Anda di halaman 1dari 34

PERIZINAN

DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


Oleh:
I Putu Eddy Purna Wijaya, ST.,MT
Kasi Wlayah I Subdit PPSDA
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air


 Pengelolaan air permukaan didasarkan pada wilayah sungai.
 Penetapan wilayah meliputi wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota, wilayah sungai lintas kabupaten/kota, wilayah sungai
lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai
strategis nasional.
 Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan
masyarakat dalam segala bidang kehidupan disusun pola pengelolaan
sumber daya air.
 Pola pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan wilayah sungai
dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah.
PP No. 42/2008 tentang Pengelolaan SDA

Pasal 95 (Perizinan)
Perizinan dalam pengelolaan sumber daya air diperlukan
untuk kegiatan :
a. pelaksanaan konstruksi pada sumber air;
Yang dimaksud dengan “konstruksi pada sumber air” adalah
konstruksi yang berada pada sumber air termasuk pada sempadan
sumber air, misalnya, konstruksi jembatan, jaringan perpipaan, dan
jaringan kabel listrik/telepon.
b. penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu;
c. modifikasi cuaca.
PP No. 42/2008
Pasal 96 (Pemberi Izin)
1) Izin pelaksanaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95
huruf a yang dilakukan pada sumber air permukaan diberikan oleh
a. bupati/walikota untuk wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;
b. gubernur untuk wilayah sungai lintas kabupaten/kota; atau
c. menteri untuk wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas
negara, atau wilayah sungai strategis nasional.

2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


dengan mempertimbangkan rekomendasi teknis dari pengelola
sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan.
PP No. 42/2008
Pasal 101 (Penggunaan sumber daya air untuk tujuan
tertentu)
1) Penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 huruf b meliputi
penggunaan sumber daya air untuk pemenuhan
a. kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat yang
dilakukan dengan cara mengubah kondisi alami sumber
air;
Yang dimaksud dengan “mengubah kondisi alami sumber air”,
misalnya, dengan mempertinggi, memperendah permukaan air,
dan/atau membelokkan aliran air pada sumber air.
b. kebutuhan pokok sehari-hari yang dilaksanakan oleh
kelompok orang dan badan sosial;
c. keperluan irigasi pertanian rakyat di luar sistem irigasi
yang sudah ada; dan/atau
d. kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya air.
PP No. 42/2008
Pasal 101 (Penggunaan sumber daya air untuk tujuan
tertentu)

2) Penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) untuk sumber daya air permukaan wajib
mendapat izin dari
a. bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada
wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;
b. gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah
sungai lintas kabupaten/kota; atau
c. menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah
sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan
wilayah sungai strategis nasional.
PP No. 38/2011 tentang Sungai
konservasi, pengembangan,
Pasal 54 pengendalian daya rusak

1)Pelaksanaan kegiatan fisik dan nonfisik sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 53 huruf a dapat dilakukan oleh masyarakat untuk kepentingan
sendiri berdasarkan izin.
2)Pemegang izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung
jawab atas O & P kegiatan fisik.
3)Dalam hal tertentu pelaksanaan kegiatan fisik dan nonfisik dapat
dilakukan tanpa izin.
Pasal 57 (Perizinan)
1)Setiap orang yang akan melakukan kegiatan pada ruang sungai
wajib memperoleh izin. misalnya konservasi secara
sukarela, skala kecil
PP No. 38/2011
Pasal 57 (Perizinan)
2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.pelaksanaan konstruksi pada ruang sungai;
misalnya jembatan, bendungan, tanggul, rentangan pipa dan kabel.
b.pelaksanaan konstruksi yang mengubah aliran dan/atau alur sungai;
misalnya bendung, sudetan, pintu air, pompa banjir, krib.
c.pemanfaatan bantaran dan sempadan sungai;
misalnya dermaga, jalur pipa gas, pipa air minum, rentangan kabel
listrik, rentangan kabel telekomunikasi, dan bangunan prasarana SDA
d.pemanfaatan bekas sungai;
misalnya budidaya perikanan atau untuk permukiman
e.pemanfaatan air sungai selain untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan
pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada;
misalnya pengambilan air untuk air irigasi yang akan dibangun, air
minum, dan sanitasi lingkungan perkotaan.
f.pemanfaatan sungai sebagai penyedia tenaga air;
misalnya pembangkit listrik tenaga air.
PP No. 38/2011

