Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Tambang Batu Hijau merupakan salah satu tambang emas dan tembaga

terbesar di Indonesia yang sekarang ini dioperasikan oleh PT. Amman Mineral

Nusa Tenggara (PT. AMNT) dengan metode penambangan terbuka. Tambang Batu

Hijau terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Penambangan Batu Hijau

mulai dioperasikan pada tahun 2000 dimulai dari desain tambang fase 1 hingga fase

7 yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2027. Saat ini berlangsung

penambangan fase 6 yang mulai doperasikan pada tahun 2010 dan ditargetkan akan

selesai pada akhir tahun 2017.

Berdasarkan pada laporan kejadian keruntuhan batuan oleh Departemen

Geoteknik dan Hidrogeologi PT. Amman Mineral Nusa Tenggara, frekuensi

kejadian keruntuhan batuan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir di Tambang Batu

Hijau berkisar 20 – 25 kali. Kejadian keruntuhan batuan tersebut utamanya

disebabkan oleh kontrol struktur geologi yang intensif serta kekuatan massa batuan

yang lemah (Adriansyah, 2013). Struktur geologi kekar dan sesar yang terdapat

pada lokasi penambangan tersebut menyebabkan banyak terjadinya keruntuhan

batuan seperti yang terlihat pada Gambar 1.1. Keruntuhan batuan yang terjadi pada

lokasi penambangan akan berakibat pada kehilangannya bijih yang akan ditambang

serta dilakukannya desain ulang penambangan terbuka.

1
2

Gambar 1.1 Peta persebaran dan tingkat kerawanan keruntuhan batuan di Tambang Batu
Hijau PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (Departemen Geoteknik dan
Hidrogeologi, PT. AMNT dengan modifikasi)
3

Menurut Adriansyah (2013) pola struktur geologi kekar dan sesar akan

menentukan tipe keruntuhan, arah keruntuhan, serta geometri keruntuhan. Dengan

demikian perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh struktur geologi yang

tersingkap saat ini dengan menggunakan analisis stabilitas lereng dinding tambang.

Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kondisi kestabilan lereng aktual dan

dapat meminimalisir terjadinya keruntuhan batuan sehingga kegiatan operasional

penambangan dapat berjalan dengan aman dan sesuai dengan rencana

penambangan.

Penelitian ini dilakukan di lereng dinding barat Tambang Batu Hijau. Dalam

penelitian ini, peneliti mengkaji mengenai pengaruh dari struktur geologi terhadap

kestabilan lereng. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan analisis kestabilan

lereng di lokasi Tambang Batu Hijau sudah pernah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, namun penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya

berada pada lokasi yang berbeda dengan lokasi penelitian ini. Penelitian ini

dilakukan pada lereng dinding barat Tambang Batu Hijau yang merupakan lokasi

penambangan aktif pada saat dilakukannya penelitian. Lokasi tersebut merupakaan

galian tambang baru yang dioperasikan dari bulan Oktober 2016. Dengan demikian

terdapat struktur – struktur geologi yang baru tersingkap pada saat dilakukan

penelitian dan belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.

I.2. Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh struktur geologi kekar

dan sesar terhadap tipe keruntuhan dan stabilitas lereng dinding tambang. Dalam
4

penelitian ini akan diketahui potensi tipe keruntuhan yang akan terjadi beserta

dengan nilai probabilitas keruntuhannya dan nilai faktor keamanan dari lereng

dinding barat Tambang Batu Hijau. Data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi data struktur geologi kekar dan sesar yang tersingkap pada saat

dilakukannya penelitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Apa saja tipe keruntuhan yang berpotensi terjadi pada lereng dinding barat

Tambang Batu Hijau?

2. Bagaimana tingkat stabilitas lereng dinding barat Tambang Batu Hijau?

3. Bagaimana pengaruh jumlah set struktur geologi kekar dan besaran

kemiringan set struktur geologi kekar terhadap kestabilan lereng dinding

barat Tambang Batu Hijau?

I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian kali ini adalah untuk mempelajari pola – pola

struktur geologi, mempelajari tipe – tipe keruntuhan batuan, dan menganalisis

tingkat stabilitas lereng dinding barat Tambang Batu Hijau PT. Amman Mineral

Nusa Tenggara.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tipe keruntuhan batuan yang paling berpotensi terjadi pada

lereng dinding barat Tambang Batu Hijau.

