Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses
mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi
tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam
menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha
baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber
acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon
(1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-
employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu
dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi
definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau
ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963)
kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem
ekonomi. Sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan
mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi
dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan
menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan
disebut wirausahawan.Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan
(entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada
umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang
sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam pembahasan makalah ini akan
membahas permasalahan antara lain:
a. Bagaimana sejarah kewirausahaan di Dunia ?
b. Bagaimana sejarah kewirausahaan di Indonesia ?
c. Bagaimana kaitan kewirausahaan dengan perekonomian di dunia ?
d. Bagaimana kaitan kewirausahaan dengan perekonomian di Indonesia ?
e. Apa pengertian kewirausahaan?

1.3 Tujuan Penelitian


Setelah pembahasan makalah ini, maka akan diketahui tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sejarah kewirausahaan di Dunia.
b. Untuk mengetahui sejarah kewirausahaan di Indonesia.
c. Untuk mengetahui kaitan kewirausahaan dengan perekonomian di dunia.
d. Untuk mengetahui kaitan kewirausahaan dengan perekonomian di
Indonesia.
e. Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kewirausahaan di Dunia


Entrepreneurship berkembang berdasarkan naluri, personal, dan alamiah
karena pada zaman dahulu belum ada suatu konsep yang jelas tentang
Entrepreneurship. Entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis, sehingga
terjemahannya sangat multiarti. Entrepreneurship adalah seseorang yang berusaha
berpikir beda, seperti Marcopolo, Christopher Columbus, dan lain-lain. Columbus
berpikir bahwa ada suatu keinginan untuk keluar dari keadaannya yang monoton
sehingga ia terus mencari sesuatu yang berbeda dan baru. Entrepreneurship
berkembang pesat saat revolusi industri yang diawali dengan penemuan mesin uap
oleh James Watt. Kemudian diikuti penemuan-penemuan lainnya oleh Isaac
Newton (teropong bintang), Louis Pasteur (vaksinasi dan antibiotok), Wright
bersaudara (pesawat terbang), Marconi (radio), Graham Bell (telepon), Thomas
Alfa Edison (telegraf, lampu, dan cikal bakal film), dan masih banyak lagi.
Entrepreneurship muncul dari penemu-penemu dunia yang dimanfaatkan oleh
orang yang mampu menjual dan memasarkan inspirasi atas penemuan tersebut
untuk menjadi sebuah bisnis.
Kewirausahaan pada Zaman Dahulu Wirausaha adalah seseorang yang
mengambil resiko atas kesepakatan sejumlah uang yang telah ditentukan dalam
kesepakatan tersebut.kewirausahaan adalah profesi yang cukup tua di dunia ini.
Awalnya kewirausahaan didefinisikan secara sederhana. Pada zaman dahulu,
orang sering memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang berbeda dalam rangka
melakukan pertukaran atau perdagangan yang biasa disebut go-between (Robert
D,Phd. Entrepreneurship. 6th Edition. Boston: McGraw Hill). Ia melakukan
kesepakatan kontrak kerja atas permintaan suatu barang (saat itu rempah-rempah)
dengan seseorang yang akan ditukar (dibeli) dengan sejumlah uang atas hasil jerih
payahnya. Awal dari kewirausahaan adalah contractor (orang yang melakukan
kesepakatan kerja atas sejumlah pekerjaan yang ditentukan sebelumnya dengan
kompensasi sejumlah uang yang segala risikonya ditanggung oleh penerima
kontrak). Kewirausahaan pada zaman dahulu disebut risk taker (pengambil
3
resiko). Kewirausahaan pada zaman dahulu dimotori oleh : 1. Keinginan untuk
bertahan hidup (survival) 2. Berpikir kreatif untuk maju (creative thinking) 3.
Berpikir untuk menemukan sesuatu yang lebih baik dengan mengembangkan apa
yang ia punyai (improvement) 4. Berpikir visioner untuk menemukan sesuatu
yang baru dan berbeda (inventor) 5. Muncul ide melahirkan sebuah ilmu
pengetahuan dalam tujuan mencari nafkah hingga menjadi sebuah bisnis 6. Cikal
bakal ilmu pengetahuan kewirausahaan, yaitu selling is the core of entrepreneurial
skill dan menjadi sebuah ilmu untuk menjadi kaya dan sukses yang sudah ada
sejak dulu. Kewirausahaan pada Abad Pertengahan (sebelum Abad 17) Sejak
ditemukannya mesin uap oleh James Watt, era industri telah menggantikan era
agro (pertanian massal). Namun , sebelum itu wirausahaan adalah orang yang
mampu mengendalikan , mengatur, dan mengoptimalkan sumber dayanya dalam
sebuah proyek yang ia kuasai untuk mendapatkan suatu imbalan tertentu dalam
konsep produksi. Perbedaan kewirausahaan pada zaman dahulu terletak pada
konsep produksinya (berbasis produksi dan penjualan).
Kewirausahaan pada Era Industri James Watt telah merubah era pertanian
menjadi era industri dan Alexander Graham Bell telah mendorongnya lebih jauh
kesektor telekomunikasi setelah ditemukannya telepon. Dalam era ini,
kewirausahaan adalah orang yang berani mengambil risiko (risk taker) dan tidak
memiliki modal uang (capital) yang melakukan kesepakatan dengan pemilik