g. pemanfaatan sungai sebagai prasarana transportasi;


h. pemanfaatan sungai di kawasan hutan;
Kawasan hutan dalam ketentuan ini tidak termasuk kawasan suaka alam
dan kawasan pelestarian alam sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan.
i. pembuangan air limbah ke sungai;
misalnya pembuangan air limbah dari pabrik.
j. pengambilan komoditas tambang di sungai; dan
misalnya pengambilan pasir, kerikil, dan batu dari sungai atau tepi
sungai.
k. pemanfaatan sungai untuk perikanan menggunakan karamba atau
jaring apung.

Siapa... Pemberi Izin


Rekomendasi Teknis ?
Kegiatan Pada Ruang Sungai Pemberi Izin Pemberi Rekomtek

pelaksanaan konstruksi pada Menteri, Gubernur, Pengelola SDA (diatur


ruang sungai Walikota dalam PP 42/2008)
pelaksanaan konstruksi yang Menteri, Gubernur, Pengelola SDA (diatur
mengubah aliran dan/atau Walikota dalam PP 42/2008)
alur sungai
pemanfaatan bantaran dan Menteri, Gubernur, Pengelola SDA (diatur
sempadan sungai Walikota dalam PP 42/2008)
pemanfaatan bekas sungai Menteri, Gubernur, Pengelola SDA (diatur
Walikota dalam PP 42/2008)
pemanfaatan air sungai selain Menteri, Gubernur, Pengelola SDA (diatur
untuk kebutuhan pokok Walikota dalam PP 42/2008)
sehari-hari dan pertanian
rakyat dalam sistem irigasi
yang sudah ada
pemanfaatan sungai sebagai Menteri, Gubernur, Pengelola SDA (diatur
penyedia tenaga air Walikota dalam PP 42/2008)
Kegiatan Pada Ruang Sungai Pemberi Izin Pemberi Rekomtek
pemanfaatan sungai sebagai instansi yang Pengelola SDA
prasarana transportasi menyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidang transportasi
pemanfaatan sungai di Menteri, Gubernur, instansi yang
kawasan hutan Walikota menyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidang kehutanan /
BUMN di bid. kehutanan.
pembuangan air limbah ke Bupati/walikota Pengelola SDA
sungai

pengambilan komoditas Bupati/walikota Pengelola SDA


tambang di sungai
pemanfaatan sungai untuk instansi yang Pengelola SDA
perikanan menggunakan menyelenggarakan
karamba atau jaring apung urusan pemerintahan di
bidang perikanan
PROSEDUR PERIZINAN

 TAHAPAN : PENGAJUAN PERMOHONAN – EVALUASI


AWAL – PENYUSUNAN REKOMTEK – VERIFIKASI
REKOMTEK – PENERBITAN IZIN
 Pemohon mengajukan permohonan ditujukan kepada
Menteri Pekerjaan Umum c.q. Direktur Jenderal Sumber
Daya Air. (format permohonan dapat diperoleh di Balai
Besar/Balai Wilayah Sungai (BB/BWS), diisi lengkap oleh
pemohon)
 Permohonan harus dilampiri dokumen pendukung a.l.
peta lokasi, gambar disain, berita acara public
consultation meeting, dokumen amdal/ukl-upl/sppl, dll.
EVALUASI AWAL

