, Transparent Conductive Film,elektroda baterai
ramah lingkungan, komposit nano polimer,superkapasitor, dll.
Bahkan,baru-baru ini, Samsung Electronics telah mengembangkan tero-
bosan teknologi yang bisa menggandakan kapasitas baterai lithium-ion den-
gan lapisan graphene yang bebas silikon karbida. Pemerhati industri berharap
teknologi baru ini bisa membawa perubahan yang signifikan untuk memper-
panjang daya tahan baterai pada perangkat mobile dan mobil listrik. Tim
peneliti Samsung mengembangkan teknologi dari pertumbuhan graphene se-
cara langsung lewat silikon nanopartikel tanpa pembentukan silikon karbida.
Lapisan graphene yang berlabuh ke permukaan silikon mengakomodasi perlu-
asan volume silikon melalui proses pergeseran antara lapisan graphene yang
berdekatan. Ketika dipasangkan dengan lithium kobalt oksida katoda komer-
sial, lapisan graphene yang bebas silikon karbida memungkinkan sel penuh
untuk mencapai kepadatan energi volumetrik hampir dua kali lebih tinggi
daripada baterai lithium-ion komersial yang ada saat ini. ”Pengamatan ini
menunjukkan bahwa lapisan dua dimensi dari struktur graphene dan integrasi
bebas silikon karbida dengan silikon dapat berfungsi sebagai prototipe dalam
memajukan silikon anoda menjadi teknologi komersial[11].

Gambar 3: Li-ion Battery

4
References
[1] Nur,L., Susanti, D., Teknik, J., Industri, F. T., & Sepuluh, I. T. ” Pengaruh
Variasi Kadar Zn Dan Temperatur Hydrotermal Terhadap Struktur Dan
Nilai Konduktivitas Elektrik Material Graphene, 3(2)185–190. (2014)

[2] Castro Neto, A.H., Guinea, F, Peres N. M. R, Novoselov, K. S. dan Geim,


A. K., ” The Electronic Properties of Graphene, Rev. Mod.Phys, Volume
81. (2009)

[3] Zhu, Y.,Murali, Weiwei Cai,S., Li, X., Suk, J.W., Potts,J.R., dan Ruoff,
R.S. ” Graphene and Graphene Oxide: Synthesis, Properties and Applica-
tions,Adv. Mater., XX, 1–19 (2010)

[4] Kuzmenko, A.B., van Heumen, E., Carbone, F., dan van der Marel, D., ”
Universal Dynamical Conductance in Graphite, Phys. Rev. Lett 100, 117401
(2008)

[5] Peres, N.M.R., ” The Transport Properties of Graphene: An Introduc-


tion,Rev. Mod.Phys. 82, 2673. (2010)

[6] Novoselov, K.S., Geim, A.K., Morozov, S.V., Jiang, D., Zhang, Y., Dubon-
nos, S. V., Grigorieva, I. V., Firsov. A. A.,, ” Electric Field Effect in Atom-
ically Thin Carbon Films,Science 306, 666. (2004)

[7] Junaidi, M., dan D.Susanti, ” Pengaruh Variasi Waktu Ultrasonikasi dan
Waktu Tahan Hydrothermalterhadap Struktur dan Konduktivitas Listrik
Material Graphene,3(1). (2014)

[8] Pradesar,Y., dan D.Susanti, ” Pengaruh Waktu Ultrasonikasi dan Waktu


Tahan Proses Hydrothermal Terhadap Struktur Dan Sifat Listrik Material
Graphene,Tugas Akhir ITS:Surabaya (2014)

[9] Nurdiansyah,H., dan D. Susanti, “ Pengaruh Temperatur Hidrotermal dan


Waktu Ultrasonikasi Terhadap Nilai Kapasitansi Elektroda Electric Double
Layer Capasitor (EDLC) dari Material Grafena, Tesis ITS: Surabaya (2014)

[10] Faiz, R., dan D. Susanti, ” Analisis Pengaruh Massa Reduktor Zinc ter-
hadap Sifat Kapasitif Superkapasitor Material Graphene,4(1), 95–100 (2015)

[11] Son, I. H.,J. Hwan Park,S. Kwon, S. Park, M. H.Rümmeli, , Bachmatiuk,


H.Chang, ” Silicon carbide-free graphene growth on silicon for lithium-ion
battery with high volumetric energy density,Nature Communications,7393.
http://doi.org/10.1038/ncomms8393 (2015)

Anda mungkin juga menyukai