modal untuk mengerjakan proyek-proyek tertentu atas sumber dayanya namun
tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Hal ini yang membedakan
kewirausahaan dari zaman sebelumnya, yaitu aspek ‘penyedian modal’.
Kewirausahaan semacam ini disebut kewirausahaan- join venture capital (satu
pihaknya adalah intelectual capital, pihak lainnya adalah equity capital).
Kewirausahaan pada Abad 20 Kewirausahaan adalah orang yang
mempunyai pengalaman, keahlian , dan kemampuan untuk mengorganisasikan
sebuah usaha , baik dari awal atau yang sudah berjalan untuk tujuan pribadi, yaitu
kemakmuran. Unsur yang membedakannya adalah kemampuannya untuk berani
menanggung semua risiko baik modal, waktu, dan nama baiknya yang
sebelumnya tidak dilakukan termasuk dengan memanfaatkan teknologi. Pada
zaman sebelumnya, modalnya bersifat modal gabungan (venture capital) tetapi
4
sekarang belum tentu modalnya bersifat gabungan/ bersama-sama (bisa
sendiri/individu atau partnership). Contoh Microsoft , IBM, Appel , Dell , dan
lain-lain. Kewirausahaan pada Abad 21 Pada adab ini, kewirausahaan sudah lebih
dari sekedar mengorganisasi karena bisa terdiri dari pencipta (creator), pemodal
(inventor), dan pelaku inovasi (innovator). Pada zaman ini, yang menjadi tulang
punggung kesuksesan dari sebuah bisnis adalah kreativitas seorang wirausahawan
itu sendiri
2.2 Sejarah Kewirausahaan di Indonesia
Entrepreneurship secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh
Richard Castillon pada tahun 1755. Namun di Indonesia istilah entrepreneurship
baru dikenal pada akhir abad ke-20. Di abad ke 19 dan 20, wirausahawan
didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur
perusahaan untuk meningkatkan pertambahan nilai personal. Di abad ini inovasi
melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang.
Seorang wirausaha mengatur dan menjalankan perusahaan untuk
keuntungan pribadi. Ia membayar saat Ini untuk bahan baku yang digunakan
untuk usahanya, untuk penggunaan lahan, untuk jasa karyawan yang dia gunakan,
dan untuk modal yang dia butuhkan. Dia memberikan kontribusi inisiatif,
keterampilan, dan kecerdasan dalam perencanaan, pengorganisasian dan
administrasi perusahaan secara mandiri. Dia juga berasumsi kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan atau kerugian tidak terduga dan tidak terkendali.
Di abad ke 19 dan 20 ini, seorang wirausaha juga dapat dipandang sebagai
orang yang memperbaharui atau melakukan revolusi terhadap pola-pola produksi
dengan mengeksploitasi suatu penemuan, atau suatu kemungkinan teknologi yang
belum pernah dicoba dalam memproduksi suatu komoditas, baik itu dalam cara
lama maupun dalam cara baru. Perubahan-perubahan yang direalisasikan para
wirausahawan ini membuka sumber pasokan maupun outlet baru bagi suatu
produk dan jasa, dengan implikasi terjadi reorganisasi suatu industri.
Di Indonesia, entrepreneurship dipelajari baru terbatas pada beberapa
sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman entrepreneurship baik
melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan
5
masyarakat entrepreneurship menjadi berkembang.
Perkembangan kewirausahaan di Indonesia pada masa Orde Baru ditandai
dengan munculnya kegiatan industri pengolahan (manufacturing), yaitu suatu
kegiatan ekonomi yang mengubah barang mentah (raw material) menjadi barang
setengah jadi maupun barang jadi (goods/commodity). Kegiatan industri
pengolahan di Indonesia pada masa awal Orde Baru belum sedominan aktivitas
pertanian yang telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia selama berabad-abad
sebelumnya. Oleh karena itu pada masa Orde Baru kehadiran industri manufaktur
belum sesuai dengan gambaran umum aktivitas perekonomian masyarakat
Indonesia, termasuk Asia Tenggara pada umumnya.
Sejarah telah mencatat bahwa kemajuan suatu masyarakat sangat
ditentukan oleh peran individu-individu yang memiliki semangat kewirausahaan
dan inovasi. Perjalanan panjang bangsa Indonesia, misalnya, selalu dipelopori
oleh tokoh-tokoh yang memiliki keberanian untuk memulai tindakan dan
mengambil risiko (salah satu karakter yang kemudian dipercaya sebagai ciri
orang-orang dengan semangat kewirausahaan) untuk terjadinya suatu perubahan.
Semangat pembaruan yang dimiliki Mahapatih Gadjah Mada juga tidak lepas dari
jiwa entrepreneur sang tokoh. Di kemudian hari, munculnya seorang Soekarno
dan Hatta serta para founding fathers Republik Indonesia juga tidak lepas dari
semangat kepeloporan yang menjadi ciri khas seorang entrepreneur.
Keberanian Dr.Ing. B.J. Habibie untuk kembali ke Indonesia dan
membangun megaproyek Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, waktu itu
namanya PT. Nurtanio) yang penuh risikondan tantangan, juga tidak lepas dari
semangat kewirausahaan dan inovasi yang dimilikinya. Saat itu Habibie lulusan
summa cumlaude Universitas Aachen, Jerman, telah menduduki posisi sangat
penting di perusahaan pembuat pesawat terbang ternama di Eropa, Messerschmitt
Bolkow Blohm (MBB).
Sekalipun IPTN sempat menuai kerugian dan akhirnya berhenti
beroperasi, banyak anak-anak muda Indonesia lulusan SMA (Sekolah Menengah
Atas) yang berhasil mencapai pendidikan tertinggi di universitas-universitas
ternama di negara-negara maju melalui program-program yang dirintis oleh
Habibie bersama para koleganya di IPTN dan Kementerian Negara Riset dan
6
Teknologi melalui beasiswa STAID (Science and Technology for Industrial
Development). Mereka inilah yang sekarang menjadi lapisan utama dalam
pengembangan kebijakan-kebijakan riset di Indonesia.

2.3 Kaitan Kewirausahaan dengan Perekonomian di Dunia


Pembangunan ekonomi terkonsentrasi pada skala lokal. Entrepreneur
endogen dan inovasi merupakan kunci sukses competitive advantages terhadap
perekonomian global. Inovasi entrepreneur dalam perusahaan kecil lokal dengan
didukung akumulasi kapital, akan mampu memperbesar spesialisasi jenis usaha.
Terdapat partisipasi lokal dalam pengambilan keputusan, pembangunan, dan
Kontrol sumber daya sehingga hal ini dapat memungkinkan perekonomian sebuah
desa kecil menjadi maju melalui entrepreneurship dibidang perkebunan dan
pertanian.
Minat menjadi entrepreneur di beberapa Negara maju seperti Jepang dan
Korea sangat tinggi. Penelitian Acs sendiri memberikan gambaran bahwa minat
entrepreneurship di Amerika Serikat sangat tinggi. Pada tahun 2009 AS menjadi
peringkat ketiga dalam indeks pembangunan entrepreneurship. Prestasi
selanjutnya selama tahun 2005-2008 AS merupakan negara dengan pelatihan dan
pendidikan entrepreneur non formal yang tinggi pula. Pelatihan dan pendidikan ini
dikelola baik oleh pemerintah maupun swasta . Entrepreneur sukses di AS
umumnya berasal dari Universitas terkenal, Profesor, Peneliti, Institusi, atau
peneliti perusahaan besar. Penduduk AS lebih berminat membangun usaha kecil
(small firms) untuk memaksimalkan kontribusinya, atau membangun usaha baru
karena ketidakpuasan terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Penduduk AS juga
member penerimaan dan dukungan terhadap kegagalan usaha, sehingga
entrepreneur di AS tidak takut untuk mencoba kembali peruntungannya dalam
bidang usaha.
Sedangkan kondisi entrepreneur di Jepang, setelah Perang Dunia II. Regulasi
dan stuktur sosial di Jepang tidak kondusif untuk menumbuhkan entrepreneur
yang berasal dari akademisi. Anak-anak di Jepang harus memperoleh pendidikan
tinggi kemudian bekerja pada instansi atau perusahaan besar. Karena jika hanya
mendirikan perusahaan kecil saja, maka ilmu yang diperoleh selama sekolah pun
7
dianggap gagal.
Pada tahun 1990-an pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami stagnasi dengan
angka rata-rata pertumbuhan riil 1,7 % sebagai akibat penanaman modal yang
tidak efisien. Jepang kemudian bangkit dengan aktivitas ekonomi terkonsentrasi
pada sektor jasa. Jepang terkenal dengan budaya kerja produktif dan disiplin,
tetapi beberapa golongan masyarakat Jepang sulit untuk menerima kegagalan.

2.4 Kaitan Kewirausahaan dengan Perekonomian di Indonesia


Salah satu kendala bagi Indonesia dalam menghadapi pasar bebas,
mungkin adalah daya saing industri manufaktur. Hal tersebut di sebabkan oleh
kendala infrastruktur dan ketergantungan Indonesia terhadap bahan dan barang
modal dari luar. Walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam, jika
tidak didudkung dengan sumber daya manusia yang di kelola dengan baik.
Sumber daya alam Indonesia tidak kurang hanyalah sumber ekslporasi berlebihan.
Bukan hal yang aneh lagi jika sumber daya alam Indonesia hanya untuk di ekspor
sebagai bahan mentah ke negara-negara di Asia khususnya China. Kemudian hal
yang lebih aneh lagi, karena China mempunyai industri manufaktur yang baik,
mereka mengolah bahan mentah dari Indonesia untuk dijadikan barang baru yang
kemudian di ekspor kembali ke Indonesia sebagai bahan jadi. Hal ini tentu saja
merugikan Indonesia. Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto
menyatakan bahwa Indonesia sebaiknya memiliki Industri nilai tambah untuk
mengelola sumber daya alam. Untuk mendukung gerakan tersebut, pemerintah
meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia 2011-2025.
Menurut Sulisto, pertumbuhan sektor manufaktur sangat tergantung pada
tenaga kerja. Untuk meningkatkan proses industri manufaktur, di perlukan upaya
yang serius dari pemerintah, perusahaan dan serikat tenaga kerja. Kendala yang di
hadapi dalam merealisasikannya antaralain karena relatif murahnya tenaga kerja
indonesia, serta kualitas dan produktivitasnya yang masih dibilang rendah. Jika di
bandingkan dengan negara Asia lain contohnya Thailand, mereka mempunyai
tenaga kerja yang lebih ahli karena diberikan pelatihan eksklusif oleh pihak
pemerintah. Tidak heran jika Indonesia kalah saing dalam bidang tenaga kerja.
8
Selain kurangnya produktivitas tenaga kerja Indonesia, peran pemerintah
dalam mendukung kinerjanya pun patut di perhatikan, Sulisto mengungkapka
bahwa Indonesia belum bisa memberikan imbalan yang sepadan terhadap tenaga
kerja kita sehingga kebanyakan tenaga kerja kita tidak mau bekerja di tanah air
dan lebih memilih merantau ke luar negeri. Selain itu, Indonesia juga dinilai tidak
pro-bisnis karena sistem regulasi nya yang kurang. Dalam meningkatkan kualitas
tenaga kerja, pemerintah sudah mulai berupaya untuk menangani hal tersebut
dengan meningkatkan mutu pendidikan di SMK.
Jika permasalahan tenaga kerja masih menjadi momok penghambat
majunya perekonomian Indonesia lalu bagaimana dengan perkembangan industri
kecil dan menengah? Indonesia sebenarnya hanya membutuhkan kebijakan yang
jelas dan konsisten terhadap UKM karena 90% lebih tenaga kerja dapat di
tampung oleh UKM. Tentu saja hal tersebut harus di dukung oleh kebijakan yang
memudahkan UKM mendapatkan modal, teknologi da sistem distribusi yang baik.
Jika hal tersebut dapat di penuhi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan
bergerak melebihi garis ekulibrium hanya dengan peran UKM.
Kendala-kendala yang di hadapi industri kecil menengah seperti tidak
meratanya pemberian label SNI dan proses pemasaran yang belum maksimal.
Walaupun sudah mencapai lebih dari 19%, Indonesia masih di anggap kekurangan
wirausaha yang handal dalam sektor UKM. Sebagai saran agar UKM dari
berbagai level di Indonesia meningkat, seharusnya, peran UKM tidak dapat
dipisahkan dengan peran industri skala besar. Indonesia harus bisa membangun
struktur industri maupun struktur perekonomian yang terdiri dari usaha skala
besar, menengah, kecil maupun mikro secara proporsional. Selain itu, teknologi
juga merupakan elemen yang penting dalam mengembangkan industri dan
perekonomian.
Industri kecil juga ternyata tidak akan tumbang dalam masa krisis. Pertama
karena UKM tidak terikat dengan sistem global, tidak di kontrol oleh pemerintah
dan sifatnya masih mandiri dan informal. Oleh karena itu, jika terjadi krisis global
maupun nasional, dampaknya tidak akan terlalu terasa pada UKM. Namun,
kemandirian UKM tersebut sebaiknya tidak bertahan terlalu lama, karena tidak
dapat dipungkiri bahwa dukungan pemrintah sangat di butuhlan guna menguatkan
9
posisi UKM sebagai salah satu faktor pertumbuhan ekonomi nasional. Dukungan
dan perlindungan dari pemerintah sangat di perlukan.

2.5 Pengertian Kewirausahaan


Definisi Entrepreneur (wirausaha) adalah orang yang berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa
diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Peluang usaha
akan lebih mudah dimanfaatkan seorang entrepreneur untuk membuat usaha baru
dengan potensi profit yang besar. Tidak hanya peluang dalam kondisi positif,
tetapi juga dalam kondisi negatif. Entrepreneur dapat dengan mudah menganalisa
permintaan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat, bahkan dalam kondisi
buruk seperti bencana dan kelangkaan. Jenis usaha yang digeluti seorang
entrepreneur merupakan penciptaan usaha baru maupun membeli usaha yang telah
berdiri.

Entrepreneur memiliki peran vital dalam pembangunan ekonomi suatu


negara. Munculnya unit-unit usaha kecil hingga usaha besar diawali melalui jiwa
kewirausahaan masyarakat. Pembangunan usaha baru melalui kegiatan produktif
secara perlahan merangsang pertumbuhan output dan memperluas transaksi
barang dan jasa dalam suatu wilayah. Dengan kata lain entrepreneur merupakan
motor penggerak roda perekonomian.
Proses pembangunan ekonomi terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1. factor driven stage (merupakan tahapan paling dasar dalam
pembangunan ekonomi)
2. efficiency driven stage, dan
3. innovation driven stage.

Ketiga tahapan ini menunjukan hubungan antara pembangunan ekonomi


dan jumlah entrepreneur dalam suatu negara. Dan ketiga tahapan ini
menyimpulkan bahwa semakin tinggi jumlah entrepreneur maka semakin tinggi
pula pembangunan ekonomi. Pada tahap Innovation drevan stage, jumlah
10
entrepreneur tinggi sebanding dengan pembangunan ekonomi yang berada pada
tahap inovasi produksi.
Dalam “2011 Global Report”, GEM mengelompokan 54 negara-negara
pada tiga tahap pembangunan ekonomi. Negara Bangladesh, Pakistan, dan Algeria
berada pada tahap Factor driven stage. Thailand, Malaysia, China, dan Brazil
menempati tahap efficiency driven stage, dan innovation driven stage telah
dicapai oleh negara-negara maju seperti Amerika, Korea, Perancis, Jepang,
Singapore, dan Amerika Serikat.
Didalam Kajian ekonomi makro, masalah utama pembangunan ekonomi di
Indonesia yang belum terselesaikan adalah tingginya angka pengangguran dan
rendahnya pertumbuhan ekonomi. Entrepreneur dapat menjadi salah satu solusi
masalah pembangunan ekonomi. Meningkatnya jumlah usaha yang dikembangkan
oleh entrepreneur berarti meningkatkan permintaan akan tenaga kerja. Secara
tidak langsung, entrepreneur mampu menyerap tenaga dan mengurangi
pengangguran. Profit maupun defisit perusahaan juga mempengaruhi keputusan
entrepreneur dalam menetapkan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Oleh karena
itu, agar penyerapan tenaga kerja tetap stabil, entrepreneur harus menggunakan
manajemen yang baik dalam mengelola usaha. Hal ini dimaksudkan agar tidak
menambah PHK karyawan dan menambah jumlah pengangguran.
Peran entrepreneur dalam perkembangan ekonomi itu sendiri meliputi
lebih dari sekedar peningkatan output dan pendapatan perkapita. Didalamnya
mencakup prakarsa dan penetapan perubahan dalam struktur bisnis dan
masyarakat. Perubahan ini selaras dengan pertumbuhan dan peningkatan output
yang memungkinkan kekayaan dibagikan pada sejumlah partisipan. Satu teori
pertumbuhan ekonomi memperlihatkan inovasi sebagai kunci, bukan hanya dalam
pengembangan produk (jasa) baru untuk pasar, tetapi juga dalam menstimulasi
ketertarikan investasi saham bisnis baru yang dibentuk.
Investasi dan Inovasi dalam perkembangan ekonomi dalam satu wilayah
sangat penting, pemahaman tentang proses evolusi produk masih sangat kurang.
Ini adalah sebuah proses yang harus dilalui dimana inovasi dikembangkan dan
dikomersialkan dengan aktivitas entrepreneur (wirausahawan) yang kemudian
merangsang pertumbuhan ekonomi.
11
Dalam hal ini Pemerintah dapat berperan sebagai inovator. Pemerintah
akan bergerak sebagai pelindung dalam memasarkan hasil teknologi dan
kebutuhan sosial. Karena Pemerintah merupakan salah satu mediator untuk
mengomersialkan hasil perpaduan antara kebutuhan sosial dan teknologi yang
sering disebut sebagai transfer teknologi.
2.5.1 Unsur-Unsur Kewirausahaan
Beberapa unsur penting dalam kewirausahaan yang saling terkait satu
dengan lainnya:
1. Daya pikir
Tingkat penalaran (reasoning) atau kemampuan berpikir yang dimiliki
oleh seseorang dicirikan oleh daya pikir, pengetahuan, kepandaian, intelektual
atau unsur kognisi. Kemampuan inilah yang membedakan manusia dengan hewan,
bahkan kemampuan ini pula yang membedakan daya kreatifitas seseorang
maupun bangsa yang menyebabkan perbedaan kemakmuran dan kejayaan bangsa.
2. Ketrampilan
Keterampilan merupakan tindakan raga terutama tangan dan kaki untuk
melaksanakan sesuatu kerja dan dari kerja tersebut baru akan terwujud hasil
karya. Berbagai macam hasil karya telah lahir dari orang-orang yang mempunyai
keterampilan. Keterampilan, sebagaimana halnya pengetahuan dapat ditingkatkan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan adalah
sebagai berikut:
a. Rajin dan tekun melakukan latihan mengerjakan sesuatu yang ingin
diterampilkan.
b. Melakukan latihan dengan teratur, tetib dan bergairah.
c. Selalu berusaha untuk dapat melakukan lebih baik lagi dari pada
kemarin.
d. Selalu berusaha untuk menemukan cara kerja yang paling baik dan
efisien.
e. Berusaha kuat untuk menghasilkan karya yang terbaik.
f. Harus mampu bekerja dengan “ zero mistake “.
g. Rajin mengikuti berbagai pelatihan keterampilan.
3. Sikap mental
12
Seseorang mungkin saja mempunyai otak yang cerdas dan keterampilan
tinggi, namun jika ia malas, lamban, tidak mempunyai keberanian, dan apalagi
ceroboh, tentulah hal itu tidak menjamin untuk dapat sukses. Sukses dapat dipakai
jika pemikiran, keterampilan dan sikap mental maju digabungkan. Sikap mental
maju ini meliputi: keteladanan, keluhuran, keberanian, penuh tanggung jawab,
jujur, berjiwa besar dan mandiri. Jika ditelusuri lebih dalam, akan semakin jelas
bahwa kesuksesan seseorang, kemajuan suatu bangsa disebabkan seseorang
maupun bangsa tersebut memiliki sikap mental maju, daya penalaran dan
keterampilan yang tinggi.

4. Intuisi
Sebenarnya ada faktor lain selain kecerdasan penalaran, keterampilan dan
sikap mental yang berpengaruh atas sukses seseorang, yaitu daya intuisinya. Daya
intuisi adalah daya ramal atau dikenal juga dengan feeling seseorang yang sulit
digambarkan apakah itu hasil pemikiran atau khayalan. Jika seseorang merasakan
bahwa apa yang akan dilakukan itu benar dan akan membawa keuntungan, maka
sering apa yang semula hanya dirasakan itu kemudian setelah diperjuangkan
terbukti benar adanya.
Intuisi ialah pandangan batiniah yang serta merta tembus mengenai suatu
peristiwa atau kebenaran, tanpa perurutan pikiran, seperti ilham. Ilham adalah
penyampaian suatu makna, pikiran atau hakikat di dalam jiwa atau hati secara
melimpah.
Pengertian yang mendalam mengenai intuisi masih terus diperdebatkan.
Ada yang menyatakan bahwa intuisi adalah saat dimana ada ”sumber yang lebih
tinggi” yang memberikan input pada kesadaran kita secara tiba-tiba saja. Dan
pendapat lain mengatakan bahwa intuisi adalah kemampuan kita untuk secara
tidak sadar mendownload atau mengambil data atau info yang selalu tersedia di
unconscious mind/pikiran bawah sadar kita. Ada juga yang berpendapat bahwa itu
adalah kemampuan telepati tanpa sadar antara seseorang dengan orang lain
ditempat yang berjauhan. Mungkin perbedaan pendapat ini akan berlanjut terus.
Intuisi adalah pengetahuan yang bergerak antara rasional dan literal. Untuk
memahaminya, tidak cukup hanya menggunakan kategori akal logika saja. Dalam
13
kehidupan sehari-hari, istilah batin, firasat atau intuisi, tentu sudah tidak asing lagi
bagi kita. Istilah tersebut diterjemahkan dalam berbagai makna. Tapi yang pasti,
intuisi adalah keadaan dimana seseorang merasakan akan terjadinya suatu
peristiwa sebelum peristiwa itu benar-benar terjadi, entah itu peristiwa baik
ataupun buruk.
Banyak usahawan yang sukses karena memiliki kewaspadaan khususnya
daya intuisi yang kuat. Daya ini memang sulit dijelaskan karena seolah-olah
menyatu dengan pikiran, jiwa dan perasaan seseorang. Karena intuisi hanyalah
sesuatu yang abstrak, maka haruslah ada tindakan untuk dapat mewujudkan apa
yang dirasakan itu menjadi kenyataan.
Gabungan empat unsur di atas yang menentukan seseorang maju atau
terbelakang, kaya atau miskin, berjaya atau sengsara. Jadi tantangan terletak pada
upaya mengembangkan empat unsur tersebut secara serentak dan harmonis,
sehingga mampu membawa seseorang menjadi orang yang maju

2.5.2 Manfaat Kewirausahaan


Thomas W Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan
adalah sebagai berikut:
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri memiliki
usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi pebisnis untuk
mencapai tujuan hidupnya.
2. Memberi peluang melakukan perubahan
Semakin banyak bisnis yang memulai usahanya karena mereka dapat menagkap
peluang untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat
penting.
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya
Banyak orang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan seringkali
membosanka, kurang menantang dan tidak ada daya tarik. Hal ini tentu tidak
berlaku bagi seorang wirausahawan, bagi mereka tidak banyak perbedaan antara
bekerja atau menyalurkan hobi atau bermain, keduanya sama saja.
4. Memiliki peluang untruk meraih keuntungan

14
Walaupun pada tahap awal uang bukan daya tarik utama bagi wirausahawan,
keuntungan berwirausahawan merupakan faktor motivasi yang penting untuk
mendirikan usaha sendiri, kebanyakan pebisnis tidak ingin menjadi kaya raya,
tetapi kebanyakan diantara mereka yang menang menjadi berkecukupan. Hampir
75% yang termasuk dalam daftar orang terkaya (Majalah Forbes) merupakan
wirausahawan generasi pertama.
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakan dan
mendapatkan pengakuan atas usahanya
Pengusaha atau pemilik usaha kecil seringkali merupakan warga masyarakat yang
paling dihormati dan dipercaya.
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan
menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakan
Hal yang didasarkan oleh pengusaha kecil atau pemilik perusahaan kecil adalah
bahwa kegiatan usaha mereka sesungguhnya bukan kerja. Wirausahawan harus
mengikutu nasihat Harvey McKey. Menurut McKey: “Carilah dan dirikan usaha
yang anda sukai dan anda tidak akan penrnah terpaksa harus bekerja sehari pun
dalam hidup anda” Hal ini yang menjadi penghargaan terbesar bagi
pebisnis/wirausahawan bukan tujuannya, melainkan lebih kepada proses atau
perjalanannya.

2.5.3 Fungsi Wirausaha


Setiap Wirausaha memiliki fungsi pokok dan fungsi tambahan sebagai berikut:
1. Fungsi pokok wirausaha yaitu:
a. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil resiko
tentang tujuan dan sasaran perusahaan.
b. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan.
c. Menetapkan bidang usaha dan pasar yang akan dilayani.
d. Menghitung skala usaha yang diinginkannya.
e. Menentukan modal yang diinginkan (modal sendiri atau modal dari
luar).
f. Memilih dsan mernetapkan kreteria pegawai/karyawan dan
memotivasinya.
15
g. Mengendalikan secara efektif dan efesien.
h. Mencari dan menciptakan cara baru.
i. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input serta
mengelolahnya menjadi barang atau jasa yang menarik.
j. Memasarkan barang dan jasa tersebut untuk memuaskan pelanggan
dan sekaligus dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan
maksimal.
2. Fungsi tambahan wirausaha, yaitu:
a. Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka mencari dan
menciptakan peluang usaha.
b. Mengendalikan lingkungan ke arah yang menguntungkan bagi
perusahaan.
c. Menjaga lingkingan usaha agar tidak merugiakan masyarakat
mauoun merusak lingkungan akibat dari limbah usaha yang mungkin
dihasilkannya.
d. Meluangkan dan peduli atas CSR. Setiap pengusaha harus peduli
dan turut serta bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.

2.5.4 Prinsip Kewirausahaan


Prinsip-Prinsip kewirausahaan yang paling penting adalah Berani atau
keluar dari Rasa takut akan gagal.
Berikut Prinsip-prinsip entrepreneurship menurut para ahli:
1. Menurut Dhidiek D. Machyudin :
a. Harus optimis
b. Ambisius
c. Dapat membaca peluang pasar
d. Sabar
e. Jangan putus asa
f. Jangan takut gagal
g. Kegagalan pertama dan kedua itu biasa, anggaplah kegagalan
adalah kesuksesan yang tertunda

16
2. Menurut Khafidhul Ulum :
a. Passion (semangat)
b. Independent (mandiri)
c. Marketing sensitivity (peka terhadap pasar)
d. Creative and innovative (kreatif dan inovatif)
e. Calculated risk taker (mengambil resiko dengan penuh
perhitungan)
f. Persistent (pantang menyerah)
g. High ethical standard (berdasar standar etika)

2.5.5 Ciri-ciri Khusus Seorang Entrepreneur yang Sukses


Ada beberapa ciri-ciri utama yang biasanya ada di dalam diri seorang
Entrepreneur yang sukses, yaitu :
 Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke
mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang
harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.
 Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana
pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu
memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
 Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi
yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan
yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap
waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus
lebih baik dibanding sebelumnya.
 Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki
seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang
maupun waktu.
 Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada
peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk
mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan
usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak
17
dapat diselesaikan.
 Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik
sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha
tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
 Komitmen pada berbagai pihak.
 Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak,
baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun
tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan, antara lain kepada: para
pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

2.5.6 Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Usaha


Faktor keberhasilan usaha seorang wirausaha bukan hanya dilihat dari
seberapa keras anda bekerja, tetapi seberapa cerdas anda melakukan dan
merencanakan strategi serta mewujudkannya.

Berikut faktor keberhasilan wirausaha :


1. Faktor peluang
Banyak peluang emas tetapi belum tentu tepat untuk anda, karena peluang
emas itu harus ada keselarasan, keserasian, dan keharmonisan antara anda, bisnis,
pasar, kondisi, situasi dan prilaku pasar sehingga anda dapat menemukan peluang
emas yang tepat untuk anda.
2. Faktor manusia (SDM)
Diantaranya adalah : strategic planner (pembuat rencana), Great manager
(manajer yang hebat), Controller (pengatur/pengawas), Marketer (pemasaran) dan
seller (penjual), yang terakhir Leadership (kepemimpinan). Itu semua merupakan
faktor kesuksesan operasional yang memerlukan sumber daya manusia, dengan
demikian faktor utama keberhasilan usaha adalah sumber daya manusia (SDM).
3. Faktor keuangan
Hindari berpikir bahwa bisnis tanpa keuangan/arus cas yang lancar itu
akan berhasil. Arus cas itu bagaikan aliran darah dalam tubuh anda. Bila arus cas
tidak mengalir maka bisnis pasti akan berhenti dan mati.

18
4. Faktor organisasi
Organisasi usaha sebaiknya tidak statis tetapi dinamis, kreatif, dan
berwawasan kedepan. Organisasi sangat penting untuk karyawan dan anda.
5. Faktor perencanaan
Bekerja tanpa rencana berarti berjalan tanpa tujuan yang jelas. Jadi sudah
pasti rencana adalah faktor penting dalam sebuah usaha.
6. Faktor pengelolaan usaha
Semua faktor diatas adalah faktor-faktor keberhasilan wirausaha, tetapi
anda juga membutuhkan tindak lanjut dari rencana anda sebaik mimpi anda. Itulah
pentingnya pengelolaan usaha.
7. Faktor pemasaran dan penjualan
Pemasaran dan penjualan adalah lokomotif bagi divisi/bagian lainnya
seperti keuangan, personalia, produksi, distribusi, logistik, dan pembelian. Faktor
pemasaran dan penjualan sangat penting bagi kelancaran usaha. Banyak usaha
yang gagal karena hanya mementingkan bagiannya saja dan lupa bahwa
pemasarannya belum berjalan dengan baik.
8. Faktor administrasi
Tanpa pencatatan, dokumentasi, pengumpulan data, dan pengelompokan
data administrasi yang baik, strategi, taktik, perencanaan, pengembangan,
program-program, dan arah perusahaan tidak akan berjalan dengan baik.
9. Faktor peraturan pemerintah, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Faktor peraturan pemerintah dan poleksosbud besar pengaruhnya karena
wirausaha juga berhubungan dengan hal-hal berikut:
• Peraturan pemerintah dan peraturan daerah seperti pajak, retribusi, dan
pendapatan daerah.
• Legalitas dan perijinan.
• Situasi ekonomi dan politik.
• Perkembangan budaya lokal yang harus diikuti.
• Lingkungan sosial yang berbeda-beda di setiap tempat.

19
10. Catatan bisnis
Banyak usaha yang sulit dan tidak berkembang hanya karena anda tidak
tahu sudah sejauh mana bisnis anda berjalan. Catatan usaha atau bisnis akan
membuat anda tahu sudah sejauh mana anda menjalankan usaha.
Seperti telah di kemukan sebelumnya, bahwa keberhasilan atau kegagalan
wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer
mengemukakan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan wirausahawan gagal
dalam menjalankan usaha barunya, yaitu :
1) Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor
penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan
memvisualisasikan usaha, kemampuan mengoordinasikan, keterampilan
mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan menginterasikan
operasi perusahan.
3) Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil
dengan baik faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara
aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat.
Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional
perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu
kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan
dalam pelaksanaan
5) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis
dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
6) Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan
efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan
penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang
setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang di
lakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati,
20
kemungkinan gagal adalah besar.
8) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewiraushaan.
Wirausahawan yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan,
maka ia tidak ada jaminan untuk menjadi wirausahawan yang berhasil.
Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa di peroleh apabila berani
mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu

21
BAB VI
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Definisi Entrepreneur (wirausaha) adalah orang yang berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa
diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Peluang usaha
akan lebih mudah dimanfaatkan seorang entrepreneur untuk membuat usaha baru
dengan potensi profit yang besar.
Entrepreneurship berkembang berdasarkan naluri, personal, dan alamiah
karena pada zaman dahulu belum ada suatu konsep yang jelas tentang
Entrepreneurship. Entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis, sehingga
terjemahannya sangat multiarti. Entrepreneurship adalah seseorang yang berusaha
berpikir beda, seperti Marcopolo, Christopher Columbus, dan lain-lain. Columbus
berpikir bahwa ada suatu keinginan untuk keluar dari keadaannya yang monoton
sehingga ia terus mencari sesuatu yang berbeda dan baru
di Indonesia istilah entrepreneurship baru dikenal pada akhir abad ke-20.
Di abad ke 19 dan 20, wirausahawan didefinisikan sebagai seseorang yang
mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan pertambahan
nilai personal. Di abad ini inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa
sekarang.

22
DAFTAR PUSTAKA
Hisrich, R.D. dkk., 2005. Entrepreneurship. sixth edition. New York: McGraw-
Hill

Hebert, R.F. and Link, A.N. (1988). The Entrepreneur.New York: Praeger
Publishers

Alexandia, Muhammad Findi. 2008. Negara dan pengusaha.Jakarta: FISIP UI

23

Anda mungkin juga menyukai