Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOSEN PEMBIMBING :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
lancar, serta tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas “Sistem
Reproduksi” dengan judul “ Perdarahan Post Partum” .
Makalah ini telah dibuat berdasarkan dari berbagai sumber dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami berharap pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun. Kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan untukpenyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengatar
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
1.1 Definisi post partum
1.2 Etiologi perdarahan post partum
1.3 Patofisiologi perdarahan post partum
1.4 Pathway perdarahan post partum
1.5 Manifestasi Klinis Perdarahan post partum
1.6 Komplikasiperdarahan post pasrtum
1.7 Penatalaksanaan perdarahan post partum
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1.1 Pengkajian
1.2 Diagnosa Keperawatan
1.3 Intervensi Keperawatan
1.4 Implementasi
1.5 Evaluasi
BAB IV. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
1.1 Pengkajian
1.2 Diagnosa Keperawatan
1.3 Intervensi Keperawatan
1.4 Implementasi
1.5 Evaluasi
BAB V. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesaisampai 6 minggu
atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secaraberlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifasperlu mendapat perhatian lebih
dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadipada masa nifas. Dalam angka kematian
ibu (AKI) adalah penyebab banyaknyawanita meninggal dari suatu penyebab
kurangnya perhatian pada wanita postpartum (Maritalia,2012).
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masayang kritis
bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60%kematian ibu terjadi setelah
persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selangwaktu 24 jam pertama
(Prawirardjo,2006). Tingginya kematian ibu nifasmerupakan masalah yang komlpeks
yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagaipengukuran untuk menilai keadaan
pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKImasih tinggi berarti pelayanan obstretri
masih buruk, sehingga memerlukanperbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia
merupakan salah satu angkakematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000
kelahiran hidup, biladibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Sementara menurut Depkes tahun 2009, mengalami penurunan menjadi226 per
100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut didapatkan penurunan angkakematian ibudi
Indonesia tahuentara penyebab kematian ibu post partum diIndonesia dikarenakan oleh
infeksi dan pendarahan pervaginam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari post pasrtum ?
2. Bagaimana etiologi post partum ?
3. Bagaimana patofisiologi post pasrtum ?
4. Bagaimana manifestasi klinis post partum ?
5. Bagaimana komplikasi post partum ?
6. Bagaimana penatalaksanaan post partum ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi post partum
2. Untuk mengetahui etiologi dari post partum
3. Untuk mengetahui pastofisiologi post partum
4. Untuk mengetahui komplikasi dari post partum
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan post partum
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post
partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah
anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).Haemoragic Post
Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama
setelahlahirnya bayi (Williams, 1998). HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml
selama atau setelah kelahiran(Marylin E Dongoes, 2001).
2.2 Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
o Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
o Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah\
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai :
a. Perdarahan yang banyak.
b. Solusio plasenta.
c. Kematian janin yang lama dalam kandungan.
d. Pre eklampsia dan eklampsia.
e. Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus
8. Subinvolusi Uterus
2.3 Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan
sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus
menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup
sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti
epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk
membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan
postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock
hemoragik.
Pathway
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek
dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum
primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah,
mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir
segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan
segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik
tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
2.5 Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitusyok. Bila terjadi
syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasilanjutan yaitu anemia dan
infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaananemia bisa berlangsung berat sampai
sepsis. Pada perdarahan yang disertaioleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi
kegagalan fungsi organorganseperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2000).
2.6 Penatalaksanaan
Pada perdarahan akibat robekan jalan lahir penanganannya adalah :
1. Lakukan eksplorasi untul mengidentifikasilokasi laserasi dan sumberperdarahan
2. Lakukan irigasi pada tempat luka dan berikan laruta antiseptik.
3. Jepit dengan klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benangyang dapat
diserap
4. Lakukan penjahitan
a. Pada ruptura perineal tingkat I (robekan pada mkosa vagina dankulit),
robekan dijahit dengan benang catgut dan memekai jarumbundar.
b. Pada roptura perineal tingkat II (ruptura perinei sub totalis) ikutrobek pula
dasar panggul seperti : luka jahit dua lapis dengan benangcatguthalus
secara simpul atau jelujur dengan jarum bundar, kulitdijahit dengan
benang sutera dan memakai jarum yang tajam
c. Pada ruptur perineal tingkat III (ruptur perinei totalis) yang robekselain
spingter ani externa. Sebelum memulai menjahit harusditemukan dulu
kedua pangkal m.stingter ani externa yang terpoting.Otot ini dijahit dengan
benang cromiksecara simpul, penjahitan harusdilakukan secara cermat
agar otot tersebut tersambung dengan baik.Kemudian dijahit seperti
menjahit ruptura perinei II. Bila mucosaBila mucosarectum ikut robek
maka harus dijahit terlebih dahulu dengan benangcatgut halus secara
simpul.Bila ada plasenta dilakukan sebagai berikut
1) Memeriksa kelenhkapan plasenta setelah dilahirkan
2) Berikan antibiotika karena kemungkinan
adaendometriosis
3) Lakukan eksplorasi digital atau bila servik terbuka
danmengeluarkan bekuan darah atau jaringan
4) Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen,
lakukanevakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret
5) Bila Hb 8 gr % berikan transfusi atau berikan sulfat
ferosus600 mg per hari selama 10 hari
BAB III
3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Biasanya identitas pasien berisi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, agama, pendidikan, alamat, no registrasi, tanggal MRS, dx medis, tanggal
pengkajian.
Penanggung Jawab
Biasanya identitas berisi nama ,umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
agama, pendidikan, hubungan keluarga, alamat.
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama : Perdarahan dari jalan laahir, badan lemah, keringat
dingin,perubahan kesadaran
2. Riwayat kesehatan sekarang :Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu
menderita penyakityang bisa menyebabkan perdarahan post portum seperti
aspekfisiologis dan psikososialnya.
1. Sistem pernapasan
Anamnesa :
Hidung
Inspeksi : Napas cupping hidung (+/-)
Palpasi : nyeri tekan (+/-)
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir, alat bantu nafas (ETT)
Area dada
Inspeksi : pola nafas, penggunaan otot bantu pernapasan , kesimetrisan dada
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : batas – batas jantung
Auskultasi : suara nafas (ronkhi, wheezing)
3. Persyarafan
j. Uji nervus X vagus : untuk mengetahui gerakan lidah, menelan dan rasa
Keterangan:
7. Sistem reproduksi
8. Persepsi sensori
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen Manajemen nyeri Kontrol Nyeri - Melaporkan
nyeri 1. Lakukan pengkajian Setelah dilakukan perubahan
Definisi : yang komprehensif tindakan nyeri (3)
mengurangi tentang nyeri, keperawatan - Mengenali
- Menggunakan
analgesik yang
direkomendasi
kan (160505) 4
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
BAB IV
Kasus
Seorang Ny. A berumur 25 tahun datang ke IGD bersama dengan suaminya, mengeluh
nyeri pada perineumnya, perut terasa kenceng kenceng. Sebelumnya sudah dibawa ke
bidan desa, kenceng kencengnya sudah terasa hilang timbul akan tetapi perdarahan masih
belum teratasi sehingga bidan merujuk ke IGD. Setelah sampai di IGD Ny. A dilakukan
pemeriksaan DJJ (I2-II-I2), TFU 33 cm, letak membujur punggung kiri dan pasien
mengeluarkan darah pervaginam, dari data pemeriksaan perawat diperoleh TTV pasien
suhu 36,8oC, TD : I20/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, RR: 20x/menit.
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 25 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat :
Diagnosa Medis : post partum spontan hari pertama dengan ruptur perineum
No. Reg : 1059512
Tanggal MRS : 28-05-2017
Tanggal Pengkajian : 28-05-2017
4.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
Alamat :
Hubungan dengan pasien : Suami
1. KeluhanUtama
Pada tanggal 28 mei 2017 jam 19.00 WIB klien mengeluh perutterasa kenceng-
kenceng, kemudian dibawa ke bidan desa kenceng kenceng terasa hilang timbul
hingga jam 02.05 WIB belum jugamelahirkan, kemudian oleh bidan dirujuk ke
RS. Klientiba di IGD jam 08.00 WIB, kemudian di bawa ke ruang
bersalin,kemudian dilakukan pemeriksaan DJJ 12-11-12, TFU 33 cm,
letakmembujur punggung kiri, klien mengeluarkan darah pervaginamdengan
stosel, VT jam 10.30 WIB 10 menit longgar. Ibu menahannafas dan mengangkat
bokong saat meneran sehingga terjadi rupturperineum spontan karena robekan
pada ruang berbentuk jajarangenjang yang terletak di bawah dasar panggul yang
terjadi secaraalami tanpa tindakan pada saat persalinan. Melahirkan secara
spontan
Suhu : 36,8°C
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
RR : 22x/mnt
TB : 157 cm
BB : 56 kg
1. Sistem Pernapasan
a. Wajah
Inspeksi: Lemah
b. Leher
Inspeksi :tidak terdapat benjolan pada leher , tidak terdapat nyeri pada
waktu menelan
c. Dada
Perkusi : Pekak
3. Persyarafan
Baik dapat mencium bau antara balsam dan minyak kayu putih
Genetalia
Tanda REEDA
a. Mulut
Inspeksi: mukosa lembab, lidah kotor, gigi bersih
b. Lidah
Inspeksi:Kotor
c. Abdomen
Inspeksi : Masih tampak membesar
Palpasi: TFU 2 jari di bawah pusat
Kuadran 1
Hepar :hepatomegali (-)
Kuadran 2
Gaster :nyeri tekan abdomen(-)
Lien :splenomegaly (-)
Kuadran 3
Tidak terdapat massa
Kuadran 4
Bising usus frekuensi 10x/menit
Perkusi : Tympani ada di kuadran kiri bawah
Auskultasi : bising usus frekuensi 10x/menit
Inspeksi :warna kulit sawo matang, , kuku bersih tidak ada edema,
Ektrimitas :tidak ada edema pada bagian ekstrimitas atas dan bawah,
pergerakan ekstrimitas tidak mengalami gangguan , tidak ada varises pada kaki
namun jika kaki digerakkan akan menyebabkan nyeri di daerah sekitar perineum
5 5
Kekuatan otot 4 4
Keterangan :
Palpasi :tidak ada benjolan dan tidak ada rambut yang rontok
b. Leher
8. Sistem reproduksi
Genetalia
Palpasi: tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
9. Persepsi sensori
Anamnesa :Tidak ada penurunan tajam penglihatan, mata tidak kabur, tidak
terdapat gangguan penglihatan dan tidak ada penurunan pendengaran.
a. Mata
Inspeksi: bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa normal
jernih, sklera putih, reaksi terhadap cahaya kanan dan kiri positif
konjungtiva tidak anemis, tidak menggunakan alat bantu
Palpasi: tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
b. Telinga
c. Penciuman-(hidung)
Nyeri Akut
Diagnostic
Related to: agens cidera biologis
Statement:
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen Manajemen nyeri Kontrol Nyeri - Melaporkan
nyeri 6. Lakukan pengkajian Setelah dilakukan perubahan
Definisi : yang komprehensif tindakan nyeri (3)
mengurangi tentang nyeri, keperawatan - Mengenali
- Menggunakan
analgesik yang
direkomendasi
kan (160505) 4
4.4 Implementasi
4.5 Evaluasi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-umarohchay-6305-2-babii.pdf diakses
pada tanggal 15-05-2015
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Askep%20Komplikasi%20Post%20Partum.pdf
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20POST%20PARTUM.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-3-babiii.pdf
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-susiwindar-510-1-susiwin-0.pdf
http://eprints.ums.ac.id/25960/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf