Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN


PROFESIONALISME GURU BERKELANJUTAN
PASCA SERTIFIKASI MELALUI PENDEKATAN
PENGAYAAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI DI PROVINSI BALI

A. A. Gede Agung
Jurusan Teknologi Pendidikan
FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui persepsi guru
tentang program sertifikasi guru di Bali, (2) mengetahui persepsi
guru tentang konsep dan implementasi profesionalisme guru di
Bali, (3) menyusun Model Peningkatan Profesionalisme Guru
Berkelanjutan Pasca Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi dan perangkatnya,
(4) mendeskripsikan tanggapan guru tentang Model Peningkatan
Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi dengan
perangkat model Online open course ware
(http://www.GuruProfesional.org) dan asesmen kinerja guru
berbasis evaluasi diri.
Subjek penelitian ini terdiri atas 30 orang guru SD-SMP-SMA-
SMK pada tiga kabupaten di Provinsi Bali. Masing-masing
kabupaten kota diambil 10 orang guru. Data penelitian
dikumpulkan dengan metode kuesioner, wawancara, kajian
pustaka, dan pelatihan (untuk uji teknis). Data yang terkumpul,
selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis deskriptif .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persepsi guru tentang
program sertifikasi, sebagian besar butir tentang hakikat sertifikasi
guru (55,56%) dipersepsi negatif. (2) Persepsi guru terhadap
pengembangan profesionalisme, ternyata sebagian besar butir
(81,81%) yang dijawab responden ternyata mempersepsi positif
tentang pentingnya pengembangan profesi guru tersebut secara
berkelanjutan. (3) Ditemukan Model Peningkatan Profesionalisme
Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi Melalui Pendekatan
Pengayaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang
dikembangkan (http://www.Guru-Profesional.org) yang dilengkapi
dengan infrastruktur Online open course ware sebagai media
interaksi komunitas guru-guru dan stakholdernya untuk selalu
aktual dalam pengembangan diri dan profesi, (4) Hasil uji coba

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 377


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

praktek teknis penggunaan model Online open course ware


(Error! Hyperlink reference not valid.) dan asesmen kinerja
guru berbasis evaluasi diri membuktikan bahwa sebagian besar
responden (86,67%) menilai rancangan model adalah sangat baik,
kecuali pada aspek kecepatan akses internet.

Kata-kata kunci: pengembangan model peningkatan


profesionalisme guru, pengayaan berbasis
teknologi informasi dan komunikasi

Abstract
This study aims to: (1) understand teachers perceptions about
teacher certification program in Bali, (2) understand teachers'
perceptions about the concept and implementation of teacher
professionalism in Bali, (3) formulate Model Improvement
Professional Teacher Certification Through Continuing Post-
Information Technology-Based Approach Enrichment and
Communication and the instruments, (4) describe the responses of
teachers about the Model Sustainable Improvement Professional
Teacher Certification with the device model Post Online open
course ware (http://www.GuruProfesional.org) and teacher
performance assessment-based self-evaluation.
The subjects of this study comprised of 30 elementary school
teachers and junior-high school vocational school in three districts
in the province of Bali. Each regency were taken much as 10
teachers. Data were collected by using questionnaires, interviews,
literature review, and training (for the technical test). The collected
data, analyzed by descriptive analysis technique.
The results showed that: (1) Perceptions of teachers about the
certification program, most point of the nature of teacher
certification (55.56%) perceived negative. (2) The perception of
teachers towards professional development, it turns out most of the
grains (81.81%) respondents who answered turned out to positively
consider the importance of teacher professional development in a
sustainable manner. (3) Found Model Improvement Professional
Teacher Certification Through Continuing Post-Enrichment-Based
Approach for Information and Communication Technology
developed (http://www.GuruProfe-sional.org) equipped with an
open course ware Online infrastructure as a medium of interaction
with teachers and community stakholdernya to always actual in

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 378


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

personal development and professional, (4) Test results showed


that the use of technical practice Online model of open course ware
(http://www. GuruProfesional.org) and teacher performance
assessment-based self-evaluation proved that the majority of
respondents (86.67%) believe the draft is a very good models,
except in the aspect of speed internet access.

Keywords : model development of increased professionalism of


teachers, enrichment-based information and
communication technology.

Pendahuluan
Sertifikasi guru di Indonesia merupakan upaya untuk meningkatkan
profesionalisme dan sekaligus kesejahteraan guru. Dari sasarannya 2,7 juta
guru, hingga saat ini baru sekitar 500.000 guru yang lolos sertifikasi dan
mendapat tunjangan profesi sebesar satu kali gaji. Sertifikasi guru bertujuan
untuk (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik profesional, (2) meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, (3)
meningkatkan kesejahteraan guru, (4) meningkatkan martabat guru; dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Namun demikian, sertifikasi guru yang diharapkan dapat
menghasilkan tenaga pendidik yang profesional, ternyata masih jauh dari
yang diharapkan. Dengan mudah dapat ditemukan fakta bahwa guru yang
telah lolos sertifikasi ternyata tidak menunjukkan peningkatan kompetensi
yang signifikan, apalagi untuk dapat dikatakan sebagai guru yang pofesional.
Sebuah kajian untuk mengetahui kompetensi guru pasca sertifikasi, yang
dilakukan Baedhowi dan Hartoyo (2009), menunjukkan motivasi guru untuk
segera ikut sertifikasi bukanlah untuk meningkatkan profesionalisme atau
kompetensi mereka, tetapi terkesan semata-mata untuk mendapatkan
tambahan penghasilan melalui tunjuangan profesi. Hal yang serupa
ditemukan Direktorat Jenderal PMPTK Depdiknas ketika melakukan kajian
serupa di Provinsi Sumatera Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan, dan Nusa Tenggara Barat tahun 2008. Kajian tersebut menemukan
bahwa alasan guru mengikuti sertifikasi, antara lain, agar mendapat
tunjangan profesi, segera mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidup,
tunjangan untuk biaya kuliah, biaya pendidikan anak, merenovasi rumah, dan
membayar utang. Suharta, Sudiarta dan Agung (2009) dalam penelitian di
Bali juga menemukan bahwa sebagaian besar guru memandang sertifikasi

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 379


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

sebagai pencapaian puncak karier, profesionalisme dianggap sebagai hal


yang statis, sekali tercapai maka selesai. Dengan pandangan seperti ini perlu
diragukan apakah ada peningkatan kinerja dan profesionalisme guru pasca
sertifikasi. Untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional, pasca
sertifikasi perlu ada upaya sistematis, sinergis, dan berkesinambungan yang
menjamin guru tetap profesional.
Berkaitan dengan usaha tersebut, diperlukan suatu Model
Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi. Hal
ini dimaksudkan dalam rangka membuka ruang yang luas untuk
pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan, sesuai dengan
tuntutan sertifikasi guru, seperti inovasi dan pengayaan bahan ajar,
pendidikan dan pelatihan, perencanan dan pelaksanaan pembelajaran,
prestasi akademik, pengembangan profesi, partisipasi aktif dalam forum
ilmiah, dan partisipasi dalam masyarakat. Di samping itu, perlu disusun
Pedoman Kinerja Guru Profesional memuat tentang prinsip pengembangan
profesionalisme guru secara berkelanjutan yang dilengkapi dengan asesmen
kinerja guru, misalnya asesmen kinerja berbasis evaluasi diri.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan: (1)
bagaimana persepsi guru tentang program sertifikasi guru di Bali? (2)
bagaimana persepsi guru tentang konsep dan implementasi profesionalisme
guru di Bali? (3) bagaimana Model Peningkatan Profesionalisme Guru
Berkelanjutan Pasca Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi? (4) agaimana tanggapan guru tentang
Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi
Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang dikembangkan dalam penelitian ini?
Di dalam Psl 6 UUGD disebutkan bahwa guru sebagai tenaga
profesional (1) mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan, dan (2) pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan
sertifikat pendidik. Selanjutnya, dalam pasal 7 UUGD disebutkan bahwa
profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut. (1) Memiliki bakat, minat,
panggilan jiwa, dan idealisme, (2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia, (3) Memiliki

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 380


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang


tugas, (4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas,
(5) Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6)
Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7)
Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) Memiliki jaminan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, (9)
Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru, (10) Pemberdayaan
profesi guru dan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri
yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan
berkelanjutan dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai
kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi. Surya (2000:5)
menyatakan bahwa karakteristik guru yang ideal dapat dirinci sebagai berikut
(1) memiliki semangat juang tinggi serta kualitas keimanan dan ketaqwaan
yang mantap; (2) mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan
padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi; (3) mampu belajar dan bekerjasama dengan profesi lain; (4)
memiliki etos kerja yang kuat; (5) memiliki kejelasan dan kepastian
pengembangan jenjang karir; (6) berjiwa profesional; (7) memiliki
kesejahteraan lahir dan batin, material dan non material; (8) memiliki
wawasan masa depan; (9) mampu melaksanakan fungsi dan peranannya
secara terpadu.
Sebagai guru profesional, harus mewujudkan otonomi pedagogisnya
(pemberdayaan diri secara kreatif) yang dicirikan: (1) secara terus menerus
memperbaiki file profesinya sebagai suatu keharusan, (2) berpartisipasi aktif
dalam kaitan dengan pekerjaannya, misalnya: (1) pengembangan kurikulum,
(2) pemilihan peralatan dan bahan pengajaran; (3) secara berkelanjutan
mempelajari perkembangan informasi dan keterampilan profesionalnya; (4)
melanjutkan penelitiannya terhadap peningkatan pengetahuan.
Dalam pasal 6 Undang-Undang Guru dan Dosen (UU 14/2005:8)
yang menyatakan bahwa:
kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional yaitu: berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 381


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,


kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab.

Demikian penting dan strategisnya tugas guru dalam proses


pendidikan untuk menciptakan sumberdaya manusia bermutu tinggi,
sehingga guru mutlak harus dibina dan dikembangkan secara optimal.
Tuntutan tentang kualifikasi dan kompetensi guru sebagaimana diamanatkan
dalam UU 20/2005, PP 19/2005, Permendiknas 16/2007 tentang kualifikasi
dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, dan Permendiknas
10/2009 tentang sertifikasi guru dalam jabatan, merupakan kondisi ideal
yang menjadi harapan semua pihak. Bahkan, di dalam Permendiknas
16/2007 tersebut secara rinci disebutkan bahwa “guru harus memiliki 24
butir kompetensi inti yang merupakan penjabaran dari 4 (empat) kompetensi
utama yakni: kompetensi pedagogik (10 butir), kompetensi kepribadian (5
butir), kompetensi sosial (4 butir), dan kompetensi profesional (5 butir)
(2007:3-21)”.
Sebagaimana diketahui bahwa pendidik (guru dan dosen) menduduki
posisi strategis untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, karena guru
itu sendiri yang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran baik di
kelas maupun dalam seluruh proses pendidikan di sekolah.
Di dalam panduan Pendidikan Profesi Guru (PPG, 2008) dinyatakan
bahwa sosok utuh kompentensi guru mencakup (a) kemampuan mengenal
secara mendalam peserta didik yang dilayani, (b) penguasaan bidang studi
secara keilmuan dan kependidikan, yaitu kemampuan mengemas materi
pembelajaran kependidikan, (c) kemampuan menyelenggara-kan
pembelajaran yang mendidik yang meliputi (i) perancangan pembelajaran,
(ii) pelaksanaan pembelajaran, (iii) penilaian proses dan hasil pembelajaran,
(iv) pemanfaatan hasil penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran
sebagai pemicu perbaikan secara berkelanjutan, dan (d) pengembangan
profesionalitas berkelanjutan. Keempat wilayah kompetensi ini dapat ditinjau
dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang merupakan kesatuan
utuh tetapi memiliki dua dimensi tak terpisahkan yakni: dimensi akademik
(kompetensi akademik) dan dimensi profesional (kompetensi profesional).
Kompetensi akademik lebih banyak berkenaan dengan pengetahuan
konseptual, teknis/prosedural, dan faktual, dan sikap positif terhadap profesi
guru. Sedangkan kompetensi profesional berkenaan dengan penerapan

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 382


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

pengetahuan dan tindakan pengembangan diri secara profesional. Sesuai


dengan sifatnya, kompetensi akademik diperoleh lewat pendidikan akademik
tingkat universitas, sedangkan kompetensi profesional lewat pendidikan
profesi.

Metode
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pembelajaran
yang dilakukan selama 2 (dua) tahun dengan mengadopsi model 4 D (Define,
Design, Develop and Disseminate). Tahun pertama (2010) ditetapkan
sebagai fase Define and Design, bertujuan merancang prototype Model
Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi Melalui
Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
beserta perangkatnya. Pada tahun pertama ini, akan dilakukan (a) Analisis
kebutuhan berupa studi lapangan tentang persepsi guru terhadap program
sertifikasi dan konsep dan implemetasi profesionalisme, identifikasi potensi
dan pendukung (kuesioner tentang: insfrasuktur jaringan internet di
sekolah/di rumah, soft skill berupa pengalaman menggunakan media berbasis
TIK. Semua data tersebut diperoleh dari responden guru pada tiga kabupaten
di provinsi Bali, yang diambil masing-masing dua orang tiap jenjang sekolah
(SD-SMP-SMA-SMK), sehingga tiap kabupaten diwakili delapan responden,
kecuali Kota Denpasar diambil 10 responden. (b) Perancangan model dan
perangkatnya, (c) ujicoba praktek penggunaan model dan perangkatnya, (d)
Perbaikan model dan perangkatnya sesuai dengan hasil ujicoba praktik
penggunaanya. Tahun kedua (2011) merupakan fase Develope and
Disseminate yang pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan model
dan perangkatnya yang valid dan reliabel. Hal ini dilakukan melalui dua
kegiatan. Kegiatan pertama berupa ujicoba model dan perangkatnya secara
terbatas yang dilakukan dalam bentuk penelitian experimen untuk menguji
keunggulan model. Kegiatan kedua merupakan fase bertujuan untuk
memperbaiki model dan perangkatnya yang dilakukan melalui kegiatan
desiminasi secara luas, antara lain melaui penelitian tindakan kelas secara
kolaboratif bersama guru-guru yang telah tersertifikasi di Provinsi Bali yang
dipilih secara purposive. Uji kelayakan dan keefektifan model dan
perangkatnya juga akan dilakukan dengan kriteria keefektifan dan kelayakan
berupa tercapainya tujuan peningkatan profesionalisme berkelanjutan, baik
tujuan proses maupun tujuan produk. Data penelitian dikumpulkan dengan
metode kuesioner, wawancara, kajian pustaka, dan pelatihan (untuk uji

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 383


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

teknis). Data yang terkumpul, selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis


deskriptif .

Hasil
Tentang persepsi guru terhadap sertifikasi. Dari 9 butir kuesioner
yang diajukan kepada responden, sebagian besar butir yaitu 5 dari 9 butir
(55,56%) yang dijawab responden ternyata mempersepsi negatif tentang
sertifikasi guru tersebut. Mereka memandang antara lain: (1) Sertifikasi guru
melalui penilaian portofolio bukan cara yang tepat untuk meningkatkan
kualitas guru secara berkelanjutan, (2) Guru-guru yang menjelang pensiun
semestinya diutamakan untuk mengikuti sertifikasi, (3) Tidak adil jika guru-
guru yang baru diangkat sudah mendapatkan sertifikat pendidik sementara
yang telah lama bertugas belum mendapat-kan, (4) Sertifikasi guru menjadi
amat menarik bagi guru, terutama karena dengan sertifikasi guru
kesejahteraan guru meningkat, (5) Tambahan pendapatan guru dari tunjangan
profesi amat sedikit digunakan untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Persepsi Guru tentang Konsep dan Praktik Profesionalisme Guru di
Bali. Dari 11 butir kuesioner, sebagian besar butir yaitu 8 dari 11 butir
(72,73%) yang dijawab responden ternyata mempersepsi positif tentang
pentingnya pengembangan profesi guru tersebut secara berkelanjutan.
Mereka memandang antara lain: (1) Ukuran utama meningkatnya
profesionalisme guru adalah meningkatnya kesejahteraan huru, (2)
Sebetulnya pengembangan profesionalisme guru sudah cukup dengan
sertifikasi guru saja, (3) Guru lulusan Perguruan Tinggi dengan sendirinya
profesional, (4) Pendidikan dan laitihan dalam jabatan amat kecil peranannya
bagi pengembangan profesionalisme guru, (5) Terlalu memberatkan guru,
kalau mereka dituntut terus mengembangkan profesionalismenya, (6) Sulit
diharapkan sekolah berperanan penting dalam meningkatkan profesionalisme
guru, (7) Sebetulnya peningkatan profesionalisme guru bukan tanggung
jawab sekolah, (8) Sekolah adalah tempat guru mengimplementasikan
profesonalisme yang telah diperoleh di bangku kuliah, bukan tempat
mengembangkannya, (9) Guru harus mengembangkan sendiri
profesionalismenya, sekolah sebetulnya boleh hanya menuntut.
Dalam penelitian ini telah berhasil dikembangkan Prototipe Model
Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi Melalui
Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 384


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

telah diupload dengan alamat http://www.GuruProfesional.org., dengan


kapasitas sementara 1 GB. Model tersebut didukung dengan perangkat:
1. Online open course ware yang berisi sumber pembelajaran dalam rangka
membuka ruang yang luas untuk pengembangan profesionalisme guru
secara berkelanjutan, sesuai dengan tuntutan sertifikasi guru, seperti (a)
inovasi dan pengayaan bahan ajar, (b) pendidikan dan pelatihan, (c)
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (d) prestasi akademik, (e)
pengembangan profesi, (f) partisipasi aktif dalam forum ilmiah, dan (g)
partisipasi dalam masyarakat. Hal lebih detail mengenai fitur
http://www.GuruProfesional.org dapat dicermati pada Modul Pengayaan
Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi Berbasis TIK (lampiran 2).
Model Teoretisnya dapat dicermati pada Lampiran 1, yaitu mengenai
Gagasan Baru: Pengembangan Model Profesionalisme Guru
Berkelanjutan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah
disosialisasikan pada seminar tingkat Kabupaten Karangasem tanggal 13
Nopember 2010.
2. Model Asesmen Kinerja Guru Profesional Berbasis Evaluasi Diri
memuat tentang prinsip pengembangan profesinalisme guru secara
berkelanjutan yang dilengkapi dengan asesmen kinerja guru berbasis
evaluasi diri yang memuat unsur utama yaitu: (a) Audit Kinerja Guru
Untuk Pengujian Kepatuhan, (b) Audit Kinerja Guru Untuk Pengujian
Praktik yang Sehat, (c) Audit Kinerja Guru Untuk Pengujian
Pengembangan Karya Ilmiah, (d) Audit Kinerja Guru Untuk Pengujian
Kompetensi Inti (Pedagogik, Profesional, Kepribadian, dan Sosial, (e)
Audit Kinerja Guru Untuk Pengujian Pengalaman Pengembangan
Profesi.

Asesmen Kinerja Guru Berbasis Evaluasi Diri diharapkan dapat


dilaksanakan setiap tahun dengan menggunakan bantuan TIK dan dapat
dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan, sehingga mereka dapat
dengan segera mengetahui hasilnya untuk kepentingan peningkatan dan
pengembangan diri dan profesi secara sadar dan berkelanjutan.
Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca
Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis TIK yang telah berhasil
dikembangkan dalam bentuk Online open course ware
(http://www.GuruProfesional.org) dan Asesmen Kinerja Guru Berbasis
Evaluasi diri yang diujicobakan penggunaanya pada 26 orang guru

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 385


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

responden melalui pelatihan: Pengayaan Guru-Guru Pasca Sertifikasi


Berbasis TIK didapat tanggapan sebagai berikut. Hasil uji coba praktek
teknis penggunaan model Online open course ware (Error! Hyperlink
reference not valid.) dan asesmen kinerja guru berbasis evaluasi diri
membuktikan bahwa sebagian besar responden (86,67%) menilai rancangan
model adalah sangat baik, kecuali pada aspek kecepatan akses internet.

Hasil
Ditemukan bahwa pemahaman guru tentang sertifikasi relatif cukup
baik, terutama mengenai hal-hal teknis termasuk teknik penyusunan
portofolio. Namun sebagaian besar guru mengaitkan program sertifikasi
terhadap peningkatan kesejahteraan guru, walapun berharap hal itu
mengakibatkan adanya peningkatan kualitas kinerja. Sebagaian besar guru
berpikir dapat melakukan peningkatan kinerja setelah lulus program
sertifikasi, namun secara faktual tidak ada guru yang telah melakukan
tindakan nyata sebagai wujud peningkatan profesionalisme yang
berkelanjutan yang dilakukan setelah lulus sertifikasi. Dalam hal ini ada
petunjuk kuat bahwa program sertifikasi belum cukup untuk menggerakkan
guru-guru untuk meningkatkan kinerja profesional berkelanjutan, paling
tidak menurut indikator ada tidaknya usaha guru untuk melakukan
peningkatan kinerja setelah lulus sertifikasi, terutama dalam bidang: (1)
kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) inovasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (4) prestasi akademik, (5)
pengembangan profesi, (7) partisipasi aktif dalam forum ilmiah, dan (8)
partisipasi dalam kegiatan organisasi sosial sekolah dan masyarakat. Di
samping itu, ada pandangan sebagian responden tentang mekanisme
portofolio yang tidak jelas, tentang proses pencapaian portofolio guru yang
berorientasi pada kuantitas, bahkan program sertifikasi guru tidak
didasarkan oleh paradigma yang jelas dan sering berubah-ubah yang
berdampak pada kebingungan guru dan penyelenggara sertifikasi. Hal ini
sejalan dengan temuan-temuan penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa dampak sertifikasi bagi peningkatan kualitas guru masih menjadi
tanda tanya karena sertifikasi tidak dirancang untuk mengidentifikasi guru
terbaik dan hanya merupakan penilaian terhadap portofolio yang mencakup
dokumen-dokumen bersifat administratif yang sudah dimiliki guru (Hastuti,
dkk. 2007; Ngadirin Setiawan, 2008).

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 386


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

Pada umumnya pemahaman guru terhadap profesionalisme cukup


baik. Sebagian besar guru memangdang profesionalisme sebagai bagian
menjalankan tugas dengan baik, namun sebagian besar guru responden yang
memandang profesionalisme sebagai usaha peningkatan diri dan
pengembangan profesi yang berkelanjutan, walaupun beberapa responden
mengharapkan bahwa profesionalisme dapat dibentuk dengan kedisiplinan
dan kerja keras. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman guru
tentang profesionalisme cenderung dinamis, karena apa yang dicapai
sebelumnya dibangku kuliah, dan apa yang dikerjakan dengan baik sebagai
guru, namun belum memahami sebagai usaha pengembangan diri secara
dinamis sesuai dengan tuntutan jaman yang berubah dengan cepat. Hal ini
memberikan pula petunjuk bahwa guru-guru yang telah lulus sertifikasi
masih memerlukan paradigma baru dalam memandang profesionalisme
mereka. Dengan kata lain program sertifikasi cenderung tidak menyentuh
konsep profesionalisme yang dinamis dan berkelanjutan. Hal ini sesuai pula
dengan hasil/temuan penelitian sebelumnya (Hastuti, dkk. (2007) dan
Ngadirin Setiawan (2008).
Hasil penelitian tahun pertama yang telah berhasil dikembangkan
berupa Prototipe Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan
Pasca Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi telah diupload dengan alamat
http://www.GuruProfesional.org., dengan kapasitas sementara 1 GB.
Berbeda dengan pengembangan profesionalisme sebelumnya, model ini
didasarkan atas prinsip peningkatan kualitas dan cita-cita profesi secara
utuh dan didukung oleh lima kompetensi utama yang selanjutnya menjadi
ciri utama sebagai berikut. (1) Menampilkan kinerja berdaya saing dan
produktivitas yang tinggi dan berkelanjutan, (2) Menampilkan komunikasi
efektif secara bervariasi, termasuk melalui media teknologi informasi dan
komunikasi, (3) Menampilkan kemampuan belajar dari berbagai sumber
(multichannel learning), (4) Menampilkan kemampuan melakukan evaluasi
diri untuk peningkatan kualitas secara dinamis dan terus menerus, dan (5)
Menampilkan inovasi berwawasan global dan menghargai kearifan dan
keunggulan lokal. Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan
Pasca Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang didasarkan atas lima kompetensi utama
tersebut didukung dengan perangkat: (1) Online open course ware yang
berisi sumber pembelajaran dalam rangka membuka ruang yang luas untuk

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 387


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan, sesuai dengan


tuntutan sertifikasi guru, seperti (a) inovasi dan pengayaan bahan ajar, (b)
pendidikan dan pelatihan, (c) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
(d) prestasi akademik, (e) pengembangan profesi, (f) partisipasi aktif dalam
forum ilmiah, dan (g) partisipasi dalam masyarakat. Hal lebih detail
mengenai fitur http://www.GuruProfesional.org dapat dicermati pada
lampiran 2: Modul: Pengayaan Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi
Berbasis TIK.(2) Model Asesmen Kinerja Guru Profesional Berbasis
Evaluasi Diri memuat tentang prinsip pengembangan profesinalisme guru
secara berkelanjutan yang dilengkapi dengan asesmen kinerja guru berbasis
evaluasi diri yang memuat unsur utama yaitu: (1) Audit Kinerja Guru Untuk
Pengujian Kepatuhan, (2) Audit Kinerja Guru Untuk Pengujian Praktik yang
Sehat, (3) Audit Kinerja Guru Untuk Pengujian Pengembangan Karya
Ilimiah, (4) Audit Kinerja Guru Untuk Pengujian Kompetensi Inti
(Pedagogik, Profesional, Kepribadian, dan Sosial), (5) Audit Kinerja Guru
Untuk Pengujian Pengalaman Pengembangan Profesi. Asesmen kinerja
guru berbasis evaluasi diri diharapkan dapat dilaksanakan setiap tahun
dengan menggunakan bantuan TIK dan dapat dilakukan sendiri oleh guru
yang bersangkutan, sehingga meraka dapat dengan segera mengetahui
hasilnya untuk kepentingan peningkatan dan pengembangan diri (profesi)
secara sadar dan berkelanjutan. Model ini diharapkan dapat mengatasi
masalah pengembangan profesionalisme guru di Indonesia yang selama ini
didominasi oleh pemahaman yang keliru yang cenderung berorientasi pada
pencapaian semu dan statis.
Ujicoba praktek dalam bentuk pelatihan penggunaan model Online
open course ware (http://www.Guru Profesional.org) dan asesmen kinerja
guru berbasis evaluasi diri melibatkan 26 orang guru responden dan
didapat respon sangat baik oleh 83-100% responden pada aspek-aspek ciri
utama model seperti keyakinan bahwa model dapat mendukung guru dalam:
(1) Menampilkan kinerja berdaya saing dan produktivitas yang tinggi dan
berkelanjutan, (2) Menampilkan komunikasi efektif secara bervariasi,
termasuk melalui media teknologi informasi dan komunikasi, (3)
Menampilkan kemampuan belajar dari berbagai sumber (multichannel
learning), (4) Menampilkan kemampuan melakukan evaluasi diri untuk
peningkatan kualitas secara dinamis dan terus menerus, (5) Menampilkan
inovasi berwawasan global dan menghargai kearifan dan keunggulan lokal.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 388


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

Pada aspek isi dan konstruksi 83-87 % responden menyatakan sangat


bagus, sedangkan pada aspek kecepatan akses, bahasa dan tampilan 75-91%
responden menyatakan sangat bagus. Untuk semua aspek tidak ada
responden yang menyatakan kurang atau sangat kurang. Aspek yang perlu
mendapatkan perhatian adalah kecepatan akses yaitu 75% responden
menyatakan bahwa kecepatannya cukup (mungkin yang dimaksud kurang).
Hal ini memberikan indikasi bahwa kecepatan akses perlu ditingkatkan
dengan menambahkan kapasitas hosting.

Simpulan
Adapun simpulan penelitian secara khusus diuraikan sebagai berikut.
1. Persepsi guru tentang program sertifikasi guru, ternyata sebagian
besar butir yaitu 5 dari 9 butir (55,56%) dipersepsi negatif tentang
sertifikasi guru. Mereka memandang antara lain: (1) Sertifikasi guru
melalui penilaian portofolio bukan cara yang tepat untuk
meningkatkan kualitas guru secara berkelanjutan, (2) Guru-guru yang
menjelang pensiun semestinya diutamakan untuk mengikuti
sertifikasi, (3) Tidak adil jika guru-guru yang baru diangkat sudah
mendapatkan sertifikat pendidik sementara yang telah lama bertugas
belum mendapatkan, (4) Sertifikasi guru menjadi amat menarik bagi
guru, terutama karena dengan sertifikasi guru kesejahteraan guru
meningkat, (5) Tambahan pendapatan guru dari tunjangan profesi
amat sedikit digunakan untuk meningkatkan profesionalisme guru.
2. Persepsi Guru tentang Konsep dan Praktik Profesionalisme Guru di
Bali, sebagian besar butir yaitu 9 dari 11 butir (81,81%) yang dijawab
responden ternyata mempersepsi positif tentang pentingnya
pengembangan profesi guru tersebut secara berkelanjutan. Mereka
memandang antara lain: (1) Ukuran utama meningkatnya
profesionalisme guru adalah meningkatnya kesejahteraan huru, (2)
Sebetulnya pengembangan profesionalisme guru sudah cukup dengan
sertifikasi guru saja, (3) Guru lulusan Perguruan Tinggi dengan
sendirinya profesional, (4) Pendidikan dan latihan dalam jabatan amat
kecil peranannya bagi pengembangan profesionalisme guru, (5)
Terlalu memberatkan guru, kalau mereka dituntut terus
mengembangkan profesionalismenya, (6) Sulit diharapkan sekolah
berperanan penting dalam meningkatkan profesionalisme guru, (7)
Sebetulnya peningkatan profesionalisme guru bukan tanggung jawab

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 389


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

sekolah, (8) Sekolah adalah tempat guru mengimplementasikan


profesonalisme yang telah diperoleh di bangku kuliah, bukan tempat
mengembangkannya, (9) Guru harus mengembangkan sendiri
profesionalismenya, sekolah sebetulnya boleh hanya menuntut.
3. Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca
Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan
(http://www.GuruProfesional.org) merupakan model yang diharapkan
dapat memberikan kontribusi dalam membangun profesionalisme
yang berkelanjutan diantara guru-guru, karena dilengkapi dengan
insfrastruktur Online open course ware yang menghubungkan
interaksi komunitas guru-guru, dan stakholdernya untuk selalu aktual
dalam pengembangan diri dan profesi. Hal ini didukung oleh
karakter model yang memberikan dukungkan aktif bagi guru untuk
meningkatkan kompetensi dalam:
a. Menampilkan kinerja berdaya saing dan produktivitas yang
tinggi dan berkelanjutan
b. Menampilkan komunikasi efektif secara bervariasi, termasuk
melalui media teknologi informasi dan komunikasi
c. Menampilkan kemampuan belajar dari berbagai sumber
(multichannel learning)
d. Menampilkan kemampuan melakukan evaluasi diri untuk
peningkatan kualitas secara dinamis dan terus menerus
e. Menampilkan inovasi berwawasan global dan menghargai
kearifan dan keunggulan lokal.
4. Hasil Ujicoba praktek teknis penggunaan model Online open course
ware (http://www.GuruProfesional.org) dan asesmen kinerja guru
berbasis evaluasi diri membuktikan bahwa sebagian besar responden
(86,67%) menilai model dalam kategori sangat baik. Tidak ada
responden yang memberi penilaian sangat kurang, kurang atau cukup,
kecuali pada aspek kecepatan akses internet.

Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan hal-hal penting sebagai
berikut.
1. Disarankan kepada Kementerian Pendidikan Nasional, agar produk
unggulan penelitian berupa model Model Peningkatan

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 390


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi Melalui


Pendekatan Pengayaan Berbasis TIK ini, dapat dijadikan dasar untuk
mengambil atau menetapkan satu kebijakan yang paling tepat dalam
peningkatan profesionalisme guru pasca sertifikasi. Model
Peningkatan Profesionalis-me Guru Berkelanjutan Pasca Sertifikasi
Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis TIK yang inovatif dan teruji,
beserta perangkatnya akan memberikan kontribusi penting dalam
menunjang pembangunan, khususnya dalam pembangunan dan
perbaikan kualitas pendidikan, terutama dalam meningkatkan
kesadaran guru-guru terhadap pentingnya pengembangan
profesionalisme berkelanjutan. Saran ini amat penting diperhatikan
institusi terkait, mengingat manfaat nyata produk penelitian ini adalah
mengatasi masalah ketiadaan Model Peningkatan Profesionalisme
Guru Berkelanjutan, terutama Pasca Sertifikasi yang selama ini
hampir tak tersentuh. Disarankan juga kepada Kemendiknas untuk
melakukan evaluasi terhadap paradigma sertifikasi, terutama
bagaimana model sertifikasi semestinya lebih berorientasi pada
peningkatan kualitas kinerja guru, pengembangan diri dan profesi
secara dinamis dan berkelanjutan, bukan hanya sekedar peningkatan
kesejahteraan. Logika bahwa kesejahteraan meningkat serta merta
meningkatkan kualitas kinerja sangat diragukan. Saran ini diajukan
dengan satu pertimbangan bahwa penelitian ini memberikan manfaat
juga dalam peningkatan daya saing bangsa, melalui pembangunan
karakter-karaker guru yang bermutu dan profesional.
2. Disarankan kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Provinsi, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten/Kota,
LPMP dan LPTK, serta sekolah, agar temuan hasil penelitian ini
dapat dijadikan: (1) acuan dalam pembinaan dan pengembangan guru
profesional di wilayah kerjanya masing-masing, terutama dalam
pengembangan sumber daya manusia, khususnya yang berkaitan
dengan kompetensi dan profesionalisme calon guru, guru dan dosen.
(2) Landasan kebijakan maupun pengalaman dalam mengembangkan,
menerapkan dan mengevaluasi kinerja dan profesionalisme guru
secara berkelanjutan, yang pada akhirnya diharapkan berdampak
positif pada mutu pendidikan pada umumnya. (3) Pengetahuan dan
pengalaman bagi guru-guru, dosen sejawat, dan para peneliti bidang
kependidikan lainnya, tentang inovasi model peningkatan

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 391


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

profesionalisme guru berkelanjutan pasca sertifikasi melalui


pendekatan pengayaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi
beserta perangkatnya, yang menekankan pengembangan kompetensi
dan kinerja guru secara berkelanjutan dan dinamis. (4) Acuan dan
referensi dasar bagi para dosen sejawat, dan guru-guru, serta para
peneliti bidang kependidikan lainnya, dalam merencanakan dan
melaksanakan penelitian baru yang relevan, atau dalam
mengembangkan model atau teori pembelajaran yan bersifat lokal
(local instructional theory), terutama teori dan referensi lokal yang
berkaitan dengan pengembangan dan penerapan model peningkatan
profesionalisme guru berkelanjutan pasca sertifikasi melalui
pendekatan pengayaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi
di provinsi Bali. (5) Contoh model peningkatan profesionalisme guru
berkelanjutan pasca sertifikasi melalui pendekatan pengayaan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi alternatif yang inovatif
dan teruji, serta perangkat pembelajaran-nya bagi guru-guru, untuk
diterapkan, atau dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi
sekolah mereka masing-masing.
3. Disarankan kepada teoretisi/pakar pendidikan dan praktisi
pendidikan, agar temuan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan
atau rujukan dalam pengembangan teori-teori dan praktek-praktek
kependidikan, khususnya pada bidang ilmu pendidikan tentang
Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca
Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis TIK, yang
menekankan pada pengembangan kompetensi guru secara utuh,
dinamis dan berkelanjutan. Temuan hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pendidikan, berupa
sumbangan informasi dan kajian ilmiah tentang Manual Kinerja Guru
Profesional memuat tentang prinsip pengembangan profesionalisme
guru secara berkelanjutan yang dilengkapi dengan asesmen kinerja
guru berbasis evaluasi diri yang dapat diterapkan pada sekolah-
sekolah di Provinsi Bali.

Daftar Rujukan
Agung, A. A. Gede. 1997. Kualitas Kemampuan Mengelola PB-M pada
Guru-guru Sekolah Dasar di Kota Singaraja. Laporan Penelitian.
Singaraja: STKIP Singaraja.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 392


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

Agung, A. A. Gede. 1998. Kualitas Kemampuan Mengelola PB-M pada


Guru-guru Sekolah Dasar di Propinsi Bali (Studi Kasus pada
Beberapa SD di Bali Utara dan Bali Timur Propinsi Bali)” Laporan
Penelitian. Singaraja: STKIP Singaraja.

Agung, A. A. Gede. 2001. Kualitas Kemampuan Mengelola PB-M pada


Guru-guru Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta Pavorit
di Kota Denpasar Propinsi Bali. Laporan Penelitian. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja.

Agung, A. A. Gede. 2004. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Berbasis


Kompetensi (Kurikulum 2004) pada Sekolah Menengah Atas Negeri
di Kota Denpasar. Singaraja” Laporan Penelitian. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja.

Agung, A. A. Gede. 2005. “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Kooperatif


dan Mandiri dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika pada Siswa
Kelas III SMP Negeri 2 Singaraja” Laporan Penelitian. Singaraja:
Undiksha.

Agung, A. A. Gede. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Problem


dan Penilaian Berbasis Portofolio dalam Mata Kuliah Metodologi
Penelitian pada Mahasiswa Semester VI Jurusan Teknologi
Pendidikan IKIP Negeri” Laporan Penelitian. Singaraja: Undiksha.

Agung, A. A. Gede. 2009. “Studi Multilevel tentang Otonomi dan


Desentralisasi Pendidikan dalam Kaitannya dengan Keefektifan
Sekolah” Laporan Penelitian. Singaraja: Undiksha.

Anon. 2005. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Anon. 2006. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 393


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

Anon. 2008. Panduan Pendidikan Profesi Guru Prajabatan. Jakarta:


Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.

Eggen, P. & Kauchak, D. (2004). Educational Psychology: Windows on


Classroom. (Sixth Edition). New Jersey: Perason Merrill Rentice
Hall.

Globalization-Wikipedia (http://hdr.undp. org/en/statistics/diunduh diunduh


19 April 2009).

Hoover, K. H. & Hollingsworth, P. M., (1970). Learning and Teaching in the


Elementary School. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Jarolimek, J. & Foster, C. D., (1976). Teaching and Learning in the


Elementary School. New York: Macmillan Publishing Co., Inc

Kempa, Rudolf. 2008. Hubungan Perilaku Kepemimpinan, Keterampilan


Manajerial, Manajemen Konflik, Daya Tahan Stres Kerja Guru dengan
Kinerja Guru SD Negeri di Kota Ambon. Disertasi, tidak
dipublikasikan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Malang.

Little, J. W. (1993). Teachers’ Professional Development in a Climate of


Educational Reform. Educational Evaluation and Policy Analysis,
Quarterly Journal. Volume 15, Number 2.

Mitchel, L. S. 1950. Our Children and Our Schools. New York: Simon and
Schuster, Inc.

Samani, Muchlas dkk. 2006. Mengenal Sertifikasi Guru di Indonesia.


Surabaya: Penerbit SIC dan APPI.

Surya, M. 2000. Aspirasi Peningkatan Kemampuan Profesional dan


Kesejahteraan Guru. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No 021,
Tahun ke-5, Januari 2000. Jakarta: BPP Depdiknas.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 394


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 5(3), 377-395

Tilaar, H.A.R. 2008. Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011 395

Anda mungkin juga menyukai