Anda di halaman 1dari 31

Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran

A. Pendekatan
1. Pengertian
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu
artinya adalah “Pendekatan”. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada


siswa (student centered approach), dimana pada pendekatan jenis
ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
guru (teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini
guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.

2. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran


Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
a. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode
pembelajaran yang akan digunakan.
b. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
c. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
d. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
e. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah
dilaksanakan.

3. Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran


a. Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning
(CTL)

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning


(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education,
2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari
berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka

Weri Denita (1514040076) Page 1


memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menggapinya. .

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima


bentuk belajar yang penting, yaitu :

1) Mengaitkan. adalah strategi yang paling hebat dan


merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi
ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa
yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2) Mengalami. merupakan inti belajar kontekstual dimana
mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan
pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat
terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan
dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang
aktif.
3) Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia
malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat
memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic
dan relevan.
4) Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak
membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang
bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang
komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak
hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi
konsisten dengan dunia nyata.
5) Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam
pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan
hapalan

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pendekatan Kontekstual

Hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sejumlah hasil yang


diharapkan dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah sebagai
berikut :

a) Guru yang berwawasan. Maksudnya yaitu guru yang


berwawasan dalam penerapan dan pendekatan.
b) Materi dalam pembelajaran.Dalam hal ini guru harus bisa
mencari materi pembelajaran yang dijiwai oleh konteks perlu
disusun agar bermakna bagi siswa.
c) Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar.Dalam hal ini
adalah bagaimana seorang guru membuat siswa bersemangat

Weri Denita (1514040076) Page 2


belajar, yang lebih konkret, yang menggunakan realitas, lebih
aktual, nyata/riil, dsb.
d) Media pendidikan, Media yang digunakan dapat berupa situasi
alamiah, benda nyata, alat peraga, film nyata yang mana perlu
dipilih dan dirancang agar sesuai dan belajar lebih bermakna.
e) Fasilitas, Media pendukung pembelajaran kontekstual seperti
peralatan dan perlengkapan, laboratorium, tempat praktek, dan
tempat untuk melakukan pelatihan perlu disediakan.
f) Proses belajar dan mengajar, Hal ini ditujukan oleh perilaku
guru dan siswa yang bernuansa pembelajaran kontekstual yang
merupakan inti dari pembelajaran kontekstual.
g) Kancah pembelajaran, Hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil
yang diinginkan.
h) Penilaian, Penilaian/evaluasi otentik perlu diupayakan karena
pada pembelajaran ini menuntut pengukuran prestasi belajar
siswa dengan cara- cara yang tepat dan variatif, tidak hanya
dengan pensil atau paper test.
i) Suasana, Suasana dalam lingkungan pembelajaran kontekstual
sangat berpengaruh karena dapat mendekatkan situasi
kehidupan sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan
siswa.

Karakteristik Pembelajaran CTL

a) Kerja sama.
b) Saling menunjang.
c) Menyenangkan, tidak membosankan.
d) Belajar dengan bergairah.
e) Pembelajaran terintegrasi.
f) Menggunakan berbagai sumber.
g) Siswa aktif.
h) Sharing dengan teman.
i) Siswa kritis guru kreatif.
j) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa,
peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.

Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil


karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual

Tahapan pelaksanaan pembelajaran kontekstual antara lain :

a) Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan.


b) Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari.

Weri Denita (1514040076) Page 3


c) Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan
kehidupan siswa.
d) Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan
konteks dengan materi pelajaran.
e) Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual.
f) Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah
dipelajari siswa.

b. Pendekatan Kontruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam


pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa
dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi
pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan
individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang
biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha
mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang
membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya

Konstrukstivisme Sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan
dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing
partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga
perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam
konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan
aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme

 Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan


pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu
sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung
sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan
pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan
kajian teori.
 Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada
keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
 Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan
apa yang mereka pelajari.

Langkah Pelaksanaan Pendekatan Konstruktivisme

Weri Denita (1514040076) Page 4


Langkah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme,
menurut Nurhadi (2003:39) bahwa penerapan konstruktivisme muncul
dengan lima langkah pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

Pengetahuan awal yang sudah dimiliki peserta didik


akan menjadi dasar awal untuk mempelajari informasi baru.
Langkah ini dapat dilakukan dengan cara pemberian
pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas.

b. Pemerolehan pengetahuan baru


Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan secara
keseluruhan tidak dalam paket yang terpisah-pisah.
c. Pemahaman pengetahuan
Siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal
yang memungkinkan dari pengetahuan baru siswa.
d. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
Siswa memerlukan waktu untuk memperluas dan
memperhalus stuktur pengetahuannya dengan cara
memecahkan masalah yang di temui.
e. Melakukan refleksi.
Pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan
diterapkan secara luas, maka pengetahuan itu harus
dikontekstualkan dan hal ini memerlukan refleksi.

Sedangkan menurut Kunandar (2007:307) langkah-langkah


pembelajaran konstruktivisme antara lain :

a) carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa


untuk menuntun pelajaran dan keseluruhan unit
pembelajaran
b) Biarkan siswa mengemukakan gagasan-gagasan mereka
dulu
c) Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian
informasi, dan aktivitas siswa sebagai hasil dalam proses
belajar
d) Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk
mengarahkan proses pembelajaran
e) Kembangkan penggunakan alternatif sumber informasi baik
dalam bentuk bahan tertulis maupun bahan-bahan para
pakar.
f) Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab
terjadinya suatu peristiwa
g) Carilah gagasan-gagasan siswa sebelum guru menyajikan
pendapatnya.

Weri Denita (1514040076) Page 5


h) Buatlah agar siswa tertantang dengan konsepi dan gagasan-
gagasan mereka sendiri
i) Sediakan waktu cukup untuk berefleksi dan menganalisis
menghormati gagasan siswa
j) Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri,
mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasannya
sesuai dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya
k) Gunakanlah masalah yang diidentifikasikan oleh siswa
sesuai dengan minantya dan dampak yang akan
ditimbulkannya
l) Gunakan sumber-sumber lokal sebagai sumber informasi
asli yang digunakan dalam pemecahan masalah.
m) Libatkan siswa dalam mencari pemecahan masalah
yang ada dalan kenyataan.
n) Perluas belajar seputar jam pelajaran, ruangan kelas, dan
lingkungan sekolah.
o) Pusatkan perhatian pada dampak sains pada setiap individu
siswa
p) Tekankan kesadaran karir terutama yang berhubungan
dengan sains dan teknologi”.

c. Pendekatan Deduktif
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering
disebut pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-
teori dan meningkat ke penerapan teori. Dalam bidang ilmu sains
dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang
menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus
dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama siswa, dan kurang
atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran
dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer
informasi atau pengetahuan.
Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk
teoritis kebentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum
ke yang bersifat khusus. Disini guru menjelaskan teori-teori yang
telah ditemukan para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang
terjadi atau mengambil contoh-contoh.
Penggunaan Pendekatan Deduktif
Menurut Yamin (2008:89) pendekatan deduktif dapat
dipergunakan bila:

a) Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari,

Weri Denita (1514040076) Page 6


b) Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang
kurang membutuhkan proses berfikir kritis,
c) Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan
yang baik dan pembicaraan yang baik,
d) Waktu yang tersedia sedikit.

Langkah-langkah Pendekatan Deduktif

Menurut Sagala (2010:76) langkah-langkah yang dapat


digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah

a) Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan


dengan pendekatan deduktif,
b) Guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum,
lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya,
c) Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat
menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan
prinsip umum,
d) Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau
menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan
gambaran dari keadaan umum.

d. Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan
induktif (inductif approach) menyimpulkan permasalahan dari hal-hal
yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan sebagai
pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang
khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu
menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini
sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan
dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses
penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa:
Pendekatan induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh,
atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian
siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan, menemukan,
atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar
dengan cara penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik
untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau
fakta yang pasti.

Weri Denita (1514040076) Page 7


Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan induktif adalah pendekatan pengajaran yang berawal
dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat
disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan.

Menurut Yamin (2008:90) pendekatan induktif tepat digunakan


manakala:

a) Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang


berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,
b) Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi,
sikap, pemecahan, dan pengambilan keputusan,
c) Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil
mengajukan pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan
sabar,
d) Waktu yang tersedia cukup panjang.

Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Induktif

Menurut Sagala (2010:77) langkah-langkah yang harus


ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif
yaitu:

a) Memilih dan menentukan bagian dari pengetahuan (konsep,


aturan umum, prinsip dan sebagainya) sebagai pokok bahasan
yang akan diajarkan.
b) Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau
aturan umum itu sehingga memungkinkan siswa menyusun
hipotesis (jawaban sementara) yang bersifat umum.
c) Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan
dengan tujuan membenarkan atau menyangkal hipotesis yang
dibuat siswa.
d) Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya
berupa aturan umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-
langkah tersebut, baik dilakukan oleh guru atau oleh siswa.

e. Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan


peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak
terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur
mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.

Weri Denita (1514040076) Page 8


Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran
yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan
kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

Ciri-ciri suatu konsep adalah

a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu


b.Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
d.Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-
pengalaman
e. Konsep yang benar membentuk pengertian
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep


Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3
tahap yaitu,

a) Tahap Enaktik

Tahap enaktik dimulai dari:

 Pengenalan benda konkret.


 Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa
pengalaman baru.
 Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.

b) Tahap Simbolik

Tahap simbolik diperkenalkan dengan: Simbol,


lambang, kode, seperti angka, huruf. kode, seperti (?,=,/) dll.
Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk
menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
Memberi nama, dan istilah serta defenisi.

c) Tahap Ikonik

Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara


abstrak, seperti: Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa
sudah mampu mengatakannya.

f. Pendekatan Proses

Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang


memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses

Weri Denita (1514040076) Page 9


penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan
proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada
proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan
benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih
daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih
psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga
harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan
melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah
proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan,
keuletan.

g. Pendekatan Open - Ended

Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang


diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem
tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka.
Siswa yang dihadapkan denganOpen-Ended problem, tujuan
utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan
pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian
bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan
jawaban, namun beberapa atau banyak.
Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila
hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan
atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut.
Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan pembelajaran
adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau
pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang
diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.

Kelebihan pendekatan Open–Ended.


Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah
kepada siswa yang solusinya tidak perlu ditentukan hanya melalui satu
jalan. Guru harus memanfaatkan keragaman cara atau prosedur yang
ditempuh siswa dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan
memberikan pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang
baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan cara berfikir
matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Ada beberapa kelebihan
dari pendekatan ini, antara lain:

a. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif


serta memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan
pengetahuan serta keterampilan matematika secara komprehensif.

Weri Denita (1514040076) Page 10


c. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan
untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan
dengan cara mereka sendiri.
d. Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas
jawaban yang mereka berikan.
e. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka
sendiri maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.

Kelemahan Pendekatan Open–Ended.


Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari pendekatan
open-ended, terdapat juga beberapa kelemahan, diantaranya:

a. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika


yang bermakna bagi siswa.
b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa
sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan
bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
c. Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi
bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
d. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan
belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang
mereka hadapi.

h. Pendekatan Saintific

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang


dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Proses
pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan
ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah
pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnya adalah peningkatan
dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang
baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (saintifik approach) dalam pembelajaran semua
mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan,
bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,

Weri Denita (1514040076) Page 11


menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata
pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan
ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.

Prinsip Pendekatan Saintific


Prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan saintific
antara lain :

a) pembelajaran berpusat pada siswa


b) pembelajaran membentuk students’ self concept
c) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempelajari, mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan,
dan prinsip.
d) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa
e) Pembelajaran meningkatkan motivasi

Langkah-langkah Pendekatan Saintific

Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu :

a) Observing (mengamati), Membaca, mendengar, menyimak,


melihat (tanpa atau dengan alat)
b) Questioning (menanya), Mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik)
c) Associating (menalar), mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan
d) Experimenting (mencoba), Untuk memperoleh hasil belajar
yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi
yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik
harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki
keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan

Weri Denita (1514040076) Page 12


tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya sehari-hari.
e) Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan),
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan
hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

i. Pendekatan Realistik

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan


olehHans Frudenthal di Belanda. Realistic Mathematics Education
(RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal
yang ‘real’ bagi siswa, menekankan ketrampilan ‘proses of doing
mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan
teman sekelas sehinggga mereka dapat menemukan sendiri (‘student
inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik
secara individu maupun secara kelompok. (Zulkardi, 2009)
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28)
“sebuah pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan
pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri”.
Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik
adalah pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia nyata
atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam belajar matematika”.
Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di
Belanda teorinya mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan
realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia.
Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi-
strategi informasi siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan
masalah pada situasi- situsi biasa yang telah diakrapiniya, dan
keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran pendekatan
realistik atau Realistic Mathematic Education(RME) juga diberi
pengertian “cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyelediki dan memahami konsep matematika melalui
suatu masalah dalam situasi yang nyata”. (Megawati, 2003: 4). Hal ini
dimaksudkan agar pembelajaran bermakna bagi siswa.
Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan
pengajaran yang bertitik tolak pada hal- hal yang real bagi
siswa(Zulkardi). Teori ini menekankan ketrampilan proses, berdiskusi
dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga
mereka dapat menemukan sendiri(Student Invonting), sebagai
kebalikan dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada akhirnya
murid menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan masalah
baik secara individual ataupun kelompok.
Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang
fasilitator, moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir,

Weri Denita (1514040076) Page 13


mengkomunikasikan argumennya, mengklasifikasikan jawaban
mereka, serta melatih saling menghargai strategi atau pendapat orang
lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini
adalah pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan
dikhususkan pada pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau
pendekatan Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah sehari- hari sebagai sumber inspirasi dalam
pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep- konsep tersebut
atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan
pada hal- hal nyata atau real bagi siswa dan mengacu pada
konstruktivis sosial.

Tujuan Pendekatan Realistik (RME)


Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai berikut:

1) Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan


bermakna,tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak
2) Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
3) Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
4) Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa
menggunakan penyelesaian yang baku.
5) Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran
matematika.(kuiper&kouver,1993)

Prinsip-Prinsip Pendekatan Realistik (RME)


Terdapat 5 prinsip utama dalam pembelajaran matematika
realistik, yaitu:

1) Menggunakan konsep atau situasi.


2) Menggunakan model : "model of" dan "model for"
3) Menggunakan hasil pemikiran siswa sendiri.
4) Interactivity.
5) Intertwinning (saling mengaitkan suatu konsep dengan
konsep lainnya).

Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik

Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan


memperhatikan pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka
dapatlah disusun suatu langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan PMR yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:

Weri Denita (1514040076) Page 14


 Langkah 1: Memahami masalah kontekstual

yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam


kehidupan sehari-hari kepada siswa dan meminta siswa untuk
memahami masalah tersebut,serta memberi kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan masalah yang belum di
pahami. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini
adalah karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah
kontekstual sebagai titik tolak dalam pembelajaran, dan
karakteristik keempat yaitu interaksi

 Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual

jika dalam memahami masalah siswa mengalami


kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal
dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran
seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari
permasalahan yang belum dipahami

 Langkah 3 : Menyelesaikan masalah

Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan


interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang
dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah.
Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan
caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang
dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan
penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru
mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas,
sehingga siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-
masalah tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada
langkah ini yaitu karakteristik kedua menggunakan model

 Langkah 4 : Membandingkan jawaban

Guru meminta siswa membentuk kelompok secara


berpasangan dengan teman sebangkunya, bekerja sama
mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah
diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan, dan
berdiskusi). Guru mengamati kegiatan yang dilakukan siswa,
dan memberi bantuan jika dibutuhkan. Dipilih kelompok
berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi waktu. Karena di
sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku
panjang. Sehingga kelompok dengan jumlah anggota yang
lebih banyak, membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pembentukannya.

Weri Denita (1514040076) Page 15


Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan
waktu, karena siswa telah duduk dalam tatanan kelompok
berpasangan. Setelah diskusi berpasangan dilakukan, guru
menunjuk wakil-wakil kelompok untuk menuliskan masing-
masing ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya,
kemudian guru sebagai fasilitator dan modarator mengarahkan
siswa berdiskusi, membimbing siswa mengambil kesimpulan
sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan matematika
formal (idealisasi, abstraksi). Karakteristik PMR yang muncul
yaitu interaksi

 Langkah 5: Menyimpulkan

Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk


menarik kesimpulan suatu rumusan konsep/prinsip dari topik
yang dipelajari. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah
ini adalah adanya interaksi antar siswa dengan guru.

Kelebihan Pembelajaran Matematika Realistik


Beberapa keunggulan/kelebihan dari pembelajaran metematika
realistik antara lain:

a. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan


suasana tegang tidak tampak.
b. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
c. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga
mudah didapatkan.
d. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
e. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
f. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak
semakin pandai.

Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik


Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik
antara lain:

a. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45


orang).
b. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi
pelajaran.
c. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mampu memahami materi
pelajaran.

j. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat

Weri Denita (1514040076) Page 16


Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau
pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan
gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan
diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment
(STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun
istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu
Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains
Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara
sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari
pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup
memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil
tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan
konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep
di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka
ketahui.1

B. Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal. Keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode
pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Berikut ini
disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk
mengimpelementasikan strategi pembelajaran. Yaitu :

file:///E:/MATA%20KULIAH/SEMESTER%205/Rancangan%20Pembelajaran%20Matematika/PEND
EKATAN.htm. (17 November 2017, pukul 12:48).

Weri Denita (1514040076) Page 17


1. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah peserta didik yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
Guru lebih banyak memberikan informasi pada peserta didik, sehingga
peserta didik menjadi pasif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran
yang menggunakan metode ceramah diupayakan tidak hanya
menyajikan informasi dari guru, karena pada setiap pembelajaran harus
diusahakan peserta didik yang aktif. Metode ceramah dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori
2. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab
membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan
metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode
penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh
guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar
memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan
pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi
dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran
ekspositori dan inkuiri.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah
dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang
bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar
pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-
sama.
Jenis-jenis Diskusi
a. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah
proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota
kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis
diskusi ini adalah:
a. Guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya
siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi
penulis
b. Sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar)
memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15
menit
c. Siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan
setelah mendaftar pada moderator

Weri Denita (1514040076) Page 18


d. Sumber masalah memberi tanggapan
e. Moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b. Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa
dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5
orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan
permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-
bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap
kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua
kelompok menyajikan hasil diskusinya.
c. Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu
persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan
keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang
luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya
tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan
pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah
ditentukan sebelumnya.
d. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang
dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-
5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis
diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara
langsung, tetapi berperan hanya sekadar peninjau para panelis yang
sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel
efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan
metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil
pembahasan dalam diskusi.
4. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat
diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat
dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Demikian juga
untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu
peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
Jenis-jenis Simulasi
a. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran
untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara
manusia seperti masalah kenakalanremaja, narkoba, gambaran
keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodramadigunakan
untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-

Weri Denita (1514040076) Page 19


masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkannya.
b. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain
peran yangbertitik tolak dari permasalahan-permasalahan
psikologis. Psikodrama biasanyadigunakan untuk terapi, yaitu agar
siswa memperoleh pemahaman yanglebih baik tentang dirinya,
menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadaptekanan-
tekanan yang dialaminya.
c. Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran
sebagaibagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi
peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau
kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
Topik yang dapat diangkat untuk role playingmisalnya memainkan
peran sebagai juru kampanye suatu partai atau Gambaran keadaan
yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
d. Peer Teaching
Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan
oleh siswakepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching
merupakan kegiatanpembelajaran yang dilakukan seorang siswa
kepada siswa lainnya dan salahsatu siswa itu lebih memahami
materi pembelajaran.
e. Simulasi Game
Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa
berkompetisiuntuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan
dengan mematuhi peraturanyang ditentukan.
5. Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah,
tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk
aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa
dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.
Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang akan
dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di
laboratorium.
6. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way
traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab.
Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara
langsung antara guru.
7. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok
mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang
sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas

Weri Denita (1514040076) Page 20


kelompok-kelompok kecil (subsub kelompok). Kelompok bisa dibuat
berdasarkan:
a. Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila
kelas itu sifatnya heterogin dalam belajar.
b. Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa
yang punya minat yang sama.
c. Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita
berikan.
d. Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa yang
tinggal dalam satu wilayah yang dikelompokkan dalam satu
kelompokan sehingga memudahkan koordinasi kerja.
e. Pengelompokan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor-
faktor lain.
f. Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan
kelompok wanita.
8. Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode
berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakanmetode-
metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.
9. Metode Sistem Regu (Team Teaching)
Team Teaching pada dasarnya ialah metode mengajar dua orang
guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi
kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab
untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat
melibatkan orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang
dibutuhkan.
10. Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh
suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.
Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa
untuk berpikir, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat
kewajaran dari metode Drill.
a. Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik,
seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain.
b. Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan
penggunaan rumus- rumus, dan lain-lain.
c. Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa,
grafik, simbul peta, dan lain-lain. Prinsip dan petunjuk
menggunakan metode Drill.
d. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan
latihan tertentu.
e. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis,
mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk
kemudian bisa lebih sempurna.

Weri Denita (1514040076) Page 21


f. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
g. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
h. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang essensial
dan berguna.2

C. Model Pembelajaran
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Macam – Macam Model pembelajaran yang sering di gunakan
adalah :
1. Resolusi Konflik: (NCSS: 200: 12-22, National Council for the Council
Studies – Amerika Serikat
- Menjelaskan tujuan pembelajaran
- Tanya jawab untuk menggali konsep yang
telah dimiliki siswa
- Memberi contoh konflik/isu/masalah
I
- Pengecekan nilai-nilai personal pemeran
Identifikasi
masalah
- Tanya jawab terhadap konflik yang
disajikan

- Penyajian pokok-pokok materi


pembelajaran, identifikasi konflik yang
disampaikan di bagian awal
- Pencarian sumber-sumber/pemberian
bacaan untuk mendukung pemecahan
II masalah
Explorasi - Mendiskusikan kaitan berbagai pihak
dalam konflik yang diajarkan.
- Kaitan konsep yang telah mereka miliki
dengan masalah sosial budaya yang
dihadapi dalam pelajaran

- Merumuskan hipotesis tentang konflik


yang diajar, mencari pihak-
III pihak/lembaga-lembaga yang paling
Ekplanasi bertanggung jawab, berwenang untuk
menangani konflik
- Klarifikasi lagi konsep-konsep yang telah

2
file:///E:/MATA%20KULIAH/SEMESTER%205/Rancangan%20Pembelajaran%20Matematika/Al-
Fath%20%20makalah%20strategi%20pendidikan%20perbedaan%20model,%20metode,%20pend
ekatn,%20gaya,%20teknik%20dan%20taktik%20belajar.htm.(17 November 2017, pukul 12:44)

Weri Denita (1514040076) Page 22


dimiliki siswa untuk penguatan unsur
kognitif
- Buat tim kerja untuk membahas hal-hal
lebih lanjut
- Tahap pengujian kebenaran hipotesis yang
sudah disampaikan

- Guru mengawasi jalannya diskusi


- Membimbing siswa untuk mencetuskan ide-
ide
IV
- Membantu siswa mengumpulkan informasi
Negosiasi
yang dibutuhkan
Konflik
- Laporan oleh masing-masing tim kerja
- Simpulan hasil diskusi

- Menentukan sikap masing-masing terhadap


konflik yang sudah dibahas, cek pemecahan
mereka/pemahaman mereka
- Cek perumusan mereka/keputusan yang
V
mereka buat terhadap sebuah konflik yang
Resolusi
sudah diberikan
Konflik
- Cek perumusan rekomendasi mereka,
rekomendasi yang mereka buat, orang yang
berperan, misalnya: kepala desa semestinya
apa yang dilakukan kepala dusun, dsb.

2. Demonstrasi (Mudjiono, 1999: 3)


- Rumuskan kecakapan/keterampilan yang akan
dicapai
- Tentukan alat yang dipakai atau orang yang akan
I
disuruh mendemonstrasikan
- Perhatikan waktu untuk demonstrasi
- Rencanakan sistim pemikirannya

- Mulai demonstrasi
- Setelah selesai lanjut dengan tanya jawab
- Diskusi
II - Percobaan oleh siswa untuk mendemonstrasikan hal
tadi
- Pemikiran oleh guru

Weri Denita (1514040076) Page 23


3. STM (Sain Teknologi Masyarakat) (Cain, Sund, Sandra, 1998)
- Didahului dengan ketidakseimbangan
(disegnilibrium)
- Mulai dengan aplikasi sain (IPA dan Teknologi)
I yang ada di masyarakat. Ini sebagai motivasi siswa
belajar
- Penyiapan buku-buku teks
- Penggalian isu/masalah yang mereka/siswa alami

- Pengajaran dimulai dari konsep, prinsip dan


dilanjutkan dengan contoh-contoh
- Siswa membuat definisi tentang konsep-konsep tadi
- Siswa mencari informasi-informasi yang berguna
untuk memecahkan masalah yang ada
- Konstruksi terus dilakukan, belajar berarti
II membentuk makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, dialami.
- Buat rekonstruksi/pengulangan kembali terhadap
hasil konstruksi
- Buat ringkasan/ulasan-ulasan tentang konsep yang
benar sehingga siswa tidak salah konsep.

4. Problem Based Learning (Savoi, Andrew, 1994)


a. Penyajian masalah
b. Sampaikan bahwa masalah ini berhubungan dengan kegiatan
mereka sehari-hari sehingga mereka merasa perlu mempelajarinya
c. Informasi-informasi untuk memecahkan masalah dicari siswa
d. Buat diskusi, buat agar mereka interaktif, presentasi
e. Tentukan hipotesis, alasan-alasannya, students actively grapping
f. Ambil kesimpulan dari grapping problem yang diajar

5. Problem Solving (John Dewey, Bruner) Berbasis Masalah


a. Masalah sudah ada, materi diberikan
b. Dikasi masalah sebagai pemecahan/diskusi, kerja kelompok
c. Masalah tidak dicari seperti (di problem based learning dari
kehidupan mereka sehari-hari)
d. Murid ditugaskan mengevaluasi/evaluating dan bukan grapping
seperti yang di problem based learning
e. Siswa memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikan
sebagai hasil akhir

6. Model Pembelajaran Langsung/Model Pembelajaran Aktif/Mastery


Teaching/ Explicit Instruction (Kardi dan Nur, 2000)

Weri Denita (1514040076) Page 24


Orientasi - Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Presentasi - Mendemonstrasikan keterampilan,
menyajikan materi tahap demi tahap,
murid dituntut menguasai:
Menguasai posedural → bagaimana cara
melakukan sesuatu
Deklaratif → tahap demi tahap
Latihan - Murid diberi tugas tertentu, guru
terstruktur membimbing diskusi, siswa aktif dengan
tanya jawab diskusi, perhatian, dll.
Latihan - Melakukan pengecekan apa tugas yang
terbimbing diberikan telah dilakukan dengan baik
Latihan - Pemantapan apa yang telah dilakukan
bebas - Penilaian

7. Model Pembelajaran Generatif (Tyler, 1996)


1) Fase tahap explorasi/pendahuluan
Pra konsepsi, siswa sudah punya konsep, konsep yang belum
ilmiah (miskonsepsi: penyampaian materi dan tujuan
pembelajaran).
2) Fase pemusatan
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada siswa.
b. Siswa juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
c. Siswa/guru melakukan refleksi, presentasi, komunikasi,
diskusi.
3) Fase tantangan
a. Penyajian bukti-bukti oleh guru untuk merubah miskonsepsi.
b. Memberi dukungan terhadap konsep yang benar.
c. Demontrasi bila diperlukan, siswa disuruh melakukan
experimen.
d. Melakukan pengujian gagasan.
e. Guru membuat analogi, apabila konsep sulit dipahami
(bandingkan dengan objek lain atau materi lain).
4) Fase aplikasi
a. Kasi soal-soal yang sederhana sehingga dapat dengan mudah
dipecahkan dan siswa mulai lebih yakin.
b. Buat klasifikasi terhadap jawaban yang salah.
c. Pandangan ilmiah disajikan untuk memecahkan masalah-
masalah yang sulit.
d. Soal-soal berlanjut untuk evaluasi.

8. Model Expositori/Model yang Berpusat pada Guru/Model


Konvensional (Romiszowski, 1990).
a. Penyampaian materi

Weri Denita (1514040076) Page 25


b. Apresiasi terhadap materi yang diajar
c. Penjelasan fakta, konsep, prinsip, hukuman
d. Tanya jawab, demonstrasi, diskusi, dll
e. Latihan soal-soal
f. Rangkuman
g. Tindak lanjut, seperti: PR dan tugas lain.

9. Model Hipotesis Deduktif (Dahar, 1989)


1) Fase Explorasi
Aksi, reaksi, berikan mereka menyuarakan aspirasinya
terhadap materi pelajaran, setelah materi itu diperkenalkan,
membuat analisis, dll.
2) Fase Pengenalan Konsep
a. Tampilkan konsep-konsep yang tepat untuk mempelajari
materi itu.
b. Konsep-konsep dibuat sederhana, dapat dipahami dan jelas.
3) Fase Aplikasi Konsep
a. Berikan waktu untuk menggunakan konsep-konsep tersebut
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan/tujuan pembelajaran
yang disampaikan
b. Experimen
c. Test

10. Model Inquiri (Menyelidik Sendiri) (W. Natapura, 1993: 2002)


1) Penyajian materi/masalah
2) Tanya jawab (jawaban guru hanya pada ya dan tidak) guru tidak
boleh menjelaskan lebih lanjut karena siswa harus menemukannya
3) Mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
4) Penjelasan lanjut oleh guru
5) Analisis/evaluasi proses inquiri.

11. KONSTRUKTIVISME
Langkah-langkah :
1) Pemberian masukan terhadap prior knowledge siswa/miskonsepsi.
2) Proses masuk akal setelah miskonsepsi.
3) Interpretasi, asimilasi.
4) Instruksi. asistensi, tanya jawab
5) Akomodasi penerimaan/penolakan oleh siswa.
6) Pengalihan pengetahuan/keterampilan/sikap.
12. MEANINGFULL LEARNING
Langkah-langkah:
1) Penjelasan tujuan pembelajaran.

Weri Denita (1514040076) Page 26


2) Pengamalan objek.
3) Diskusi hasil pengamatan.
4) Sebab-sebab kesalahan.
5) Hasil.
6) Penutup.
13. C.T.L (Buku CTL DEpdiknas, 2002: 10)
1. Motivasi/Apresiasi :

Di awal  paham  trampil  dan jelaskan bahwa belajar lebih


bermakna denyan cara belajar sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri.
2. Masuk ke Inti :
a. Ceramah sebentar diperbolehkan.
b. Materi dipegang siswa, soal-soal dipegang/ditulis di papan.
c. Mulai dengan INQUIRI (siswa menemukan), menyuruh siswa
merumuskan. Contoh: membuat sendiri bagan raja-raja
Majapahit. Temukan prilaku baik atau buruk dari karakter
ini! Mengamati/observasi : membaca sumber lain dan
mengumpulkan sebanyak-banyaknya prilaku karakter tersebut.
Menyatakan: katakan apa yang siswa sudah tulis.
Mengkomunikasikan: menyampaikan pada teman-temannya apa
yang sudah dibuat, didiskusikan apakah baik atau jelek.
d. Gunakan macam pengajaran yang bervariasi, seperti : diskusi,
tanya jawab, observasi, tugas, presentasi, kerja kelompok, dll.
e. Bila memungkinkan dalam suatu kesempatan, hadirkan 'model'
sebagai contoh pembelajaran.
3. Lanjut ke Refleksi:
a. Berikan siswa merespon apa yang baru diajar/diam.
b. Apa bedanya dengan pelajaran sebelumnya.
c. Suruh siswa berbicara/mengatakan atau menulis apa-apa yang
merupakan respon terhadap bahan yang baru diajar.

4. Penilaian  Penilaian Proses


Lakukan penilaian yang sesungguhnya.
a. Pada pelajaran Bahasa Inggris, suruh siswa
menggunakan/berbicara dengan bahasa Inggris bila bertemu
dengan guru baik di dalam kelas dan di luar kelas, misalnya: di
kantor, di perpustakaan, di halaman sekolah, dan sebagainya, agar
mereka tidak merasa asing menggunakan bahasa Inggris.
b. Diupayakan penilaian proses  Misalkan pada saat pelajaran
Bahasa Inggris, pada saat pelajaran berlangsung mereka (siswa)

Weri Denita (1514040076) Page 27


berbicara dengan bahasa Inggris  Berani berbicara berarti unsur
afektif dan psikomotor muncul.

14. QUANTUM LEARNING


Langkah-langkah ;
1) Penyampaian tujuan, manfaat.
2) Mulai belajar, boleh ada nyanyian-nyanyian.
3) Metode bervariasi.
4) Tanya jawab untuk evaluasi.

15. INTEGRATED LEARNING


Langkah-langkah :
1) Tujuan.
2) Materi I
3) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru
(guru mencatat semua jawaban).
4) Mendiskusikan jawaban-jawaban.
5) Evaluasi dilakukan bersamaan dengan diskusi dan tanya jawab.
16. PROJECT BASED LEARNING
Langkah-langkah:
1) Penjelasan proyek kepada siswa.
2) Mctode boleh apa saja, motivasi yang dapat menyelesaikan proyek
akan dapat hadiah.
3) Tunggu kreasi siswa.
4) Evaluasi.

17. VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)


Langkah-langkah:
1) Lontarkan stimulus kepada siswa (berupa nilai yang menjadi pokok
pembahasan).
2) Dialog siswa (meliputi seluruh potensi afiksi, logika, nalar) baik
dialog intern pada diri siswa maupun dialog dengan siswa lain.
3) Mengumpulkan fakta/konsep (akomodasi).
4) Kesimpulan.

Weri Denita (1514040076) Page 28


18. DISCOVERY LEARNING
Adalah proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan
dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi sendiri.
Langkah-langkahnya adalah :
1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.
2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah) (Syah 2004:244). Permasalahan yang dipilih itu
selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau
hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik
yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk
menemukan suatu masalah.
3) Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi
untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis.
Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah
siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan

Weri Denita (1514040076) Page 29


demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4) Data Processing (Pengolahan Data)
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data
processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru
tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat
pembuktian secara logis.
5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner,
bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang
ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu
kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau
tidak.
6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan
hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus
memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip
yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya
proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman
itu.

Weri Denita (1514040076) Page 30


Weri Denita (1514040076) Page 31

Anda mungkin juga menyukai