 Tim evaluasi perizinan Ditjen. SDA meneliti kelengkapan


berkas permohonan.
 LENGKAP – dimintakan rekomtek kepada BWS
 TIDAK LENGKAP – dikembalikan kepada pemohon
 Evaluasi awal meliputi :
 Pemeriksaan kelengkapan dokumen;
 Kesesuaian dan kelengkapan data/informasi yang disampaikan
oleh Pemohon, meliputi ; identitas Pemohon, alamat/lokasi
sumber air, masa berlaku izin/dokumen yang dimiliki dan lain-
lain.
PENYUSUNAN REKOMTEK

 Terdiri atas kegiatan :


 Pengumpulan data dan informasi terkait permohonan oleh
tim rekomtek
 Expose/presentasi permohonan oleh pemohon
 Tinjauan lapangan
 Kajian aspek teknis, non teknis, sosial
 Pembuatan rekomendasi
 Rekomendasi teknis disampaikan kepada Dirjen. SDA
VERIFIKASI REKOMTEK

 Tim evaluasi perizinan Ditjen. SDA berkoordinasi dengan


direktorat teknis dan BWS melakukan verifikasi
dokumen rekomtek dan permohonan
 Jika diperlukan dapat dilakukan tinjauan lapangan
dan/atau expose oleh pemohon
 Jika hasil verifikasi :
 LAYAK – dibuatkan SK Menteri PU ttg pemberian izin
 TIDAK LAYAK - dibuatkan pemberitahuan ttg penolakan
pemberian izin
IZIN PENGGUNAAN/PEMANFAATAN
SUMBER DAYA AIR

 Identitas pemegang izin (nama, alamat, dll)


 Lokasi (nama desa, kecamatan, kabupaten, provinsi)
 Hak (volume air, jangka waktu, konstruksi yang
dibangun)
 Kewajiban (pelaporan, menjaga kondisi sumber air,
pemeliharaan konstruksi, pajak, biaya jasa PSDA, dll)
 Ketentuan (jumlah dan kualitas air tergantung
ketersediaan dan kebutuhan, penyesuaian penggunaan,
dll)
PROSEDUR PERIZINAN SEWA LAHAN

 TAHAPAN : PENGAJUAN PERMOHONAN – EVALUASI


AWAL – PENYUSUNAN REKOMTEK – VERIFIKASI
REKOMTEK – PENERBITAN IZIN
 Pemohon mengajukan permohonan ditujukan kepada
Menteri Pekerjaan Umum c.q. Direktur Jenderal Sumber
Daya Air. (format permohonan dapat diperoleh di Balai
Besar/Balai Wilayah Sungai (BB/BWS), diisi lengkap oleh
pemohon)
 Permohonan harus dilampiri dokumen pendukung a.l.
peta lokasi, gambar disain, berita acara public
consultation meeting, dokumen amdal/ukl-upl/sppl, dll.
PROSEDUR SEWA LAHAN
sprin dari
PEMOHON MENTERI PU Dirjen. SDA untuk surat Dirjen. SDA
cq. Dirjen. SDA pengecekan ke MENTERI PU
lapangan (tim) Cq. Sekjen . PU

14 hari kerja
PERSETUJUAN
MENTERI PU

BBWS/BWS
(rekomtek)

USULAN SEWA
> Rp. 5 M : Menteri PU → Menkeu
1–5M : Dirjen SDA → Ka.Kanwil DJKN
14 hari kerja < Rp. 1 M : BBWS/BWS → KPKN

PERSETUJUAN
BAYAR SEWA - Menkeu;
kontrak PEMOHON - Ka. Kanwil DJKN; dan
dengan BBWS/BWS - KPKN.
TARIF SEWA ATAS PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK NEGARA
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 96/PMK.06/2007

Besarnya biaya sewa Barang Milik Negara dihitung dengan formula sebagai berikut:
1. FORMULA SEWA TANAH KOSONG
Keterangan:
St = 3,33% x (Lt x Nilai Tanah)
St = Sewa Tanah
Lt = Luas Tanah (M2)
Nilai Tanah = Nilai Tanah berdasarkan hasil penilaian dengan estimasi terendah
menggunakan NJOP
Luas Tanah dihitung berdasarkan pada gambar situasi / peta tanah atau sertifikat tanah dalam meter persegi
(per -M2)

