discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/309357636
CITATIONS READS
0 1,596
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ahmad Fauzi on 22 October 2016.
ABSTRAK
Hukum pewarisan Mendel merupakan hukum yang dijabarkan oleh Gregor Johan Mendel dan dipelajari
dalam materi pewarisan sifat. Laporan terdahulu melaporkan bahwa pewarisan Mendel merupakan salah
satu materi yang cukup sulit dipelajari oleh peserta didik. Kegiatan praktikum yang bertujuan untuk
memperlihatkan keberadaan hukum Mendel di dunia nyata dapat digunakan sebagai alternatif cara agar
materi pola pewarisan sifat menjadi lebih mudah dipelajari oleh peserta didik. Drosophila melanogaster
merupakan organisme model yang dapat digunakan sebagai media dalam mempelajari pola pewarisan
sifat bagi para siswa. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa melalui persilangan berbagai
strain D. melanogaster, pola pewarisan Mendel dapat teramati. Prosedur persilangan, data hasil
penelitian, serta teknik analisis yang dilakukan dapat digunakan sebagai dasar dalam memanfaatkan D.
melanogaster dalam kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini, persilangan strain N x e, N x bse, dan
testcross N x bcl secara berturut-turut digunakan untuk memperlihatkan pola pewarisan Mendel I, Mendel
II, dan menunjukkan pemisahan dan pilihan bebas tidak terjadi pada tingkat gen, melainkan kromosom.
Hasil anakan F2 pada persilangan N x e memenuhi rasio 3:1, hasil anakan F2 pada persilangan N x bse
memenuhi rasio 9:3:3:1, sedangkan hasil testcross N x bcl memperlihatkan peristiwa pilihan bebas terjadi
pada tingkat kromosom.
Kata kunci: Drosophila melanogaster, hukum Mendel I, hukum Mendel II, pewarisan sifat
Drosophila melanogasster adalah satu P2. Anakan dari P2 (F2) dicatat untuk dianalisis lebih
organisme model yang sering digunakan dalam lanjut.
mempelajari berbagai konsep biologi. Organisme ini 4) Persilangan dihibrid
telah digunakan sebagai organisme model selama Persilangan strain N x bse (P1) digunakan untuk
berabad-abad untuk mempelajari berbagai aspek dalam mendemonstrasikan keberadaan hukum Mendel II.
proses biologi, termasuk genetika dan pewarisan sifat, Anakan dari persilangan tersebut (F1) digunakan sebagai
perkembangan embrio, perilaku, dan penuaan (Jennings, P2. Anakan dari P2 (F2) dicatat untuk dianalisis lebih
2011). Beberapa laporan penelitian, semisal Fauzi, dkk. lanjut.
(2015) dan Fauzi dan Corebima (2015) juga memilih D.
melanogaster sebagai organisme model dalam
penelitiannya karena beberapa keuntungan teknis,
semisal tidak membutuhkan biaya yang cukup besar
dalam membudidayakannya serta memiliki siklus hidup
yang sangat pendek. Dari keuntungan teknis tersebut, D.
melanogaster juga dapat dicalonkan sebagai organisme
model dalam mempelajari hukum pewarisan Mendel di
bangku-bangku sekolah.
Penelitian yang bertujuan untuk
A B
mendemonstrasikan bahwa D. melanogaster dapat
menunjukkan keberadaan pola pewarisan Mendel perlu
dilakukan. Penelitian ini perlu dilakukan sebagai usaha
untuk lebih mempopulerkan kembali keberadaan D.
melanogaster yang berpotensi dapat membantu siswa
mempelajari pola pewarisan sifat. Pada penelitian ini,
persilangan monohibrid dan dihibrid digunakan untuk
mendemonstrasikan hukum Mendel I dan II. Testcross
dihibrid yang melibatkan dua lokus yang terletak pada
satu kromosom juga dilakukan untuk memperlihatkan
bahwa pilihan bebas sebenarnya terjadi pada tingkat C D
kromosom, bukan gen.