2. Menentukan tingkat kestabilan lereng dinding barat Tambang Batu Hijau.


5

3. Menentukan pengaruh jumlah set struktur geologi kekar dan besaran

kemiringan set struktur geologi kekar terhadap kestabilan lereng dinding

barat Tambang Batu Hijau.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

mengenai pengaruh dari struktur geologi terhadap tipe keruntuhan dan stabilitas

lereng dinding tambang. Bagi PT. Amman Mineral Nusa Tenggara, dengan adanya

penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi tipe keruntuhan dan kondisi

stabilitas lereng aktual pada lereng dinding barat Tambang Batu Hijau. Selain itu

dapat digunakan juga sebagai acuan untuk langkah pencegahan terjadinya

keruntuhan batuan serta untuk referensi desain tambang selanjutnya.

I.5. Daerah Penelitian

Lokasi penelitian berada pada penambangan terbuka terbuka milik PT.

Amman Mineral Nusa Tenggara yang berlokasi di Kecamatan Sekongkang dan

Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sumbawa

yakni pada koordinat 484300 – 486800 mE dan 9007400 – 9010400 mN pada

zonasi 50S. Penelitian ini dilakukan pada lereng dinding barat Tambang Batu Hijau

PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (Gambar 1.2)

Ketersampaian lokasi penelitian dari kampus Teknik Geologi UGM diawali

dengan perjalanan darat menuju Bandara Adi Soetjipto dengan jarak sekitar 15 km,

kemudian dilanjutkan dengan perjalanan udara menuju Bandar Udara Internasional

Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kemudian perjalanan darat menuju Pelabuhan


6

Kayangan yang berjarak sekitar 90 km dari Bandara Internasional Lombok,

dilanjutkan dengan penyeberangan menuju Pelabuhan Benete, Sumbawa Barat

menggunakan kapal laut milik PT. Amman Mineral Nusa Tenggara. Dan terakhir

adalah perjalanan darat yang berjarak sekitar 12 km menuju camp townsite dekat

dengan tambang terbuka milik PT. Amman Mineral Nusa Tenggara. Perjalanan

menuju lokasi penelitian dari tempat tinggal (camp townsite) menuju gedung MMA

(Mine Maintenance Area) dilakukan dengan menggunakan bus milik PT. Amman

Mineral Nusa Tenggara yang berjarak sekitar 13 km. Kemudian untuk mencapai

penambangan terbuka dilakukan dengan menggunakan mobil perusahaan milik PT.

Amman Mineral Nusa Tenggara.

I.6. Lingkup Penelitian

Analisis pengaruh struktur geologi sesar dan kekar pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan beberapa data yang menunjang penelitian. Data

yang digunakan antara lain berupa data pemetaan struktur dengan metode line

mapping, data pemboran geoteknik, data model RMR (Rock Mass Rating), data

model geoteknik, data sifat fisik dan mekanik batuan hasil pengujian laboratorium,

serta data back analysis keruntuhan batuan yang pernah terjadi di sekitar lokasi

penelitian. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 2, yaitu analisis

kinematika dan kesetimbangan batas. Analisis kinematika dilakukan untuk

menentukan potensi tipe keruntuhan beserta probabilitas keruntuhannya. Analisis

kinematika dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak berupa DIPS

v.6.0 (Rocscience Inc.). Data yang digunakan untuk analisis kinematika merupakan

data besar kemiringan dan arah kemiringan dari struktur geologi kekar dan sesar.
7

Gambar 1.2 Lokasi penelitian pada Tambang Batu Hijau PT. Amman Mineral Nusa
Tenggara

Analisis kesetimbangan batas dilakukan untuk mencari nilai faktor keamanan (FK)

lereng pada lokasi penelitian. Analisis kesetimbangan batas dilakukan dengan

menggunakan bantuan perangkat lunak SLIDE v.6.0 (Rocscience Inc.). Data yang

digunakan untuk analisis kesetimbangan batas berupa data kemiringan dan arah
8

kemiringan dari struktur geologi, model RMR, model geoteknik, data sifat fisik dan

mekanik batuan, serta data back analysis.