2. SEWA TANAH DAN BANGUNAN


Stb = (3,33% x Lt x Nilai Tanah) + (6,64% x Lb x Hs x Nsb)
Keterangan:
Lb = Luas lantai Bangunan (M2)
Hs = Harga satuan bangunan standar dalam keadaan baru (Rp/M2)
Nsb = Nilai sisa bangunan (%)
- Penyusutan untuk bangunan permanen = 2 % / tahun
- Penyusutan untuk bangunan semi permanen = 4 % / tahun
- Penyusutan untuk bangunan darurat = 10% / tahun
- Penyusutan maksimal 80%

 PROSEDUR DAN TATA CARA SEWA BMN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEMENTERIANN
PEKERJAAN UMUM DIATUR DALAM: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009
Kementerian Pekerjaan Umum
03 3
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
00 6

4 2 3 1 4 9 Untuk Sewa Lahan


Kementerian Pekerjaan Umum
03 3
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
00 6

4 2 3 1 1 9 Untuk SIPPA
KEWAJIBAN PP No. 42/2008

Pasal 98 (Kewajiban Pemegang Izin Pelaksanaan Konstruksi)


1)Pemegang izin pelaksanaan konstruksi pada sumber air wajib untuk :
a.mematuhi ketentuan dalam izin;
b.membayar retribusi dan kompensasi lainnya sebagai akibat dari pelaksanaan
konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c.melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi sumber daya air;
d.melindungi dan mengamankan prasarana sumber daya air disekitarnya;
e.mencegah terjadinya pencemaran air akibat pelaksanaan konstruksi;
f.memulihkan kerusakan lingk. hidup yang disebabkan oleh keg. konstruksi;
g.menjamin kelangsungan pemenuhan air bagi kebutuhan pokok sehari-hari
masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang terganggu akibat pelaksanaan
konstruksi; dan
h.memberikan tanggapan yang positif apabila timbul gejolak sosial masyarakat di
sekitar lokasi kegiatannya.
KEWAJIBAN PP No. 42/2008

Pasal 104 (Kewajiban Pemegang Izin Penggunaan SDA)


1) Pemegang izin penggunaan sumber daya air wajib untuk:
a. mematuhi ketentuan dalam izin;
b. membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan
c. membayar kewajiban keuangan lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
d. melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi sumber daya air;
e. melindungi dan mengamankan prasarana sumber daya air;
f. melakukan usaha pengendalian dan pencegahan terjadinya
pencemaran air;
g. melakukan perbaikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan yang ditimbulkan; dan
h. memberikan akses untuk penggunaan sumber daya air dari
sumber air yang sama bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-
hari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.
KEWAJIBAN PP No. 38/2011

Pasal 59 (Kewajiban Pemegang Izin)


1.Pemegang izin kegiatan pada ruang sungai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 wajib:
a.melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi sungai;
b.melindungi dan mengamankan prasarana sungai;
c.mencegah terjadinya pencemaran air sungai;
d.menanggulangi dan memulihkan fungsi sungai dari pencemaran
air sungai;
e.mencegah gejolak sosial yang timbul berkaitan dengan kegiatan
pada ruang sungai; dan
f.memberikan akses terhadap pelaksanaan pemantauan, evaluasi,
pengawasan, dan pemeriksaan.
SANKSI ADMINISTRATIF PP No. 42/2008

Pasal 121
1)Setiap pemrakarsa sebagai pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
95 huruf a dan huruf b yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2), Pasal 98, atau Pasal 104 ayat (1)
dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya sebagai pemberi izin.
2)Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a.peringatan tertulis;
b.penghentian sementara pelaksanaan seluruh kegiatan; dan
c.pencabutan izin.
3)Penyedia jasa konstruksi yang melanggar ketentuan peraturan pemerintah ini
dikenai sanksi administratif sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan di bidang jasa konstruksi.

detail di Pasal 122 dan Pasal 123


SANKSI ADMINISTRATIF PP No. 38/2011

Pasal 60
1)Setiap pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dikenai sanksi
administratif oleh pemberi izin sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
2)Selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), apabila pelaksanaan kegiatan pada ruang sungai yang
dilakukan oleh pemegang izin menimbulkan:
a. kerusakan pada ruang sungai dan/atau lingkungan
sekitarnya, wajib melakukan pemulihan dan/atau
perbaikan atas kerusakan yang ditimbulkannya; dan/atau
b. kerugian pada masyarakat, wajib mengganti biaya kerugian
yang dialami masyarakat.
perizinan dalam pengelolaan
sumber daya air
TUJUAN :
 menjaga kondisi alami sumber daya air, penggunaan secara hemat dan
bijak, mencegah/mengendalikan dampak negatif kegiatan terhadap
sumber daya air (kerusakan sumber air/sarana prasarana,
pencemaran, dll)
 terjaminnya hak atas air bagi kebutuhan sehari-hari dan pertanian
rakyat (prioritas) dan kebutuhan lainnya sesuai alokasi air secara tertib,
adil, akuntabel, serta mencegah konflik antar pengguna
 mencegah bencana daya rusak air yang timbul akibat penggunaan
sumber daya air (banjir, tanah longsor, dll)
 meningkatkan peran masyarakat dan swasta khususnya dalam hal
pembiayaan sumber daya air (biaya jasa pengelolaan SDA)
 tersedianya informasi tentang kondisi sumber daya air, pemanfaatan,
untuk mendukung pengelolaan sumber daya air di masa mendatang
pemberian izin dalam pengelolaan sda oleh
pemerintah (Menteri PU)

DIANTARANYA :
 Izin pelaksanaan konstruksi pada sumber air (PP. 42/2008)
 Izin penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu (PP. 42/2008)
 Izin pemanfaatan ruang pada daerah genangan dan sempadan waduk
(PP 37/2010)
 Izin pemanfaatan ruang sungai untuk berbagai kegiatan (PP 38/2011)
 Izin pengalihan alur sungai dan/atau pemanfaatan ruas bekas sungai
(Permen. PU 18/2009)
pengelolaan perizinan
PERENCANAAN PELAKSANAAN MONEV

• Inventarisasi • Rekomendasi • Pelaksanaan izin


sumber air teknis BBWS/ • Masalah/
• Penyusunan BWS dampak
rencana zona • Izin (hak, lingkungan,
pemanfaatan kewajiban, teknis, sosial, dll.
• Penyusunan ketentuan, • Pelanggaran
alokasi air jangka waktu, • Penindakan
• Pengaturan dll.) (PPNS)
(perda PAP,
sempadan, dll)
• Prosedur pertimbangan
perizinan TKPSDA

updating
PP No. 42/2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

2) Perlindungan sumber air sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketetapan
pemanfaatan zona pada sumber air yang
bersangkutan.
3) Penyelenggaraan perlindungan sumber air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang
sumber daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
PP No. 42/2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

Pasal 95
Perizinan dalam pengelolaan sumber daya air diperlukan
untuk kegiatan :
a.pelaksanaan konstruksi pada sumber air;
Yang dimaksud dengan “konstruksi pada sumber air” adalah
konstruksi yang berada pada sumber air termasuk pada sempadan
sumber air, misalnya, konstruksi jembatan, jaringan perpipaan, dan
jaringan kabel listrik/telepon.
b.penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu;
c.modifikasi cuaca.
PP No. 42/2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

Pasal 116
(1) Sumber dana untuk pembiayaan pengelolaan sumber daya
air dapat berasal dari:
a. anggaran pemerintah;
b. anggaran swasta; dan/atau
c. hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air.
(2) …dst
(3) …dst
(4) Hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan dana yang
dipungut dari pengguna sebagai pemegang izin penggunaan sumber
daya air yang wajib membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air
terhadap penggunaan atau pengusahaan sumber daya air.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai