Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nama Kelompok :
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena anugerah dari-Nya, saya dapat
menyeselaikan tugas Makalah Implikasi Studi Diagnostik ‘EEG
(Elektroenchelpalograph)’ ini.
Penulis sangat bersyukur dan berterimakasih karena dapat menyusun
makalah ini dengan tepat waktu. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak dan sumber yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini. Tak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Joko selaku Dosen Implikasi Studi Diagnostik yang telah
memberikan tugas ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Kritik serta saran penulis terima agar bias mengkoreksi kembali makalah yang
telah penulis buat agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
2.5 Kontraindikasi elektroensefalografi..............................................................6
3.1 Kesimpulan..................................................................................................15
3.2 Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui dan memahami definisi dari elektroensefalografi.
2) Untuk mengetahui dan memahami sejarah dari elektroensefalografi.
3) Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari elektroensefalografi.
4) Untuk mengetahui dan memahami indikasi dari elektroensefalografi.
5) Untuk mengetahui dan memahami kontraindikasi dari
elektroensefalografi.
6) Untuk mengetahui dan memahami persiapan untukmelakukan
elektroensefalografi.
7) Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan dari elektroensefalografi.
8) Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
elektroensefalografi.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
disebut sebagai seorang ilmuwan filsafat. Hans Berger lulus dengan
kehormatan dari Gymnasium di Coburg. Kemudian dia mendaftar di
Universitas Berlin sebagai mahasiswa Astronomi pada tahun 1892. Tahun
berikutnya, dia menjadi relawan untuk tentara Jerman. Keputusannya untuk
menjadi relawan militer hampir membuatnya mendapat kecelakaan fatal.
Hans Berger merupakan Penemu Electroencephalogram (EEG). Hans
Berger adalah seorang profesor psikiater dan direktur Klinik Universitas
Psikiater Jena (1919-1938). Akan tetapi, dia terkenal bukan karena hal itu.
Dia menjadi tokoh dunia akibat kontribusinya yang besar dalam penelitian
aktivitas dan kesadaran otak manusia. Penelitian ini bahkan membawanya
pada penemuan suatu alat yang mengubah khazanah ilmu kedokteran.
Namanya adalah Electroencephalogram (EEG) yang merupakan sebuah alat
yang mampu memvisualisasikan Gelombang Otak (Brainwave) manusia ke
dalam bentuk grafik. Gelombang Otak (Brainwave) ini diukur berdasarkan
beda pontensial yang terjadi secara berulang-ulang di antara elektroda yang
dihubungkan ke kepala manusia.2
Pada awalnya, Berger membuat EEG hanya sebagai alat untuk
mengukur Gelombang Otak (Brainwave). Namun ternyata, lama kelamaan,
EEG dijadikan sebagai alat yang mampu mendiagnosis dan mengobati
penyakit tertentu, seperti epilepsi dan tumor otak. Hal ini pun sangat tidak
ternilai harganya. Tahun 1897, dia mendapat gelar dokter dan menjadi staf
junior dari klinik psikiater yang kelak menjadikannya direktur. Tahun 1901,
Berger menjadi dosen. Di tahun itu pula, dia memublikasikan penelitiannya
mengenai fungsi otak manusia dan catatan ukurannya berdasarkan
modifikasi peredaran darah.3
Di awal tahun 1902, dia menjadi terkenal. Hal ini karena dia
mencatatkan penelitiannya mengenai aktivitas cerebral korteks (otak)
anjing. Akan tetapi, tahun 1910, dia merasa putus asa akan hasilnya yang tak
begitu berarti. Berger juga mendapat jalan buntu akan penelitiannya
mengenai energi fisika yang memengaruhi otak. Setelah sempat menjadi
relawan di rumah sakit Rethel, Prancis, dia kembali ke Jerman dan terpilih
2 Aris Catur Bintoro, ‘Pemeriksaan EEG Untuk Diagnosis Dan Monitoring Pada Kelainan Neurologi’,
Medica Hospitalia, 1 (1).1 (2012), 64–70.
3 ‘De Nurse’s Station _ PEMERIKSAAN RADIOLOGI __ LUMBAL PUNKSI, CT SCAN, MRI, Dan EEG’.
3
menjadi direktur klinik universitas psikiater di Jena. Dalam beberapa tahun
pertamanya sebagai direktur, Berger melakukan penelitian mengenai
hubungan antara otak dan jiwa. Akan tetapi, dalam keadaan senggang dia
melakukan penelitian pribadi mengenai aktivitas elektrik di dalam otak.
Dalam kurun waktu ini, Berger dikenal sebagai orang yang disiplin.
Waktunya banyak tersita dalam penelitian. Dari hasil penelitiannya ia
menyimpulkan bahwa di dalam otak manusia terdapat Gelombang Otak
(Brainwave).
Peralatan yang digunakan Berger sangatlah kasar. Dia menggunakan
galvanometer cincin Edelmann sebagai alat pencatatnya. Namun karena
kepintaran dan kecerdasannya, Berger akhirnya mampu menemukan suatu
alat yang dapat mencatat Gelombang Otak (Brainwave) ini. Namanya
adalah Electroencephalogram (EEG) yang ditemukannya pada tanggal 6 Juli
tahun 1924. Nama pasien yang membuatnya berhasil ini adalah seorang
anak muda bernama Zedel. Berger meneruskan penelitiannya selama 5
tahun sebelum akhirnya memublikasikan alat ini kepada umum. Pasiennya
tak hanya orang yang mengalami gangguan kepala, tetapi juga orang yang
normal. Dalam melakukan penelitian, dia menaruh elektroda di bagian
depan kepala dan di bagian belakang kepala.
Tahun 1929, Berger memublikasikan hasil penelitiannya dalam suatu
forum prestisius Archiv für Psychiatrie und Nervenkrankheiten, dan judul
”Über das Elektrenkephalogramm des Menschen” menjadi artikel pertama
dari keempat belas tulisannya mengenai EEG yang dipublikasikan dalam
kurun waktu 1929-1938. Artikel ketiganya pun mampu membuktikan
adanya Gelombang Otak (Brainwave).
4
sinyal EEG dapat mengidentifikasi kondisi mental dan pikiran, serta
menangkap persepsi seseorang terhadap rangsangan luar.4
EEG dilakukan untuk:
Mendiagnosa dan mengklasifikasikan Epilepsi
Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak,
parkinson
Mendiagnosa Lesi desak ruang lain
Mendiagnosa Cedera kepala
Periode keadaan pingsan atau dementia.
Narcolepsy.
Memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia
umum selama perawatan.
Mengetahui kelainan metabolik dan elektrolit
1) Persiapan Pasien
4 Bintoro.
5
Sebelum melakukan tindakan EEG, diperlukan tindakan persiapan
pasien yang ditujukan untuk menyiapkan pasien dan mengkaji keadaan
pasien sebelum tindakan dilakukan, tahap persiapan pasien yang harus
dilakukan adalah:
6
- Anjurkan pasien untuk mencuci rambut dengan sampo sebelum
dilakukan perekaman EEG tetapi tidak menggunakan hairspray
atau 'gel' atau minyak rambut.
- Hentikan menggunakan pengobatan yang bertentangan dengan test,
misal obat penenang.
- Hindari mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein untuk
8-12 jam sebelum test.
- Beritahu untuk tidur malam sesuai prosedur, misal : malam
sebelumnya, orang dewasa tidak boleh tidur lebih dari 4 atau 5 jam,
dan anak-anak tidak lebih dari 5-7 jam.
- indari puasa malam sebelum prosedur, karena gula darah yang
rendah dapat mempengaruhi hasil EEG.
- Didasarkan kondisi fisik pasien.