Gambar 1. A. D. melanogaster strain N; B. strain e; C.
strain bcl; D. botol kultur
METODE PENELITIAN
1) Penyiapan organisme dan kondisi lingkungan 5) Testcross
D. melanogaster strain Normal (N), ebony (e), black Persilangan strain N x bcl (P1) digunakan untuk
sepia (bse), dan black clot eyes (bcl) dari Laboratorium mendemonstrasikan bahwa pilihan bebas terjadi pada
Genetika FMIPA UM digunkana dalam penelitian ini tingkat kromosom. Anakan betina dari persilangan
(Gambar 1.a). Lalat dikultur di dalam botol gelas tersebut (F1) disilangkan dengan jantan bcl. Persilangan
berbentuk silinder bervolume 200 ml, dengan diameter 7 tersebut berstatus sebagai P2. Anakan dari P2 (F2) dicatat
cm dan tinggi 9 cm. Botol tersebut diisi medium standard untuk dianalisis lebih lanjut.
sebanyak 30 ml (Gambar 1.b). Kultur lalat tersebut 6) Analisis data
disimpan di ruang penelitian dengan kisaran temperatur Data yang dianalisis adalah data F2 dari setiap
lingkungan alami, yaitu 25-30 oC. persilangan. Chi-square dipilih sebagai uji statistik dalam
2) Komposisi medium analisis data. Rasio yang digunakan sebagai dasar dalam
Medium terdiri dari ± 2500 ml air, 700 g pisang (varietas uji Chi-square berasal dari hasil rekonstruksi
Raja Mala), 200 g tape singkong, dan 100 g gula merah. persilanganyang dilakukan dengan acuan hukum Mendel
Campuran tersebut di masak selama 45 menit. Medium I dan II.
tersebut cukup digunakan untuk mengisi 35 gelas kultur.
3) Persilangan monohibrid HASIL DAN PEMBAHASAN
Persilangan strain N x e (P1) digunakan untuk
1) Persilangan monohibrid
mendemonstrasikan keberadaan hukum Mendel I.
Hasil rekonstruksi persilangan monohibrid antara strain
Anakan dari persilangan tersebut (F1) digunakan sebagai
N dan e tertera pada Gambar 2. Berdasarkan rekonstruksi
persilangan tersebut, dapat diketahui bahwa rasio fenotip
F2 yang diharapkan adalah 3 (N) : 1 (e). Rasio tersebut square. Hasil uji chi-square persilangan N x e tersebut
digunakan sebadai dasar frekuensi harapan pada uji chi- tertera pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil uji chi-square, dapat diketahui bahwa menemukan bahwa ciri-ciri induk muncul kembali pada
nilai chi hitung (1,483) < chi tabel (3,84). Dengan turunan tanaman ercis yang tumbuh dari biji heterozigot.
demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang Dari hasil tersebut, Mendel menyimpulkan bahwa kedua
berbunyi rasio anakan F2 berupa 3 (N) : 1 (e) diterima. faktor untuk tiap ciri tidak bergabung dalam cara apapun.
2) Persilangan dihibrid Kedua faktor tersebut tetap berdiri sendiri selama
Hasil rekonstruksi persilangan dihibrid antara hidupnya individu dan memisah pada waktu
strain N dan bse tertera pada Gambar 3. Berdasarkan pembentukan gamet-gamet. Dalam hubungan ini, separuh
rekonstruksi kromosom tersebut, dapat diketahui bahwa gamet membawahi satu faktor, sedangkan separuhnya
rasio fenotip F2 yang diharapkan adalah 9 (N) : 3 (b) : 3 yang lain membawahi faktor lainnya. Penjelasan tersebut
(se) : 1 (bse). Rasio tersebut digunakan sebadai dasar dikenal dengan hukum pemisahan Mendel (Corebima,
frekuensi harapan pada uji chi-square. Hasil uji chi- 2013).
square persilangan N x bse tersebut tertera pada Tabel 2. Berkaitan dengan demonstrasi persilangan pada
Berdasarkan hasil uji chi-square, dapat diketahui bahwa penelitian ini, faktor yang dimaksud adalah faktor e+ dan
nilai chi hitung (3,32) < chi tabel (7,62). Dengan faktor e. Pada saat gametogenesis, tepatnya pada individu
demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang heterozigot (Parental 2), individu tersebut dapat
berbunyi rasio anakan F2 berupa 9 (N) : 3 (b) : 3 (se) : 1 menghasilkan dua macam gamet, yaitu gamet yang
(bse) diterima. membawa faktor e+ dan gamet yang membawa faktor e.
3) Testcross Akibatnya, ketika fertilisasi berlangsung, akan terbentuk
Hasil rekonstruksi testcross N x bcl tertera pada tiga genotip pada anakan, yaitu 25% e+/e+, 50% e+/e, dan
Gambar 4. Berdasarkan rekonstruksi persilangan tersebut, 25% e/e. Sebaran genotip semacam itu akan
dapat diketahui bahwa rasio fenotip F2 yang diharapkan menghasilkan fenotip anakan N dan e yang memiliki
adalah 1 (N) : 1 (b) : 1 (cl) : 1 (bcl). Rasio tersebut perbandingan 3:1.
digunakan sebadai dasar frekuensi harapan pada uji chi- Selanjutnya, hukum pilihan bebas
square. Hasil uji chi-square persilangan N x e tersebut didemonstrasikan melalui persilangan antara strain N
tertera pada Tabel 3. dengan bse. bse merupakan double mutant yang
Berdasarkan hasil uji chi-square, dapat diketahui mengalami mutasi di lokus b dan se. Kedua lokus
bahwa nilai chi hitung (138,87) > chi tabel (7,82). tersebut terletak pada kromosom yang berbeda, yaitu
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis lokus b pada kromosom II dan lokus e pada kromosom
yang berbunyi rasio anakan F2 berupa 1 (N) : 1 (b) : 1 III. Persilangan tersebut akan menghasilkan individu
(cl) : 1 (bcl) ditolak. heterozigot bergenotip b+/b se+/se. Sesuai dengan
Pada penelitian ini, D. melanogaster digunakan pengumpulan dan analisis data yang telah dilakukan,
sebagai organisme model untuk mendemonstrasikan persilangan sesama F1 tersebut akan menghasilkan
hukum pemisahan dan pilihan bebas Mendel. Persilangan anakan berupa strain N, b, se, dan bse yang memenuhi
pertama adalah persilangan antara strain N dengan e. perbandingan 9:3:3:1.
Persilangan tersebut digunakan untuk Kemunculan empat strain F2 dengan rasio 9:3:3:1
mendemonstrasikan hukum pemisahan Mendel. pada penelitian ini disebabkan terjadinya hukum pilihan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa bebas saat gametogenesis. Hukum pilihan bebas itu
hasil anakan F2 dari persilangan antara strain N dengan e sendiri menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
memenuhi rasio hukum Mendel I. Rasio yang dimaksud menentukan karakter-karakter berbeda diwarisakan
adalah berupa 3:1 pada data F2. secara bebas satu sama lain (Corebima, 2013). Artinya,
Pada persilangan N x e, parental kedua yang selama gametogenesis, suatu gamet berpeluang
merupakan F1, baik parental jantan maupun betina membawa satu dari empat macam kombinasi karakter,
bersifat heterozigot. Genotip keduanya adalah e+/e. yaitu b+se+, b+se, bse+, ataupun bse. Akibatnya, karena
Faktor e+ sebenarnya menghasilkan warna tubuh kuning terbentuk empat macam gamet pada masing-masing
kecoklatan, sedangkan e menghasilkan warna tubuh parental dan b+ dominan terhadap b, begitu pula se+
hitam. Namun, karena e+ bersifat dominan terhadap e, dominan terhadap se, maka rasio F2 yang terbentuk
maka seluruh F1 berfenotip tubuh berwarna kuning adalah 9 (N) : 3 (b) : 3 (se) : 1 (bse)
kecoklatan. Setelah dilakukan persilangan sesama F1, Setelah mendemonstrasikan hukum pemisahan
anakan berwarna tubuh hitam muncul kembali. Hal dan pilihan bebas, dilakukan testcross antara strain N x
tersebut membuktikan bahwa genotip e/e terbentuk bcl. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pilihan
kembali pada F2. bebas yang terbukti pada persilangan sebelumnya tetap
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian berlaku bila kedua faktor terletak pada kromosom yang
yang dilakukan oleh Mendel pada tanaman ercis. Mendel sama. Kedua faktor yang dimaksud pada persilangan
antara N dan bcl adalah faktor penentu warna tubuh dan SIMPULAN
warna mata yang keduanya terletak pada kromosom 2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
Berdasarkan pengumpulan dan analisis data hasil dapat diketahui bahwa D. melanogaster merupakan
persilangan, terlihat bahwa rasio anakan F2 hasil organisme model yang mampu mendemonstraikan
testcross tidak memenuhi 1 (N) : 1 (b) : 1 (cl) : 1 (bcl). hukum pemisahan dan pilihan bebas Mendel beserta
Bila diringkas, anakan yang bertipe sama dengan pautan kromosom.
parental/tipe parental (N dan bcl) memiliki proporsi
jumlah yang lebih besar dari anakan nonparental (b dan DAFTAR PUSTAKA
cl). Proporsi keduanya secara berturut-turut, yaitu 67,6% Cimer A, 2011. What Makes Biology Learning Difficult
dan 32,39%, bukanlah 50% dan 50% yang seharusnya and Effective: Stundens' Views. Educational
Research and Reviews, 7(3): 61-71.
terjadi bila gen b dan cl melakukan pilihan bebas.
Kemunculan anakan tipe non parental yang tidak Corebima AD, 2013. Genetika Mendel. Surabaya:
mencapai 50% mengindikasikan bahwa gen b terpaut Airlangga University Press.
dengan gen cl atau dapat dikatakan keduanya berada pada
kromosom yang sama. Corebima (2013) menjelaskan Fauzi A dan Corebima AD, 2015. The Effect of EMF
bahwa semua faktor/gen yang terletak pada satu Radiation Emitted by Mobile Phone to Insect
kromosom yang sama akan cenderung terpaut satu sama Population using Drosophila melanogaster as a
Model Organism. Makalah. Disampaikan pada The
lain selama pembelajaran reduksi pada meiosis
6th International Conference on Global Resource
(gametogenesis). Akibatnya sebagian besar gamet yang Conservation (ICGRC), Malang 30 November
dihasilkan adalah gamet b+cl+ dan bcl. 2015.
Sesuai dengan data yang telah terkumpul dan
analisis data yang telah dilakukan, terbukti bahwa Fauzi A, Corebima AD, dan Zubaidah S, 2015. Efek
melalui persilangan berbagai strain D. melanogaster, Radiasi Telepon Genggam GSM terhadap Waktu
hukum pemisahan dan pilihan bebas serta pautan Eklosi Drosophila melanogaster. Makalah.
Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional
kromosom dapat didemonstrasikan. Ketiganya dapat
Pendidikan Biologi ke-2, Malang 17 Oktober 2015.
didemonstrasikan setelah persilangan dan pengumpulan
data dilakukan hingga generasi kedua. Sesuai dengan Jennings, BH, 2011. Drosophila – a versatile model in
penelitian yang telah dilakukan, waktu yang dibutuhkan biology & medicine. Materials Today, 14(3), 190-
untuk mendapatkan data hingga generasi 2 hanyalah 40 195.
hingga 50 hari.
Klug WS, Cummings MR, Spencer CA, dan Palladino,
Penelitian ini merupakan langkah awal usaha
MA, 2012. Concepts of Genetics, Tenth Edition.
peneliti untuk lebih mempopulerkan D. melanogaster San Francisco: Pearson Education, Inc.
sebagai organisme model yang tidak hanya digunakan di
dunia penelitian, melainkan juga dalam dunia pendidikan. Snustad DP dan Simmons MJ. 2012, Principles of
Penelitian-penelitian sejenis akan dilakukan dan Genetics, Sixth Edition. New Jersey: John Wiley &
penelitian pengembangan berbagai perangkat dan bahan Sons, Inc.
ajar yang mendukung penggunaan D. melanogaster di
Srisawasdi N, 2012. Introducing Students to Authentic
dunia pendidikan akan dilakukan pada penelitian
Inquiry Investigation Using an Artificial Olfactory
selanjutnya. Melalui langkah tersebut, diharapkan System. pp 93-106 in Tan and Kim (eds). Issues and
pemanfaatan D. melanogaster sebagai organisme model Challenges in Science Education Research.
dalam pembelajaran semakin luas. Dordrecht: Springer.