Penelitian ini dibatasi pada lokasi kerja, yaitu berada pada lereng dinding

barat Tambang Batu Hijau. Struktur geologi yang digunakan berupa kekar dan sesar

dengan tidak memperhitungkan faktor lainnya yang berperan dalam stabilitas

lereng dinding tambang. Kemudian jumlah sayatan penampang untuk analisis

kestabilan lereng ditentukan berdasarkan pada arah azimuth dari lereng.

I.7. Peneliti Terdahulu

Peneliti terdahulu pada daerah penelitian maupun di sekitar daerah

penelitian dapat memberikan informasi dan referensi pada penelitian ini. Berikut

adalah beberapa penelitian yang pernah dilakukan:

1. Garwin (2000) telah melakukan pemetaan geologi di area penambangan

Batu Hijau. Garwin meneliti stratigrafi yang terdapat di daerah Tambang

Batu Hijau, dalam penelitiannya menyebutkan litologi yang menyusun

daerah tersebut dari tua ke muda terdiri dari batuan vulkanik, batuan intrusi

diorit dan intrusi tonalit. Selain itu, penelitiannya juga menyebutkan

mengenai orientasi umum dari arah struktur geologi yang terdapat dalam

lokasi tersebut berarah baratlaut – tenggara dan timurlaut – baratdaya.

2. Sustriani (2012) melakukan penelitian mengenai hubungan antara pengaruh

struktur geologi kekar terhadap kestabilan lereng dinding utara, baratdaya,

dan timurlaut pada penambangan fase 6 Tambang Batu Hijau. Dalam

penelitiannya, Sustriani membandingkan kondisi kestabilan lereng yang


9

terdapat faktor struktur kekar dengan kondisi kestabilan lereng yang tidak

terdapat faktor struktur kekar. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan

bahwa struktur kekar berpengaruh terhadap nilai faktor keamanan dari suatu

lereng.

3. Adriansyah (2013) melakukan penelitian mengenai prediksi keruntuhan

berdasarkan data hasil pergerakan lereng di Tambang Batu Hijau. Dalam

penelitian tersebut menyebutkan bahwa keruntuhan di sisi barat sangat

dominan dikontrol oleh struktur dan pada umumnya tipe keruntuhan yang

terbentuk adalah tipe keruntuhan bidang (plane failure) dan tipe keruntuhan

baji (wedge failure). Sedangkan untuk lereng di sisi timur keruntuhan yang

terbentuk lebih disebabkan karena kondisi massa batuan yang lemah, hal

tersebut ditunjukkan pada hasil analisis RMR (Rock Mass Rating) yang

menunjukkan nilai yang rendah (kisaran 20 – 30).

4. Aprilia (2014) meneliti mengenai pengaruh orientasi struktur terhadap tipe

keruntuhan dan kestabilan lereng di dinding utara tambang Batu Hijau.

Aprilia memfokuskan penelitiannya pada kontrol struktur geologi berupa

kekar dan sesar terhadap tipe keruntuhan dan kestabilan lereng pada dinding

utara tambang Batu Hijau. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tipe

keruntuhan yang terjadi pada lereng dinding utara berupa keruntuhan tipe

baji (wedge failure) dan keruntuhan tipe bidang (plane failure).


10

I.8. Keaslian Penelitian

Penelitian ini berada pada lereng dinding barat Tambang Batu Hijau PT.

Amman Mineral Nusa Tenggara. Pada saat dilakukan penelitian, lokasi tersebut

sedang aktif dilakukan penambangan sehingga lokasi penelitian merupakan lokasi

bukaan baru yang belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Penelitian ini

mencakup analisis tipe keruntuhan yang berpotensi terjadi dan tingkat stabilitas

lereng dinding barat secara aktual dari data struktur geologi kekar dan sesar, serta

pengaruh dari struktur geologi kekar terhadap kestabilan lereng. Dalam penelitian

ini dilakukan pengujian secara statistik untuk besaran pengaruh serta hubungan

antara struktur geologi kekar terhadap kestabilan lereng.

Anda mungkin juga menyukai