2. Selama Prosedur
- Pasien agar relax
- Antara 8-20 electroda akan menempel di kulit kepala pasien
dengan suatu pasta khusus, atau suatu kopiah berisi electroda akan
digunakan.
- Pasien akan diminta untuk menutup mata , relax, dan tenang.
- Ketika perekaman mulai pasien dalam keheningan selama
perekaman. Pasien akan dimonitor melalui suatu ruangan tertentu
untuk mengamati pergerakan yang dapat menyebabkan suatu
pembacaan tidak akurat, seperti menelan atau mengejapkan mata.
Perekaman akan dihentikan pada waktu tertentu dan pasien akan
dibiarkan beristirahat atau memposisikan kembali.
- Setelah awal perekaman dilakukan pada posisi diam, pasien
mungkin akan diuji dengan berbagai stimuli untuk menghasilkan
aktivitas yang tidak muncul saat beristirahat. Sebagai contoh,
pasien diminta untuk bernafas cepat untuk tiga menit, atau disinari
cahaya terang.
- Jika pasien sedang dievaluasi untuk suatu “sleep disorder“, EEG
akan dilakukan saat pasien tertidur.
3. Sesudah Prosedur
- Setelah selesai test, electroda akan di lepas dan pasta electroda
akan dicuci bersih dengan air hangat. Pasien dianjurkan mencuci
rambut dengan sampo.
7
- Kulit kepala akan merah akibat penempatan electroda, tetapi ini
akan menghilang dalam beberapa jam.
2) Persiapan Alat
a. Cek alat apakah benar-benar bias berfungsi dengan baik
b. Cek apakah alat yang digunakan sudah lengkap
c. Cek bahan yang digunakan untuk memasang EEG sudah lengkap.
8
3. Pasang elektroda ref dan ground untuk memudahkan dalam cek
impedance. Pemasangan elektroda ground biasanya diletakkan di FPZ
dan untuk elektroda ref diletakkan di antara CZ dan FCZ.
9
12. Lakukan provokasi dengan menggunakan photic, photic adalah lampu
LED atau strobe yang dapat diatur intensitas cahaya dan frekuensinya.
16. Setelah semua selesaai, usahakan pasien tidur, bila pasien mengantuk
diawal rekaman biarkan pasien tidur kurang lebih 15 menit, kemudian
bangunkan. Diharapkan dokter pembaca dapat melihat aktivitas otak
pasien dalam keadaan tidur.
10
Gambar8.2.1 Gelombang Alpha
2) Gelombang Beta mempunyai suatu frekwensi 13-30 siklus per detik.
Gelombang ini secara normal ditemukan ketika siaga atau menjalani
pengobatan tertentu, seperti benzodiazepines atau pengobatan
anticonvulsants.
11
2.9
Hasil EEG
Tabel. Hasil EEG 5
NORMAL Orang dewasa yang terjaga, EEG menunjukkan
gelombang alfa lebih banyak dibanding dengan
gelombang beta.
Hasil dua sisi otak menunjukkan pola serupa
dari aktivitas elektrik.
Tidak ada gambaran gelombang abnormal dari
aktivitas elektrik dan tidak ada gelombang yang
lambat.
Jika pasien dirangsang dengan cahaya (photic)
selama test maka hasil gelombang tetap normal
ABNORMA
L Hasil dua sisi otak menunjukkan pola tidak
serupa dari aktivitas elektrik.
EEG menunjukkan gambaran gelombang
abnormal yang cepat atau lambat, hal ini
mungkin disebabkan oleh tumor otak,
infeksi/peradangan, injuri, strok, atau epilepsi.
Ketika seseorang mempunyai epilepsi dengan
pemeriksaan EEG ini bisa diketahui daerah otak
bagian mana yang aktivitas listriknya tidak
normal. Namun pemeriksaan EEG saja tidak
cukup, sebab EEG diambil selalu pada saat tidak
5 Paper.
12
ada serangan kejang bukan pada saat serangan,
karena tidak mungkin orang yang sedang
mengalami serangan epilepsi dibawa ke rumah
sakit untuk diperiksa EEG. Maka, pemeriksaan
EEG harus ditunjang oleh pemeriksaan otak itu
sendiri, yaitu melihat gambaran otaknya dengan
teknik foto Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Jadi EEG dengan sendirinya tidak cukup untuk
mendiagnosa penyakit neurology tetapi perlu
dengan pemeriksaan yang lain.
Berbagai keadaan dapat mempengaruhi
gambaran EEG. EEG yang abnormal dapat
disebabkan kelainan di dalam otak yang tidak
hanya terbatas pada satu area khusus di otak,
misalnya intoksikasi obat, infeksi otak
(ensefalitis), atau penyakit metabolisme (Diabetik
ketoasidosis).
EEG menunjukkan grlombang delta atau
gelombang teta pada orang dewasa yang terjaga.
Hasil ini menandai adanya injuri otak. EEG
tidak menunjukkan aktivitas elektrik di dalam
otak ( a “ flat/” atau “ garis lurus” ). Menandai
fungsi otak telah berhenti, yang mana pada
umumnya disebabkan oleh tidak adanya
(penurunan) aliran darah atau oksigen di dalam
otak. Dalam beberapa hal, pemberian obat
penenang dapat menyebabkan gambaran EEG
flat. Hal ini juga dapat dilihat di status epilepsi
setelah pengobatan diberikan.
13
Ketidakmampuan untuk bekerja sama
Ketenangan
Obat-oabatan (antiepilepsi, penenang, dan obat tidur).
Tidak sadar akibat obat-obatan atau hypothermia
Rambut yang kotor, berminyak, atau pemakaian hairspray
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Elektroenchelpalograph/Elektro Enselo Grafi (EEG) adalah suatu
alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktifitas listrik di otak,
termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Gelombang otak
terjadi pada berbagai frekuensi, ada yang cepat dan ada yang lambat. Empat
pola gelombang otak yang jelas adalah:
1. Alfa (8-10 Hz) cepat. Gelombang alfa terjadi saat mata tertutup dan
menggambarkan keadaan relaks atau tidak melakukan apa-apa.
Gelombang alfa menghilang jika seseorang banyak pikiran (keadaan
mental sibuk) atau menjadi mengantug.
2. Beta (5-10 Hz) kecil dan cepat, waspada secara mental dan terstimulasi.
3. Delta (1-2 Hz) gelombang yang lambat, tidur dalamdan pada bayi,
kerusakan otak.
4. Teta (4-6Hz) lambat, pada keadaan tidur.
8. Tujuan spesifik EEG yaitu: Mendiagnosa dan mengklasifikasikan
epilepsy, mendiagnosa dan melokalisasi tumor otak, infeksi otak,
perdarahan otak, mendiagnosa cedera kepala, narkolepsi, memonitor
aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anaestesi umum selama
perawatan, mendiagnosa adanya lesi. Kontraindikasi dari EEG adalah
ejang, tumor otak, cedera kepala, pendarahan intracranial, abses otak,
ensefalitis, mati batang otak
1.2 Saran
14
menempel di otak dll, sehingga akan mempengaruhi hasil EEG, untuk itu
perlu didampingi dan diberi penjelasan agar pasien tenang sehingga hasilnya
sesuai yang diharapkan.
Perhatikan factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil EEG
misalnya perubahan tahap-tahap tidur, usia, stimulus visual, auditorik
dan olfaktorik, tekanan, trauma emosional, dll.
15
DAFTAR PUSTAKA
Bintoro, Aris Catur, ‘Pemeriksaan EEG Untuk Diagnosis Dan Monitoring Pada
Kelainan Neurologi’, Medica Hospitalia, 1 (1) (2012), 64–70
16